Dipersembahkan kepada :
Semua masyarakat Inonesia, Papa & Mama, Kakak-kakak & adik-Adik, Istri & anak-
anakku
Penyusunan buku ini mulai dilaksanakan pada tahun 2018 diilhami dari
keinginan dari beberapa pelajar/generasi muda yang ingin mengetahui
peristiwa yang menjadi lembaran hitam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia pada masa antara tahun 1950-1961. Dalam setiap budaya
mempunyai unsur mengisahan cerita, apakah cerita tersebut merupakan
kisah nyata yang benar-benar terjadi, atau hanya berupa mitos maupun
hanya cerita legenda. Namun semua itu mempunyai maksud dan tujuan
yang positif, karena suatu kisah atau cerita selalu diuraikan dan dicatat
untuk diketahui oleh generasi berikutnya sehingga mereka dapat belajar
dari kisah itu dan menjadi lebih baik.
Adapun maksud dan tujuan penulisan buku ini untuk mencegah sejarah
hitam bangsa Indonesia tersebut agar tak terulang kembali di masa yang
akan datang, serta sebagai bahan referensi pelajaran muatan nasional di
sekolah-sekolah, untuk menambah pemahaman pembaca khususnya
generasi muda tentang berbagai peristiwa disintegrasi bangsa berupa
pemberontakan dan pergolakan daerah khususnya di Indonesia bagian
timur masa awal Republik Indonesia Serikat tahun 1950 hingga masa
Demokrasi terpimpin tahun 1961.
Memang masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini yang perlu
diperbaiki dalam melengkapi kisah sejarah ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan masyarakat khususnya bagi generasi
muda demi kemajuan pembangunan bangsa Indonesia ke depan.
“ PAKATUAN WO PAKALOWIREN ”
Tareran, 02 Maret 2019
Penulis
PRAKATA .....................................................................` i
DAFTAR ISI ...................................................................... ii
LITERATUR ............................................................. VI
PROFIL PENULIS ............................................................ V
PEDAHULUAN
Sejarah adalah ibu dari pengetahuan manusia dan berusia setua dengan
ingatan manusia. Ketika manusia dilahirkan, ia hidup, bekerja, berbicara
dan memiliki sejarah. Hanya manusialah yang memiliki sejarah dan
sanggup mempelajari berbagai macam sejarah. Dalam sejarah seperti ini
manusia tampil sebagai pencipta sejarah. Dan karena itu sejarah
merupakan agregat dari aktifitas manusia. Inilah ungkapan dari seorang
filsuf dan sejarahwan Michel Foucault.
Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu ―integrasi‖ dan ―nasional‖.
Integrasi berasal dari bahasa Inggris, integrate, artinya menyatupadukan,
menggabungkan, mempersatukan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan
yang bulat dan utuh. Kata nasional berasal dari bahasa Inggris, nation
yang artinya bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi
nasional mempunyai arti politis dan antropologis. Integrasi nasional
secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas
nasional. Sedangkan secara Antropologis
Integrasi nasional berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi
dalam kehidupan masyarakat.
Musuh terbesar bangsa kita bukan yang datang dari luar, tetapi
ancaman disintegrasi yang berasal dari dalam sendiri
(C.S.T. Kansil dan Julianto, 1998)
Bagi TNI sebagai pejuang kemerdekaan yang setia tentu saja agak sulit
menerima kehadiran KNIL, begitupula bagi KNIL sulit bergabung dengan
TNI sebab mereka pernah berhadapan satu sama lain dalam pertempuran
pada masa Perang Kemerdekaan. Kecemburuan KNIL terhadap
TNI semakin menjadi setelah diputuskan bahwa pimpinan APRIS harus
berasal dari TNI. Hal ini diperparah dengan sambutan rakyat yang lebih
simpatik terhadap keberadaan TNI. Pada titik inilah, kaum reaksioner
yang subversif memanfaatkan situasi untuk terus menyebar hasutan
guna merongrong pemerintah Indonesia.
