Anda di halaman 1dari 101

PSMTI

Tionghoa telah ribuan tahun mengunjungi


dan mendiami kepulauan Nusantara

• I Ching / 義淨 adalah seorang


bhiksu Buddha Tionghoa yang
berkelana lewat laut ke Nusantara
(Sriwijaya) dan India.
• Menurut catatan pendeta I Ching,
pada tahun 907, pada masa kerajaan
Airlangga, sudah ditemukan koloni
orang Tionghoa di Tuban, Gersik, I Ching / 義淨
Jepara, Lasem dan Banten.
Tionghoa di Indonesia

• Orang Tionghoa telah ribuan tahun mengunjungi dan


mendiami kepulauan Nusantara.
Pelayaran Laksamana
Cheng Ho ke Indonesia
• Pada abad ke 15 (Dinasti Ming), tahun
1407, Laksamana Cheng Ho berlayar
ke Nusantara, mendarat di Sambas dan
di Palembang (menumpas bajak laut),
lalu membentuk koloni Tionghoa
Muslim di Sambas serta di Palembang.
Laksamana Cheng Ho (1405-1433)
• Armada Laksamana Cheng Ho
yang demikian besar dan kuat
persenjataannya, jauh melebihi
armada negara-negara Eropa
manapun pada masa itu, ternyata
hanya bermaksud mengadakan
kunjungan:
– persahabatan,
– perdagangan,
– Alih teknologi
– menyebarkan agama Islam.
Perbandingan Ukuran Kapal
Cheng Ho & Vasco da Gama

Cheng Ho (1371-
Vasco da Gama (1460-
1433), adalah pelaut
1524) was a
Tiongkok terkenal
Portuguese explorer
yang melakukan
who discovered an
beberapa pelayaran
ocean route from
ke Asia & Afrika
Portugal to the East
antara tahun 1405-
1433.
Masjid Cheng Ho di Indonesia

Masjid Cheng Ho di Surabaya


Masjid Cheng Ho di Pasuruan

Masjid Cheng Ho di Pandaan


Masjid Cheng Ho di Palembang
Prof. Dr. Slamet Muljana

• Dulu buku ini dilarang oleh


Kejaksaan Agung karena
mengungkapkan hal-hal
yang kontroversial, yakni
sebagian Wali Songo
berasal dari Tiongkok.
• Sekarang sudah menjadi
ranah kajian ilmiah untuk
mencari kebenarannya.
Apakah Wali Songo
orang Tionghoa (tahun 1474)?
1. Sunan Ampel = Bong Swi
Hoo
2. Sunan Bonang = Bonang
(anak Bong Swi Hoo)
3. Sunan Kali Jaga = Gan Si
Cang
4. Sunan Gunung Jati = Toh
A Bo
5. Sunan Kudus = Ja Tik Su
Pedagang Keliling
(1870)
Tionghoa Peranakan (1867-1900)
Nyonya (sekarang)
Kesimpulan

Orang Tionghoa memang sudah


lama berada di Nusantara
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
merupakan
Lahirnya Bangsa Indonesia
Peserta Kongres Pemuda
Indonesia II

• Di antara peserta kongres hadir 5 pemuda Tionghoa: Oey


Kay Siang, Lauw Tjoan Hok, Tjio Djien Kwie, Kwee
Thiam Hiong dan Johan Muhammad Tjia sebagai panitia
Rumusan Kongres Pemuda Indonesia
Kedua (28 Oktober 1928)

1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah


darah yang satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa
yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia.
Gedung Sumpah Pemuda

• Golongan Tionghoa turut memfasilitasi terjadinya


Soempah Pemoeda, terbukti dari digunakannya gedung
Sie Kong Liong untuk Konggres Pemuda Indonesia II.
Lagu Indonesia Raya

• Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu


Indonesia Raya karya Wage Rudolf
Supratman yang dimainkan dengan biola tanpa
syair.
• Tanggal 28 Oktober 1928 juga merupakan hari
pertama kali lagu Indonesia Raya
dikumandangkan.
Harian Sin Po
(Koran Melayu Tionghoa)
• Sin Po adalah harian
pertama yang dalam
beritanya berani
menerbitkan lagu
kebangsaan “Indonesia
Raya” .
Harian Sin Po
(Koran Melayu Tionghoa)
• Sin Po sebagai harian terkemuka
saat itu adalah koran pertama yang
berani menggunakan istilah
Indonesia menggantikan istilah
inlanders setelah Sumpah Pemuda.
• Ang Jan Goan dalam memoarnya
mengakui kalau tindakan itu
bukannya tanpa akibat: Sin Po
harus menanggung kerugian
akibat pencabutan iklan
pemerintah kolonial.
Tionghoa Ikut Mempersiapkan
Kemerdekaan Indonesia

