1
2
“Kehidupan itu seperti Bumi,
Matahari dan Bulan. Bumi adalah
Kenyataan yang setiap hari diselingi
siang dan malam. Logika adalah
Matahari yang mampu menyingkap
kegelapan menjadi nyala siang, sedang
Bulan adalah Rasa yang mampu hadir
agar tidak terlalu kelam ketika datang
gelap malam.”
3
Logika :
Bagian I
Saya, Tunas Muda dan Bangsa
4
Tersenyumlah Ibu Pertiwiku Sayang,
Meski Hanya Sejenak
5
menjadi kenangan indah bagi siapa saja, bagi semua
anak ibu pertiwi.
6
daripada dirinya, tak bersyukurkah dia memiliki ibu
seindah ini? Hingga lebih memilih menikmati liburan
diluar negeri daripada beningnya Danau Toba atau
coraknya warna Kelimutu.
7
terungkap dan disajikan meriah di televisi, tiap jam
berita-berita itu menambah susahnya hidup para
penghuni pinggiran jalan.
8
Mahasiswa Etalase
Kampus ini kumpulan orang hebat, para alumninya tidak
sedikit jadi pejabat dan banyak pula yang jadi
konglomerat. Persaingan disini berat, dan semua orang
pun seakan-akan punya pangkat yang berperingkat. Jika
kau tak punya jaket berseragam atau simbol-simbol
himpunan mahasiswa, maka sulitlah keberadaanmu
untuk kami anggap. Kami tidak peduli betapa kau punya
banyak gagasan yang hebat, selama kau tidak menjabat,
maka jangan salahkan jikakau kami sebut “bacotan”.
Entahlah karena kami memang malas berpikir, tapi
memang lebih keren tampaknya jika punya banyak
sertifikat dibandingkan banyak baca buku-buku berat.
9
kertas bernama CV, tak perlu panjang lebar berbagi
gagasan, karena kami tak peduli. Terlalu berat dan
menghabiskan waktu membaca buku Pramoedya atau
Tan Malaka, terlalu rumit untuk mengikuti kisah Soe
Hok Gie. Cukuplah daftar kepanitiaan, kumpul rapat,
lalu pulang pukul sepuluh tepat. Maka, sekelilingmu
akan meneriakkan “Lo hebat!”.
10
acaranya harus santer, jadi pokok bahasan laris di
facebook dan twitter.
Sekian.
11
Monolog Pagi Hari - Sebuah Kutukan
Sebuah Kutukan
12
hebatnya menjadi kaya raya di tanah yang bukan
negerinya, bahkan sebuah bangsa bernama Belanda
mendirikan pemerintahan ala mereka. Tidak tanggung-
tanggung pula, tiga ratus tahun lamanya, memerintah
dengan seenak udel mereka. Oleh mereka, penduduk asli
nusantara di labeli pribumi, diperlakukan berbeda
seakan-akan terlahir dengan harkat martabat dibawah
kaki. Mengambil hasil bumi nusantara, menikmatinya
dan mengatur penduduknya pula.
13
Lalu, kurang apa coba Indonesia ini? Bukankah
rakyatnya kini tidak lagi bodoh dan lugu, apalagi di
jaman informasi seperti ini. Bahkan Olimpiade tingkat
dunia Indonesia meraih banyak mendali. Atau mungkin
masih bermental babu? Ah, jelas sekali tidak! Mana ada
babu yang membuang sampah di kalinya sendiri, dan
menunggu orang lain yang nanti membersihkannya
untuk dirinya. Justru semuanya bermental raja, bahkan
anak-anak SMA saja kini sudah sesuka hatinya
memukuli para pencari berita dan diumumkan pula di
dunia maya. Seperti kalau raja sesudah memenggal
seorang kacung, kepalanya segera digantung agar dilihat
orang ramai matanya dicongkel dan dimakan burung.
14
Sudah dari tadi, hamba-Mu ini tak berhenti mengutuki,
namun baru mengerti itu semua tertuju kembali pada diri
ini. Betapa lebih buruk dari masa penjajahan dan
kerajaan, rakyat yang ada sekarang ini. Tidak bodoh dan
tidaklah pula bermental babu, namun lebih hina, yakni
bermental pencuri, mau menang sendiri dan tak lagi
punya kehormatan diri. Bagaimana pula bermimpi
pejabat tidak korupsi, kalau hanya membuat SIM saja
maunya tidak perlu repot antri. Tinggal kasih tunai,
semua perkara selesai tanpa perlu ikut tes beramai-ramai.
Ada pula yang palsukan dokumen sana-sini, agar
terhitung sebagai penerima subsidi. Sudahlah, semakin
disebut maka semakin malu pula diri ini, sudah sok
jagoan mengutuki.
***
15
Kepalang tanggung juga, kutuk sudah keluar dari tadi,
sekalian saja kuluapkan lagi. Terkutuklah para rakyat
bermental pencuri (mungkin seperti aku ini), agar
menjadi “seperti babi”, biar pun makan dari lumpur
tanah, asal tidak memangsa kawanan sendiri. Agar
menjadi “seperti cacing kuburan”, meski tinggal dengan
bangkai orang mati, namun karenanya tumbuh subur
ditanahnya indah mekar melati.
16
Lika-Liku Para Maskulin
17
bukan seperti derasnya emosi perasaan yang sekejap,
lalu hilang.
18
Dirimu dan Dunia dalam Berita
19
aku tetap diam menyimpan amarahku ketika melihat
acara berita
20
Maaf Ibu, Anakmu pulang terlambat
waktu
21
Anakmu tidak sedang terlambat, hanya butuh waktu
yang tepat
22
Logika :
Bagian II
Nalar, Agama, Budaya dan Petuah
Bijaksana
23
Penyesalan Seorang Kristen Muda
“Aku seorang pengecut yang memuji-Mu ya Tuhan dan
seorang manja yang terus mengeluh padamu, oh Ibu
Pertiwi.”
