Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PANCASILA DALAM PRESPEKTIF SEJARAH BANGSA INDONESIA

Oleh Kelompok 1 :
Muhammad Yusuf Romadhan (1212300001)
Romli (1212300009)
Putri Febby Firnanda (1212300010)
Shandy Dwi Cahyono (1212300016)
Azy Nugraha (1212300018)
Alfina Achma Ramadhani (1212300024)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Pancasila dalam Prespektif
Sejarah Bangsa Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

1
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL...................................................................................................................0
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
BAB 1.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................................3
BAB 2.........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................4
2.1 Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara.........................................................4
2.1.1 Pembentukan dan Sidang BPUPKI............................................................................4
2.1.2 Proklamasi dan Masa Sidang PPKI............................................................................9
2.1.3 Masa Orde Lama......................................................................................................12
2.1.4 Masa Orde Baru........................................................................................................14
2.1.5 Masa Reformasi........................................................................................................17
2.2 Menggali Sumber Historis, Sosiologi, Politis tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia...................................................................................................................17
2.2.1 Sumber Historis Pancasila........................................................................................17
2.2.2 Sumber Sosiologis Pancasila....................................................................................17
2.2.3 Sumber Politis Pancasila..........................................................................................18
2.3 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia......................................................................................................18
2.3.1 Argumen Tentang Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa...............................18
2.3.2 Argumen tentang tantangan terhadap pancasila dalam kehidupan Berbangsa dan
Bernegara...........................................................................................................................18
2.4 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
untuk Masa Depan.................................................................................................................18
2.4.1 Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa.......................................................19
2.4.2 Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa.....................................................19
BAB 3.......................................................................................................................................21
KESIMPULAN.........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................22

2
3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila dalam perspektif sejarah perjuangan Bangsa Indonesia merupakan cara


pandang untuk menilai peristiwa yang melantar belakangi terbentuk NKRI dan dasar
negaranya yaitu Pancasila. Pembentukan Pancasila tersebut tidak terlepas dari sejarah
kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara dari zaman Hindu,Budha dan Islam. Sejarah
pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari
kepada bangsa Indonesia oleh perdana menteri Jepang saat itu Kunuaki Koiso pada
tanggal 7 September 1944 dengan membentuk BPUPKI yang di bentuk oleh pemerintah
Jepang.

Pancasila lahir sebagai salah satu historis yang paling penting bagi eksistensi Negara
Kesatuan Republik indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara secara formal
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 .saat UUD 1945 secara resmi menjadi konsistusi
NKRI dengan Pancasila tercantum dalam alenia IV pembukaannya Pancasila sebagai
dasar negara bangsa Indonesia tidak dapat di pisah kan dalam ranah perjuangan bangsa
Indonesia. Perjuangan bangsa Indonesia tersebut di mulai sejak zaman kerajaan-kerajaan
yang pernah berkembang di Nusantara dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia ,
Pancasila lahir dari nilai-nilai kultur yang ada pada masa kejayaan nasional , masa
perlawanan penjajah, masa kemerdekaan indonesia hingga masa reformasi Bangsa
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

2.1.1 Pembentukan dan Sidang BPUPKI

Pada tanggal 8 Desember 1941 Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut


Amerika Serikat yang terletak di Pearl Harbour Hawai, dan hal inilah yang menjadi
awal dari perang Pasifik atau perang Asia Timur Raya. Belanda beserta jajahan Hindia
Belanda bersekutu dengan Amerika Serikat akhirnya menyatakan perang terhadap
Jepang.
Dalam Penyerbuan tentara Jepang ke Indonesia, ternyata belanda tidak dapat
menghadapi “Bala Tentara Dainippon”. Satu persatu kota jatuh ketangan Jepang. Pada
tanggal 23 Februari 1942 bala tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa pada 3 tempat,
yaitu Banten, Indramayu, dan Rembang. Pada tanggal 9 Maret 1942 Jendral Poorten,
panglima tertinggi Angkatan Darat Sekutu di Jawa bersama Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Mr. A.W.L Tjarda Starkenborg Stachouwer menyerah kepada tentara Jepang
di bawah pimpinan Imamura, panglima tentara Jepang di Kalijati, Bandung. Sejak saat
itu Hindia Belanda secara resmi sepenuhnya berada di bawah kekuasaan tentara
Jepang dan sejak saat itu habislah riwayat penjajah Belanda di tanah air.
Bagi rakyat Indonesia sebenarnya kedatangan Jepang dan jatuhnya Hindia
Belanda merupakan suatu kesempatan yang baikuntuk meningkatkan perjuangannya
mencapai kemerdekaan Indonesia. Namun ternyata harapan tinggal harapan belaka.
Kegembiraan berubah menjadi kekecewaan. Berbagai macam larangan digariskan oleh
Jepang, termasuk larangan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan
mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih.
Nampaknya memang penderitaan bangsa Indonesia silih berganti. Kepergian
penjajah berkulit bule berganti dengan datangnya orang-orang Jepang yang tidak kalah
bengisnya. Dengan licik mereka membawa propaganda semboyan dengan semangat
"Tiga A" yang berbunyi: "Nippon cahaya Asia", "Nippon pelindung Asia", dan
"Nippon pemimpin Asia". Dimana propagandis Jepang Hirosyi Syimizu turut aktif
menyebarluaskan slogan tersebut. Di samping praktek-praktek kekuasaan fasis Jepang
lainnya yang menindas rakyat. Namun demikian suasana tersebut tidak berlangsung
lama karena jalannya peperangan tidak lagi menguntungkan Jepang. Hampir disemua