• Pada tanggal 29 April 1945 dibentuk Badan Penyelidik


Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPPKI) di mana keanggotaannya terdiri atas
pemuka dan tokoh masyarakat Indonesia.
• Susunan Badan Penyelidik tersebut berjumlah 60 orang
diketuai oleh Dr. Radjiman Wediodiningrat.
Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Proklamasi Indonesia (BPUPPKI)
• Dari ke 60 tokoh masyarakat ini terdapat 4 orang
Tionghoa, mereka itu adalah Oei Tiang Tjoei, Oei Tjong
Hauw, Tan Eng Hoe, Liem Koen Hian.
• Tokoh pergerakan lainnya, antara lain Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, H. Agus Salim dan lain-
lain.
Drs. Yap Tjwan Bing
• Setelah BPUPPKI dibubarkan maka
dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia), yang
beranggotakan 29 orang, satu di antara
adalah Yap Tjwan Bing.

• PPKI yang mensahkan


pengangkatan Soekarno
sebagai presiden dan Hatta
sebagai wakilnya, serta
mensahkan UUD 1945
sebagai konstitusi baru
Indonesia.
Perbedaan dan Kesepakatan
Pada Sidang PPKI
Piagam Jakarta rumusan BPUPKI:
1. Pancasila Sebagai dasar negara Indonesia
2. Sila pertama: Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Rumusan PPKI:
1. Sila pertama berubah menjadi: Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. UUD Bab II pasal 6: sebelumnya Presiden ialah orang
Indonesia beragama Islam, menjadi Presiden ialah orang
Indonesia asli.
Djiauw Kie Siong
Pemilik Rumah Bersejarah
• Djiaw Kie Siong memperkenankan
rumahnya dipakai untuk rapat
mempersiapkan kemerdekaan oleh Bung
Karno dan Bung Hatta pada tanggal 16
Agustus 1945.
• Puteranya (12 tahun) disuruh seorang
pemuda mengambil kertas untuk menulis
teks proklamasi. Kertas itu lalu dibawa ke
rumah Laksamana Maida sebagai konsep
yang diketik oleh Sayuti Melik.
• Jadi draft teks proklamasi ditulis di rumah
Djiaw Kie Siong, bukan di rumah Maida.
Kesimpulan

Orang Tionghoa Ikut Dalam


Proses Kemerdekaan Indonesia
Sejarah Pahit Suku
Tionghoa
di Indonesia
Data Kerusuhan

1. Kerusuhan Batavia, Oktober 1740


2. Kerusuhan Masa Perang Jawa, 1825-1930
3. Kerusuhan Solo, 1912
4. Kerusuhan Kudus, Oktober 1918
5. Kerusuhan Tangerang, Juni 1946
6. Kerusuhan Bandung, Mei 1963
7. Kerusuhan September 1965 di seluruh Indonesia
8. Kerusuhan Malari 1974 di berbagai Kota
9. Kerusuhan Mei 1998 di berbagai Kota
Tragedi Angke, Pembunuhan Masal
puluhan ribu orang Tionghoa di
Batavia (9 Oktober 1740)
Tragedi Berdarah Angke
(Geger Pacinan)

Rawa Bangke:
• Mayat-mayat korban
pembunuhan mengalir
sampai di sebuah rawa di
Jatinegara, yaitu Rawa
Bangke.
• Disebut demikian karena
banyaknya mayat
bergelimpangan di rawa
tersebut.
Seorang Penulis Belanda Menuliskan
Kejadiannya
(Ref. Hembing Wijayakusuma)