Bagi pemerintah pada saat itu, apapun bentuk perjuangan daerah yang
bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat, merupakan suatu
penghianatan dan pemberontakan yang tentu saja harus ditumpas
dengan kekuatan militer karena menjadi ancaman bagi kedaulatan dan
keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa. Yang dimaksud
dengan Ancaman adalah usaha yang bersifat mengubah atau merombak
kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional melalui tindak
kriminal dan politis. Sedangkan Ancaman militer adalah ancaman yang
menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai
mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman
militer dapat berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Adapun
ancaman nonmiliter adalah ancaman yang tidak menggunakan senjata,
tetapi jika dibiarkan akan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
C. RUMUSAN MASALAH
D. METODE PENULISAN
*******
Akhirnya pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS yang dipinpin o1eh
Drs. Mohammad Hatta berangkat ke Belanda untuk menandatangi "akte
penyerahan" kedau1atan dari Pemerintah Belanda . Pada tanggal 27
Desember 1949, baik di Indonesia maupun Belanda diadakan upacara
penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan.bertempat di Ruang
Tahta Amsterdam. Ratu Juliana , Perdana Menteri Dr. Willem Drees,
Menteri Seberang Lautan Mr. AMJ A. Sassen dan Ketua Delegasi RIS Drs.
Mohammad Hatta bersama-sama membubuhkan tandatangannya pada
naskah penyerahan kedaulatan kepada RIS.
Pada waktu yang sama di Jakarta Sri Sultan Hamengku Bowono IX dan
Wakil Tinggi Mahkota Belanda AHJ. Lovink dalam suatu upacara
membubuhkan tandatangannya pada naskah penyerahan kedaulatan.
Dengan demikian secara formal Belanda mengakui kemerdekaan
Indonesia dan mengakui kedaulatan penuh Negara Indonesia di seluruh
bekas wilayah Hindia Belanda. Republik Indonesia Serikat terdiri atas 16
negara bagian dengan masing-masing mempunyai luas daerah dan
jumlah penduduk yang berbeda. Pada masa RIS tidak sedikit kesukaran
yang dihadapi oleh
pemerintah dan rakyat.
Sebagai suatu negara yang
baru diakui kedaulatannya ,
Indonesia harus menghadapi
rongrongan dari dalam yang
dilakukan oleh beberapa
golongan yang mendapat
dukungan dan bantuan dari
pihak Belanda atau mereka
yang takut akan kehilangan
hak-haknya bila Belanda
meninggalkan Indonesia.
Memasuki Juni 1950, ketika harga minyak dan karet melonjak akibat
Perang Korea, Indonesia sebagai penghasil minyak ikut menikmati
kenaikan itu, sehingga mendongkrak dan membuat anggaran belanja
pemerintah tahun 1951 surplus. Namun disisi lain nafsu mengimport
barang-barang lain yang mengurus devisa dari luar negeri mendadak
naik, diikuti kenaikan upah dan harga yang membuat inflasi. Ditambah
lagi utang Indonesia yang harus dibayarkan sesuai dengan Perjanjian
KMB, sangat memberatkan ekonomi indonesia.
****
Pada perkembangannya,
Tentara Keamanan
Rakyat berubah menjadi
Tentara Keselamatan
Rakyat pada 7 Januari
1946. Nama itu berubah
kembali menjadi Tentara
Republik Indonesia
(TRI) pada 24 Januari
1946 dengan Jendral
Sudirman sebagai
Panglima Besar Jenderal
TRI.
****
Pada akhir Mei 1947, diadakan rapat DPN yang dipimpin oleh Amir
Syarifuddin, untuk membahas tentang perubahan nama dan formasi TRI.