5
front Sekutu dapat mendesak Jepang. Menyadari kedudukan mereka terdesak, Jepang
mengubah siasat dan merangkul rakyat Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan
Indonesia di kelak kemudian hari.
Pada tanggal 7 September 1344 Perdana Menteri Jepang Jenderal Kuniaki
Koiso atas nama pemerintah Jepang mengeluarkan janji " kemerdekaan Indonesia di
kemudian hari" di dalam siding Teikuku Gikoi (Parlemen Jepang). Menurut rencana,
Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada tanggal 24 Agustus
1345. Untuk melaksanakan janji politik tersebut pada tanggal 23 April 1345
pemerintah militer Jepang di Jawa telah membentuk sebuah badan yang diberi nama
Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai, atau dalam Bahasa Indonesia: Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan lndonesia (BPUPKI). Dari kesyahannya, menurut Ilmu
Hukum Tata Negara tidak perlu dipersoalkan. Mulai hari itu bendera Sang Saka
Merah Putih boleh dikibarkan di samping bendera Jepang di depan gedung Pejambon I
(sekarang gedung Pancasila).
Selanjutnya pada tanggal 28 Mei 1345 BPUPKI dilantik oleh GUNSEIKAN
(kepala pemerintahan Bala Tentara Jepang di Jawa) dengan susunan sebagai berikut :
Ketua : Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat
Ketua Muda : Ichibangase (anggota luar biasa, bangsa Jepang)
Ketua Muda : R.P. Soeroso (merangkap Kepala Tata Usaha)
Anggota :
sejumlah 60 orang tidak termasuk Ketua dan Ketua Muda.
Nama para anggota itu menurut nomor tempat duduknya adalah sebagai berikut:
1. lr. Sukarno
2. Mr. Muhammad Yamin
3. Dr. R. Kusumah Atmadja
4. R. Abdulrahim Pratalykrama
5. R. Aris
6. K.H. Dewantara
7. K. Bagus Hadikusumo
8. B.P.H. Bintoro
9. A.K. Muzakkir
10. B.P.H. Purbojo
11. R.A.A. Wiranatakusuma
12. Ir. R. Ashar Sutedjo Munandar

6
13. Oeij Tjang Tjoei
14. Drs. Moh. Yamin
15. Oei Tjong Hauw
16. H. Agus Salim
17. M. Sutardjo Kartohadikusumo
18. R.M. Margono Djojohadikusumo
19. K.H. Abdul Halim
20. K.H. Masykur
21. R. Sudirman
22. Prof. Dr. P. A. Djajadiningrat
23. Prof. Dr. Soepomo
24. Prof. Dr. Rooseno
25. Mr. R. Pandji Singgih
26. Mr. Ny. Maria Ulfah Santoso
27. R.M.T.A. Surjo
28. R. Ruslan Wongsokusumo
29. Mr. R. Susanto Tirtoprodjo
30. Ny. R.S.S. Sunarjo Mangunpuspito
31. Dr. R. Buntaran Martoadmodjo
32. Liem Koen Hian
33. Mr. J. Latuharhary
34. Mr. R. Hindromartono
35. R. Sukardjo Wirjopranoto
36. Haji Ah. Sanusi
37. A.M. Dasaat
38. Mr. Tan Eng Hoa
39. Ir. R,M.P. Surachman Tjokroadisurio
40. R.A.A. Sumitro Kolopaking Purbonegoro
41. K.R.M.T.H. Wuryadiningrat
42. Mr. A. Subardjo
43. Prof. Dr. R. Djenal Asikin Widjajakusuma
44. Abikusni Tjokrosujoso
45. Parada Harahap
46. Mr. R.M. Sartono

7
47. K.H.M. Mansoer
48. Drs. K.R.M.A. Surodiningrat
49. Mr. R. Suwandi
50. K.H.A. Wachid Hasyim
51. P.F. Dahler
52. Dr. Sukiman
53. Mr. K.R.M.T. Wongsonegoro
54. R. Otto Iskandar Dinata
55. A. Baswedan
56. Abdul Kadir
57. Dr. Samsi
58. Mr. A,A. Maramis
59. Mr. R. Samsudin
60. Mr. R. Sastromuljono
Di samping anggota-anggota BPUPKI yang jumlahnya 60 orang (semuanya orang
Indonesia), terdapat juga 7 orang Jepang sebagai anggota di samping seorang wakil ketua
yaitu Ichibangase. Sekalipun belum menemukan kepastiannya dalam tulisan-tulisan resmi,
namun ada pendapat bahwa kehadiran orang-orang Jepang sebagai anggota Badan Penyelidik
merupakan salah satu alasan mengapa rumusan mengenai presiden dalam UUD 1945 pasal 6-
nya berbunyi: Presiden ialah orang Indonesia asli. Pembentukan BPUPKI bertujuan untuk
menyelidiki hal-ha1 yang penting tentang dan sekitar kemerdekaan Indonesia serta menyusun
berbagai rencana yang berhubungan dengan kemerdekaan tersebut. Badan ini kemudian akan
mempersiapkan serta memberikan segala sesuatu sebagai bahan untuk diperbincangkan dalam
badan yang akan dibentuk, yaitu Dokuritsu Zyumbi Iinkai atau Panitia Persiapan
Kemerdekaan sebagai badan yang secara hukum berkompeten atau berwenang mengambil
keputusan-keputusan Icntang bahan-bahan yang berhubungan dengan kemerdekaan
Indonesia.
Setelah dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 Badan Penyelidik mengadakan 2 kali
sidang, yaitu:
1. Sidang pertama, pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal 1 Juni 1945
2. Sidang kedua, pada tanggal 10 Juli 1945 sampai dengan 17 Juli 1945.
Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin adalah orang pertama yang berbicara dan
mengajukan usul tentang asas dan dasar Negara Indonesia Merdeka, yaitu:
1. Peri Kebangsaan