24
mendoakan dan bernyanyi dibanding membebaskan.
Yesus mendatangi orang lumpuh dan kusta yang
ditinggalkan, menginap di rumah pemungut cukai yang
korup dan bukan menginap di bait suci sembari
bernyanyi dan memuji.
25
tahu persis bahwa Yesus turun ke dunia dan menebus
dosa adalah sebuah perubahan dari dalam, bukan hanya
dengan menunggu manusia yang berdosa mati dan
meninggalkan dunia untuk dia lempar kedalam
kebinasaan.
26
Berkenalan dengan Setan
27
Dua paragraf diatas adalah sebuah kilasan mengenai
suatu pengertian tentang setan, lucifer, bintang timur,
atau apapun nama-nama dibalik sosok yang kita kenal
sebagai bapa segala dosa tersebut. Pengertian tersebut
tampak alkitabiah sekali, tampak begitu mistis sehingga
tak sulit bagi kita untuk terciut hati dan takut.
28
Kini, terciptalah suatu ajaran yang simbolis, yang tanpa
pernah mencoba menggali sesuatu lebih dalam dengan
gampangnya menunjukkan jari kearah ini dan itu sebagai
perwujudan dari sosok setan. Suatu keyakinan yang
imajinatif dan tidak logis, yang berusaha mewujudkan
sosok-sosok setan dalam wujud fisik dibandingkan
melihat tingkah laku manusia yang justru lebih
menyerupai setan dibandingkan kayu-kayu ukiran dan
lukisan-lukisan peninggalan leluhur yang justru
sebenarnya memiliki arti yang luhur.
29
menjaga hutan dan alamnya karena hal tersebut akan
membantu mereka dalam kehidupannya dan akan
merugikan mereka ketika hutan gundul dan bencana
longsor melenyapkan rumah-rumah mereka. Mereka
menggambarkannya dengan kaki rusa, telinga dan
tanduk kambing merujuk pada hewan-hewan yang ada di
hutan-hutan mereka. Penyembahan pada sosok-sosok
tersebutlah yang menjadikannya berhala bukan pada
wujud fisiknya.
30
Satu Gema Dalam Pelestarian Budaya
31
tinggalnya. Satu gema ini akan mampu kita tangkap
dalam setiap kebudayaan dan dalam setiap karyanya baik
itu dalam seni, ilmu maupun bentuk kearifan lokal
lainnya di seluruh belahan dunia.
32
Berpikir Adil Meski Meyakini
Sesuatu yang Dogmatis
"Agama ataupun aliran kepercayaan tentang Tuhan,
tentang semesta, kehidupan setelah mati dan lain
sebagainya, meskipun diyakini dengan hati dan tanpa
bukti-bukti ilmiah sebagaimana ilmu pengetahuan,
harusnya tidak mematikan nalar dan membunuh
keadilan dalam berpikir" - Arion Batara -
33
Pertanyaan ini timbul tentang perdebatan kami akan
sikap yang baik atas suatu gagasan. Dimana aku dengan
tegas berkata bahwa suatu gagasan yang benar akan tetap
benar selama hal tersebut berlandaskan kasih dan
kemanusiaan, tidak peduli siapa yang melontarkannya.
34
Dalam kekalutannya, "fundamentalis" ini, begitulah
dalam hati aku menyebutnya mulai meracau tak menentu
arah hingga sampai pada suatu kisah tentang seseorang
bernama Mahatma Gandhi.
35
"Dari pohon yang baik maka keluar buah yang baik
pula",
36
dari keyakinan kita, atau membenarkan gagasan
seseorang hanya karena dia memiliki keyakinan yang
sama dengan kita meskipun gagasannya belum tentu
sesuai dengan keyakinan kita tersebut.
37
Pesan untuk Umat Manusia
38
Untuk semua keindahan dalam dunianya
39
Yang miskin tak pernah merasakan kaya
40
Kebaikan Itu Bukan Seperti
Menanam Jagung, Amang.
41
Suatu hari aku mau naik mobil L-300 ini, dan aku
melihat banyak pecahan kaca di joknya yang butut itu
dan sedikit bercak darah. Aku tanya ke bapakku "Pak, ini
kok kotor gini? kenapa pak?". Lalu jawabnya "tadi aku
angkut orang yang kecelakaan di jalan, kutaroh langsung
dibelakang, eh ternyata gak sempat, sudah meninggal
duluan". Aku yang saat itu kelas 6 SD lalu beberapa hari
sempat "ogah" mau masuk ke mobil itu.
42
sepatu roda yang dibelikan bapakku buat dia. Aku kesal
setengah mati lalu aku bongkar mobil butut itu, dan aku
gak menemukan apa-apa. Si anak itu berdalih, bahwa
sepatu roda itu udah disimpan. Akhirnya, aku sadar
bahwa anak itu hanya berbohong dan membual, mungkin
karena hidupnya begitu susah. Sudah hampir sore hari,
Mamak-ku memanggil kami masuk kedalam. Si anak
bengal ini langsung masuk ke dalam dan memanggil
mamak-ku dengan kata mamak, seakan-akan dia udah
diangkat anak.
