Dipersembahkan kepada :
Semua masyarakat Inonesia, Papa & Mama, Kakak-kakak & adik-Adik, Istri &
anak-anakku
2
PRAKATA
Puji Syukur penulis naikkan kehadirat Tuhan yang penuh kasih sebagai sumber
segala hikmat, pengetahuan dan kebijaksanaan yang oleh kemurahan-Nya maka
penyusunan buku ini dapat kami selesaikan.
Melihat akan minimnya informasi bagi generasi muda tentang perjalanan sejarah
perkembangan Indonesia khususnya di daerah Mianahasa sebelum dan sesudah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, mendorong penulis untuk
menyusun buku yang berjudul :
Penulisan buku ini hanyalah merupakan informasi sejarah, yang diilhami dari
keinginan dari beberapa pelajar/generasi muda untuk mengetahui Peristiwa Merah
Putih di Minahasa pada tanggal 14 Februari 1946, yang menjadi bagian dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia diawal Kemerdekaan Republik Indonesia.
Penulis
3
DAFTAR ISI
PRAKATA .....................................................................` i
DAFTAR ISI ...................................................................... ii
4
4. Aksi Perebutan Kamp Tahanan Jepang
5. Maklumat Pemimpin Perjuangan Merah Putih
D. REAKSI PIMPINAN TENTARA SEKUTU
E. AKHIR DARI PERJUANGAN MERAH PUTIH
F. DAMPAK PERISTIWA 14 FEBRUARI 1946
LITERATUR ................................................................... VI
PROFIL PENULIS ................................................................... V
5
BAB I
PEDAHULUAN
Sejarah adalah ibu dari pengetahuan manusia dan berusia setua dengan
ingatan manusia. Ketika manusia dilahirkan, ia hidup, bekerja, berbicara dan
memiliki sejarah. Hanya manusialah yang memiliki sejarah dan sanggup
mempelajari berbagai macam sejarah. Dalam sejarah seperti ini manusia
tampil sebagai pencipta sejarah. Dan karena itu sejarah merupakan agregat
dari aktifitas manusia. Inilah ungkapan dari seorang filsuf dan sejarahwan
Michel Foucault.
Perebutan tangsi militer Teling dan pengibaran bendera merah putih tanggal
14 Februari 1946 di seluruh Sulawesi Utara, menjadi pukulan telak untuk
Belanda karena berhasil melumpuhkan provokasi Belanda di luar negeri
bahwa hanya pulau Jawa yang berjuang untuk merebut kemerdekaan di
Indonesia. Pengibaran Dwi Warna diseluruh pelosok Minahasa pasca
perebutan kekuasaan tanggal 14 Februari 1946, yang berlangsung selama
sebulan, menandai hapusnya pemerintahan kolonialisme Hindia-Belanda di
persada Minahasa dan menjadi bagian dari persatuan dan kesatuan
kebangsaan Indonesia.
6
Republik Indonesia yang berpusat di Yogya, malah harus menyerahkan diri
kepada TRISU-Taulu di Teling.
7
BAB II
8
Sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, tanah bumi ibu
pertiwi sudah berulang kali mengalami penjajahan oleh bangsa lain. Bangsa
penjajah memeras kekayaan yang ada di negeri ini. Para penguasa kolonial
memeras baik itu kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia di
negeri ini. Salah satu negara yang pernah menjajah negeri ini adalah bangsa
Jepang. Pendudukan Jepang di Indonesia dengan berlangsungnya Perang
Dunia II di kawasan Asia Pasifik, (1941-1945). Jepang berambisi untuk
menguasai negara-negara Asia dan merebutnya dari negara-negara imperalis
barat. Tujuannya selain untuk kepentingan supremasi (keunggulan dan
kekuasaan). Jepang juga menjadikan daerah-daerah di Asia sebagai tempat
menanamkan modal, serta memasarkan hasil industrinya.
Sejak awal abad 20 Jepang telah menjadi negara industri dan mulai
melaksanakan imperialisme modern saat itu Jepang berhasil menduduki
korea dan cina. Pada awalnya dulu, Jepang menerapkan politik isolasi
alias menutup diri dari pengaruh asing. Pada zaman Kaisar Meiji,
dilakukan pembaharuan besar-besaran terhadap Jepang. Reformasi yang
dilakukan oleh Meiji sering disebut sebagai restorasi Meiji. Pembaharuan
tersebut dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Jepang dari negara
Eropa Barat. Setelah restorasi tersebut, kemudian Jepang tumbuh
menjadi negara imperialias. Jepang memiliki cita-cita ingin membentuk
persemakmuran Asia Timur Raya, dengan slogan yang terkenal yakni
hakko I chiu.
9
Jepang mendahului serangan terhadap Pearl Habour, Hawaii pada 7
Desember 1941. Tujuan Jepang menyerang pangkalan perang Amerika
yakni menghancurkan kekuatan militer Amerika Serikat. Setelah
menghancurkan Pearl Harbour, Jepang meneruskan serangan ke
Philipina pada 10 Desember 1941 dan berhasil menduduki Luzon dan
Batoon, lalu pada tanggal 16 Desember 1941, berhasil menduduki Burma.
Kalimantan Barat di serbu oleh AD Jepang dari pangkalan militer
Camranh Bay, Indo Cina.
Penyerbuan Jepang di Asia-
Pasifik di lakukan dalam tiga
tahap dan di selesaikan
dalam waktu lima bulan.
Tahap pertama
menghancurkan basis
kekuatan laut Amerika di
Guam, Wake dan kepulauan
Gilbert. Kemudian
menduduki Thailand, Malaya
Utara, Kalimantan Utara,
Serawak di Timur hingga
Filipina di Barat. dengan cara
ini memberi peluang
menyerbu Singapura pada 8
Februari oleh AD Jepang.
10
B. EKSPANSI JEPANG KE HINDIA BELANDA (INDONESIA)
11
Perang di Selat Makassar merupakan peristiwa pertama kali di alami
Armada Asia (yang kemudian menjadi Armada ke-VII AS di Pasifik)
dan mengalami kekalahan
pada 24 Januari 1942.
Pendaratan di Balikpapan
berjalan mulus tanpa
perlawanan barisan
pertahanan. Pada hari yang
sama Panglima operasi laut
Belanda wilayah Hindia
Belanda, Laksamana Muda
Karel Doorman memimpin
operasi gabungan sekutu
laut ABDA menghadapi
kekuatan Armada
Takahashi di Selat
Makassar.
12
di evakuasi dari Surabaya ke Cilacap dengan nama sandi "Flapjap"
oleh sekutu.
Perebutan pangkalan
strategis di Kendari
memperkuat posisi Jepang
melakukan penyerbuan di
perairan Maluku. Kota Ambon
di dukung oleh kesatuan
armada kapal induk
pimpinan Laksamana-Muda
Nagumo. Serangan udara
kemudian dilakukan
terhadap kota Ambon dengan
menghantam posisi gabungan
pertahanan Brigade Hindia-
Belanda dan satu batalyon
Australia. Ambon di serbu pada 31 Januari 1942 yang berlanjut
menduduki pangkalan udara Naha pada 3 Februari 1942.
13
Tanggal 28 Februari 1942, Tentara ke 16 di bawah pimpinan Letnan
Jenderal Hitoshi Imamura mendarat di tiga tempat di Jawa –Banten,
Eretan Wetan dan Kragan- dan segera menggempur pertahanan
tentara Belanda. Setelah merebut Pangkalan Udara Kalijati, Letnan
Jenderal Imamura membuat markasnya di sana. Batavia (Jakarta) di
duduki pada tanggal 5 Maret 1942. Tentara Belanda yang berkuasa
di Hindia Belanda (Indonesia) mengalami kekalahan demi kekalahan
menghadapi serangan tentara Jepang, dan akhirnya Hindia Belanda
menyerah tanpa syarat pada Jepang tepatnya pada Pada 8 Maret
1942 di Kalijati-Subang. Sebelumnya Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura memberikan ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila
tidak menyerah, maka tentara Jepang akan menghancurkan seluruh
tentara Belanda dan sekutunya. .
Para pemimpin Hindia Belanda yang lain, segera melarikan diri. Dr.
Hubertus Johannes van Mook, Letnan Gubernur Jenderal untuk
India Belanda bagian timur, Dr. Charles Olke van der Plas,
Gubernur Jawa Timur, masih sempat melarikan diri ke Australia.
Bahkan Jenderal Ludolf Hendrik van Oyen, perwira Angkatan Udara
14
Kerajaan Belanda - kabur dengan kekasihnya dan meninggalkan
isterinya di Bandung. Tentara KNIL yang tidak sempat melarikan diri
ke Australia –di pulau Jawa, sekitar 20.000 orang- ditangkap dan
dipenjarakan oleh tentara Jepang; sedangkan orang-orang Eropa lain
dan juga warganegara Amerika Serikat, diinternir. Banyak juga warga
sipil tersebut yang dipulangkan kembali ke Eropa.