8
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Kelima asas tersebut di atas oleh Mr. Muh. Yamin belum diberi nama, namun demikian
bahwa pokok-pokok pikiran Mr. Muh. Yamin itu cukup jelas.
Pada hari ketiga Sidang BPUPKI yaitu tepatnya pada tanggal 31 Mei 1945 Prof. Mr.
Soepomo mengemukakan lima dasar Negara sebagai berikut:
1. Persatuaan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan Lahir dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat
Tanggal 1 Juni 1345 pada hari keempat sidang BPUPKI Ir. Sukarno mengemukakan
pendapatnya tentang calon rumusan dasar Negara Indonesia. Beliau mengusulkan 5 prinsip,
yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Dengan selesainya rapat tanggal 1 Juni 1345, maka selesailah seluruh masa sidang pertama
BPUPKI. Selanjutnya untuk menampung perumusan-perumusan yang bersifat perseorangan
atau individual, dibentuklah sebuah panitia kecil yang disebut "Panitia Sembilan" karena
anggotanya terdiri dari 9 orang. Anggota tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno, ketua merangkap anggota
2. Drs. Moh. Hatta, anggota
3. Mr. A.A. Maramis, anggota
4. K.H. Wachid Hasyim, anggota
5. A.K. Mudzakkir, anggota
6. Abikusuma Tjokrosujoso, anggota
7. H. Agus Salim, anggota
8. Mr.Ahmad Subardjo, anggota
9. Mr. Muh. Yamin, Anggota

9
hasil karya "panitia sembilan" yang disebut Piagam Jakarta (22 Juni 1345) di dalamnya
terdapat perumusan Pancasila yang berbunyi:
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada tanggal 14 Juli 1945 dalam masa sidangnya yang kedua, BPUPKI secara bulat
menerima hasil karya Panitia Sembilan menjadi rancangan Mukadimah hukum dasar negara
Indonesia Merdeka. Kemudian dalam sidang yang terakhir pada tanggal 16 Juli 1945 akhirnya
BPUPKI dapat menyetujui suatu rancangan hukum dasar negara Indonesia terdiri dari tiga
bagian, yaitu:
1. Pernyataan Indonesia merdeka
2. Pembukaan yang memuat Pancasila secara lengkap
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang tersusun atas pasal-pasal
4. Hari terakhir yaitu tanggal 17 Juli 1945 hanya merupakan Sidang Penutupan
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia secara
resmi.
2.1.2 Proklamasi dan Masa Sidang PPKI

Pada tanggal 9 Agustus 1945 BPUPKI dihubarkan oleh Jepang dan kemudian pada
tanggal 9 Agustus 1945 itu pula dibentuk sebuah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) atau Dokuritzu Zumbi Iinkai, dengan beranggotakan sebagai berikut:
Ketua : Ir. Soekarno
Wakil Ketua : Drs. Moh. Hatta
Anggota : Soepomo, Radjiman, Suroso, Sutardjo, W. Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Abdul Kadir, Surjoharmidjojo, Purubojo, Yap
Tjwan Bing, Latuharhary, Dr. Amir, Abd. Abbas, Moh. Hasan, Hamdhani,
Ratulangi, Andipangeran, I Gusti Ktut Pradja, Wiranatakusuma, Ki Hadjar
Dewantoro, Mr. Kasman.
Tambahan : Sujati, Kusuma Sumarti, Subardjo