43
Lagi-lagi di suatu pagi aku kembali kaget setengah mati,
aku terbangun dan di bawah di samping tempat tidurku
aku melihat seorang gadis muda tertidur. Aku bangun
lalu kembali menanyakan hal yang sama, ku pikir
mungkin dia saudara atau apalah. Ternyata, mamak-ku
bilang bahwa gadis itu adalah gadis yang ditemukan
bapak-ku dipinggir jalan sedang kebingungan mencari
jalan ke rumah saudaranya di tengah malam, dan dia
tidak punya uang untuk taksi. Melihat bapakku yang
sedang berpakaian dinas polisi, dia pun lalu
menghampiri dan meminta tolong. Pagi itu, saat aku
hendak ke sekolah, si gadis itu pun diantarkan ke rumah
saudaranya oleh mamak, bapakku.
44
saat itu jalanan macet dan bis yang kami naiki pun
adalah bis ekonomi yang memang tidak pernah
menjamin ketepatan waktu, lalu kami tiba di terminal
siantar larut malam.
45
rumahnya yang hanya berjalan kaki (cukup jauh sih) dari
warung dimana dia berjualan. Kami diberikan tikar di
ruang tamu dan selimut serta bantal dan kakak ku
disuruh membuatkan teh manis panas buat kami
nikmatin bersama dengan sedikit bercerita lalu tidur.
46
Lelaki Paruh Baya dan Sebuah Pesta
Natal
47
Seorang pria yang masih muda dengan jas hitam yang
sangat bagus, berdiri didepan kumpulan anak-anak muda
itu. Dia tampak berkhotbah, dengan semangat yang
begitu besar ibarat air bah, ia mulai berkata-kata. Ia
katakan pada semua anak muda disana, bahwa ada
kelimpahan materi yang dijanjikan Tuhan pada mereka,
ada kesembuhan dan pula curahan berkat. Semua anak
muda itu tampak gembira mendengarnya, dan
menyambutnya dengan melambai-lambaikan tangan
mereka ke udara, seakan sedang menangkap berkat-
berkat Tuhan yang sedang dicurahkan atas mereka.
48
menghanguskan rambut. Di padang gurun pria berjubah
kusut berkhotbah tentang datangnya titisan kerajaan
sorga, yang dimana karena kemuliaan-Nya dia merasa
tak layak hanya untuk sekedar membuka tali kasut-Nya.
Disusun kembali oleh lelaki paruh baya itu, gambar
wajah si pria berjubah kusut dalam ingatannya.Tidaklah
ada kekayaan dunia pada diri si pria berjubah kusut dan
matinya ia pun berakhir dengan hanya kepala terletak
diatas sebuah piringan. Tak ada kekayaan dan tak ada
pula umur panjang, hanya sebuah pelayanan yang
dilakukan dengan tulus kepada Tuhan.
49
Dalam langkahnya keluar ruangan, dibisikkannya kata
yang sama yang dahulu sempat diucapkannya,
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga." Lalu
berlalulah ia, menghilang dalam kerumunan dan bunyi
gendang yang ditabuh dalam suasana pesta yang
bergemuruh.
50
Rasa :
Bagian I
Kumpulan Surat Cinta & Puisi
51
Surat Cinta Untuk Kekasih Hati
52
Hatta dan Tan Malaka. Gombalan macam apa pula itu,
pasti jawabmu, maka kusimpan saja dalam kalbu.
53
jemarimu, namun aku tahu aku tak mampu
menandinginya. Kau begitu kaya akan rasa, dan logika
milikku pun luluh lantak dibuatnya.
54
kita, yang pekikan tawa mereka menjadi alunan musik
penenang jiwa.
55
Surat Cinta Kepada Istri
56
dan berbagi pikiran, bukan hanya mengangguk dan
menurut saja.
Jika aku mati hari ini sayang, tak perlu lah kau bersedih
hati. Aku sudah memberikanmu harta yang kupendam
selama ini, yakni hati penuh syukur dan berserah pada
Tuhan. Jika pula aku bertemu Tuhan hari ini, aku akan
berlari dan menjabat tangan-Nya dan berkata “Jikalau
benar jodoh ada di tangan-Mu Tuan, maka biarkanlah
57
aku menjabat tangan yang telah memberikanku
keberkahan paling kusyukuri dalam hidup”.
58
Surat Cinta Ayah untuk Putrinya
59
Tapi agar kau mampu menjadi manusia yang kaya akan
ilmu, menjadi haus akan belajar dan sebagai tambahan
aku ingin menghabiskan waktu bersamamu lebih
banyak, bukan hanya mendorong ayunanmu dipohon
belakang rumah tapi juga ada di meja belajar kamarmu,
cintaku.
60
Sebenarnya aku ingin tertawa, ketika dalam pembicaraan
sepulang gereja, para handai taulan itu benar-benar
berbinar berkata bahwa dengan segenap usaha dia akan
membawa putra-putrinya pada Tuhan, bukan pada dunia
ini. Mereka membelikan putra-putrinya buku-buku cerita
kitab suci, dan mengharuskan mereka berdoa sesudah
bangun, sebelum makan, sebelum berangkat dan
berbagai hal lainnya yang bagiku sungguh merepotkan.
Kau pasti ingat bahwasanya aku hanya mengajarkan
padamu untuk berdoa kapan saja kau merasa perlu, dan
hendaknya kau menghidupinya. Putriku, aku meyakini
bahwa keyakinanku pada Tuhan adalah sebuah anjuran
bagimu. Jalanilah hidupmu dan temukan sendiri Tuhan
dalam miskin dan kumuhnya kota, dalam pengetahuan
dan dalam perjuangan kemanusiaan. Datanglah pada
Tuhan sayang, tapi bukan sampai disitu saja. Datanglah
pada Tuhan agar Dia menjadikanmu terang dalam dunia
dan segala kecemarannya ini.