Hasil rapat disepakati tentang penyatuan laskar-laskar dengan tentara
reguler. Soemarsono, yang mewakili Laskar Pesindo mengusulkan supaya
nama Tentara Republik Indonesia diubah menjadi Tentara Nasional
Indonesia, dengan singkatan ―T.N.I‖. Usulan ini diterima. Tanggal 3 Juni
1947, Tentara Nasional Indonesia diresmikan. Keanggotaannya terdiri dari
tentara reguler dan TNI-Masyarakat. Pucuk pimpinan TNI dipegang oleh;
Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar, Letjen Urip Sumohardjo
Untuk menghindari
dualisme kepemimpinan
dalam kelompok
ketentaraan Indonesia
antara kelompok APRIS
dengan kelompok pejuang
gerilya, pada bulan Juni
1947 Pemerintah RI telah
mengeluarkan
kebijaksanaan bahwa
segenap badan kelaskaran
baik yang tergabung dalam biro perjuangan maupun yang lepas,
berada dalam satu wadah dan satu komando yaitu Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Namun dalam menjalankan proses pergabungan
tersebut, timbul banyak masalah khususnya di daerah yang masih
kuat pengaruh ―Belandanya‖ seperti di Indonesia bagian timur, yang
tergabung dalam Negara Indonesia Timur (NIT) dengan ibukotanya
Makassar.
Situasi ini merisaukan kalangan perwira TNI asal Indonesia Timur yang
tergabung dalam kesatuan KRU-X (Korps Reserve Umum X). Wadah ini
adalah bagian dari TNI Perjuangan (Bekas Laskar Rakyat) yang
terbentuk pada pertengahan tahun 1948. Kesatuan ini dipimpin Letkol
A.G. Lembong dengan
wakilnya, Letkol J.F.
Warouw didampingi
Mayor H.N. Sumual,
Letnan Satu Lendy
Tumbelaka. Kapten Piet
Ngantung, Kapten Eddy
Gagola, Kapten
Matulessi, Kapten E.J.
Kanter. Kapten J.
Mandang dll.
3. Plan Metekohi
Plan Matekohy adalah sebuah konsep yang digagas oleh Dolf Metekohy
pemimpin kelompok "Sembilan Serangkai". Sejak pembentukkan Negara
Indonesia Timur di Denpasar pada Desember 1946 telah nampak bahwa
Metekohy mempunyai pandangan yang sangat berbeda dengan kelompok
*****
Plan Matekohy adalah sebuah konsep yang digagas oleh Dolf Metekohy
pemimpin kelompok "Sembilan Serangkai". Sejak pembentukkan Negara
Indonesia Timur di Denpasar pada Desember 1946 telah nampak bahwa
Metekohy mempunyai pandangan yang sangat berbeda dengan kelompok
federalis yang sejak semula menyokong federalisme yaitu menjadikan
negara Indonesia sebagai negara federal. Namun pandangan Matekohy
berbeda, ia mempunyai pandangan yang skeptis terhadap federalisme
Indonesia. Baginya bahwa daerah-daerah diwilayah NIT antara lain
Makassar, Manado dan Ambon, dapat menjadi negara sendiri lepas dari
NIT, dan tidak bergabung dengan RIS. Perbedaan ini terus berlanjut
sampai tahun 1950, sehingga Metekohy disebut pihak Belanda sebagai ‗de
misr lndonesisch onder de lndonesiche broeders‘. Sejak Konferensi Malino
Pembubaran beberapa
negara bagian pada 8 Maret
1950 membuat keadaan
bertambah panas.
Golongan unitaris
mendesak NIT
membubarkan diri dan
bergabung ke dalam NKRI,
sementara para federalis
berupaya sekuat tenaga
mempertahankan NIT.
Pergolakan politik yang
terjadi di Jawa, Madura dan
Sumatera yang berkisar
pada masalah pertetangan
antara federalisme dan
unitarisme (kesatuan) dan hasrat untuk mengukuhkan kembali
Negara Kesatuan Republik Indonesia,. diikuti dengan penuh gairah
oleh golongan republiken di Indonesia Timur, termasuk Makasar.
Pada tahun 1948, Andi Azis dikirim lagi ke Makassar dan diangkat
sebagai Komandan kompi dengan pangkat Letnan Satu dengan 125
orang anak buahnya (KNIL) yang berpengalaman dan kemudian masuk
TNI. Dalam susunan TNI (APRIS), ia dinaikan pangkatnya menjadi
kapten dan tetap memegang kompinya tanpa banyak mengalami
perubahan anggotanya.
Selain itu pasukan ini juga di jamu oleh L.N. Palar yang merupakan
diplomat ulung Indonesia yang juga berasal dari daerah Minahasa –
Sulawesi Utara.