• Kanal-kanal menjadi merah dengan darah orang


Tionghoa, jalan-jalan penuh dengan mayat-mayat.
• Dimana-mana terjadi pembunuhan dengan cara-cara
yang menyeramkan.
• Kegelapan malam yang kemudian tiba tidak mengakhiri
kekejaman yang telah berlangsung sepanjang hari.
• Malam ini terdengar jeritan-jeritan ketakutan dan
rintihan orang-orang yang sedang sekarat menghadapi
maut dan teriakan-teriakan para pembunuh.
Tragedi 1965-1966
• Local Chinese were killed in some areas, and their
properties looted and burned as a result of anti-Chinese
racism on the excuse that Aidit had brought the PKI
closer to China.
Tragedi Malari 1974
Demonstrasi dengan tema anti
modal asing
Jakarta had in the meantime become a
sea of fire
Korban Kerusuhan Malari
15 Januari 1974

• Tercatat sedikitnya 11 orang meninggal, 300


luka-luka, 775 orang ditahan.
• Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor
dirusak/dibakar, 144 bangunan rusak.
• Sebanyak 160 kg emas hilang ...dari sejumlah
toko perhiasan.
Kerusuhan Mei 1998
Kerugian Kerusuhan Mei 1998
Kerusuhan Mei 1998
(Tim Gabungan Pencari Fakta)

1. Marzuki Darusman, SH 11. Mayjen Pol Drs. Da'i Bachtiar


2. Mayjen Pol Drs. Marwan Paris, 12. Mayjen TNI Abdul Ghani, SH
MBA 13. I Made Gelgel, SH
3. K.H. Dr. Said Aqiel Siradj 14. Mayjen TNI Dunidja D
4. Dr. Rosita Sofyan Noer, MA 15. Romo I. Sandyawan Sumardi,
5. Zulkarnain Yunus, SH SJ
6. Asmara Nababan, SH 16. Nursyahbani Katjasungkana,
7. Marsma TNI Sri Hardjo, SE SH
8. Drs. Bambang W. Soeharto 17. Abdul Hakim Garuda, SH, LLM
9. Prof. Dr. Saparinah Sadli 18. Bambang Widjojanto, SH
10. Mayjen TNI Syamsu D, SH
Laporan TGPF
tentang Kerusuhan Mei 1998

• Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF)


mengeluarkan pernyataan resmi:
– Bahwa benar terjadi peristiwa pemerkosaan terhadap
wanita etnis minoritas yang mencapai hampir seratus
orang dan juga penganiayaan maupun pembunuhan.
– Oleh sekelompok orang yang diduga telah dilatih dan
digerakkan secara serentak oleh suatu kelompok
terselubung.
Buku Tentang Kerusuhan Mei 1998
• Peristiwa kerusuhan Mei 1998
adalah noktah hitam perjalanan
bangsa ini mengakibatkan jatuhnya
ribuan korban tak berdosa.
• Sampai saat ini kerusuhan Mei
masih menjadi tanda tanya dan
belum mendapatkan titik terang.
• Peristiwa ini tidak akan menghilang
begitu saja, karena akan selalu
berbekas, terutama pada sejarah
Indonesia.
Sekuntum Nozomi
(Marga T)

• Kalau ada yang


ingin mengetahui
kekejaman
Kerusuhan Mei
1998, silakan
baca buku ini.
Toleransi Sosial Tionghoa

• R.A. Kartini dalam salah satu


suratnya untuk istri Direktur
Pendidikan J.H. Abendanon
tertanggal 14 Desember 1902
memuji kedermawanan orang
Tionghoa dalam membantu
masyarakat setempat ketika
terjadi bencana.
Pasca Kerusuhan
Mei 1998
Rangkuman Pokok Pikiran

• Kerusuhan terus terjadi, meliputi daerah yang


luas dan cenderung semakin parah, direkayasa
dan ditujukan khusus kepada Suku Tionghoa.
• Walaupun orang Tionghoa sudah tidak
berorganisasi lagi, sejak pembubaran Baperki.
• Diyakini ada masalah mendasar yang perlu
dibenahi secara tuntas untuk selamanya.
Solusi Terhadap Permasalahan

• Perlu ada wadah (organisasi) Tionghoa yang


mempunyai lingkup nasional, untuk menyerap
aspirasi dan mendialogkan dengan Pemerintah
dan Pihak-pihak terkait.
• Timbul gagasan membentuk Organisasi Suku
Tionghoa berskala nasional non partisan (bukan
organisasi politik maupun partai politik).
Deklarasi Jakarta (28/09/1998)