61
nanti ayah saja yang akan bicara padanya, karena ayah
sangat mengenalnya, wanita kecintaan ayah. Aku
menepuk bahumu bangga, betapa putrinya ini mampu
dengan tegas mengikuti lentera jiwanya. Dan ibumu
hanya belum mengerti saja, bahwa putrinya ini tahan
terhadap segala cuaca. Namun, sayang sekali kau tak
melihatnya, senyum ibumu ketika melihat putrinya maju
keatas mimbar dengan toga sarjana yang sangat cocok
kau kenakan.
62
cerahnya pagi hari pernikahanmu, namun bahagiaku tak
mampu tergambar melihat tawamu lepas dalam pelukan
pria pujaan hatimu. Jikalau saja sayang, Tuhan hari ini
datang menjumpaiku mungkin aku akan merasa senang
dan sedikit penasaran. Aku akan bertanya padanya,
“Mengapa Kau memberikan tugas yang sangat mudah ya
Tuan? Menjadi orang tua dengan putri sehebat ini ?”
63
Kami Berbeda, Lantas Kenapa ?
64
Bila nanti kau menjalaninya kuranglah elok bila
ditampak
65
Yang ribuan tahun sudah bermasalah dengan agama
66
Yogyakarta
67
Dan riuhnya tawa si mbah tetangga rumah sewaanku
68
Tentang Cinta Sederhana
69
tatapanmu selalu menunjukkan keinginan besar untuk
mendengarkan. Mendengarkan apa yang anak laki-laki mu ini
akan ceritakan, tentang pencariannya dalam perantauan,
tentang hal-hal baru yang ia temukan. Usanglah semua rumit
dan sulitnya kisah anakmu dinegeri orang, dengan cinta
sederhana yang kau simpan dalam tatapan matamu yang ia
pandang.
-------------------------------------------
----------------
Aku sadar betul sayang, betapa hal yang kau inginkan dariku
hanyalah waktu yang sedikit saja lebih panjang. Betapa kau
inginkan aku membelai rambutmu hingga kau tertidur lelap,
atau megenggam tanganmu ketika harus melewati jalan
panjang yang gelap. Dan itu pula yang membuatku tak pernah
sekalipun lupa, pada senyum manismu yang melambai padaku
dari balik jendela. Pada binar matamu yang menghantarkan
aku memalingkan wajah dan kembali berjalan berbalik arah.
Dari matamu, aku sadar bahwa kau mengerti, tak banyak
waktu yang kita miliki. Satu hal yang kau harus tahu dengan
pasti, bahwa nafasku yang terengah di depan pintu rumah,
adalah karena aku berlari ketika tahu aku punya sedikit waktu
untuk kubagi. Saat kau tertawa membuka pintu, dengan
balutan sederhana baju tidurmu, maka saat itu pula aku tahu,
bahwa takkan pernah kehabisan alasan untuk aku kembali
padamu.
70
Dongeng Bidadari Bumi
71
pemahaman yang tidak sama dengan berjuta-juta wanita
diluar sana. Ya, diluar sana, para wanita ada yang sibuk
mengurusi bentuk rambutnya ataupun warna bibirnya,
namun tetap saja tidak merdeka dalam berpikir dan tidak
adil dalam berkata. Atau pula, yang hanya sibuk bekerja
dan bekerja untuk meraih kegelimangan harta agar ia
dapat puas menikmatinya, seakan-akan menjadi naik
harkat martabatnya oleh tumpukan uang, ataupun
tambahan gelar demi gelar dibelakang namanya.
72
minum dari mangkuk pengetahuan tanpa pernah merasa
kehilangan dahaga.
73
Ah, mungkin aku sudah gila jika hanya terus
memikirkannya. Benar-benar kau bukan manusia, oh
sang bidadari bumi. Bahkan hanya dengan dongenganmu
saja, telah membuat aku menjadi susah bingung dan
merana. Aku menjadi terus mencoba mencari-cari
kekasih hati yang sedikit saja mampu seperti dirimu, oh
tokoh dalam dongeng kesukaanku. Aku menjadi seperti
pelaut-pelaut yang mengarungi bulatan bumi dalam
hantaman ombak samudera, untuk sebuah cerita tentang
peninggalan harta karun yang entah ada dimana. Benar-
benar sialan dongeng yang menceritakanmu itu dan
alangkah baiknya untuk aku segera menutup buku.
74
nirwana dan istana para dewa diantara kumpulan awan
dan gugusan bintang adromeda.
75
Rasa :
Bagian II
Cerita Cinta
76
Bunga yang Tepat (Bagian Pertama)
77
seperti itu serta harus mampu hidup dalam pot tersebut”.
Seketika itu pula, si kakek menghembuskan nafas
terakhirnya di tengah tiupan angin kesunyian yang
menerpa deras di hati sang pemuda.
78
Peneliti ini pun lalu bercerita padanya bahwa dia harus
melakukan penelitian dalam jangka waktu yang tidak
sebentar terhadap tanaman tersebut dan kemah yang
dibangunnya tampak tidak cukup kuat untuk menahan
jika hujan tropis besar datang sebagaimana biasanya.
Sedangkan disisi lain, penginapan di kota berjarak cukup
jauh dimana akan sangat menyulitkannya untuk meneliti
kondisi bunga tersebut di saat malam dan subuh. Bak
gayung bersambut, sang pemuda lalu menawarkan
rumahnya untuk menjadi tempat tinggal sementara bagi
sang gadispeneliti tersebut. Kegembiraannya
membuatnya lupa untuk mencari tahu lebih jauh apakah
ukuran maupun lokasi tempat bunga yang akan dia bawa
pulang sudah cocok untuk ditanam di pot kecilnya
tersebut.
79
Setiap hari sebelum ia pergi ke ladang atau hutan untuk
berburu, dia mengantarkan sang gadis cantik idamannya
tersebut sambil bercerita dan tertawa satu sama lain.