10
Pada tanggal 9 Agustus 1945 Ir. Sukarno, Drs. Moh Hatta dan Ibdjiman
Widyodiningrat diundang Marsal Terautji, Panglima tertinggi Angkatan Perang
Jepang seluruh Asia Tenggara di Saigon-Vietnam, untuk menerima petunjuk-
petunjuk tentang penyelenggaraan kemerdekaan bagi Indonesia.
Tanggal 6 Agustus 1945 Amerika serikat menjatuhkan bom atom di Hirosima dan
tanggal 9 Agustus 1945 di Nagasaki. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu
tanggal 14 Agustus 1945. Akibat penyerahan Jepang kepada sekutu maka menurut teori
hukum internasional, pihak yang kalah (dalam hal ini Jepang) harus mempertahankan keadaan
status quo pada saat ia menyerah. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan keadaan politik
maupun militer dilarang. Dengan demikian berarti janji-janji Jepang kepada Indonesia untuk
memberikan kemerdekaan tidak ada artinya lagi.
Pada tanggal 16 Agustus 1945, peristiwa Rengasdengklok terjadi. Para pemuda
pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, Wikana, Shodanco Singgih, dan lainnya membawa
Soekarno, Fatmawati, dan Guntur (anak mereka yang baru berusia 9 bulan) ke
Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Akhirnya, pada jam 10.00 pagi, hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno dengan di
dampingi oleh Bung hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 itu pada hakekatnya adalah cetusan “jiwa”
Pancasila yang didorong oleh amanat penderitaan rakyat (ampera). Untuk merealisasikan
tujuan perjuangan bangsa, kita membentuk Negara Nasional yang bebas, merdeka bersatu,
berdaulat, adil dan makmur serta ikut n~claksanakan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Untuk merealisasi tujuan proklamasi kemerdekaan tanggal 18 Agustus 1945
berlangsunglah sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Akhirnya Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 telah dapat menghasilkan keputusan-
keputusan penting sebagai berikut :
1. Pengesahan Undang-Undang Dasar yang terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh
(Pasal-Pasal) setela melalui penyempurnaan-penyempurnaan, khususnya Rumusan
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang termuat dalam
Pembukaan UUD yang disahkan/ditetapkan pada waktu itu sebagai berikut : :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

11
2. Memilih presiden dan wakil presiden yang pertama atas usul Oto Iskandardinata,
salah seorang anggota PPKI, maka Ir Soekarno dan Drs Moh, Hatta dipilih secara
aklamasi sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
3. Menetapkan berdirinya Komite Nasional sebagai Badan Musyawarah darurat.
Kiranya perlu juga diketahui bahwa tanggal 18 Agustus 1945 sewaktu disahkan UUD 1945
disamping memuat konsep Pembukaan yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan, diterima
dengan suatu perubahan yaitu Sila pertama dari dasar negara yang semula tercantum dalam
Pembukaan yaitu “Ketuhanan dengan menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya"
diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Juga beberapa pasal Batang tubuh ikut
diubahldi ganti antara lain:
1. Pasal 6 ayat 1 semula berbunyi: “Presiden ialah orang Indonesia asli yang
beragama Islam” diganti menjadi “Presiden ialah orang Indonesia asli”.
2. Pasal 29 ayat 1, semula berbunyi “negara berdasar atas Ketuhanan dengan
menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
3. Pasal4 ayat 2 semula Wakil Presiden direncanakan dua orang, ditetapkan
menjadi satu, dengan demikian pasal 4 ayat 2 berbunyi sebagai berikut :
“dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang wakil
presiden”.
4. Usul untuk menambah Bab baru yaitu bab yang memungkinkan mengubah
atau menyempurnakan Undang-undang Dasar. Akhirnya disetujui
penambahan Bab XVI pasal 37 yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
Untuk mengubah Undang-undang Dasar sekurang-kurangnya 213 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir, Putusan diambil
dengan persetujuan sekurang-kurangnya 213 darl jumlah anggota yang hadir.
Akhirnya Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia y,lng disebut UUD
1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila yang tlisahkan oleh PPKI tanggal 18
Agustus 1945 terdiri dari :
1. Pembukaan Alinea 4
2. Batang tubuh: 16 Bab, 37 pasal yang dilengkapi dengan IV ' pasal aturan
peralihan dan 2 ayat aturan tambahan.
3. Penjelasan
Sidang PPKI yang kedua diselenggarakan pada tanggal 19 Agustus 1945, dan
dapat di ambil keputusan sebagai berikut:

12
1. Pembagian departemen-departemen atau kementriankementrian pemerintahan
yang berjumlah 12 departemen. Susunan dan pembagiannya sebagai berikut:
a. Departemen Dalam Negeri
b. Departemen Luar Negeri
c. Departemen Kehakiman
d. Departemen Keuangan
e. Departemen Kemakmuran
f. Departemen Kesehatan
g. Departemen Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan
h. Departemen Sosial
i. Departemen Pertahanan
j. Departemen Penerangan
k. Departemen Perhubungan
l. Departemen Pekerjaan Umum
2. Keputusan kedua yang diambil ialah tentang pembagian wilayah Indonesia
dalam 8 propinsi, yaitu:
a. Propinsi Sumatera
b. Propinsi Jawa Barat
c. Propinsi Jawa Tengah
d. Propinsi Jawa Timur
e. Propinsi Kalimantan
f. Propinsi Sulawesi
g. Propinsi Maluku
h. Propinsi Sunda Kecil
Setelah menyelesaikan sidang yang ketiga tersebut maka PPKI secara tidak langsung
bubar dan para anggotanya dilebur menjadi anggota inti dari Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) yang i jumlah anggotanya lebih kurang 150 irang. Para anggota itu dilantik oleh
Presiden Sukarno pada hari Rabu, tanggal 29 Agustus 1945 dengan mengambil tempat di
gedung Kebudayaan (Gedung Komidi di Pasar Baru).
Dengan melihat proses perumusan Dasar Negara dan kiprah sederetan tokoh Nasional
dan putra-putra terbaik Negeri tercinta ini sebenarnya secara obyektif tidaklan perlu
diperpertentangkan dan pertahankan siapa tokoh utama dalam proses perumusan Pancasila.
Sebab tidaklah mungkin seseorang akan mampu secara mutlak menyusun konsep dasar negara
tanpa adanya partisipasi pihak lain, baik secara perseorangan maupun kelompok. Kiranya