• Dengan memohon Rahmat Tuhan Yang Maha Esa,


Kami yang bertanda tangan di bawah ini mewakili
Keluarga Besar Tionghoa di Indonesia meresmikan
berdirinya Organisasi Sosial yang diberi nama:
• PAGUYUBAN SOSIAL MARGA TIONGHOA
INDONESIA
• Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita
sekalian dalam mengabdi kepada negara dan bangsa
Indonesia.
PAGUYUBAN SOSIAL MARGA
TIONGHOA INDONESIA
(PSMTI)

PSMTI PUSAT
Dideklarasikan Pada Tanggal
28 September 1998
Beberapa Bulan Setelah Kejadian
Kerusuhan Rasial Tanggal
13–14 Mei 1998.
PAGUYUBAN SOSIAL MARGA
TIONGHOA INDONESIA
(PSMTI)

• PSMTI adalah organisasi Suku Tionghoa


berskala nasional.
• Non partisan (bukan organisasi politik
maupun partai politik).
• Guna menyerap aspirasi suku Tionghoa
Indonesia dan mendialogkannya dengan
Pemerintah dan pihak-pihak lain.
PAGUYUBAN SOSIAL MARGA
TIONGHOA INDONESIA

PSMTI PUSAT
TERDAFTAR PADA
DIRJEN SOSPOL DEPDAGRI
NO. 132 TAHUN 1998
Tanda Daftar
Badan Sosial
PSMTI
21/03/2009
Perjuangan PSMTI
Dalam Aspek Hukum
Supersemar 1966
• Surat Perintah 11 Maret yang
disingkat menjadi Supersemar
adalah surat perintah yang
ditandatangani oleh Presiden
Republik Indonesia Soekarno
pada tanggal 11 Maret 1966.
• Surat ini berisi perintah yang
menginstruksikan Soeharto,
selaku Panglima Komando
Operasi Keamanan dan
Ketertiban (Pangkopkamtib)
untuk mengambil segala tindakan
yang dianggap perlu untuk
mengatasi situasi keamanan yang
buruk pada saat itu.
Inpres No. 14 Tahun 1967
Surat Edaran:
No. 06/Preskab/6/67
• Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera No.
06/Preskab/6/67 tertanggal 28 Juni 1967 yang memuat
tentang perubahan nama.
• Dalam surat ini disebutkan bahwa masyarakat keturunan
Cina harus mengubah nama Cinanya menjadi nama yang
berbau Indonesia, misalnya Liem Sioe Liong menjadi
Sudono Salim.
• Surat Edaran yang sama memutuskan penggantian
sebutan "Tiongkok/Tionghoa" menjadi “Cina“.
Surat Keputusan Menteri Perdagangan
dan Koperasi No. 286/KP/XII/1978

• Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan


Koperasi Nomor 286/KP/XII/1978 melarang
penggunaan bahasa Cina.
Agama Di Indonesia
• Penetapan Presiden Nomor 1.Pn.Ps, tahun 1965:
mengakui ada enam agama di Indonesia; Islam, Kristen
Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu.
• Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1969 mengakui
ada enam agama di Indonesia; Islam, Kristen Protestan,
Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
• Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, yang menyaratkan perkawinan sah apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan
kepercayaan itu.
Agama Konghucu

• Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri Nomor


477/74054/BA.01.2/4683/78, tanggal 18 November
1978, yang menyatakan hanya ada lima agama di
Indonesia: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
Hindu, dan Buddha.
• Padahal, saat SE ini diterbitkan, UU Nomor 5 Tahun
1969 dan Penetapan Presiden Nomor 1.Pn.Ps. Tahun
1965 belum pernah dicabut.
Awal Masa Orde Baru

• Desember, tahun 1966, Seluruh sekolah-sekolah


Tionghoa di Indonesia ditutup, padahal sekolah-
sekolah Tionghoa sudah berdiri sejak 1900 oleh
organisasi Tiong Hoa Hwee Koan (THHK).