Seminggu sudah berlalu, dan perjalanan menuju lokasi
bunga tersebut kini mereka jalani dengan tangan yang
saling menggenggam dengan mesra dan hangat. Tak
terasa sudah sebulan berlalu, si pemuda tersebut kini bisa
memandangi bulan di malam hari dengan bercerita
tentang kehidupan bersama seorang gadis yang
bersandar dipundaknya. Dia melirik sejenak ke arah pot
kecilnya, sembari pundaknya menjadi sandaran kepala
dan untaian rambut si gadis peneliti tersebut. Lalu,
katanya dalam hati, “Ternyata pot kecil ini benar-benar
ajaib, kek!”.
80
Aku tahu akan lebih berat dan sulit bagiku jika
harus memandang wajahmu
81
Dan yang paling menyakitkan adalah aku tahu
persis kita tiada mungkin terus bersama
82
nyata, namun seperti membawa tubuhnya untuk segera
menyentuh lantai.
83
Malin Kundang
84
ketika muda dulu, kami bernasib sama dengan dia.
Bapak menjual sepetak sawahnya dan membelikannya
sebuah sepeda motor merah keluaran terbaru untuk dapat
dipakainya kuliah, yang karena memang kampus sekolah
tinggi itu tak jauh dari rumah. Selain itu, bapak dan ibu
juga sudah menjodohkannya dengan Tiur, anak gadisnya
Camat setempat yang menjadi primadona di daerah
kami.
85
dan betapa besar apa yang sudah kalian
perjuangkan untukku. Aku mencintai kalian
dan selamanya akan tetap mencintai kalian.
Oleh karenanya, aku tidak akan sanggup jika
harus melihat kalian terluka dengan
keputusan yang aku ambil.
Si Bungsu
86
Tapi, disamping kebencian kami, ibu menyimpan
kerinduan yang sangat dalam padanya. Ibu, adalah orang
yang paling yakin suatu saat nanti dia akan pulang,
karena memang tampaknya dia tak pernah ketinggalan
kabar tentang kami. Kami tidak tahu, namun tampaknya
dia pun selalu memperhatikan kami. Tiga tahun yang
lalu, ketika bayi laki-laki saudari kami lahir, sebuah
paket berisi boneka diantar kerumah saudari kami itu
dengan tanpa alamat pengirim dan hanya sebuah nama
pengirim bertuliskan “Paman”.Belum lagi, seringkali ibu
merasa heran dengan uang di rekeningnya yang tiba-tiba
bertambah tanpa tahu siapa pengirimnya.Tanpa perlu
berdiskusi panjang lebar, kami semua tahu pasti bahwa
si bungsu malinkundang itu ada di dibalik semuanya.
87
lihat bapak tampak kesal dan memilih masuk kedalam
rumah.Aku segera mengambil tempat untuk duduk di
samping ibu.
88
yang berparas cantik, tampak tegar dengan sorot
matanya yang menunjukkan bahwa dia secerdasadikku.
*****
89
mandiri tanpa ada bantuan biaya dari keluarga sama
sekali.
90
menahan rasa sakit yang sangat dalam di dada,
menyadari bahwa setahun yang lalu aku membuatnya
pergi lagi dari rumah. Dan yang paling buruk, membuat
dia tak bertemu lagi dengan ibu, yang selalu
menunggunya pulang setiap sore didepan teras,
sebagaimana dulu ketika ibu menunggu dia pulang
bermain saat masih anak-anak, dan menyuruhnya mandi
setelahnya. Dalam isakan tangisnya, kudengar bapak
berkata, “Bapak, yang durhaka nak, bapaklah yang
durhaka. Kalau kau mendengar bapak, kutuklah bapak
nak! Kutuklah bapak! Kutuklahbapak menjadi batu!”
Selesai.
91
Kisah hamba pada Tuannya
92
semua kebaikan ada didalamnya. Lalu betapa kuasanya
pula Tuanku ini hingga tak mungkin dengan mulutku
mampu menggambarkanNya". Hamba yang pertama pun
mengingat pesan Tuannya untuk dia melayani, lalu
ditinggalkannyalah desanya, dia berjalan menuju depan
rumah si Tuan, katanya "Tuan ku yang maha agung pula
mulia, kubawakan pada-Mu alat-alat musik terindah dari
seluruh negeri hendaknya pula Kau dengar aku
menyanyikan segala kebaikan yang ada padamu oh Tuan
ku yang mahamulia".
Tak pelak hari demi hari berlalu, dan segala yang terbaik
dari seluruh negeri pun sudah menumpuk didepan rumah
megah milik si Tuan, dibawakan oleh hambaNya yang
pertama. Lalu tibalah saat dimana si Tuan tersebut ingin
melihat hasil kerja kedua hambaNya dan memutuskan
pakah mereka akan diterima dalam rumahNya atau tidak.
Tuan itu pun perlahan turun menuju pintu rumahNya,
dibukaNya lalu dilihat olehnya hanya berdiri satu orang
93
hambaNya, namun belum sempat Dia berbicara tampak
dari jauh seseorang berjalan.
94
Lalu Tuan itu bertanya, "ketika kau membantu orang-
orang tadi, dan mereka menanyakan alasannya, apa yang
kau jawab wahai hambaKu?"
95
Kenyataan :
Kenangan dan Perjalanan
96
Kisah tentang Abang dan Kakak
Aku hanya anak lelaki kecil pada saat itu, yang tak bisa
memungkiri bahwasanya hingar-bingarnya kemewahan
ala kota yang disajikan menarik di televisi milik kedai
kopi di simpang jalan sangatlah menarik perhatian.