―Buat apa didatangkan pasukan APRIS dari Jawa, toh pasukan eks-
KNIL di Makassar-pun telah pasukan APRIS dan sanggup
mengamankan NIT,‖ kata Andi Azis, seperti dicatat Sejarah TNI AD
(1945-1973) 2 Peranan TNI AD Menegakan Negara Kesatuan RI (1979).
****
Sebelum aksi dijalankan, di malam hari tanggal 4 April 1950, Andi Azis
dipanggil oleh Dr. Chris Soumokil dirumahnya. Sebagai bekas Ajudan
Senior Sukowati (Presiden NIT), Kapten Andi Azis tentu sangat dikenal
oleh Dr. Chris Soumokil. Begitupun sebaliknya Dr. Chris Soumokil
sangat dikenal oleh Kapten Andi Azis, selain sebagai salah satu tokoh
politik NIT yang berpengaruh, juga sebagai Jaksa Agung negara Bagian
NIT. Di rumah Soumokil itu, beberapa serdadu eks KNIL asal Ambon
sudah menunggu. Mereka sudah siap tempur bila pasukan TNI dari
Batalion Worang mendarat di Makassar. Dr. Chris Soumokil menjamin
bahwa ia telah menyiapkan 1 Brigade tempur KL dan 3 Batalion eks
KNIL asal Ambon yang tidak mau masuk sebagai bagian dari APRIS,
untuk membantu gerakan Andi Azis.
Gerakan pasukan bebas Andi Azis itu mengaku tindakan Andi Azis
tidak mengatas-namakan KNIL, tetapi APRIS dan pemuka NIT seperti
Presiden NIT Sukowati tidak ada sangkut paut dengan gerakan
militernya. Tujuan lain yang dibaca kaum republiken atas gerakan
adalah hendak mempertahankan NIT. Namun gerakan pasukan Letnan
Pemerintah pusat di
Jakarta pun tak tinggal
diam. Ultimatum yang
memerintahkan Andi Azis
menghadap pun
dikeluarkan di hari pertama
ketika pasukan Andi Azis
berontak. Ultimatum itu tak
dengan cepat direspons. Dia
terlambat datang ke
Jakarta. (Petrik Matanasi,
Tirto ID, 5 April 2017).
*****
*****
Kapten Andi Aziz adalah seorang seorang militer sejati yang mencoba
untuk mempertahankan Negara Indonesia Timur yang menurutnya
adalah telah melalui kesepakatan dengan Republik Indonesia Serikat.
Dalam kesehariannya Andi Aziz cukup dipandang oleh masyarakat
suku Bugis Makassar yang bermukim di Tanjung Priok, Jakarta
dimana ia dulu menetap. Disana ia diakui sebagai salah satu sesepuh
suku Bugis Makassar yang mana selalui dimintai nasehat nasehat, dan
pikiran pikirannya untuk kelangsungan kerukunan suku Bugis
Makassar. Ia juga seorang yang murah hati dan suka meonolong,
pernah suatu waktu pada tahun 1983, ia menampung 71 warga Palang
Merah Indonesia yang kesasar ke Jakarta dari Cibubur. Andi Abdoel
Aziz meninggal pada 30 Januari 1984 di Rumah Sakit Husada Jakarta
akibat serangan jantung pada usia 61 tahun. Jenasahnya
****
Sekalipun kesatuan
TNI/APRIS tidak besar.
namun mereka mendapat
bantuan yang sangat efektif
dari kelompok-kelompok
bersenjata dari para
pemuda . Inilah salah satu
dari hasil yang mereka
capai dalam Konferensi
Polombangkeng dengan
membentuk Biro
Perjuangan Pengikut
Republik Indonesia dahulu.
Selain itu ada pula Depot Batalyon Pelajar yang bermaskas di
Pandan-pandan. Mereka berkekuatan kira-kira 200 orang. (RZ. Leirissa
GA, 1983)
Pada tgl 18 Mei 1950 wakil dari APRIS yaitu Overste Sentot
Iskandardinata dan Kapten Leo Lopolisa
berunding dengan wakil dari KNIL yaitu Kolonel
Scotborg, Overste Musch dan Overste Theyman
yang disaksikan oleh Kolonel A.H. Nasution serta
Kolonel AJA Pereira. Perundingan menghasilkan
dua keputusan penting yaitu dibuatnya garis
demarkasi serta tidak diperbolehkannya kedua
tentara APRIS dan KNIL untuk mendekati dalam
jarak 50 meter.
Kolonel A.H. Nasution
Setelah pertempuran sudah berjalan lebih dari tiga hari tiga malam,
akhirnya kedua pihak kelelahan dan menghentikan sementara
pertempuran. Pasukan KNIL kembali kebarak mereka masing-masing,
sedangkan pasukan APRIS kembali kemarkas serta sebagian lagi
berjaga-jaga untuk mengamankan kota, karena sewaktu-waktu
pasukan KNIL datang menyerbu, dan pertempuran pasti akan meletus
kembali. Beberapa hari berjalan, walaupun terdapat beberapa
Hal ini disadari oleh Kol. Alex Kawilarang. Agar APRIS tidak keliru
mengambil langkah dalam mengantisipasi ketegangan yang semakin
tinggi, maka pada tanggal 5 Agustus 1950, pimpinan APRIS setuju
untuk mengadakan perundingan dengan wakil militer Belanda di
Hari itu juga setelah bertemu presiden, Kol. Alex Kawilarang langsung
terbang kembali ke Makassar mencari Letkol. Soeharto. Setibanya di
lapangan udara ia langsung memarahi komandan Brigade Mataram
Letkol Soeharto: "sirkus apa-apaan nih?" kata Alex Kawilarang sambil
menempeleng Soeharto.(Sri Bintang Pamungkas, 2014).
Penyerangan terhadap
APRIS di Makassar terjadi
sebelum upaya
mengendurkan itu
dilakukan oleh APRIS,
hari itu pula pada pukul
17.20 selang 80 menit dari
usainya persetujuan
tersebut tentara eks KNIL
melakukan serangan
sitematis keseluruh barak
dan asrama tentara
APRIS. Tindakan yang
kelewat batas tersebut
dan menghianati persetujuan, pantang ditolak oleh segenap pasukan
APRIS, pejoang gerilya yang tergabung dalam Divisi Hasanudin serta
rakyat Makassar. Dalam tempo sekejap memang tentara eks KNIL
dapat menguasai medan pertempuran, namun keadaan cepat berubah
beberapa jam kemudian. Pasukan APRIS yang didukung oleh kekuatan
Udara dan Laut menghantam terus menerus barak-barak eks tentara
KNIL. Belum lagi serangan-serangan dari pasukan Divisi Hasanudin
bersama rakyat dan pasukan pejuang gerilya dari Batalion Lipang
Bajeng dan Harimau Indonesia. Tidak sampai 3 X 24 jam pasukan eks
KNIL sudah terkepung dibarak-barak mereka.
*****
=====
PENUTUP
Sebab itu, pemberontakan Kapten Andi Aziz seperti halnya APRA dan
RMS, merupakan pemberontakan yang timbul karena adanya kepentingan
(Vested Interest) , yang merupakan kepentingan yang tertanam dengan kuat
pada suatu kelompok. Kelompok ini biasanya berusaha untuk mengontrol
suatu sistem sosial atau kegiatan untuk keuntungan sendiri. Mereka juga
enggan untuk melepas posisi atau kedudukan yang diperolehnya sehingga
sering menghalangi suatu proses perubahan. Baik APRA, RMS, dan Andi
Keadaan di negara bagian NIT menjadi tidak kondutif . Hal ini disebabkan
oleh pertentangan pendapat mengenai peleburan Negara bagian Indonesia
Timur (NIT) ke dalam negara RI. Ada pihak yang tetap menginginkan NIT
tetap dipertahankan dan tetap merupakan bagian dari wilayah Republik
Indonesia Serikat (RIS) khususnya dari golongan federalis, sedangkan di
satu pihak lagi yaitu dari golongan unitaris menginginkan NIT melebur ke
negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta. Faktor
lainnya terjadi dibidang militer, dimana ada perasaan curiga di kalangan
bekas anggota- anggota KNIL yang disalurkan ke dalam Angkatan Perang
Republik Indonesia Setikat (APRIS)/TNI. Anggota-anggota KNIL beranggapan
bahwa pemerintah akan menganaktirikannya, sedangkan pada pihak TNI
sendiri ada semacam kecanggungan untuk bekerja sama dengan bekas
lawan mereka selama perang kemerdekaan.
Ada baiknya bila kita coba kembali merenungkan apa yang pernah ditulis
oleh Mohammad Hatta pada tahun 1932 tentang persatuan bangsa.
Menurutnya :
=======
o Abdullah, Taufiq (editor), Sejarah Lokal di Indonesia. Jakarta;Gajah Mada University Press,
1996.
o Abdullah, Taufiq, Lapian, A.B, Indonesia. Dalam Arus Sejarah, Ichtiar Baru van Hove,
Jakarata 2012.
o Alfian, Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama,
1992
o Anak Agung Gde Agung, Dari Negara Indonesia Timur Ke Republik Indonesia Serikat.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press 1985.
o Anak Agung Gde Agung, Twenty Years Indonesias Foreign policy 1945 - 1965. Yogyakarta :
Duta Wacana University Press 1990.
o Anwar, Rosihan, Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Volume 1.
o Audry R. Kahim. Pergolakan Daerah Pada Awal Kemerdekaan (terjemahan). Jakarta : Grafiti
Press 1990.
o Bahar, Safroedin, dan Tangdigiling (ed) Integrasi Nasional: Teori Masalah Dan Stategi. Jakarta,
Ghalia, Indonesia, 1996.
o Ben Van Kaam. Ambon Door de Eenwen. Baarn : Anthos Voek. 1977.
o Dieter Barsels. Moluccans in .Eile A Struggle For Ethnic Survival. Publication No. 3 2, Center For
the Study of Social Conflicts. Faculty of Socieal Siences, University of Leiden 1989.
o Dinas Sejarah Angkatan Darat, Sejarah TNI AD (1945-1973) 2 Peranan TNI AD
Menegakkan Negara Kesatuan RI,1979
o Dooke Bosscher dan Berteks Waaldrjk . Ambon : Eer en Schuld Politiek en Pressie Rand de
Republiek Zuid Molukken. Weeps : Van Ho1kema dan Warendoprf 1985.
o Dwipayana, G. Ramadhan KH, ,“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, PT Citra
Kharisma Bunda Jakarta, 1982
o Feith, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. (Tanpa Tahun Dan Penerbit).
Sinar Harapan. 1970,
o Groen . P.M. H. Marsrouten en Dwaalsporen. Het .Vederlands Militair Stra tegish Beleid in
lndonesie, 1945 - 19 50. s-Gravenhage : ADU Uitgeverij 1991.
o Gazalba, Sidi,. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta; Bharatara Karya Aksara, 1981
o George Mc. Turnan Kahin, “Indonesia” , Mayor Goverments of Asia Ithaca,New York:
Cornell University Press, 1959
o Gottschalk, Louis, Understanding History. Diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto
dengan judul “Mengerti Sejarah” Jakarta: UI Press, 1986.
o Hatta, Moh, Past And Future. Cornell Modern Indonesia Project, 1960,.
o Hasril Chaniago dan Khairul Jasmi, Brigadir Jenderal Polisi Datuk Rangkayo Basa: Gubernur di
Tengah Pergolakan (1998)
o Hatipeuw Frans. Dr. Johannes Leimena hary, S.H Hasil Karya dan Pengabcliannya. Jakarta :
IDSN 1982/1983 . 110
o Marwati Djoened Poeponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1992
o Julius Pour, Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan,1993
o Kaho, J.R Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta: Fisip-UGM dan
Rajawali Press, 1988.
o Media Sosial/Internet :
- Yoseph Tugio Taher, Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia, 2010,
- Iverdixon Tinungki,Sumber: bluezevas.wordpress.commengutip:
http://www.geocities.ws/permesta2004/organisasi.html
- http://www.geocities.ws,redaksi@sulutiptek.com, Juni 2011 © LSM Pendidikan Silo (NGO)
& LSM Pemberdayaan Teknologi dan Perkotaan (NGO), Penanggung Jawab :Prof.Dr. Fabian
J. Manoppo.