• Tahun 1967, koran- koran berbahasa Mandarin


juga ditutup oleh Pemerintah.
Memoar Jenderal Soemitro
• Jenderal Soemitro dalam bukunya yang
ditulis Ramadhan K.H. yang berjudul “Dari
Panglima Mulawarman sampai
Pangkopkamtib” mengisahkan wajah
kebijaksanaan politiknya semasa menjadi
Pangdam Jawa Timur, yaitu menolak dan
tidak suka pada apa saja yang berbau Cina:
– Yang berbau Cina saya hilangkan.
– Saya larang pemakaian bahasa Cina di muka
umum.
– Saya larang mereka melakukan pembukuan
dalam bahasa Cina.
– Saya larang jualan dengan memakai bahasa Cina.
Memoar Jenderal Soemitro

• Tentang agama saya sarankan mereka memilih agama


yang ada di daerahnya, yaitu antara lain Islam, Kristen,
Budha dan Hindu.
• Suku mereka adalah di mana mereka lahir.
• Saya himbau bagi WNI agar nama diganti dengan
nama Indonesia.
• Semua ini saya keluarkan pada tanggal 1 Januari
1967.” “pendeknya, segala yang berbau Cina, saya
larang” .
Tragedi Yang Dialami Tionghoa
Indonesia

Begitulah, selama 32 tahun


identitas Tionghoa Indonesia
menjadi sesuatu yang tabu
untuk ditunjukkan
Masa Perubahan
Era Reformasi di Indonesia

• Dimulai pada pertengahan


1998, tepatnya saat
Presiden Soeharto
mengundurkan diri pada
21 Mei 1998 dan
digantikan Wakil Presiden
B.J. Habibie
Keppres No. 56 Tahun 1996
Inpres No. 26 Tahun 1998
Inpres No. 4
Tahun 1999
Pencabutan Inpres No. 14, Tahun 1967
• Atas surat PSMTI No.
155/PP/PSMTI/XI/1999,
Tanggal 16 Nopember 1999,
masalah yang diajukan dibahas
pada tanggal 4 Januari 2000 di
kantor Sekretariat Negara
bersama PSMTI, dan Akhirnya
dengan KEPRES No. 6 Tahun
2000, INPRES yang membatasi
pelaksanaan Adat Istiadat,
Budaya Tionghoa dan Agama
dicabut.
Keppres No. 6 Tahun 2000
Imlek Sebagai Hari Libur Fakultatif
(2001)
Atas Surat PSMTI No.
109/PP/PSMTI/2000 pada Tanggal 8
Nopember 2000, Masalah Libur Imlek
dibahas dengan Tim Litbang
Departement Agama RI, dan atas
dukungan semua komunitas
Tionghoa.
Mulai Tahun 2001 Imlek dinyatakan
sebagai Hari Libur Fakultatif oleh
Menteri Agama sesuai Surat
Keputusan Menteri Agama Republik
Indonesia No. 13 Tahun 2001
Keppres No. 19 Tahun 2002
Presiden Republik Indonesia,
Susilo Bambang Yudhoyono
• Ini adalah keenam kali sejak saya
terpilih sebagai presiden, dan juga ke-
11 kali saya menghadiri kegiatan
perayaan hari raya Imlek sejak mantan
Presiden Gus Dur mengizinkan
masyarakat Tionghoa merayakan hari
raya Imlek pada tahun 2000.

Ini menyatakan, etnis Tionghoa sudah sama


dengan etnis-etnis lainnya menjadi anggota
keluarga besar Indonesia.
Tionghoa Sebagai
Pahlawan Nasional
Pahlawan Nasional dari Suku
Tionghoa
• Pada Hari Pahlawan, 10 November
2009, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono menetapkan mendiang
Laksamana Muda John Lie sebagai
pahlawan nasional.
• Laksamana John Lie (Dharma Daniel
Yahya / Lie Tjeng Tjoan) Lahir 11
Maret 1911 di Manado, wafat pada
usia 87 tahun, dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.
Presiden SBY menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan
Bintang Mahaputera Adiperdana kepada Alm. Laksda John Lie yang
diterima oleh Ny. Margaretha Dharma Angkuw sebagai isteri
almarhum pada tanggal 10 November 2009
Anhar Gonggong dari
Universitas Indonesia