Tentang permainan elektronik yang disebut game board,
tentang makanan yang bernama hamburger dan restoran
cepat saji yang menyediakan mainan anak-anak untuk
97
dijual. Meskipun hanya setiap sore dahulu hal tersebut
kusaksikan, ketika menumpang menonton serial satria
baja hitam di kedai kopi simpang jalan, yang akan segera
terhentikan jika teriakan usiran si pemilik kedai
terdengar.
98
Ya, sebuah hamburger daging sapi ditunjukkan abangku
dihadapanku dengan keadaan masih hangat dan
terbungkus. Suara kertasnya yang dibuka, seperti suara
gemertak robohnya pintu-pintu impian yang kokoh dan
besar yang tadinya tertutup rapat dan terlihat tak
mungkin terbuka. Oleh kakakku, dibaginya hamburger
itu untuk kami nikmati bersama. Kuperlahan
kunyahanku dan membiarkan lidah ini lebih lama
menikmati arti sebuah kemewahan, makanan impian
seperti yang ada di televisi. Meski hamburger yang
kulahap ini hanya sebuah hamburger seharga satu atau
dua ribu rupiah yang dijual oleh penjaja kaki lima di
sekolah abangku, tapi tetap saja ini hamburger, makanan
anak para raja pikirku.
99
aku meminta paket makanan berhadiah botol minuman
bergambar batman, namun ketika kakakku mengatakan
tak cukup uang yang ada, maka paket ayam nasi dan
soda pun sudah cukup bagiku. Bukanlah enaknya ayam
goreng itu yang memuaskan aku, tapi sejenak saja aku
merasa bahwa aku dan kakakku sama seperti anak-anak
dan keluarga yang cukup kaya yang ada di restoran itu.
Sejenak aku merasa sudah sangat kaya dan sudah
menjadi anak kandung dari hingar-bingarnya perkotaan
yang disajikan manis di televisi di kedai kopi simpang
jalan.
100
sebuah mainan yang bisa menggantikannya. Dia
meminta uang lima ratus milikku untuk membeli sebuah
kotak pensil dengan bola besi kecil didepannya dan
lubang-lubang berterakan angka yang bisa dimasukkan
kedalamnya, semakin sulit lubangnya semakin besar
angkanya. Siang hari ketika paginya kuserahkan uang
itu, kutunggui abangku di simpang jalan. Dari kejauhan,
tampak dia sudah membuka tasnya dan melambai-
lambaikan padaku sebuah kotak pensil. Aku kecil segera
berlari dan menggapai kotak pensil dengan mainan bola-
bola kecil didepannya. Meskipun itu hanya sebuah kotak
pensil dengan logo sebuah merk susu anak-anak, namun
kebahagiaannya tak mampu terlupakan hingga kini.
101
kakak, namun tetap tak mampu mengisi tempat yang
sama dengan sisi yang mereka isi. Bahkan tak jarang
dalam berbagai komunitas ada banyak sosok yang
dihadirkan sebagai kakak spiritual atau kakak rohani,
atau apapun sebutannya. Mereka yang dalam tradisi
komunitas berusaha menjadi kakak yang padanyalah
semua masalah dan keluh kesah hidup dapat kita luapkan
dan berbagi beban. Tak ada maksud untuk tidak
mengindahkannya, hanya saja memiliki kakak-kakak
yang sudah kepalang panjang kisahnya untuk menjadi
sahabat bagi jiwa, dan tak ada masalah yang terasa besar
ketika dibagi dengan mereka. Rasanya tidaklah angkuh
dan jumawa jika berkata pada diri sendiri bahwasanya
sudah cukuplah mereka yang dianugerahkan Tuhan ini
kepadaku menjadi kakak yang kepada merekalah semua
ombak kehidupan ini kuluapkan, menjadi karang yang
menghantam dan memecahkannya menjadi butir-butir
air yang berpelangi kala sinar mentari menerpanya.
102
Rumah Itu Selalu Punya Ruang
103
Hari-hari kami lalui dengan sangat gembira dan hangat,
ketika pemuda dari kampung memanjat pohon kelapa di
depan rumah, saya pun mengambil sebuah baskom besar
untuk kami pun menikmati es kelapa bersama, tanpa
pernah sekalipun merasa bahwa kecilnya rumah itu dapat
menciutkan rasa syukur kami dan kehangatan yang ada.
Halaman rumput hijau puskesmas menjadi tempat kami
selalu bersenda gurau ketika petang. Kadang ketika masa
ujian tiba, kamar suntik di puskesmas, yang kuncinya
dipercayakan kepada ibu, dipakai buat belajar dan tidur
oleh kakak dan abang saya, karena kamar di rumah tidak
cukup untuk orang sebanyak itu.
104
jerih payahnya berhasil membangun rumah, yang
memiliki tiga kamar namun lebih luas dibanding rumah
kecil di samping puskesmas itu. Kakek dan nenek di
bawa oleh ayah ke rumah dan menempati satu kamar,
satu kamar lagi buat ayah dan ibuku dan satu kamar
sisanya buatku. Kini, waktu pun telah berjalan cukup
jauh, meninggalkan kenangan-kenangan indah itu yang
tak lekang di ingatanku.
105
Tanpa direncanakan, rumah itu kini diisi oleh satu orang
pemuda dari desa, satu orang pemudi dari jakarta, dan
dua orang pemudi dari Siantar, sebuah kota dekat dengan
desa kami. Semuanya itu adalah keuarga, dan latarnya
berbeda-beda, dua dintaranya dipercayakan ke rumah
kami karena tadinya bertingkah cukup nakal, satu
diantaranya karena tidak mampu mebiayai biaya sekolah
dan terakhir karena adik ibuku yang adalah orang tuanya
lebih mempercayakan untuk dia tinggal di rumah kami.
106
mereka selalu memanggil banyak orang untuk tinggal
bersama. Bahwasanya rumah mereka yang meskipun
kecil namun tak akan dan tak akan pernah kehabisan
ruang untuk tawa-tawa baru dan senyum-senyum baru.
107
Kisah Seorang Pemuda dan Ular
Sawah
108
Keriuhan ini dikarenakan seorang pria yang datang,
dengan tangan yang terluka besar. Pergelangan
tangannya terbuka lebar seperti baru saja tersayat pisau
besar atau mesin. Darah mengalir deras, dan sebuah kain
mengikat otot lengan atasnya dengan kuat sehingga
terlihat biru. Lelaki itu ternyata digigit oleh sebuah ular
sawah yang besar, di sebuah kandang ayam yang
sederhana. Kain itu mengikat tangannya agar darah yang
mungkin sudah terinfeksi banyak kuman tak bercampur
dengan darah diseluruh tubuhnya.
109
menjahit luka. Pergelangan itu terbuka lebar, dan jika tak
hati-hati, si pemuda bisa saja tak selamat. Aku melihat
kakak perempuanku seperti keringat dingin, dia yang
masih sekolah harus dihadapkan pada keadaan yang
tidak mudah. Ibuku pun demikian, dia hanya seorang
asisten apoteker. Setelah beberapa waktu yang cukup
lama, tangan si pemuda ini sudah selesai dijahit dengan
rapi oleh mereka bertiga. Lalu, akhirnya si pemuda ini
bersama temannya pulang,namun sebelum pulang ibu ku
mengharuskan dia untuk segera ke rumah sakit umum
yang berada beberapa ratus meter dari rumah kami, agar
kondisinya bisa ditangani oleh yang lebih ahli. Lalu,
darah si laki-laki ini yang sudah tertampung dalam
sebuah baskom yang cukup besar dibuang, sambil
kakak-ku menyampaikan betapa beratnya pekerjaan yang
tadi dia lakukan.
110
darah. Setelah luka luarnya dijahit pun, seharusnya dia
mendapatkan pengobatan, karena mungkin kain yang
mengikat lengannya itu tak mampu menjaga agar darah
kotornya tak bercampur. Belum lagi betapa banyak
darah-nya yang keluar pada saat itu. Tapi, mungkin si
pemuda itu tak punya pilihan, rumah sakit mungkin
berarti uang, sedang dia hanyalah pemuda yang bahkan
harus bekerja di sebuah peternakan ayam kecil milik
saudaranya.Beberapa minggu berlalu, kami mendengar
kabar bahwa si pemuda ini akhirnya meninggal dunia di
kampungnya. Pengobatan kampung memang sepertinya
tak bisa menggantikan perawatan modern, obat, serta
suntikan anti infeksi dan tetanus yang harusnya
diberikan.
111
pemuda kurang beruntung, karena dia harus menderita
dan menyadari bahwa ternyata dia tidak punya cukup
uang untuk menyelamatkan hidupnya.
112
Pelajaran dari Perjalanan 10 jam
(Bagian Pertama )
113
senyum Koko terhadap orang yang baru dia kenal
ternyata tidak menggambarkan kesusahan hidupnya.
114
meneleponnya untuk menanyakan sudah sampai dimana.
Padahal masih 5 - 8 jam mungkin sampai di Medan.
115
Pelajaran dari Perjalanan 10 jam
(Bagian Kedua)
116
lapuk, yang terjatuh dari sebuah pohon tepat dimana
dibawahnya sang mandor berdiri. Begitu pula dengan
kematian orang tuanya, semuanya murni adalah
“kehendak langit”.
--------------------------------------------------------------------
117
“Burung si Koko inilah, bunyi terus… Ko, hati-hati
burungnya Ko.. Koko ini sudah tua tapi burungnya
masih aktif aja” canda si Ibu muda dengan tawa. Burung
bisa bermakna ganda di medan, dan semua penumpang
merasa bahwa si ibu muda sedang memainkan makna
kiasannya, yang sangat tidak sopan jika diartikan
harafiah. Sontak seisi bus tertawa, si Koko juga, bahkan
koko juga ikut dalam canda gurau yang sedikit nakal itu.
Koko ini orang yang bersahaja kupikir, aku yakin dia
merasa di tertawakan tapi tetap saja dia ikut tertawa.
Tapi tetap bagiku si ibu muda tak seharusnya bercanda
mengenai hal itu, si koko sudah terlalu tua untuk
candaan seperti itu, mengingat ibu itu juga sedang
membawa anak berumur 5 tahunan. Mungkin si ibu
muda sedikit mendengar cerita hidup si Koko yang
diceritakan kepadaku, sehingga terlihat kurang
menghormati. Mungkin beda jika si Koko berkata bahwa
dia punya sebuah mall di medan, pasti si ibu tak berani
bercanda seperti itu. Sekali lagi, aku berusaha berpikir
bahwa akulah yang sudah terlalu curiga pada si ibu muda
ini.
--------------------------------------------------------------------
118
“Dalam hidup, akan ada 3 keuntungan besar yang akan
datang, dan jika kita tidak siap dan jeli dalam
memanfaatkannya bisa jadi kesusahanlah yang akan
datang.”
119
terutama konsennya pada keluarga,seorang ayah yang
hebat .
120
Pelajaran dari Perjalanan 10 jam
(Bagian Ketiga)
121
belajar ko, tapi bukan laptop ko, itu terlalu mahal”,
jawabku lagi. Aku tersentuh setelah mendengar jawaban
koko setelah itu.
122
di ujung telepon. Aku menguping pembicaraan mereka,
aku penasaran akan betapa haru-nya hubungan anak dan
ayah ini. “Pi… bagi pulsa pi…”, suara si anak laki-laki
terdengar dari loudspeaker HP si koko ( Papi adalah
panggilan si anak buat ayahnya ini ). “ahh.. taik mu
lah… lu gak tidur-tidur jam segini, minta pulsa pula”,
jawab si koko yang langsung dibalas oleh tawa kecil si
anak. Tapi tetap si anak tidak tidur buat menunggu
pahlawannya satu ini. Ya, koko ini seorang pahlawan,
bahkan akupun mengakuinya.
123
HP itu selesai, si koko menatapku tanpa kata, seakan
berkata “inilah anak laki-laki harapanku”. Aku tahu
betapa akan emosionalnya pertemuan hari itu, si anak
menunggu pahlawannya, si ayah ingin segera menjumpai
“harapan”nya. Sejuta kemungkinan akan mereka hadapi,
untuk memulai semua dari awal lagi, mencoba
peruntungan dengan pasrah terhadap “kehendak langit”.
Si ayah bukan hanya akan berjuang melawan
peruntungan tapi juga usia dan tubuhnya yang tua. Tak
terasa sudah tiba di medan, mini bus “Bulungan Indah”
berhenti di terminalnya, saat itu pukul 02.30 pagi dini
hari WIB. Aku turun bersama abangku yang juga dalam
perjalanan itu. Aku masih melihat si koko yang
sepertinya ingin sesegera mungkin menjumpai
harapannya itu. Aku melihatnya, sambil aku berdoa agar
kiranya Tuhan selalu bersama dia dan keluarganya.
Perlahan becak mesin tumpanganku mebawaku semakin
jauh, dan tak bisa lagi melihat si koko yang sedang
mencari tumpangannya ke rumah.
--------------------------------------------------------------------
Selesai
124
Hati Emas di Sebuah Gereja Kecil
125
gereja ini. Sesederhana itu, tanpa ada tim musik khusus
atau semacam pelatihan oleh profesional yang dilakukan
secara rutin setiap minggunya.
126
Wanita itu adalah sepupu ibu itu, anak dari saudara
perempuan ayahnya. Anak dari “namboru-nya”, itulah
orang batak menyebutnya. Ibu itu selalu membawa
sepupunya itu ke gereja setiap minggunya. Dia
merawatnya di rumahnya meski dengan segala
kekurangan sepupunya itu. Wanita itu memiliki banyak
kekurangan semacam retradasi mental. Si ibu itu
merawatnya, memakaikannya pakaian yang sederhana
namun sangat rapi dilihat, setiap hari minggu, agar
sepupunya itu mengikuti ibadah hari minggu
bersamanya. Setiap minggu,wanita itu dituntun si ibu
dan selalu duduk disamping si ibu. Hanya itu yang saya
tahu dari “inang” ( panggilan ibu dalam bahasa batak )
itu, selain kenyataan bahwa suaminya lah yang biasanya
berkhotbah di mimbar setiap minggunya. Bagi saya itu
semua cukup untuk meneladani hati emas-nya,
kesediaannya membantu saudaranya. Semoga “anak
Tuhan” yang satu ini dapat memberikan teladan bagi
kita.
127
Keajaiban Kaisarea (Bagian Pertama)
***
128
menyambung untuk mereka yang senantiasa berserah
padaNya.
129
Aku masuki ruangan kepala sekolah, aku tanpa berkata
apa-apa langsung menyalam ibu tua sedikit gemuk
berkacamata itu, aku langsung berkata “Miss Yus, masih
ingat aku? Aku arion”, belum sempat aku melanjutkan
dia langsung menegaskan kalau aku arion purba siboro,
dilihatnya jumper-ku yang bertuliskan asal kampusku
dengan ucapan kagum, disalam dan dirangkulnya aku.
“Ini bukan kebetulan” itulah hal yang paling dia
tegaskan kepada kami mengenai kedatangan kami, yang
diantaranya tidak semuanya beruntung sedang menjalani
kuliah. “Ibu baru seminggu lalu menjabat kepala sekolah
lagi disini, mari kukenalkan ke guru-guru yang sudah
sejak lama berganti-ganti”, kalimatnya itu membuatku
bingung, kabar mengenai dia dan penyakit kanker
rahimnya dan isu-isu lainnya saling beradu dalam
pikiranku. Dan kini aku menemukannya di ruangan yang
sama dengan delapan tahun lalu, meski dia mengidap
kanker stadium empat?
130
Keajaiban Kaisarea (Bagian Kedua)
131
dan dokter pun sudah memprediksi tahun 1994 tak akan
bisa dilewati lagi olehnya. Dia menyimpan berita itu
hanya untuk dia dan Tuhan, dan ternyata kepasrahannya
membuatnya mampu menjalani hidup dengan penuh
energi, bahkan sejak tahun 1995 sampai 2001 dia telah
menemani 32 anak angkatan pertamanya hingga lulus
dan salah satunya menggaguminya dan menuangkannya
menjadi tulisan ini. Tapi Tuhan menunjukkan jalan lain
di kehidupannya, tahun 2003 ia tak mampu lagi
bergerak, ia pingsan di tempat kerjanya dan tak mampu
lagi menjalani profesi sebagai kepala sekolah.
Kepasrahan akan Tuhan hanya itulah yang dia pegang
saat itu, meski perutnya telah membesar dan kulitnya
menghitam akibat kanker stadium empat sudah hampir
pasti merenggut nyawanya.
132
bekerja sebagai protokoler presiden, membantu
mendanai pengobatan miss yus, hingga salah seorang
mantan muridnya ketika ia masih mengajar di salah satu
perguruan swasta lain.
133
penulis belum menemui kembali tokoh dalam cerita
untuk membuat tulisan yang lebih lengkap. Mohon Maaf
134
Kumpulan tulisan ini adalah hasil tulisan saya yang
dapat anda baca juga di www.arionbatara.webs.com
135