13
perlu pemahaman obyektif yang berarti juga pemahaman yuridis terhadap proses perumusan
Pancasila, tanpa itu akan terjebak dalam pola pikir yang emosional konfrontatif, yang tidak
akan menguntungkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.1.3 Masa Orde Lama

Orde lama merupakan konsep yang biasa dipergunakan untuk menyebut suatu periode
pemerintahan yang ditandai dengan berbagai penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD
1945. Kegagalan Konstituante dalam merumuskan Undang-Undang Dasar baru dan
ketidakmampuan menembus jalan buntu untuk kcmbali ke Undang-undang Dasar 1945, telah
mendorong Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan "Dekrit Presiden".
Dekrit ini ternyata mendapat dukungan dari seluruh Rakyat Indonesia. DPR hasil Pemilihan
Umum 1955 dalam bidangnya tanggal 22 Juli 1959 telah secara aklamasi bersedia terus
bekerja berdasarkan UUD 1945. Dukungan-dukungan ini menunjukkan bahwa rakyat telah
lama mendambakan stabilitas politik. Mereka menggantungkan harapannya kepada
berlakunya kembali UUD 1945. Seiring dengan berlakunya UUD 1945 pada periode 1953-
1965, diterapkan konsepsi demokrasi terpimpin. Dalam Pelaksanaannya, ternyata pengertian
"terpimpin" lain dari apa yang dikehendaki oleh UUD 1945, yaitu "Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilanr'. Kebijaksanaan ini disusun
atas dasar pemikiran bahwa sebagian rakyat Indonesia masih terbatas pengetahuannya
sehingga masih hams dibimbing dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Namun, dalam
prakteknya bukan dipimpin oleh hati nurani rakyat, melainkan oleh pimpinan nasional.
Tindak lanjut dari Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 adalah pembentukan kabinet
baru yang diberi nama Kabinet Karya. Dalam masa ini, Presiden sebagai pemegang
kekuasaan eksekutif dan pemegang kekuasaan legislatif (Bersama sama dengan DPRGR)
telah menggunakan kekuasaannya dengan tidak semestinya. Presiden telah mengeluarkn
produk-produk legislatif yang semestinya berbentuk Undang-Undang dalam bentuk
Penetapan Presiden.
Keanggotaan MPR yang ada waktu itu diangkat berdasarkan Penetapan Presiden. Hak
budget DPR tidak berjalan karena pemerintah tidak mengajukan Rancangan Undang-Undang
APBN untuk mendapat persetuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang
bersangkutan. Keberhasilan Presiden Soekarno membubarkan DPR dan diterimanya DPRGR
merupakan kemenangan yang strategis, sekaligus menunjukkan kekuatannya.
Penyimpangan yang terjadi pada awal masa orde lama adalah persoalan
dipergunakannya istilah USDEK (UUD 1945), Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,

14
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Ada kecenderungan bahwa penggunaan
istilah Usdek ini hanya sekedar sebagai dasar pembenaran.
Penyimpangan terharap Pancasila dan UUD 1945 terus berlangsung. Ketetapan MPRS
No. III/MPRS/ 1963 tentang pengangkatan presiden seumur hidup jelas bertentangan dengan
UUD 1945. Memutarbalikan arti dan fungsi Pancasila, dimana Pancasila menjadi dikatakan
sebagai alat pemersatu sehingga setelah persatuan bangs aini terwujud maka Pancasila sudah
tidak berfungsi lagi. Menyamakan Pancasila dengan Nasakom. Barang siapa yang anti
Nasakom berarti anti Pancasila. Padahal secara substansi mereka sangat berbeda.
Sejak tahun 1964 dan berjalan selama tahun 1965 sikap dan Tindakan PKI semakin
agresif. Melalui rapat-rapat umum, pers, radio, kampanye kemudian disusun dengan aksi fisik
dan aksi sepihak di berbagai daerah dan puncak dari semua kegiatan PKI adalah
Pemberontakan G30S/PKI. Kemudian hal ini akhirnya dapat digagalkan berkat kewapadaan
dan kesigapan ABRI dengan dukungan kekuatan rakyat. Peristiwa ini telah mendorong
lahirnya ORDE BARU yang bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen.
2.1.4 Masa Orde Baru

Orde baru merupakan konsep yang dipergunakan untuk menyebut suatu kurun waktu
pemerintahan yang ditandai dengan keinginan melaksanakan Pancasila dan LIULI 1945
secara murni dan konsekuen. Benih-benih lahirnya orde baru sudah ada pada waktu ABRI
bersama-sama rakyat Pancasila menumpas pemberontakan G30S/PKI.

Dalam upaya untuk menegakkan kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945,
maka dibentuklah Front Pancasila oleh beberapa partai politik dan organisasi massa. Pancasila
dimaksudkan sebagai persatuan dan kesatuan rakyat yang mendukung Pancasila. Bersama-
sama dengan KAMI, Front Pancasila muncul sebagai pendukung orde baru dan mempelopori
tuntutan yang lebih luas yang menyangkut kembali kehidupan kenegaraan sesuai dengan
I'ancasila dan UUD 1945.

Mula-mula tuntutan yang dilancarkan oleh berbagai golongan masyarakat masih


bernada lunak. Namun lama kelamaan tuntutan itu semakin keras. Tuntutan untuk
membubarkan PKI kemudian ditegaskan oleh KAMI dengan Tritura pada tanggal 12 Januari
1966.

15
Apabila ditelaah, jelaslah bahwa latar belakang dari tuntutan itu disebabkan oleh
ketidakpuasan masyarakat terhadap pelaku C30S/PKI. Orde Baru lahir sebagai jawaban atas
krisis yang dialami bangsa Indonesia yang bertekad untuk:

1. Melaksanakan atau tidak ingin mengubah Pancasila dan UUD 1945.


2. Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
3. Mengisi kemerdekaan dengan pembangunan

Oleh karena itu, orde baru sering disebut sebagai orde pengoreksi, orde konstitusional, dan
orde pembaharuan.
a. Orde Pengoreksi

Orde baru secara resmi lahir pada tanggal 11 Maret 1966 bertekad utuk melakukan
koreksi total terhadap penyelewengan-penyelewengan dan penyimpangan yang dilakukan
oleh pemerintah orde lama. Untuk mencegah terjadinya ekses-ekses negatif dan keselamatan
negara maka Presiden mengumumkan adanya Dekrit Presiden yang berisi ketentuan :

1. Pembubaran Konstituante
2. Berlakunya Kembali UUD 1945
3. Tidak berlakunya UUDS 1950

Seiring dikeluarkannya Dekrit Presiden DPR hasil Pemilu 1959 yang menyatakan siap
bekerja terus berdasarkan UUD 1945 dibubarkan oleh Presiden pada tanggal 5 Maret 1960,
karena persoalan anggaran belanja negara.

b. Orde konstitusional
Dalam masa pemerintahan orde lama, Pancasila dan UUD 1945 tidak dilaksanakan
secara murni dan konsekuen sehingga merusak kehidupan bangsa dan negara. Pada waktu itu
telah lahir kelompok yang dapat menilai secara obyektif akibat-akibat negatif yang
disebabkan oleh penyelenggaraan pemerintah yang tidak berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Kelompok ini bukan saja dapat melihat keburukan-keburukan yang telah terjadi, tetapi
juga berani mengemukakan apa-apa yang buruk itu. Kelompok ini bertekad untuk
menegakkan tatanan yang didasarkan atas pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen.
Bertolak dari tekad itu, maka tema pokok perjuangan orde baru adalah melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Sedangkan landasan orde baru adalah
landasan ideologi. landasan ketatanegaraan dan sikap mental. Adapun yang menjadi landasan

16
ideologi adalah Pancasila, sedangkan landasan ketatanegaraan adalah UUD 1945. Sikap
mental yang menjadi landasan orde baru adalah kemurnian pengabdian kepada rakyat.

c. Orde Pembaharuan
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu tekad Orde Baru adalah mengisi kemerdekaan
dengan pemabngunan. Sedangkan pemabngunan dapat berjalan dengan baik, jika didukung
adanya stabilitas nasional (stabilitas politik maupun stabilitas ekonomi). Untuk itulah maka
dibentuk Kabinet Ampera dengan Dwidharma, yaitu mewujudkan stabilitas politik dan
stabilitas ekonomi. Jika dianalisis tugas Kabinet Ampera itu pada hakekatnya baru dalam
rangka konsulidasi.
Setelah pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965 berhasil digagalkan berkat rahmat
Tuhan Yang Maha Esa serta berkat kesadaran dan keteguhan rakyat pada landasan falsafah
Pancasila, maka Orde Baru dengan perjuangan yang sungguh-sungguh telah berhasil
menciptakan stabilitas nasional, baik dalam bidang politik maupun ekonomi.

Selanjutnya perlu dilakukan Pembangunan Nasional secara terus menerus, menyeluruh,


terarah dan terpadu. bertahap dan berencana sebagai satu-satunya jalan untuk mengisi
kemerdekaan dan mencapai tujuan nasional.

Untuk itu berdasarkan Tap MPRS 1968 dibentuk Kabinet Pembangunan. Tugas Pokok
Kabinet Pembangunan atau Panca Krida Pembangunan adalah:

1. Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai syarat mutlak berhasilnya


pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun dan Pemilihan Umum.
2. Menyusun dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima Tahun.
3. Melaksanakan Pemilihan Umum selambat-lambatnya tanggal 5 Juli 1971.
4. Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengikis habis sisa-sisa
G30S/PKI dan setiap rongrongan penyelewengan serta pengkhianatan terhadap
Pancasila dan UUD 1945.
5. Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara menyeluruh aparatur negara
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Atas dasar kenyataan di atas, kiranya wajar ketika semua komponen bangsa yang setia
kepada Pancasila dan UUD 1945 mendukung Orde Baru, baik sebagai orde pengoreksi, orde
konstitusional, maupun orde pembaharuan. Harapan-harapan yang diletakkan diatas pundak
pemerintah orde baru pada awalnya menunjukkan adanya harapan yang lebih baik

17
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Stabilitas mulai terwujud, baik dalam politik,
ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Pembangunan ekonomi mendapat perhatian yang serius sehingga mampu meningkatkan


kesejahteraan masyarakat. Memang harus diakui bahwa pelaksanaan pemerintah yang
didasarkan atas pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen telah
banyak meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Meskipun harus diakui pula bahwa masih
ada kekurangan-kekurangan yang harus disempurnakan. Gerakan reformasi yang muncul di
akhir tahun 1998 dan terus menggelinding sampai pada saat ini merupakan salah satu
indikator. ketidakpuasan rakyat terhadap kebijaksanaan pemerintah orde baru.

2.1.5 Masa Reformasi

Beberapa persoalan menarik yang perlu dikaji sehubungan dengan gerakan reformasi,
diantaranya: Pancasila sebagai Dasar Negara, UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional,
serta seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, mengoptimalkan fungsi
DPR sesuai dengan UUD 1945. Selama ini ada kesan bahwa DPR tidak dapat melaksanakan
fungsinya secara baik, terutama fungsi kontrolnya. Hak-hak DPR neperti hak angket,
interpelasi, budget, inisiatif dan sebagainya tidak pernah dimanfaatkan. Ketiga, kekuasaan
Presiden, baik sebagai Kepala Negara maupun Kepala Pemerintahan perlu diatur secara tegas.

Kedua, mengoptimalkan hngsi DPR sesuai dengan UUD 1945. Ketiga, kekuasaan
Presiden, baik sebagai Kepala Negara maaupun Kepala Pemerintahan perlu diatur secara
tegas. Keempat, kedudukan MA sebagai lembaga yudikatif perlu ditegakkan agar supremasi
hukum dapat dilaksanakan. Kelima, lembaga-lembaga lain seperti DPA dan Bapeka harus
dikembalikan fungsinya sehingga dapat melaksanakan tugas sebagai mestinya.

2.2 Menggali Sumber Historis, Sosiologi, Politis tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia

2.2.1 Sumber Historis Pancasila

Nilai-nilai Pancasila telah ditemukan dalam kearifan lokal, budaya, dan agama yang
telah berkembang di Indonesia sejak masa kerajaan. Contohnya, gagasan tentang Ketuhanan
sudah ada sejak zaman dahulu, meskipun dalam berbagai bentuk pemujaan yang beragam.
Dalam Encyclopedia of Philosophy, terdapat unsur-unsur dalam agama, seperti keyakinan
pada keberadaan 65 kekuatan supernatural, perbedaan antara yang suci dan yang duniawi,

18
pelaksanaan ritual pada objek yang dianggap suci, doa sebagai sarana berkomunikasi dengan
Tuhan, perasaan takjub sebagai ekspresi keagamaan, keyakinan akan tuntunan moral dari
Tuhan, hubungan konsep hidup di dunia dengan Tuhan, serta pembentukan kelompok sosial
seagama dan seiman.
2.2.2 Sumber Sosiologis Pancasila

Secara sosiologis, nilai-nilai Pancasila, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,


kerakyatan, dan keadilan, telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu hingga
sekarang. Salah satu nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman
dulu adalah nilai gotong royong. Sebagai contoh, kebiasaan untuk saling membantu antar
tetangga atau berkolaborasi dalam proyek-proyek bersama untuk kepentingan umum di desa-
desa merupakan contoh nyata dari semangat gotong royong. Semangat gotong royong ini juga
tercermin dalam sistem perpajakan Indonesia, di mana masyarakat bersama-sama membayar
pajak untuk mendukung pembangunan.
2.2.3 Sumber Politis Pancasila

Sebagaimana kita tahu, nilai-nilai dasar dalam Pancasila berasal dari kearifan lokal,
budaya, dan pengalaman bangsa Indonesia, termasuk interaksi dengan bangsa-bangsa lain.
Nilai-nilai Pancasila, seperti nilai kerakyatan, dapat ditemukan dalam kehidupan pedesaan
yang memiliki pola kehidupan bersatu dan demokratis, yang didasari oleh semangat
kekeluargaan. Ini tercermin dalam prinsip keempat Pancasila, yaitu Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

2.3 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia

2.3.1 Argumen Tentang Dinamika Pancasila Dalam Sejarah Bangsa

Dinamika pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang


surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai pancasila. Pada zaman pemerintahan
presiden soeharto, pancasila dijadikan pembenar kekuasaan melalui penataran P-4 sehingga
pasca turunya soeharto ada kalangan yang mengidentikkan pancasila dengan P-4.

2.3.2 Argumen tentang tantangan terhadap pancasila dalam kehidupan Berbangsa dan
Bernegara

19
Salah satu tantangan terhadap pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakan nilai-nilai pancasila tidak dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai
pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu contohnya,
pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP No.lll/MPRS/1960 tentang
tentang pengangkatan soekarno sebagai presiden Seumur hidup. Pasal ini menunjukkan
bahwa pengangkatan presiden seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas waktu lima
tahun.

2.4 Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia untuk Masa Depan

2.4.1 Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Pancasila pada hakikatnya merupakan
Philosofische Grondslag dan Weltanschauung. Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat
negara (Philosofische Grondslag) karena mengandung unsur-unsur sebagai berikut: alasan
filosofis berdirinya suatu negara; setiap produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai
Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-
unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat istiadat.

2.4.2 Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Hasil Survei yang dilakukan
KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat
tentang Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4% responden berusia 17 sampai 29 tahun
tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila secara benar dan lengkap. 42,7% salah
menyebut sila-sila Pancasila, lebih parah lagi, 60% responden berusia 46 tahun ke atas salah
menyebutkan sila-sila Pancasila. Fenomena tersebut sangat memprihatinkan karena
menunjukkan bahwa pengetahuan tentang Pancasila yang ada dalam masyarakat tidak
sebanding dengan semangat penerimaan masyarakat terhadap Pancasila (Ali, 2009: 2). Selain
data tersebut, pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia dikarenakan hal-hal
berikut: pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain, penyalahgunaan Pancasila sebagai alat
justifikasi kekuasaan rezim tertentu, melemahnya pemahaman dan pelaksanaan nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

20
Pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan dalam mata kuliah pendidikan
Pancasila adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa (student
centered learning), untuk memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila baik sebagai
etika, filsafat negara, maupun ideologi bangsa secara scientific. Dengan harapan, nilai-
nilai Pancasila akan terinternalisasi sehingga menjadi guiding principles atau kaidah
penuntun bagi mahasiswa dalam mengembangkan jiwa profesionalismenya sesuai dengan
jurusan/program studi masing-masing. Implikasi dari pendidikan Pancasila tersebut adalah
agar mahasiswa dapat menjadi insan profesional yang berjiwa Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan Pancasila adalah untuk
membentengi dan menjawab tantangan perubahan-perubahan di masa yang akan dating

Harapan tersebut memang tidak mudah untuk diwujudkan. Akan tetapi, pendidikan
dianggap merupakan alternatif terbaik dalam melakukan rekayasa sosial secara damai.
Pendidikan adalah alternatif yang bersifat preventif untuk membangun generasi baru
bangsa yang lebih baik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Pendidikan Pancasila
di perguruan tinggi, penekanannya dengan memberikan kontribusi dalam pendalaman
penghayatan dan penerapan nilai-nilai Pancasila kepada generasi baru bangsa. Atas dasar
hal tersebut, maka pemerintah menggunakan atau mengalokasikan 20% dana APBN yang
sebagian berasal dari pajak untuk membiayai pendidikan nasional.

Contoh urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya yang
berkaitan dengan tugas menyusun/membentuk peraturan perundangundangan. Orang yang
bertugas untuk melaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuan, pengertian,
pemahaman, penghargaan, komitmen, penghayatan dan pola pengamalan yang lebih baik
daripada warga negara yang lain karena merekalah yang akan menentukan meresap atau
tidaknya nilai-nilai Pancasila ke dalam peraturan perundang-undangan yang
disusun/dibentuknya. Contoh lainnya, lulusan/output dari program studi energi di
kemudian hari akan menentukan kebijakan tentang eksplorasi, eksploitasi, industrialisasi,
dan distribusi energi dijalankan. Begitu pula dengan lulusan/output dari program studi
perpajakan yang akan menjadi pegawai pajak maupun bekerja di bidang perpajakan,
mahasiswa lulusan prodi perpajakan dituntut memiliki kejujuran dan komitmen sehingga
dapat 45 memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan tempat
bekerja secara baik dan benar.

21
Dengan demikian, pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan mahasiswa amat
penting, tanpa membedakan pilihan profesinya di masa yang akan datang, baik yang akan
berprofesi sebagai pengusaha/entrepreneur, pegawai swasta, pegawai pemerintah, dan
sebagainya. Semua lapisan masyarakat memiliki peran amat menentukan terhadap
eksistensi dan kejayaan bangsa di masa depan

22
BAB 3

KESIMPULAN

Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia yang memiliki akar Sejarah yang
dalam dan beragam.sejarah bangsa Indonesia mencerminkan evolusi konsep Pancasila
sepanjang waktu.kesimpulan makalh ini mengungkapkan bahwa Pancasila merupahan
hasil dari perjuangan Panjang bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan
membangun negara yang pluralistik.dalam persfektif sejarah, Pancasila menjadi pilar
utama dalam menjaga persatuan,keragaman,dan keadilan sosial di Indonesia. Melalui
pemahaman sejarah,kita dapat menghargai pentingnya Pancasila sebagai panduan moral
dan ideologi bagi negara ini,yang terus berkembang seiring berjalanya waktu.

23
DAFTAR PUSTAKA

Nurwadani, Paristiyanti dkk. (2016). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.


Jakarta : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Syamsudin, M dkk. (2009). Pendidikan Pancasila ; Menempatkan Pancasila dalam
Konteks Keislaman dan Keindonesiaan. Yogyakarta : Total Media.

24

Anda mungkin juga menyukai