Disusun oleh :
1. Khanifah Almutohharoh ( 23050220035 )
2. Ririn Apriliyana ( 23050220043 )
3. Diah Pangestuningati ( 23050220044 )
4. Dewi Larasati ( 23050220047 )
5. Rosydah Nur Farida ( 23050220064 )
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya.
Taufik hidayah-Nya serta limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu dan tanpa halangan suatu apapun. Sholawat serta salam senantiasa
tercurah kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapat syafaat dikelak
kemudian hari.
Tujuan dari penulisan dan penyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Ilham Mustofal Ahyar Lc., M.Ag. selaku dosen mata kuliah Tafsir mengucapkan banyak
terima kasih kepada beliau yang telah memberi tugas ini sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan serta wawasan kami.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca,
meskipun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dadi kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan untuk memperbaiki penyusunan
makalah kami selanjutnya. Kemudian apabila terdapat kesalahan dalam makalah baik dari
segi penyusunan ataupun pembahasan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki bentuk negara kepulauan dan bentuk
pemerintahan republik sehingga disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dan masyarakatnya tidak asing lagi dengan Pancasila. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, masyarakat Indonesia mengenal pancasila sebagai dasar
negara, pedoman, dan pandangan hidup yang nilainya diangkat dari kehidupan
masyarakat sendiri. Pancasila merupakan dasar negara, dan juga menjadi falsafah
hidup bangsa Indonesia sejak dahulu.
Pancasila juga diperuntukkan kepada negara, masyarakat, dan pribadi bangsa
Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas satu sama lain melainkan satu kesatuan
yang Bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar negara maupun
sebagai falsafah Hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari Pancasila
ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain.
Lantas perumusan pancasila juga dapat dijadikan sebagai pandangan hidup
bangsa yang selalu berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti
yang telah diketahui bahwa pancasila itu juga merupakan dasar Negara Indonesia,
yang berarti dasar dari hukum tertinggi di Indonesia atau sumber dari segala Sumber
hukum di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Pancasila Dalam Arus Sejarah Bahasa Indonesia
2. Periode Pengusulan Pancasila
3. Periode Perumusan Pancasila
4. Periode Pengesahan Pancasila
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pancasila Dalam Arus Sejarah Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui Periode Pengusulan Pancasila
3. Untuk mengetahui Periode Perumusan Pancasila
4. Untuk mengetahui Periode Pengesahan Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama
Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang
tidak menyukai angka 5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas
(1) Sosio-Nasionalisme,(2) Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa.
Soekarno akhirnya juga Menawarkan angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-
Royong. Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno inilah yang di kemudian hari
diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk buku
yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947).
Perlu Anda ketahui bahwa dari judul buku tersebut menimbulkan kontroversi
seputar lahirnya Pancasila. Di satu pihak, ketika Soekarno masih berkuasa, terjadi
semacam pengultusan terhadap Soekarno sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai
hari lahirnya pancasila. Di lain pihak, Ketika pemerintahan Soekarno jatuh, muncul
upaya-upaya “de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru sehingga dikesankan
seolah-olah Soekarno tidak besar jasanya dalam penggalian dan perumusan Pancasila.
Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi dasar
filsafat negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan
kemudian dibentuk panitia kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid
Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta)
yang bertugas menampung usul-usul seputar calon dasar negara. Kemudian, sidang
pertama BPUPKI (29 Mei – 1 Juni 1945) ini berhenti untuk sementara.
Pagi hari, tepatnya tanggal 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman
dipanggil Jendral Terauchi (Penguasa Militer Jepang di kawasan Asia Tenggara) yang
berkedudukan di Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga
tokoh tersebut diberi kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk Panitia
persiapan kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7
Agustus 1945. Setelah dari Saigon, ketiga tokoh itu membuat PPKI dengan total
anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo,
Otto Iskandar Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap
Cwan Bing, Muh. Amir, Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde
Puja, Hamidan, Panji Suroso, Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono Kartodirdjo,
dkk., 1975: 16—17).
Jatuhnya Bom di Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu
akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasari pada 9 Agustus 1945 yang
meluluhlantakkan kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan jepang semakin lemah.
Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat
kepada sekutu, menjadi daerah bekas pendudukan Jepang beralih kepada wilayah
perwalian sekutu, termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu dapat menjangkau
wilayah-wilayah itu, untuk sementara bala tentara Jepang masih ditugasi sebagai
sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.
Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI
yang semula dibentuk Jepang Karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi,
maka para pemimpin nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis
yang penting. Keputusan politis penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-
bayang kekuasaan jepang dan mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.
KESIMPULAN
Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup bangsa
Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara, masyarakat,
dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas satu sama lain
melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai
dasar Negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa. Pengertian dari kata “kesatuan
Bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa sila yang satu meliputi dan menjiwai
Sila-sila yang lain.
Sila-sila pancasila itu tidak statis, akan tetapi dinamis, dengan gerakan-
gerakannya yang positif dan serasi, karena ketatanegaraan akan selalu berkaitan
dengan tata negara. Karena tata negara merupakan pengatur kehidupan bernegara
yang menyangkut sifat, bentuk, tugas negara, dan pemerintahannya. Karena banyak
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi yaitu seperti krisis-krisis yang menimpa
bangsa dan negara, sebagai reaksi terhadap gejolak kehidupan bangsa tampak
menonjol satu atau beberapa sila saja. Dari kalimat diatas telah diketahui bahwa
pancasila sangat berperan untuk keutuhan negara. Dengan kelima sila tersebut
kehidupan masyarakat akan lebih terarah.
SARAN
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Dahm, B., 1987.Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan, alih bahasa oleh Hasan Basari.
Jakarta: LP3ES
Darma Putra, Eka. 1988. Pancasila, Identitas dan Mederenitas Tinjauan Etis dan Budaya.
Jakarta: PTBPK Gunung Mulia
Elearning. 2013. Sejarah dalam Konteks Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta: Gunadarma
Handoyo, Eko dkk. 2010. Pancasila Dalam Perspektif Kefilsafatan Dan Praksis. Semarang:
ArRuzz Media.