15
3. Wilayah III, meliputi Pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali
dan Nusa Tenggara dengan pusat komando pertahanan di
Makasar dipimpin oleh Armada Selatan ke-2 Angkatan Laut.
Pemerintahan Angkatan
Darat disebut Gunseibu,
dan pemerintahan
Angkatan Laut disebut
Minseibu. Masing-masing
daerah dibagi menjadi
beberapa wilayah yang
lebih kecil. Pada awalnya,
Jawa dibagi menjadi tiga
provinsi (Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur)
serta dua daerah istimewa,
yaitu Yogyakarta dan
Surakarta. Pembagian ini
dianggap tidak efektif sehingga dihapuskan. Akhirnya, Jawa dibagi
menjadi 17 Karesidenan (Syu) dan diperintah oleh seorang Residen
(Syucokan). Keresidenan terdiri dari kotapraja (Syi), kabupaten (Ken),
kawedanan atau distrik (Gun), kecamatan (Son), dan desa (Ku).
16
dokumen tentang situasi politik Indonesia zaman Hindia Belanda,
termasuk para tokoh pemimpin bangsa Indonesia.
17
Misalnya, Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan
K.H. Mas Mansyur (Empat Serangkai). Mereka menduduki pimpinan
Pusat Tenaga Rakyat (Putera).
Pada bulan Juni 1943, Wakil Kepala Staf Angkatan Perang Selatan,
18
Letnan Jenderal Masazumi Inada, melakukan inspeksi ke Asia
Tenggara, termasuk ke Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Melihat
wilayah yang harus dipertahankan serta terbatasnya jumlah pasukan
Jepang, membuat Inada cemas. Inada memberikan rekomendasi
kepada Panglima Tentara ke 16, Jenderal Harada, yang
menggantikan Letnan Jenderal Imamura dan Panglima Divisi 25 di
Sumatera, Jenderal Moritaka Tanabe, untuk melatih rakyat
setempat guna membantu pertahanan mereka.
19
telah terbentuk sekitar 30 kompi (chutai). Tugas utama Gyugun
adalah penjagaan pantai, oleh karena itu latihannya dirancang untuk
menghasilkan perwira dan serdadu yang siap untuk tugas bertempur.
Gyugun di Sumatera dibentuk dan dilatih pada tingkat karesidenan,
tidak di dalam suatu kesatuan di bawah satu komando seperti di
Bogor.
20
orang Jepang. Pangkat tertinggi orang Indonesia dalam Heiho adalah
sersan.
Pemerintah pendudukan
Jepang merupakan
pemerintahan militer. Oleh
karena itu, sesuai dengan
keadaan perang pada saat itu,
semua jenis kegiatan diarahkan
untuk kepentingan perang.
Pemerintah pendudukan
Jepang telah melakukan
eksploitasi secara besar-
besaran terhadap sumber daya
alam Indonesia serta tenaga
manusia yang ada demi
memenangkan perang melawan sekutu.
21
Petani harus menyerahkan hasil panen, ternak dan harta milik
serta mereka yang lain kepada pendudukan Jepang untuk biaya
perang asia pasifik.
Hasil kekayaan alam di Indonesia yang berupa hasil tambang
perkebunan dan hutan di angkut ke jepang.
Jepang memaksa penduduk untuk menanam pohon jarak pada
lahan pertanian. (Doni Setyawan,2016)
****
22
C. PERLAWANAN TERHADAP PENDUDUKAN JEPANG DI
INDONESIA.
23
Maret 1943 dan bertujuan menggerakkan rakyat Indonesia untuk
mendukung Jepang dalam berperang menghadapi Sekutu. (Doni
Setyawan,2016)
24
perjuangan bawah tanah, para pemimpin bangsa Indonesia juga
berjuang melalui perlawanan bersenjata. Hal itu didorong oleh
kekejaman tentara Jepang yang mengakibatkan penderitaan rakyat.
25
3. PERLAWANAN EKS KNIL DAN RAKYAT DI MINAHASA TERHADAP
BALA TENTARA JEPANG
26
membendung kekuatan militer balatentara Jepang yang datang dengan
kekuatan penuh dan semangat yang berapi-api. Beberapa anggota KNIL
tewas dalam pertempuran, dan lainnya tertangkap. Beberapa anggota
KNIL lainnya berhasil melarikan diri dan masuk ke hutan-hutan sambil
melancarkan perang gerilya melawan Jepang.
Perlawanan terhadap
Jepang di Minahasa
terus dilakukan, dan hal
ini membuat pasukan
Jepang menjadi gerah.
Apalagi sebelumnya
dibeberapa front
pertempuran, pasukan
Jepang mengalami
korban jiwa yang tidak
sedikit, sehingga
menimbulkan dendam
dikalangan pasukan
Jepang. Bala tentara
Jepang di Minahasa memberi perhatian khusus untuk mengejar dan
menghadapi para kaum gerilyawan.
27
1. Peristiwa Pertempuran Kalawiran - Minahasa
28
Jepang. Karena banyak korban berjatuhan, ketika Jepang menguasai
keadaan dan menduduki Kalawiren, langsung menghukum mati banyak
perajurit KNIL antara lain Letnan Satu J Wielinga, Sersan-Mayor
Robbemond, Sersan B Vischer dan sembilan perajurit KNIL dihukum
pancung dengan pedang samurai. Dua anggota KNIL lainnya gugur
setelah mengalami siksaan berat.
Para anggota lainnya yang tersisa terdiri dari pasukan eks-KNIL dibantu
oleh beberapa pemuda pejuang pimpinan Sersan Johan Meliëzer,
Komandan E Company, peleton Reserve Korps (RC) Oud Militairen, tidak
mau menyerah. Ia dengan beberapa sisa pasukannya melarikan diri dan
masuk hutan untuk bergerilya, sambil mencari tempat yang cocok untuk
menjadi basis pertahanan mereka. Ia lalu memilih Desa Kaneyan di
pegunungan selatan Minahasa, sebagai daerah pertahanan yang
dianggap strategis dalam konsep perang gerilya (gorela) yang telah
dikumandangkan Komandan Garnisun (Troepencommandant) Manado
Mayor B.F.A.Schilmöller.
29
J.W.Meijer, Sersan G.H.J.Wissink, Sersan Charles Hendrik Couzijn
dan Sersan H.J.A.Rolff . (Andrianus Koyongian, 2013)
Pasukan Dai Nippon /Jepang datang dari dua arah dengan kekuatan
satu kompi organik. Dari arah jembatan Ranotua‟na ke Kaneyan dating
pasukan Jepang dengan berjalan kaki, sedangkan pasukan lainnya
datang dengan menggunakan puluhan kendaraan dari jurusan Ritey.
Mereka dihantar langsung Kepala Distrik Amurang, Hukum Besar
(Guntjo) Dirk „Dicky‟ August Theodorus Gerungan serta Kepala Distrik
Kedua (Hukum Guntjo) Amurang-Tenga, Hukum Kedua Hein „Notji‟
Constantjin Mantiri.
Salah satu yang dicari oleh pihak Japang adalah Pieter Joseph
Houtman yang merupakan keturunan Belgia yang memperistri wanita
asal Kaneyan bernama Carolina Pratasis. Pieter Houtman adalah orang
terpandang dan mantan kepala dinas Pekerjaan Umum serta polisi di
Kotamobagu Bolaang Mongondow dimasa pemerintahan Hindia Belanda.
Ia salah seorang warga sipil penerima gelar kehormatan Ridder (ksatria)
in de Militaire Willems-Orde (MWO), yang biasa diberikan untuk
tindakan keberanian dan loyalitas. Pieter Houtman diketahui pula
seorang yang kaya dan menyimpan puluhan batangan emas murni yang
diperolehnya sejak masih bertugas di Kotamobagu. Pieter Houtman
30
dicari Jepang karena dianggap sebagai pejabat dari regu
pembumihangus (Vernielings Corps) yang dibentuk Belanda untuk
menghalangi gerak-maju pasukan Jepang di Minahasa. Regu tersebut
bertugas menghancurkan jembatan, gudang-gudang persediaan beras
dan kopra yang akan menguntungkan bila nanti jatuh ke tangan
Jepang. Selain itu, ia dianggap membantu bekas Reserve Korps KNIL
yang bersembunyi di Kaneyan. (Andrianus Koyongian, 2013)
31
dentuman mortir pasukan Jepang dan balasan tembakan peluru para
gorela dan pemuda yang bertahan di bukit-bukit. Walaupun pasukan
Jepang menggunakan senjata berat dengan persenjataan yang lebih
lengkap, namun melihat kedudukan mereka yang tak menguntungkan
yang mengakibatkan beberapa serdadu mereka telah menjadi korban
dari serangan para gerilyawan, akhirnya pasukan Jepang
mengundurkan diri meninggalkan rekan-rekan mereka yang tewas.
Pertempuran pun berakhir dramatis. Tak ada korban di pasukan
Meliëzer. Justru korban jiwa ada di pihak Jepang Serdadunya banyak
menderita luka, bahkan tewas terkena peluru tembakan eks KNIL yang
terkenal sebagai penembak-penembak jitu. Delapan tentara Jepang
tewas, sedangkan komandannya Baron Masakaze Takasaki menderika
luka-luka.
32
keberadaan pasukan Meliezer dengan melakukan penyisiran di wilayah-
wilayah perkebunan sekitar perkampungan untuk mencari para
gerilyawan beserta keluarga Pratasis. Penyisiran tersebut dipimpin oleh
Suoth dan Kawung sebagai penunjuk jalan.
Dan tak lama kemudian, diperkirakan di awal bulan April 1942 mereka
dibawa ke Totolan Kakas dan dibunuh secara kejam yaitu di pancung,
dan digantung sampai mati serta dikuburkan dalam satu lubang.
Sumber-sumber menyebut sebanyak 27 anggota pasukan dan
masyarakat Kaneyan yang dibunuh saat itu. Sersan Johan Meliëzer
33
bersama 12 anak buahnya dan sisanya adalah para penduduk. Dan
yang luput dari eksekusi Jepang hanya Agam Penu. (Andrianus Koyongian,
2013)
****
34
D. JANJI JEPANG UNTUK KEMERDEKAAN INDONESIA
1. Janji Kemerdekaan
35
Laksamana Madya Maeda Tadashi bertugas menangani kantor
penghubung angkatan darat-angkatan laut di Jakarta. Dia
mempunyai pandangan-pandangan maju mengenai nasionalisme
Indonesia. Dia menggunakan dana angkatan laut untuk membiayai
perjalanan pidato keliling Sukarno dan Hatta, bahkan mengirim
mereka ke Makasar pada bulan April 1945
serta ke Bali dan Banjarmasin pada bulan
Juni. Pada bulan Oktober 1944 dia juga
mendirikan asrama Indonesia Merdeka di
Jakarta, atau untuk melatih para
pemimpin pemuda yang baru bagi sebuah
negara yang merdeka, atau untuk
menemukan cara menembus jaringan-
jaringan bawah tanah pemuda yang telah
ada. Maeda menjadi orang kepercayaan
banyak orang Indonesia terkemuka dari
berbagai tingkat usia, dan memberikan
sumbangan pada proses yang menjadikan
para pemimpin dari generasi muda dan
tua saling mengenal dan memahami (jika
tidak selalu saling menghormati) satu
sama lain di Jakarta.
36
Pihak Jepang memutuskan bahwa bilamana kemerdekaan terwujud
hendaknya kemerdekaan itu berada di tangan para pemimpin dari
generasi tua yang mereka pandang lebih mudah untuk bekerja sama
daripada generasi muda yang tidak dapat diramalkan.
Pada tanggal 2 Juni – 9 Juni 1945, masa Sidang Umum I dan II,
dimana pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia 9 yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, merumuskan rancangan pembukaan „Hukum Dasar‟
dimana mereka menyetujui suatu kompromi yang disebut Piagam
Jakarta yang menyebutkan bahwa negara akan didasarkan atas
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. Piagam Jakarta ini diterima oleh Pantia Kecil
Penyelidik usul-usul.
37
dipimpin oleh Dr. Soepomo beserta dengan 6 orang anggota yang
mengadakan rapat pada tanggal 12 Juni 1945. Dan hasil dari Panitia
Kecil ini dibawa dalam rapat Panitia Perancang UUD pada keesokan
harinya yaitu pada tanggal 13 Juli 1945. Pada tanggal 14 Juli 1945,
Rancangan Pembukaan UUD (Piagam Jakarta) di terima oleh Sidang
Umum BPUPKI.
BPUPKI mengakhiri
tugasnya pada tanggal 16
Juli 1945, dan berhasil
merancang konstitusi
pertama Indonesia yang
menghendaki sebuah
republik kesatuan dengan jabatan kepresidenan yang sangat kuat,
dan dengan menetapkan bahwa negara baru tersebut tidak hanya
akan meliputi Indonesia saja tetapi juga Malaya dan wilayah-wilayah
Inggris di Kalimantan (Borneo).
38
Dan kemudian semua unsur di kalangan orang-orang Jepang sepakat
bahwa kemerdekaan harus diberikan kepada Indonesia dalam waktu
beberapa bulan. Pada akhir bulan Juli 1945, para pemimpin Sekutu
di Potsdam mengeluarkan tuntutan agar Jepang menyerah tanpa
syarat. Jepang tidak dapat lagi memikirkan tentang kemenangan
ataupun tindakan untuk terus mempertahankan wilayah-wilayah
pendudukannya. Tujuannya di Indonesia kini adalah membentuk
sebuah Negara yang merdeka dalam rangka mencegah berkuasanya
kembali lawan, yaitu Belanda.
Pada akhir bulan Juli 1945, angkatan darat dan angkatan laut
Jepang mengadakan suatu pertemuan di Singapura guna
merencanakan pengalihan perekonomian ke tangan bangsa Indonesia.
Jepang memutuskan bahwa Jawa akan diberi kemerdekaan pada
awal bulan September, sedangkan daerah-daerah lainnya segera
menyusul.
39
hari kemudian yaitu pada tanggal 9 Agustus1945, Sukarno, Hatta,
dan Radjiman terbang ke Saigon untuk memenuhi undangan dari
Panglima Tertinggi Wilayah Selatan, Jenderal Terauchi Hisaichi.
Saat mereka dalam perjalanan, diperoleh berita bahwa Sekutu
kembali menjatuhkan bom atom kedua atas atas kota Nagasaki. Hal
ini tentu saja akan membuat Jepang cepat atau lambat akan
menyerah.
*****
40
E. JEPANG MENYERAH TANPA SYARAT KEPADA SEKUTU
41
Walaupun hamper semua wilayah pendudukan Jepang telah dikuasai
oleh pasukan Sekutu, namun Jepang belum menampakkan tanda-tanda
untuk menyerah. Oleh sebab itu, persiapan pasukan Sekutu secara
besar-besaran disiapka untuk menyerbu langsung ke jantung
pertahanan Jepang di wilayah Jepang sendiri.. Sementara persiapan
tentara Sekutu dilakukan, Presiden Amerika Serikat Donald Truman,
yang mengantikan Presiden Rossevelt yang baru meninggal dunia,
berpendapat bahwa penyerbuan besar-besaran tersebut akan memakan
korban yang terlalu besar di pihak Sekutu, dengan mengambil
pengalaman penyerbuan tentara Sekutu terhadap Jerman di Normandia-
Perancis pada Perang Dunia II di Eropah, dan akan memakan waktu
yang lebih lama. Semakin lama petempuran terjadi, akan lebih banyak
korban yang akan berjatuhan.
42
Serah terima dari tentara Jepang di Asia Tenggara dilaksanakan di
Singapura pada tanggal 12 September 1945, pukul 03.41 GMT. Admiral
Lord Louis Mountbatten, Supreme Commander South East Asia
Command, mewakili Sekutu, sedangkan Jepang diwakili oleh Letnan
Jenderal Seishiro Itagaki, yang mewakili Marsekal Hisaichi Terauchi,
Panglima Tertinggi Balatentara Kekaisaran Jepang untuk Wilayah
Selatan.
43
G. DETIK-DETIK PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
1. Peristiwa Rengasdengklok
44
Indonesia datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil
perjuangan bangsa Indonesia sendiri, tidak menjadi soal, karena
Jepang sudah kalah. Menurut Soekarno dan Hatta, yang terpenting
adalah bagaimana kita menghadapi Sekutu yang ingin mengembalikan
kekuasaan Belanda di Indonesia. Dan hal itu akan dibicarakan lebih
dahulu dalam sidang PPKI. Pendapat ini tidak diterima oleh Sutan
Syarir dan para pemuda. Mereka berpendirian bahwa PPKI adalah
badan buatan Jepang, tidak berhak menentukan nasib dan
kemerdekaan bangsa Indonesia. (Amrin Imran,1998).
45
Hilangnya Ir. Sekarno dan Drs. Muh. Hatta menimbulkan kepanikan
di kalangan para pemimpin pergerakan di Jakarta. Peristiwa ini baru
diketahui oleh Mr. Ahmad Soebardjo pada pukul 08.00 pagi. Mr.
Ahmad Soebardjo berusaha mencari tahu dimana Soekarno dan Hatta
berada. Ia lalu menghubungi berbagai pihak termasuk Wikana. Wikana
lalu menunjukkan tempat Soekarno dan Hatta berada, setelah
memperoleh jaminan dari Mr. Ahmad Soebardjo sekirannya kedua
tokoh tersebut dikembalikan ke Jakarta.
Pada malam itu Soekarno dan Hatta tidak dibawa ke rumah Soekarno
di Jalan Pengangsaan Timur 56, namun langsung dibawa ke rumah
Laksamana Maeda di jalan Meiji (Showa) Doori No. 1 Jakarta (sekarang
Jl. Imam Bonjol), karena telah mendapat jaminan dari Maeda. Hal ini
dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, terutama
dari gangguan pihak militer Jepang, yang selalu ingin menghalangi
dilaksanakannya kemerdekaan Indonesia. Namun Soekarno dan Hatta
mencoba menghubungi para pejabat Jepang untuk menjajaki sikap
mereka terhadap Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata tanggapan para
pejabat Jepang tersebut mengecewakan.
Rumah Laksamana Maeda pada malam itu dipenuhi oleh pemuda dan
anggota PPKI, setelah mereka mendengar bahwa Soekarno dan Hatta
berada di tempat itu. Soekarno dan Hatta, bersama Mr. Ahmad
Soebardjo malam itu juga merancang pernyataan kemerdekaan
Indonesia di ruang makan rumah itu hingga pukul 03.00 subuh.
46
Untuk merumuskan teks proklamasi kemerdekaan, kaum muda
menginginkan agar pernyataan bahasa yang digunakan dramatis dan
berapi-api, tetapi golongan tua menginginkan menggunakan bahasa
yang lebih bersahaja. Akhirnya dengan alasan untuk menghormati
Maeda (Jepang), supaya tidak menyakiti perasaan Jepang serta agar
tidak mendorong terjadinya kekerasan maka disetujuilah pernyataan
proklamasi kemerdekaan Indonesia yang tenang dan bersahaja. Teks
dan isi proklamasi lalu ditulis tangan oleh Ir. Soekarno dengan
menerima masukan dari
Drs. Muh. Hatta dan Mr.
Achmad Soebardjo. Selesai
teks tersebut dibuat,
Soekaralu membacakan
rumusan proklamasi
kemerdekaan itu secara
perlahan-lahan dan
berulang-ulang di hadapan
pemuda dan anggota PPKI
yang hadir.
47
Draf naskah proklamasi diadakan perbaikan dimana kata “tempoh”
diganti menjadi “tempo” ,dan kata „Djakarta, 17-08-05” diganti menjadi
“Djakarta hari 17 boelan 08 tahoen 05”, serta kata “wakil-wakil bangsa
Indonesia” diganti dengan “Atas nama bangsa Indonesia”, dengan
dibawah kata tersebut dicantumkan nama Soekarno/Hatta.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, hari Jum‟at jam 10.00 pagi, Soekarno
didampingi Moh. Hatta dan beberapa orang dari generasi muda serta
para anggota PPKI dan masyarakat yang telah memenuhi halaman
rumah kediaman Soekarno. Disekitar rumah tersebut, telah dijaga oleh
beberapa anggota Barisan Pelopor dan PETA serta dibantu oleh para
pemuda untuk berjaga-jaga agar jangan sampai acara Proklamasi
Kemerdekaan itu mendapat gangguan.
48
Gelmbang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada
naiknya dan turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju cita-
cita.
Juga di zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan
nasional tidak berhenti-henti. Di dalam zaman Jepang ini,
tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi
pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri,
akan dapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan
pemuka-pemuja Rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia.
Permusyawaratan itu seia sekata berpendapat, bahwa
sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan
kita.
Saudara-saudara ! Dengan ini kami menyatakan kebulatan
tekat itu.
Dengarlah Poklamasi kami :
(Drs. Saptono, 2007)
PROKLAMASI
Demikianlah saudara-saudara !
Kita Sekarang telah merdeka !
Tdak ada suatu ikatan lagi yang mengikat Tanah Air kita dan
Bangsa kita.
49
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita !
Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia merdeka, kekal
dan aabadi.
Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.
(Drs. Saptono, 2007)
****
50
I. PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN PERTAMA INDONESIA
Proklamasi Kemerdekaan
1945 berarti bahwa bangsa
Indonesia telah memutuskan
ikatan dengan tatanan
hukum sebelumnya. Tatanan
Hindia Belanda ataupun
tatanan hukum pendudukan
Jepang. Dengan kata lain,
bangsa Indonesia mulai saat
itu telah mendirikan tatanan
hukum yang baru, yaitu
tatanan hukum Indonesia.
Di dalamnya berisikan
hukum Indonesia, yang ditentukan dan dilaksanakan sendiri oleh bangsa
Indonesia.
51
1. Pengesahan UUD 1945
Hal ini dianggap perlu dan penting untuk dikaji ulang, karena pemeluk
agama lain terutama yang berada di Indonesia bagian Timur merasa
keberatan jika kalimat itu dimasukkan dalam UUD. Keberatan ini
disampaikan kepada Drs. Muh. Hatta. Akhirnya, setelah dilakukan
pembicaraan yang dipimpin oleh Muh. Hatta, dicapai kata sepakat
bahwa kalimat tersebut dihilangkan untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa. Maka kalimat tersebut diubah menjadi :
“Berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa”, atas usul dari Ki
Bagus Hadikusumo. (Drs. Saptono, 2007)
Rapat pleno dimulai pada pukul 11.30 di bawah pimpinan Ir. Soekarno
dan Drs. Muh. Hatta. Dalam membicarakan UUD ini, rapat
berlangsung lancar. Rapat berhasil menyepakati bersama rancangan
Pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia. Rancangan yang
dimaksud adalah Piagam Jakarta yang dibuat oleh BPUPKI dengan
sedikit perubahan disahkan menjadi UUD. Isi dari UUD meliputi
Pembukaan, Batang Tubuh yang terdiri dari 37 Pasal, 4 Pasal Aturan
52
Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan disertai dengan penjelasan.
Dengan demikian, Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat
dalam hidup bernegara dengan menentukan arahnya sendiri.
53
Kedelapan provinsi dan penempatan Gubernur di seluruh Indonesia
sebagai berikut :
4. Pembentukan Kementerian
54
9. Menteri Perhubungan : Abikoesno Tjokrosoejoso
10. Menteri Sosial : Mr. Iwa Koesoemasoemantri
11. Menteri Pengajaran : Ki Hadjar Dewantara
12. Menteri Kesehatan : Dr. Boentaran Martoatmodjo
(Nico Tamiend R,2018)
Menteri Negara :
Dr. R. Mohammad Amir
Wachid Hasjim
Mr. R.M. Sartono
R. Otto Iskandardinata
(Nico Tamiend R,2018)
55
6. Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
56
Soemohardjo diberi tugas untuk membentuk tentara nasional.
57
tidak layak menjadi pemimpin TKR karena kurangnya pengalaman
militer dan pekerjaannya sebelumnya adalah guru sekolah. Pada
akhirnya, Soedirman dipilih karena kesetiaannya yang tidak diragukan,
sementara kesetiaan Oerip Soemohardjo kepada Belanda dipandang
dengan penuh kecurigaan. .(Wikipedia Indonesia)
58
kembali menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada 24 Januari
1946 dengan Jendral Sudirman sebagai Panglima Besar Jenderal TRI.
Pada awal bulan Juni 1947, nama Tentara Republik Indonesia diubah
menjadi Tentara Nasional Indonesia, dengan singkatan “TNI” dan
diresmikan pada tanggal 3 Juni 1947. Pucuk pimpinan TNI dipegang
oleh; Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar, Letjen Urip
Sumohardjo sebagai Kepala Staf, Jenderal Mayor Djokosujono
sebagai Panglima TNI-Masyarakat, Laksamana Muda M. Nazir sebagai
KSAL dan Komodor Suryadarma sebagai KSAU.
*****
59
BAB III
60
Sigar Rombot lalu menyampaikan berita itu, antara lain kepada Wangko
F Sumanti yang ketika itu menjabat komandan Benteng Pertahanan
Tanah Air di Tondano - Minahasa.
Segera setelah menerima berita dari Sigar dan Rombot, pada tanggal 19
Agustus 1945, para pelajar di Sekolah Kepolisian di Tondano mengadakan
appel menaikkan bendera Merah Putih serta menyanyikan lagu Indonesia
Raya. Badan Pemerintah Sementara (Komite Tenaga Rakyat) dibawah
pimpinan E.H.W. Pelenkahu memutuskan pada 23 Agustus, dwiwarna
Merah Putih di kibarkan serentak pada beberapa tempat di Minahasa,
yakni Tondano, Kawangkoan, Kombi dan Sonder. Peristiwa itu terjadi
sebelum penyerahan Jepang
pada Sekutu.
61
untuk melaksanakan tugas perlucutan senjata tentara Jepang yang
berjalan tanpa keributan. Sejak itupun kegiatan kelompok Komite Tenaga
Rakyat tak terdengar lagi.
Di awal 1944, Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, H.J. Van Mook
dan Panglima Tertinggi SWPA, Jenderal Douglas MacArthur dari AS,
menyepakati bahwa wilayah Hindia Belanda yang berhasil direbut oleh
pasukan Sekutu akan diserahkan kepada pemerintahan sipil NICA.
62
Sejak Manado Force meninggalkan Minahasa pada awal Februari 1946,
kata Leirissa, NICA mendapat banyak kebebasan untuk menjalankan
pemerintahan. Sejak itu pula, Coomans de Ruyter, yang memulai
menamakan dirinya „Residen‟, memindahkan kantor dan rumahnya ke
Tomohon, yaitu di kompleks rumah sakit Katolik „Gunung Maria‟. (Leirissa,
1977).
63
Tapi sebetulnya benih-benih anti penjajahan mulai mengkristal sejak
tahun 1930-an dan lebih jelas lagi sejak tahun 1943. Ini antara lain
ditandai dengan berdirinya sebuah organisasi olah raga yang
mengembleng dan menanamkan rasa kebangsaan kepada pemuda-
pemudi. Menurut Lisangan tokoh-tokoh yang membentuk organisasi itu
adalah O.H. Pantouw, B.W. Lapian, G.E. Dauhan, Frits Kumontoy, ABH
Waworuntu, J.U. Mangowal, Max B. Tumbel, dan dr. Senduk.
Pemuda dan pemudi yang menjadi anggota organisasi itu adalah Bert
Sigarlaki, Eddy Gagola, Parengkuan, Na. Wulur, Nyong Lomban, dan
Mimi Mewengkang. Seorang pemuda lain yang kemudian berperang
penting adalah John Rahasia.
64
melalui dua majalah sederhana, yaitu media Catapult (berbahasa
Belanda) dan Suara Indonesia Muda.
65
perayaan ini tidak lagi dilaksanakan. Terakhir dirayakan pada tahun
1942. Kali ini pihak NICA ingin menyelenggarakan dengan tujuan untuk
menjalin hubungan Minahasa-Belanda setelah terputus oleh pendudukan
Jepang, Selain itu, perayaan ini untuk mengenang, menghormati,
memperingati dan bahkan untuk membuat orang-orang Minahasa terus
terikat dengan Belanda.
Tapi, rencana BPNI ini tercium oleh intelejen NICA. Para aktivis BPNI,
John Rahasia, dan Chris Pontoh ditangkap dan dipenjarakan. Tokoh-
tokoh pemuda lainnya yang juga ditangkap adalah Mohammad Kanon,
Gerrit Kansil, Wil Pangalila, Sukandar, Ben Wowor, Usman
Pulukadang, Louis Paat, Joppi Poliis. Aksi boikot perayaan 10 Januari
gagal.
66
Kritik terhadap perayaan 10 Januari sebagai „hari sakral‟ rupanya penting
bagi para pemuda dan aktivis politik di masa itu untuk menyatakan sikap
anti penjajahan. Sekira 13 tahun sebelum BPNI merancang aksi mereka,
pada tahun 1933, seorang aktivis politik, J.C. Dauhan, asal Siau saudara
G.E. Dauhan melakukan propaganda bernada sentimen anti Belanda.
J.C. Dauhan menulis pada sebuah surat kabar sebuah artikel berjudul “
“10 Januari Hari Nasional?”. Bersama G.D. Dauhan ia diperiksa oleh
polisi dengan tuduhan telah melakukan penghasutan kebencian. Bagi
pemerintah Belanda itu suatu masalah besar
67
kapal di Pare-Pare masa pendudukan Jepang. Waktu itu sekolah perwira
pelayaran Jepang, Koto Kaiin Yesyio itu menampung sejumlah pemuda
lulusan MULO yang di didik untuk menjadi perwira pelayaran niaga.
Ketika itu dari Minahasa terdapat sekitar 60 pemuda. Setelah kapitulasi
Jepang sekolah ini ditutup. Para pemuda itu dengan berbagai cara
berhasil kembali ke Sulawesi Utara ataupun ke Jawa. John Rahasia
bersama sejumlah pemuda berangkat dari Pare-Pare pada tanggal 19
Agustus 1945 dan baru tiba di Manado melalui darat pada awal bulan
Oktober.
68
menggalang dukungan menyeluruh dalam petisi politik. Petisi ini
ditandatangani oleh 540 pemuka masyarakat Sulawesi. Petisi ini berisi
pernyataan sikap bahwa seluruh Sulawesi adalah bagian tak terpisah dari
Republik Indonesia.
“Merdeka!
Kami disini baik-baik saja. Anak-anak telah bersekolah kembali,
maksudnya, bersekolah di sekolah nasional kami sendiri, karena kami
lain sekali, bahwa kami akan memenangkan perjuangan nasional ini.
Perjuangan ini kami lakukan secara diplomatik parlementer. Kami
tidak membenci orang-orang Belanda, mereka boleh tinggal disini;
mereka boleh menjadi kaya tanpa diganggu. Tetapi kekuasaan
diplomasi, kekuasaan untuk memerintah, harus ada ditangan kami,
karena ini adalah tanah air kami. Tanah air ini, yang diberi oleh
Tuhan kepada nenek-moyang kami dan pada kami dan turunan kami.
Melalui pekerjaan jasmani dan rohani kami akan membangun bangsa
kami dan tanah air kami, agar bisa memberi sumbangsih bagi
perdamaian dunia dan kesejahteraan dunia. Kalian harus selalu ingat
itu dalam apapun yang kalian buat.
69
berjuang sebagai seorang perwira dalam jajaran tentara nasional
(Tentara Keamanan Rakyat). Saya harapkan bahwa dia masih hidup.
Kalaupun tidak, maka ia telah memberi sumbangsih yang terbesar bagi
tanah air. Putera dari Mayor Herman “Uttu”Kawilarang berpangkat
Kolonel dalam tentara nasional di Bandung. Putera dari Niko Mogot
berpangkat Kolonel dalam tentara Nasional di Jakarta dan telah
banyak kali berjasa. Bart Ratu Langie dan Zus (Ratu Langie, puteri
tertua, red) adalah anggota dari Parlemen Republik di Jakarta.
Ttd
Dr. Ratulangi
Dengan adanya petisi tersebut, pada tahun 1946, Dr. Sam Ratulangi
ditangkap oleh pemerintahan NICA-Belanda, dan dibuang ke Serui (Irian
Barat).
======
70
B. LATAR BELAKANG AKSI 14 FEBRUARI 1946
71
Di awal pasca perang dunia kedua, situasi politik di Sulawesi Utara
terpecah-pecah oleh berbagai kelompok baik yang pro maupun anti-
republik seperti dari barisan Republik, Unitaris, Federalis, Hoofden Bond,
Twapro (Twaalfde Provintie) dll. Kelompok Twapro yang menguasai Dewan
Minahasa (Minahassa raad) menghadapi aksi barisan oposisi, GIM
(Gerakan Indonesia Merdeka) dengan pemukanya, Uttu J.A Maengkom
(mantan Menteri Kehakiman RI), dan didukung kalangan pemuda pro-
Republik terutama dari Tomohon, Langowan dan Tondano.
Setelah Indonesia
memproklamasikan
Kemerdekaan tanggal 17
Agustus 1945, dan keesokan
harinya dilanjutkan dengan
pengesahan UUD 1945 serta
pembentukan Pemerintahan
Pertama Republik Indonesia,
dimana DR. Sam Ratulangi
ditunjuk sebagai Gubernur
Pertama Sulawesi, usaha
untuk menegakkan
kemerdekaan Indonesia di
seluruh Sulawesi dilakukan.
Untuk maksud tersebut, sebelumnya Dr. Sam Ratulangi dengan diam-
diam mengirimkan misi ke Sulawesi Utara, dengan mengirimkan para
pemuda pro republik untuk mempengaruhi para pemuda dan KNIL di
Manado dan Minahasa. Mereka yang dikirim antara lain Freddy
Lumanauw dan Mantik Pakasi. Namun misi ini ketahuan oleh pihak
Belanda.
72
stasiun Gambir di Jakarta oleh Dr. Sam Ratulangi, Mr. A.A. Maramis
dan perwira Kaigun-Jepang, Laksamana Maeda.
Pada bulan terakhir tahun 1945, pasukan Sekutu mulai keluar dari
Manado dan menyerahkan kekuasaannyasecara total kepada NICA-KNIL
73
yang dipimpin oleh seorang Perwira Inggris. Dalam masa transisi
tersebut, John Rahasia dan Wim Pangalila melihat kesempatan untuk
melakukan sebuah revolusi atau pemberontakan yang akan dilakukan
oleh pemuda-pemuda Manado.
74
NICA-Belanda menjadi gelisah karena setelah gerakan-gerakan pemuda
berhasil ditekannya, malah tubuh dan aparatnya sendiri, yakni KNIL,
telah disusupi oleh musuh-musuh Republik yang berpemerintahan pusat
di Jogyakarta. Kemudian pribadi-pribadi Taulu dan Wuisan semakin
besar mendapat perhatian dan sorotan dari pimpinan KNIL.
75
Setelah pemungutan suara, disepakati bahwa aksi pemberontakan akan
dilakukan pada pukul 00.00, 11 Februari yang dimulai dengan
menguasai markas KNIL di Teling, Manado.
76
Opsir-opsir Belanda telah beberapa kali mengadakan pertemuan antara
mereka sendiri, yakni Blom, Verwaayen, De Leeuw, Molenburgh,
Brouwers dan lain-lain untuk menemukan jalan, cara bagaimana mereka
dapat menumpas gerakan-gerakan bawah tanah dalam tubuh KNIL,
supaya tidak menjalar ke seluruh jajaran KNIL. Mereka semakin bingung,
karena setelah penangkapan pemuda-pemuda pada tanggal 9 Januari
1946 lalu dan kemudian pada tanggal 28 Januari 1946, Lumanauw dan
Pakasi diamankan di penjara, sebenarnya sudah tidak ada lagi anasir-
anasir Republik yang mereka harus takuti.
77
selam Sekutu untuk dilepaskan di perairan daerah musuh untuk
mencari tahu kekuatan tentara Jepang, seperti yang dilakukannya di
Tarakan dan di Manado pada 1944. Mereka divonis hukuman 14 hari
karena melakukan tindakan in-disipliner.
****
78
C. PELAKSANAAN AKSI KUDETA 14 FEBRUARI 1950
79
Tepat pukul 01.00 dini hari, Kopral Mambie Runtukahu bersama
Gerson Andries, Jus Kotambunan, Lengkong Item, Andries Sipon,
Juliap, Wim Kere, No
Korompis dan Mas Sitam dari
kesatuan Kompi 7 KNIL
merayap mendekati pos
penjagaan tangsi
putih. Sekalipun bersenjata
tanpa peluru, bersenjata,
tetapi hanya bermodal
semangat “nekat” melakukan
aksi solidaritas terhadap
rekan-rekan mereka yang
ditahan.
Serdadu KNIL keluar Tangsi
80
Sementara di Teling II, Kopral Wim Kere dan Kopral Wim Maleke
dibantu milisi menerobos kawat berduri dan berhasil menguasai Teling.
Kemudian Sersan Frans Bisman dari Kompi 7 di jemput dari rumahnya
dan mulai membebaskan para tahanan seperti Taulu, Wangko
Sumanti, Jan Sambuaga, Wim Tamburian dan Oscar Rumambi.
Merekapun aktif merebut tangsi.
81
Yang memelopori aksi adalah Peleton I: Mambi Runtukahu, Wkl Kmd
Regu I, Gerson Andris, Wkl Kmd Regu II, Mas Sitam, Wkl Kmd Regu
III, Yus Kotambunan, Kmd Verkenner, Lengkong Item, Anggota regu
IV dan Wehantouw Verkenner. (Ben Wowor,2015)
Pada hari Kamis, tanggal 14 Februari 1946 di pagi subuh jam 03.00, di
Markas tentara di Bukit Teling , di bawah komando Wangko Sumanti
memberikan perintah mengambil bendera Belanda Merah Putih Biru di
rumah jaga lalu merobek helai birunya dan menyerahkan bagian dwi
warna kepada Mambi Runtukahu yang sudah siap sebagai inspektur
upacara didekat tiang bendera. Secara hikmat bendera Merah Putih
digerek oleh Kotambunan dan Sitam untuk kemudian berkibar pada
saat fajar menyingsing di bumi Sulut.. Upacara penyerahan
berlangsung dengan pelbagai campuran perasaan bagi kedua pihak
masing-masing. Komandan KNIL itu terharu dan bercucuran air mata
ketika bendera merah-putih-biru disobek helai birunya dan dwi-warna
Merah-Putih dinaikkan pada tiangnya. Secara hikmat Sang Saka Merah
Putih digerek oleh Kotambunan dan Sitam untuk kemudian berkibar
dgn megah di angkasa pada saat-saat fajar menyingsing di Bumi
Sulawesi Utara.
82
Enfield, karena buatan Jepang. Wangko Sumanti di Teling Manado
segera dihubungi melalui telepon dan ternyata memang ada kekeliruan
dan diakui Sumanti sebagai keteledoran akibat kesibukan pada waktu
pasukan disiapkan di malam buta untuk dikirim ke Tomohon.
Seandainya ada terjadi penyerbuan dan pertempuran maka senapan-
senapan yang dibawa akan tidak berdaya dan tidak ada gunanya.
83
S.D. Wuisan menguasai Kompi-143 dan akan mengawasi kamp
tawanan Jepang di Girian-Bitung; Sigar Mende dan Polet Malonda
Kompi-144 di Manado dan Suparmin Kompi-142 di Tomohon.
Pengamanan markas besar di Tomohon dan telekomunikasi
ditugaskan kepada telegrafis-markonis AS Rombot yang
selanjutnya akan menguasai semua dinas radio.
No Tooy menguasai semua dinas telepon dan Maurits Rotinsulu
dinas pengangkutan.
Kurir-kurir istimewa untuk menghubungi pemuda-pemuda di
Manado, Tondano dan pedalaman Minahasa adalah No Korompis,
Gustaf Sumarauw, Jan Sambuaga dan Wim Tamburian.
84
dipagi buta itu dan menewaskan serdadu KNIL itu, dan dipihak
pasukan Bisman, gugur Alo Porayow. Ternyata serdadu KNIL itu
berpangkat sersan bernama Gelaerts, yang waktu terjadi kudeta
sedang berada di Manado, dan ingin melaporkan kejadian itu kepada
verste De Vries di Tomohon lewat telepon. Karena hubungan telepon
terputus, ia langsung mengendarai motornya menuju ke Tomohon.
Namn sewaktu mau kembali ke Manado pagi itu dan berada di pompa
bensin untuk mengisi minyak ia berpapasan dengan pasukan penyerbu
dari Bisman. Beberapa anak buah Bisman bermaksud untuk
menghentikan motornya, namun ketika melihat ada pasukan yang
ingin menghentikan motornya dengan membawa bendera merah putih,
justru ia melaju motornya dengan kecepatan tinggi menerobos barikade
pasukan sambil melepaskan tembakan membabi buta. Letusan senjata
dan ledakan peluru tidak terelakkan lagi hingga membangunkan dan
membuat panik penduduk Tomohon di pagi hari itu.
85
Tomohon menyerahkan diri. Namun De Vries menolak untuk
menyerah. Samsuri kembali untuk menyampaikan jawaban ini ke
Bisman.
86
Semua warga Belanda yang di tangkap, segera dikirim ke interneran di
Manado.
Sikap keras kepala van Emden dilaporkan kepada Taulu, maka Taulu
bersama Sumanti pergi ke Sario untuk meminta perintah tertulis dari
Kapten Blom buat Van Emden, agar ia segera menyerahkan diri
kepada pasukan Sumanti yang akan dikirim ke Girian. Taulu juga
mengutus Samuel Kaunang dan Hans Lengkoan melakukan taktik
perundingan membawa surat perintah Kapten Blom agar menyerah.
Bert Sigarlaki yang adalah ordonans tetap untuk Van Emden diterima
untuk masuk ke dalam kampemen dan menemui Van Emden. Setelah
surat dari Blom dibacanya, surat itu diludahinya dengan melemparkan
kata-kata kotor terhadap Blom dengan mengatakan bahwa semua
mereka sebangsa di Manado adalah pengecut dan bukan militer.
87
Begitulah pada 17 Februari 1946 pada jam 06.00 pagi kedua pejuang
ini masuk dalam kelompok jaga, seluruhnya terdiri dari 8 orang.
Mereka ini sepakat untuk menunjuk Samel Kumaunang yang akan
menangkap Van Emden, mengingat tubuhnya yang besar dan kekar
akan dapat menguasai perwira Belanda itu, bila terpaksa harus adu
kekuatan.
88
melarikan diri dengan perahu kecil ke Ternate, terpaksa harus kembali
di pantai Likupang dan ia langsung menyerahkan diri. (Ben Wowor,2015)
89
Kepala Distrik dan onderdistrik di Minahasa, Raja dari Bolaang
Mongondow, Kepala daerah Gorontalo, Pemimpin-pemimpin dan
Pemuka-Pemuka Indonesia”. Rapat ini telah menetapkan BW Lapian
menjadi Kepala Pemerintahan Sipil Sulawesi Utara. Maklumat itu
ditandatangani Letkol Ch Taulu, SD Wuisan, J Kaseger, AF Nelwan
dan F Bisman.
****
90
D. REAKSI PIMPINAN TENTARA SEKUTU
91
Dalam perundingan tersebut,
delegasi Sekutu menuntut untuk
mengembalikan kekuasaan NICA
atau meneruskan perundingan di
Makassar setelah ditolak oleh
pihak Indonesia, masih diberi
kesempatan untuk mendengar
keputusan akhir dari rakyat
pada esok harinya yang
diselenggarakan di Tomohon.
Atas penolakan dari pihak Merah Putih, maka pada tanggal 26 Februari
1946, seluruh warga Belanda termasuk Pimpinan Militer dan
Pemerintahan Sipil NICA yang pernah ditahan/ditawan sebelumnya,
diungsikan dari Manado dengan menggunakan kapal El Libertador ke
Morotai, Maluku Utara. Setelah pengangkutan para pengingsi yang
dilakukan Kapal El Libertador selama dua hari, lalu delegasi Sekutu itu
kembali ke Makassar. Tindakan Sekutu-Belanda selanjutnya ialah
meletakkan blokade di sekitar perairan Sulawesi Utara dan melakukan
embargo terhadap suplai kebutuhan bahan dan makanan yang datang
dari luar daerah ini.
*****
92
E. AKHIR DARI PERJUANGAN MERAH PUTIH.
Tindakan Kaseger ini didukung oleh kapal perang Belanda HMS Piet
Hein yang bersama kapal perang HMS Evertsen yang sedang
mengangkut pasukan KL Divisi 7-Desember dari negeri Belanda untuk
disebarkan di Indonesia. Mula-mula Gorontalo diduduki oleh tentara
marinir Belanda dari kapal perang HMS Piet Hein. Melihat hal ini,
beberapa pasukan yang pernah ikut pemberontakan pimpinan Ch. Taulu
di Teling berbalik mulai menyerang pimpinan TRISU di Manado,
Tomohon, dan Girian. Beberapa pertempuran pecah antara pasukan
Kaseger dengan pihak pasukan TRISU pimpinan CH. Taulu. Salah satu
pimpinan pejuang utama peristiwa Merah putih, Mambi Runtukahu
tewas dalam pertempuran yang sengit di Girian.
Pada pagi hari tanggal 10 Maret, itu juga pimpinan TRISU ditangkap di
Teling oleh pasukan Kapten Kaseger, dan selanjutnya terus bergerak
mematahkan seluruh pertahanan pemuda PPI pro republik di Manado
dan selanjutnya di Tomohon dan Kakas. Akibatnya pada tanggal 16
93
Maret 1946, markas PPI dan seluruh pimpinannya di Tondano ditangkap
oleh pasukan Kaseger dan dimasukkan dalam penjara Manado.
******
94
F. DAMPAK PERISTIWA 14 FEBRUARI 1946
95
berita Sigar Rombot yang disiarkan melalui telekomunikasi ke dunia
luar. Pemberitahuan ini dipantau oleh Robert Ensleigh di markas
Sekutu di Makassar yang langsung disebarkan pada markas-markas
sekutu lainnya. Peristiwa tersebut kemudian di ikuti media-media BBC
London, Radio Australia dan Radio San Fransisco. Peristiwa di Manado
menjadi pergunjingan kalangan perwira TRI, termasuk Letnan Jendral
Oerip Soemihardjo.
****
96
BAB V
PENUTUP
Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 memberikan tugas
kepada seluruh bangsa Indonesia:
„‟Hal-hal yang mengenai pemindahan
kekuasaan dan lain-lain,
diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya. Soekarno-
Hatta.‟‟ Tugas ini telah dilaksanakan
oleh Lapian-Taulu dengan sangat
berhasil melalui kudeta 14 Februari
1946, walaupun hanya dapat
bertahan selama 24 hari dan kemudian dilanjutkan dengan revolusi
kemerdekaan sampai akhir 1950 (KMB).
97
Bangkitnya warga Manado, Minahasa dan seluruh rakyat Sulut merebut
kekuasaan dari tangan penjajahan Belanda yang bersumber pada jiwa dan
semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 bermakna sangat positif bagi upaya
diplomasi Indonesia di luar negeri. Proses ini kemudian diakui mempercepat
pengakuan internasional terhadap kemerdekaan RI.
Provokasi Belanda gagal total, sebab lewat peristiwa 14 Februari 1946, dunia
menjadi yakin, perjuangan kemerdekaaan Indonesia milik seluruh rakyat
dari Sabang sampai Marauke. Belanda gagal memanfaatkan mitos
persahabatan Belanda-Minahasa yang dikenal dengan Verbond Minahasa –
Nederland (10 Januari 1679) sebagai senjata untuk meninabobokkan warga
Minahasa. Sebab, bagi putra-putri Indonesia di tanah Minahasa, persatuan
dan kesatuan dalam kemerdekaan Indonesia tidak bisa ditawar-tawar.
Aksi militer 14 Februari 1946 oleh Sersan Taulu dan kawan-kawan, yang
dikenal dengan Peristiwa Merah Putih telah berhasil merebut tangsi militer
Belanda di Manado dan Minahasa, serta mengibarkan Sang merah putih di
tanah Minahasa selama hampir sebulan. Walaupun akhirnya aksi tersebut
kemudian dapat diredam oleh militer Belanda, dan pemerintahan dikuasai
dan dipegang kembali oleh NICA. Sejak saat itu, pemerintah NICA melarang
penduduk untuk mengibarkan Bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu
Indonesia Raya di seluruh tanah Minahasa, serta menghukum pelaku
gerakan 14 Februari 1946. Tindakan NICA-Belanda tersebut, telah
menimbulkan ketidak
senangan kalangan bekas
prajurit eks-KNIL asal
Sulawesi Utara. Ditambah
lagi dengan diskriminasi
yang mereka perolah dari
kolonialisme Belanda, telah
menciptakan suatu gerakan
bawah tanah untuk
menumbangkan kekuasaan
Belanda di Minahasa dan
Manado.
BW. Lapian bersama Ir. Soekarno
98
tengah upaya kelompok federalis dukungan Belanda yang mencoba untuk
menjadikan Minahasa sebagai negara yang berdiri sendiri lepas dari NIT dan
NKRI seperti halnya RMS di Ambon.
99
Untuk mengenang peristiwa merah putih 14 Februari 1946, didirikan
Monumen Merah Putih Sangasanga (sindonews.net)
=========
100
LITERATUR
o Abdullah, Taufiq (editor), Sejarah Lokal di Indonesia. Jakarta;Gajah Mada University Press,
1996.
o Abdullah, Taufiq, Lapian, A.B, Indonesia. Dalam Arus Sejarah, Ichtiar Baru van Hove,
Jakarata 2012.
o Alfian, Pemikiran Dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama,
1992
o Bahar, Safroedin, dan Tangdigiling (ed) Integrasi Nasional: Teori Masalah Dan Stategi. Jakarta,
Ghalia, Indonesia, 1996.
o Gazalba, Sidi,. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta; Bharatara Karya Aksara, 1981
o George Mc. Turnan Kahin, “Indonesia” , Mayor Goverments of Asia Ithaca,New York:
Cornell University Press, 1959
o Gottschalk, Louis, Understanding History. Diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto
dengan judul “Mengerti Sejarah” Jakarta: UI Press, 1986.
o Hatta, Moh, Past And Future. Cornell Modern Indonesia Project, 1960,.
o Kartodirjo, Sartono, 1971. Messianisme Dan Millenarisme Dalam Sejarah Indonesia. Jogjakarta:
Harvey, Sillars Barbara, 1989.
o Kawilarang, Harry, Sejarah Gerakan Kudeta 3 Mei 1950 di Minahasa, Manado, 3 Mei 2011
o Kawilarang, Harry, Mengindonesiakan Indonesia: Partisipasi Orang Minahasa Memperjuangkan
Kemerdekaan Indonesia 1900-1958
o Koentjaraningrat,1993. Masalah Kesukubangsaan Dan Integrasi Nasional. Jakarta, UI Press
o Koesoemahatmadja, 1979. Pengantar Kearah Pemerintahan Daerah di Indonesia.
Bandung, Bina Cipta
o Kintowihjoyo,1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana
o Leirissa, R.Z., Minahasa di Awal Perang Kemerdekaan Indonesia:
Peristiwa Merah Putih dan Sebab-musababnya, 1977.
o Lisangan, J.V., Perjuangan Pemuda Minahasa Indonesia, 1995.
o Manus, Laurens dkk, Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Daerah Sulawesi Utara(1991)
o Mestika Zed dalam makalah bertajuk DekadePergolakan Daerah: Mendekati Isu-
Isu Konflik Pusat-Daerah dalam Perspektif Pembangunan Nasional Tahun 1950-an (2010)
o Meulen, SJ.WJ. Van Der, 1987. Ilmu Sejarah Dan Filsafat. Yogyakarta, Kanisius
o Nasution, A.H. 1984. Memenuhi Panggilan Tugas, Jakarta: Gunung Agung
o Nico Thamiend R. Sejarah, Untuk Kelas 3 SMU, Yudhistira-Jakarta, 2000.
o Rahkmat, redi et.all, 1992. Tantangan Dan Rongrongan Terhadap Keutuhan Dan Kesatuan
Bangsa: Kasus PRRI. Jakarta: Jarahnitra.
o Renier, G,J, 1997. History Its Purpose And Method, diterjemahkan oleh muin umar dengan
judul Metode Dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
o Torar, Jan, Peranan Minahasa dalam Perang Kemerdekaan, terbit
1985
o Soe Hok Gie dalam Zaman Peralihan (2017)
o Soekamto, Soerjono, 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
o Suhardiman, Prof,Dr,SE, Pembangunan Politik Satu Abad, Yayasan Lestari Budaya,1996.
o Sumual, Ventje, Memoar Ventje H.N. Sumual. Suntingan Edi Lapian, Frieke Ruata dan BE
Matindas. - Terbitan Bina Insani Jakarta, 2009
o The Liang Gie, 1967, Pertumbuhan Pemerintahan Daerah Di Negara Republik Indonesia. Jilid III,
Yogyakarta: Gunung Agung.
o Yoseph Tugio Taher, Mengorek Abu Sejarah Hitam Indonesia, 2010,
101
o Yusnawan Lubis, dkk, Pendidikan Kewargaan Negara, untuk SMA/SMK Kls XI,
KEMENDIKBUD, Jakarta, 2017.
o Tampubolon, L. T. Inplasi dan Kebijaksanaan yang telah dijalankan di Indonesia, 1945-1962,
Skipsi Sarjana EUI, 1965
o Wowor, Ben, Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, bpnbmanado, 9 Mei 1915
o Wowor, Ben, Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946, Harian manado Post, 13 Feb. 2009
o Westerling, Raymond Paul Pierre (1952). Mes aventures en Indonesie (dalam bahasa
Prancis). – diterjemahkan dari bahasa Prancis ke Inggris oleh Waverley Root sebagai –
Challenge to terror. London: W. Kimber.
o Media Sosial/Internet :
- “Sejarah Gerakan Kudeta Militer di Minahasa 3 Mei 1950” oleh Harry Kawilarang,, Petrik
Matanasi, tirto.id – Humaniora, Mei 2011.
- http://www.facebook.com/profile.php?id=100000212354865#%21/notes/albert-
kusen/demi-merah-putih-peran-waraney-waraney-minahasa-dalam-
mempertahankan-kemerdekaan
- Dewan Redaksi Dan Tim Penulis KPMP, Peristiwa 14 Februari 1946 di Minahasa,
Korps Pembangunan Merah Putih 14 Februari 1946 Dewan Harian Khusus DKI
Jakarta,
- Ref: http://www.hariankomentar.com/arsip/arsip_2007/feb_16/lkOpin001.html
- TRIBUN-VIDEO.COM, Peristiwa Merah Putih (14 Februari 1946), Perlawanan
Rakyat Manado Terhadap penjajah,Rabu, 14 Agustus 2019 11:55 WIB
TribunnewsWiki
- Sulawesi Utara di awal Pasca Perang Pasifik Hingga Aksi Kudeta Militer 14 Februari
1946 Oleh: Harry Kawilarang
- Denni Pinontoan,Kaum Muda Revolusioner di Sekitar Peristiwa Merah Putih 14
Februari 1946
- Jerry,Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 Momentum Strategis Pengakuan NKRI,
GPPMP Usul BW Lapian Pahlawan Nasional, Kamis, 23 April 2015
- http://search.tb.ask.com/search/GGmain.jhtml?st=bar&ptb=4CEB9643-4F4E-
438B-B620-
- 47933EBD5C56&n=780c93e2&ind=2014090210&p2=^BDG^xdm174^YYA^id&s
i=awidzipunzip164026&searchfor=PERISTIWA%20MERAH%20PUTIH%20DI%
20MANADO
- http://www.dimensionnews.com/2013/10/peristiwa-merah-putih-di-manado.html
- http://infominahasa.blogspot.com/2009/02/peristiwa-merah-putih-14-februari-
1946.html
- Lapian, Andre; Mambu, Eddy; Mawikere, F. R.; Lapian, Gideon; Lumintang, Jimmy M. R.;
Burdam, John; Manarisip, Joyce (2012). B.W. Lapian: Nasionalis Religius dari Timur 1892–
1977. Jakarta: Komunitas Bambu. ISBN 978-602-940-221-6.
- "Profile Pahlawan Nasional 2015" (PDF). Kementerian Sosial Republik Indonesia. January 4,
2016. Diakses tanggal December 23, 2016.
- Taroreh, Osvald (January 26, 2012). "Pionir Gereja dan Pahlawan Kemerdekaan dari
Minahasa: Bernard Wilhelm Lapian". Bejana Advent Indonesia Timur.
- Parlina, Ina (November 6, 2015). "Five Named as National Heroes". The Jakarta Post (dalam
bahasa English). Jakarta. Diakses tanggal December 23, 2016.
- Mapaliey, Y. F. Rocky (November 10, 2015). "Silsilah Pahlawan Nasional, BW
LAPIAN". Berita Kawanua. Diakses tanggal December 23, 2016.
102
- "Mengenal Nama Walikota dan Wakil Walikota Manado". Pemerintah Kota Manado.
November 2, 2016. Diakses tanggal December 23, 2016.
103
BIODATA PENULIS
Sejak kecil ia sangat senang mendengarkan cerita-cerita rakyat dari para tua-tua desanya
serta gemar membaca buku-buku cerita rakyat dan cerita mengenai kepahlawanan para
nenek moyang dahulu. Pada tahun 1993 ia merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu
Perusahaan Swasta Nasional di bidang General Insurance (1993 – 2003) dengan beberapa
kali memimpin kantor cabang antara lain di Bandar Lampung, 1994, Semarang 1997,
Jakarta, 1998, dan terakhir di Surabaya. 2001-2003. Pada tahun 2000 ia menikahi seorang
gadis asal Wanosobo-Jawa Tengah dan dikaruniai dua orang anak perempuan yang
keduanya lahir di Jakarta, satu orang Putra lahir di Minahasa Selatan. Kemudian pada Tahun
2014, ia diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara/PNS dilingkungan Pendidikan.
Setelah menikah, ia kembali dari perantauannya pada tahun 2004, ia mulai menulis buku yang
dimulai dari desa kelahiran. Buku pertama ditulisnya mengenai Sejarah Desa Kelahirannya
serta sejarah Injil yang berisi sejarah terbentuknya desa serta budaya, adat istiadat penduduk
setempat yang dahulu pernah hidup serta sejarah masuknya Injil di Tanah Minahasa.
Beberapa tulisan mengenai ulasan sejarah Minahasa pernah juga ditampilkan di beberapa
media surat khabar lokal dan mendapat sambutan yang baik dari para pemerhati sejarah
Minahasa.
Sebagai seorang aktivis LSM, beberapa jabatan organisasi yang pernah dipegangnya antara
lain :
- Ketua Bidang Minat Bakat Senat Mahasiswa FPIPS IKIP Negeri Manado. (1987-1991);
- Pengurus Inti KNPI Kec. Tareran, (1988-1991)
- Ketua Bid. Seni Budaya & Olah Raga KOSGORO Kec. Tareran, (1987-1999);
- Ketua Umum Karang Taruna Desa Lansot. (1992-1995);
- Penggurus Persatuan Keluargaan Marukupan Tareran Di Jakarta (1995-1999).-
- Ketua Rukun Keluarga Besar Dotu J.M. Prang-Kondoj – Tareran. (2007-2010)
- Wakil Ketua FSPSI Bid. Jasa Keuangan & Perbankan Cab. PT. ASWU-Jakarta (1997-
2003)
- Tim Pengamat/ Pemantau SDM pada : Yayasan API-Jakarta, Klif & IHRDP Jakarta (1998);
- Chairman Executive, Int’l H R D Program, Jakarta. (1997-2003);
- Chairman, Citra Int’l Indonesia, The Int’ HRD Found., Jakarta (2003-2008).
- Ketua Bidang Peng. & Pemb. Generasi Muda DPP Forum Peduli Sulut (2006-sekarang)
- Sekretaris Umum Forum Peduli Pendidikan - Sulawesi Utara.(2006-sekarang)
- Ketua Umum DPP PRAKTISI DAMAI, Prop. SULUT. (2007-sekarang)
- Pengajar Sejarah Indonesia & PKn di SMK Negeri 1 Tareran, (2010-Sekarang).
104