• Pengamat sejarah Anhar Gonggong dari


Universitas Indonesia mengatakan, sudah ada
160 tokoh yang telah menerima gelar
Pahlawan Nasional.
• Laksamana John Lie merupakan Pahlawan
Nasional Pertama dari Suku Tionghoa.
Orang Tionghoa Sebagai Pahlawan
Nasional
• Pengangkatan John Lie sebagai pahlawan
nasional akan mempunyai dampak besar.
• Pertama, orang Tionghoa pun bisa berdinas
dalam bidang kemiliteran bahkan menjadi
pahlawan.
• Kedua, ini akan menjadikan suku Tionghoa
setara dengan suku lainnya di Tanah Air karena
telah terbukti berjuang dan berjasa
dalam membela kemerdekaan RI.
Pencabutan Larangan Cetakan
Beraksara Mandarin

BERDASARKAN SURAT PSMTI NO. 048/PP/


PSMTI/VI/2000 TENTANG CUSTOMS
DECLARATION MENGENAI LARANGAN
CETAKAN BERAKSARA MANDARIN.

LALU TIMBUL INSTRUKSI KEPADA KEPALA


KANTOR WILAYAH / KANTOR PELAYANAN
IMIGRASI SELURUH INDONESIA AGAR
FORMULIR CUSTOMS DECLARATION
YANG ADA DILAKUKAN PERUBAHAN.
Pembelajaran Bahasa Mandarin
di Lamongan
UU RI No. 12 Tahun 2006
Penjelasan UU RI No. 12
Tahun 2006
Pendapat Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono

• Undang-undang Kewarganegaraan Nomor 12/2006


tersebut merupakan "sebuah karya monumental anak
bangsa yang mengubah paradigma perilaku”.
• Betapa tidak, sekarang keaslian seorang bangsa
Indonesia tidak lagi ditandai oleh ciri-ciri fisiknya
yang menjadi bawaan garis etniknya.
• Keaslian seorang Indonesia ditandai oleh status
hukumnya.
AHOK
(Wakil Gubernur DKI Terpilih)

• Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun


2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
secara yuridis telah mempertegas konsep Bangsa
Indonesia Asli.
• Saya ini orang Indonesia asli
Menteri Hukum dan HAM
(Hamid Awaludin)
• Dengan tegas mengatakan, UU
12/2006 membuat keturunan
Tionghoa Indonesia menjadi
suku Tionghoa Indonesia.
• Esensi UU No. 12/2006 antara
lain mencuci cara pandang
tentang kewarganegaraan
Indonesia dan bahwa UU No. 12
telah menihilkan diskriminasi
etnik.
Bhineka Tunggal Ika

• Dengan berlakunya Undang-Undang


Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia
secara yuridis telah mempertegas
konsep Bangsa Indonesia Asli.
• Masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang plural dan
multikultural, beragam tetapi tetap
satu, dalam kesatuan dan persatuan
Indonesia.
Pendapat Tokoh Pluralisme Indonesia
Mantan Presiden Gus Dur

• Indonesia ini ibarat sebuah rumah


bangsa yang punya kamar-kamar dan
ada penghuninya yang bisa memakai
baju yang berbeda-beda.
• Di setiap kamar itu orangnya bebas,
jangan saling mengganggu penghuni
kamar lain dan ketika bertemu di
ruang tamu saling menghormati.
• Konsep ini yang sekarang harus
dikembangkan.
UU No. 23 Tahun 2006
UU RI No.
40 Tahun
2008
Istilah Orang Cina atau Tionghoa

• Tahun 1945 di dalam teks penjelasan UUD 1945 Bab X


Tentang Warganegara tercantum istilah “Tionghoa”,
bukan “Cina”.
• Komunitas kita juga memutuskan untuk mempergunakan
istilah orang Tionghoa.
• Kita tentu lebih senang disebut orang Tionghoa dari
pada orang Cina, karena istilah Tionghoa lebih humanis
dan tidak diskriminatif.
Bapak David Herman Jaya, Ketua Umum
PSMTI Periode 2013-2017, terpilih melalui
Munas V PSMTI di Pekanbaru
Surat PSMTI kepada
Presiden
Dasar Pertimbangan Surat
PSMTI
Data Sensus Tahun 2000
Kepres No. 12 Tahun 2014
Tanggal 12 Maret 2014

Tentang:
Pencabutan Surat Edaran
Presidium Kabinet Ampera
Nomor
SE-06/PRES.KAB/6/1967,
Tanggal 28 Juni 1967
Kepres No. 12 Tahun 2014
“Cina jadi Tionghoa”
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai