Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SILA-SILA PANCASILA TIDAK BERTENTANGAN DENGAN

NORMA AGAMA DI INDONEISA

DISUSUN OLEH :

 SAVIRA FIRDAUS (21901101055)


 SALSABILA MILANIA (21901101056)
 IKHSAN NUR FAJAR (21901101057)
 PUTRI ADELA AUROLIA (21901101058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
dengan judul “SILA-SILA PANCASILA TIDAK BERTENTANGAN DENGAN
NORMA AGAMA DI INDONESIA”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait dalam
pembuatan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 4 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................i

Daftar isi ………………………………………………………………………………...ii

Bab I……………………………………………………………………………………...1

Bab II…………………………………………………………………………………….3

Bab III…………………………………………………………………………………..12

Daftar pustaka………………………………………………………………………….iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar Negara bagi Negara kita. Sebagai dasar Negara, Pancasila lahir
berdasarkan nilai-nilai budaya yang terkandung sejak zaman nenek moyang kita dahulu. Nilai-
nilai tersebut lahir dan melekat secara tidak sengaja pada nenek moyang kita.

Pancasila itu terdiri dari Panca dan Sila. Nama Panca diusulkan oleh Ir. Soekarno
sedangkan nama Sila diusulkan oleh salah seorang ahli bahasa. Pancasila dirasakan sudah
sempurna dan mencakup segala aspek pada Bangsa Indonesia. Hal ini bisa dilihat juga bahwa
dalam pancasila itu sendiri terdapat sila-sila yang sangat bermakna dan tidak menyinggung unsur
SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), bahkan semua sila yang terdapat di pancasila
memiliki makna yang justru mendukung kekeluargaan dan keharmonisan SARA yang ada di
Indonesia.

Namun dengan hasil akhir Pancasila yang kita bisa lihat sekarang terdapat proses panjang
untuk menghasilkan sebuah dasar Negara yang tentu tidak mudah dalam membuatnya, perlu
pikiran yang matang dalam menentukan kosa kata yang akan dipilih. Banyak tokoh juga yang
berpendapat dalam pembuatan pancasila ini seperti…

Setelah puluhan tahun lahirnya Pancasila dari tahun 1945 hingga saat ini, Negara di dunia
mengalami pengembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan. Masuknya era
globalisasi menjadikan bangsa dunia hampir tidak memiliki batas. Dampak baik dan buruknya
globalisasi tentunya mari kita kaji bersama dengan melandaskan Pancasila sebagai pedoman
hidup masyarakat Idonesia dalam menghadapi segala permasalahan seiring perkembangan
zaman.

Kondisi bangsa saat ini mencerminkan adanya penyimpangan dari Pancasila tidak sesuai
dengan nilai seharusnya. Namun masih ada upaya pelurusan kembali terhadap nilai-nilai
Pancasila. Kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia di era globlalisasi, mengharuskan
kita untuk melestarikan nilai-nilai Pancasila, agar generasi penerus bangsa tetap dapat
menghayati dan mengamalkannya dan agar intisari nilai-nilai yang luhur itu tetap terjaga dan
menjadi pedoman bangsa Indonesia sepanjang masa.
1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah pancasila
2. Untuk mengatahui dan memahami makna dari masing-masing sila Pancasila
3. Untuk mengetahui dan memahami bahwa semua sila pada Pancasila tidak bertentangan
dengan norma agama apapun
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembentukan pancasila?
2. Dalam pembentukan proses pembuatan sila (pancasila) terdapat beberapa orang yang
menentang dikarenakan bertentangan dengan norma agama?
3. Apakah semua sila yang terdapat pada pancasila tidak bertentangan dengan norma
agama?

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah perumusan Pancasila

Asal mula Pancasala adalah Pancasila sebagai dasar negara RI digali dari nilai-nilai
agama dan budaya bangsa Indonesia. Sebelum Pancasila disahkan oleh PPKI sebagai dasar
negara, nilai-nilai Pancasila telah melekat pada bangsa Indonesia, Bangsa Indonesia
berpancasila dalam tri prakara (adat istiadat, religi, kenegaraan). Negara Indonesia yang luas
dihuni oleh rakyat-yang majemuk-, terdiri atas berbagi suku bangsa, adat istiadat, bahasa
daerah, dan lain-lainnya, bermacam- macam. Agama yang di anut juga berbilang Indonesia
benar-benar berbhineka, tetapi tunggal ika di bawah konstitusi UUD 1945 yang pada
pembukaan-nya tercantum Pancasila. Bangsa Indonesia yang sangat majemuk itu, secara
politik, membentuk dan membina kesatuan hidup bersama berdasar UUD 1945. Naskah
politik UUD 1945 merupakan hasil kompromi dari pandangan- pandangan yang berbeda
tentang dasar Negara Indonesia. Dengan pandangan yang luas dan pengertian yang
mendalam, umat Islam Indonesia menerima UUD 1945, khususnya Pancasila yang tercantum
pada perbukaan-nya sebagai kesatuan Republik Indonesia. Menurut H. Alamsjah Ratu
Prawira Negara, penerimaan umat islam akan Pancasila menurut rumusannya yang
kompromistis itu, merupakan “hadiah” umat islam Indonesia bagi persatuan bangsa dan
kemerdekaan Indonesia (Perwiranegara,1987). Keseruhan naskah UUD 1945 terdiri atas
pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelas. Batang Tubuh memuat 37 pasal, 4 pasal Aturan
Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan. Pada masa Indonesia menjadi Republik Indonesia
Serikat (27 Desember 1949 sampai dengan 17 agustus 1950), UUD 1945 hanya berlaku di
sebgiaan wilayah Indonesia.dengan di tetapkanya Undangt-Undang semantara (UUDS)
1950,UUD 1945 tidak berlaku untuk selurruh seluruh wilayah Negara RI,dan dengan dekrit
presiden soekarno tanggal 5 juli 1959,UUD 1945 dinyatakan berlaku lagi di seluruh wilayah
RI. Pada konsideran dekrit tersebut,disebutkan,’ berkeyakinan bahwa piagam Jakarta 22 juni
1945 menjiwai Undang-Undang Dasar 1945 dan adalah merupakan suatu rangkian kesatuan
dengan konstitusi tersebut .“pertimbangan ini seharusnya berpengaruh terhadap perwujudan
pancasila dan UUD 1945.

3
2. pembentukan proses pembuatan sila (pancasila)
Pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) Tanggal 29 Mei 1945
Ketua : dr. Radjiman Wedjodiningrat
Wakil Ketua : Raden Panji Soeroso Ichubangase (Jepang)
Anggota : 67 orang yaitu 60 = Indonesia,7 = Jepang
Siding pertama BPUPKI ( 29 Mei – 1 Juni 1945 )
Agenda Sidang yang dibicarakan adalah Dasar Negara Indonesia Merdeka.
1. M. Yamin ( 29 Mei 1945) mengusulkan dasar negara Indonesia yaitu:
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri kerakyatan
e. Kesejahteraan Rakyat
2. Mr. Soepomo ( 31 Mei 1945 )
a. Negara Individualistik, yaitu negara yang disusun atas dasar kontrak
sosial dari warganya dengan mengutamakan kepentingan individu sebagai
mana diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jackques
Rousesou, H.J. Laski.
b. Negara golongan (class theory) yang diajarkan Marx, Lenin.
c. Negara Integralistik, negara tidak boleh memihak pada salah satu
golongan tetapi berdiri di atas semua kepentingan (Spinoza, Adam
Muller, Hegel).
Soepomo menolak negara individualistik dan negara golongan serta
mengusulkan negara integralistik/negara kesatuan, negara satu untuk
semua
3. Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945)
Dasar yang diusulkan , yaitu :
a. Kebangsaan (nasionalisme)

4
b. Kemanusiaan (internasionalisme)
c. Musyawarah, mufakat, perwakilan
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Selanjutnya kelima prinsip tersebut diberi nama Pancasila. Jika yang lima tidak
disetujui . Dapat diperas menjadi Trisila yaitu :

a. Sosio Nasionalisme
b. Sosio Demokrasi
c. Ketuhanan Jika tiga tidak disenangi, dapat diperas menjadi Ekasila, yaitu Gotong-
royong (inilah dasar asli bangsa Indonesia)

Pada tanggal 1 Juni 1945 dibentuk Panitia Kecil yang beranggotakan 8 orang yaitu :

1. Ir Soekarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Sutardjo
4. A Wachid Hasyim
5. Ki Bagus Hadikoesoemo
6. Oto Iskandardinata
7. Moh Yamin
8. Mr. A.A.Maramis

Tugas dari panitia delapan adalah menampung dan mengidentifikasi usulan


anggota BPUPKI Berdasarkan usulan yang masuk diketahui, ada perbedaan usulan
tentang dasar negara. Golongan Islam menghendaki negara berdasar syariat Islam,
sedang golongan nasionalis menghendaki negara tidak berdasarkan hukum agama
tertentu. Dibentuk lagi Panitia Kecil yang berjumlah 9 orang yang anggotanya berasal
dari golongan Islam dan golongan nasionalis, yaitu.

1. Ir. Soekarno (Ketua)


2. Drs. Moh. Hatta
3. Mr. Moh Yamin
4. Mr. A.A. Maramis

5
5. Ahmad Soebardjo
6. Abikusno Tjokrosoejoso
7. Abdul Kahar Muzakkir
8. A. wachid Hasyim
9. H. Agus Salim

Panitia sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945, menghasilkan kesepakatan dasar


negara tertuang dalam alinea keempat rancangan Preambule UUD 1945 sebagai berikut:

1) Ketuhanan , dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan
5) Keadilan sosial bgi seluruh rakyat Indonesia
Isi selengkapnya kesepakatan itu disebut Rancangan Preambule Hukum Dasar. Mr.
Moh Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama Piagam Jakarta

 Sidang kedua BPUPKI ( 10-16 Juni 1945 )


1. Dasar negara disepakati yaitu Pancasila seperti dalam Piagam Jakarta
2. Bentuk Negara Republik (55 suara dari 64 yang hadir)
3. Wilayah Indonesia disepakati meliputi Wilayah Hindia Belanda + Timor Timur +
Malaka (39 suara)
4. Dibentuk tiga panitia kecil :
a. Panitia Perancang UUD diketuai Ir. Soekarno.
b. Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Moh Hatta
c. Panitia Pembela Tanah Air diketuai Abikusno Tjokrosoejoso
 Pembentukan PPKI
1. Dibentuk tanggal 9 Agustus 1945 dengan ketua Ir. Soekarno , Wakil Ketua Drs.
Moh. Hatta, jumlah anggota 21 orang.
2. Ditambah 6 orang anggota wakil golongan yaitu; Wiranatakoesoema, Sajuti
Melik, Mr. Iwa Kusumasumantri, Mr. Achmad Soebardjo.
3. PPKI berfungsi sebagai komite nasional pembentuk negara

6
 Proklamasi Indonesia
Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang bertekuk lutut kepada sekutu. Walaupun
kekalahan Jepang ini sangat dirahasiakan, namun berkat kecerdasan dan ketangkasan
para pemuda, terutama para pemuda yang bekerja di Kantor Berita, maka berita tentang
kekalahan Jepang itu sampai juga ke telinga para pemimpin pergerakan Indonesia.
Sementara itu pihak sekutu memberikan mandat kepada Inggris untuk melakukan
pelucutan senjata kepada Jepang Mandat sekutu kepada Inggris tidak segera dilakukan,
akibatnya terjadilah kekosongan kekuasaan (facum of power) di Indonesia. Kekalahan
Jepang atas sekutu dan kekosongan kekuasaan inilah yang dijadikan sebagai dasar alasan
tokoh-tokoh pemuda pergerakan nasional Indonesia mendesak Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta untuk sesegera mungkin memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pada
akhirnya tepat pukul 10.00 pagi waktu Jakarta bertempat di Jl. Pegangsaan Timur No.56
Jakarta “Proklamasi Kemerdekaan Indonesia” diumumkan oleh dwitunggal (Soekarno-
Hatta) tanggal 17 – 8 – 1945 dengan mengatasnamakan bangsa Indonesia. Pengakuan
Indonesia sebagai negara merdeka secara internal (de facto) belum cukup. Karena wajib
mendapat pengakuan dunia internasional (de yure). Agar mendapat pengakuan dunia
internasional, maka perlu segera diambil tindakan-tindakan untuk menata Indonesia
merdeka seperti: menetapkan Dasar Negara, Undang-Undang Dasar, Presiden dan Wakil
Presiden dan lain-lain alat kelengkapan negara.
 Sidang pertama PPKI ( 18 Agustus 1945 )
Pada tanggal 18 Agustus 1945, pagi hari sebelum sidang menetapkan UUD 1945
sebagai Undang-Undang Dasar Negara, ada usulan dari Maluku, Sulawesi Utara, dan
Bali (Sunda Kecil) untuk merubah rumusan Sila pertama yang berbunyi Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kata-kata“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemelukpemeluknya (tujuh kata)” diganti menjadi “ Yang Maha Esa”. Sidang PPKI
tanggal 18 Agustus 1945 akhirnya menetapkan UndangUndang Dasar, yang selanjutnya
dikenal dengan UUD 1945 dan Pancasila sebagai Dasar Negara, yang rumusannya
sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945. Pada waktu itu juga
sudah memilih/menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai
Wakil Presiden Republik Indonesia, sehingga secara de facto dan secara de yure
Indonesia sudah menjadi negara merdeka, dengan menempatkan Pancasila menjadi Dasar

7
Negara sekaligus sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila disepakati menjadi
dasar negara paripurna, jati diri bangsa, rumah bersama warga bangsa sebab
keberagaman itu merupakan karunia, dan Pancasila sebagai dasar, ideologi, dan falsafah
bangsa selalu bersifat terbuka.

3. sila yang terdapat pada pancasila tidak bertentangan dengan norma agama?

Islam adalah agama untuk kepentingan dunia dan akhirat. Ia bukan hanya berisi
tuntunan tentang akidah dan ibadah, tetapi juga memberikan prinsip- prinsip hukum dan
politik. Alquran menuntun manusia untuk mewujudkan kemaslahatan bagi kaum
muslimin pada khususnya, dan manusia pada umumnya. Ayat-ayat hukum yang berkaitan
dengan hidup kemasyarakatan dan kenegaraan atau pemerintahan jumlahnya sedikit.
Ayat-ayat di maksud hanya berkisar 3,5% dari seluruh ayat al-qur’an. Yang dipaham ada
kaitannya dengan pemerintahan hanya sekitar 25 ayat. Jumlah ayat hukum yang sedikit
tersebut tentu tidak mencakup seluruh kegiatan manusia secara terinci. Sementara itu
kegiatan manusia selalu berkembang, karena kehidupan manusia itu dinamis. Oleh
karena itu, diperlukan adanya kebijakan-kebijakan para pemimpin untuk mengatur
kehidupan bersama manusia yang bervariasi dan berkembang. Hal yang seperti itu
diperlukan juga pada masa Muhammad saw., yang pada awal hidupnya di Madinah ayat-
ayat Al-qur’an belum turun semuanya. Dalam perkembangan peradaban islam, nabi
Muhammad S.A.W sebagai pemimpin agama dan Negara yang diakui baik intelektual
muslim maupun intelektual barat. Ketika itu, nabi Muhammad mendirikan Negara yang
bernama madinah dengan konstitusi Negara bernama piagam madinah atau konstitusi
madinah. Konstitusi madinah (istilah ini digunakan dalam tulisan ini) merupakan
perwujudan kontrak social dalam bentuk hukum tertulis dari berbagai macam agama dan
etnis yang memuat akan dasar-dasar kebebasan beragama, hubungan antar kelompok,
agama, kewajiban mempertahankan hidup dan lain-lain. Bahkan para ahli sendiri
menyebutkan bahwa konstitusi madinah sendiri merupakan dokumen tertulis pertama di
dunia yang meletakkan dasar-dasar ketatanegaraan yang sangat fundamental. Sebagai
sebuah gagasan, negara Islam masih mengandaikan keanekaragaman pandangan. Tentu,
ini tak bisa dielakkan karena ia adalah ide yang lahir sebagai respons terhadap
perkembangan politik Muslim menghadapi perubahan politik pasca runtuhnya

8
kekhalifahan Usmaniyah Turki. Demikian pula, secara langsung ia merupakan pengaruh
dari lahirnya negara-bangsa yang sebelumnya muncul di Eropa sebagai antitesis terhadap
sistem monarki. Hingga kini, persoalan negara Islam masih diperdebatkan, dan sebagian
negara yang menyatakan diri sebagai Islam justru memantik kritik dari sarjana Muslim
sendiri, seperti Abdul Raziq. Apakah gagasan tentang negara Islam itu adalah berdasar
dan mungkin diwujudkan? (Sahidah,2011) Tentu saja Indonesia sebagai Negara yang
berlandaskan pancasila tidak dapat mendelegasikannya kedalam Negara islam
sebagaimana kejadian di dalam piagam Jakarta karena beberapa founding father telah
sama-sama setuju dengan konteks pancasila sebagai dasar ideology dan Undang-undang
dasar 1945 sebagai konstitusinya di dalam menjalankan ketatanegaraan di republik ini.
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” [Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945] serta penempatan “Ketuhanan Yang
Maha Esa” sebagai sila pertama dalam Pancasila mempunyai beberapa makna, yaitu:
Pertama, Pancasila lahir dalam suasana kebatinan untuk melawan kolonialisme dan
imperialisme, sehingga diperlukan persatuan dan persaudaraan di antara komponen
bangsa. Sila pertama dalam Pancasila ”Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi faktor
penting untuk mempererat persatuan dan persaudaraan, karena sejarah bangsa Indonesia
penuh dengan penghormatan terhadap nilai-nilai ”Ketuhanan Yang Maha Esa.” Kerelaan
tokoh-tokoh Islam untuk menghapus kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” setelah “Ketuhanan Yang Maha Esa” pada saat
pengesahan UUD, 18 Agustus 1945, tidak lepas dari cita-cita bahwa Pancasila harus
mampu menjaga dan memelihara persatuan dan persaudaraan antarsemua komponen
bangsa. Ini berarti, tokoh-tokoh Islam yang menjadi founding fathers bangsa Indonesia
telah menjadikan persatuan dan persaudaraan di antara komponen bangsa sebagai tujuan
utama yang harus berada di atas kepentingan primordial lainnya. Kedua, Seminar
Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta berkesimpulan (Arianto,1998) bahwa sila
”Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sebab yang pertama atau causa prima dan sila
”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan” adalah kekuasaan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara untuk melaksanakan amanat negara dari rakyat, negara bagi rakyat, dan negara
oleh rakyat. Ini berarti, ”Ketuhanan Yang Maha Esa” harus menjadi landasan dalam
melaksanakan pengelolaan negara dari rakyat, negara bagi rakyat, dan negara oleh rakyat.

9
Ketiga, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta juga berkesimpulan bahwa
sila ”Ketuhanan Yang Maha Esa” harus dibaca sebagai satu kesatuan dengan sila-sila lain
dalam Pancasila secara utuh. Hal ini dipertegas dalam kesimpulan seminar tadi bahwa:
Pancasila adalah
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
Yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia
(berkebangsaan) yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial Jiwa ketuhanan
yang tergambar dalam sila pertama, merupakan jiwa manusia Indonesia yang
menyakini adanya Allah sebagai Tuhan alam semesta. Tentunya, tidak boleh ada
orang yang hidup di Indonesia kecuali menyakini adanya Tuhan yang Maha Esa.
Dari jiwa ketuhanan ini akhirnya melahirkan rasa kasih dan sayang kepada
sesama ciptaanNya, karenanya muncul keharusan memiliki prinsip dari sila
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Yang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia
(berkebangsaan),yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial. Manusia yang
memiliki rasa kemanusiaan tadi akan dapat hidup bersama dalam bingkai
persatuan Indonesia. Maka jiwa persatuan merupakan prinsip yang harus ada
dalam diri manusia Indonesia
3) Persatuan Indonesia (kebangsaan) yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
Yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan dan berkeadilan
sosial. Karena dengan jiwa persatuan itu, manusia Indonesia akan merakyat dalam
jiwa musyawarah saat ingin menyelesaikan permasalahan yang dihadapi,
sehingga dapat dihasilkan mufakat.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,
Sangat erat kaitan nya dengan rukun islam ke empat yaitu puasa. Dengan puasa
akan terbentuk sifat bijaksana dan kepemimpinan. Ciri orang bijaksana, yaitu ia
mampu merasakan dan mempunyai rasa kasih sayangsesame, semua itu adalah
hikmah dari puasa. Selain itu dalam menetukan waktu puasa, perlu dilakukan
suatu musyawarah yang dikenal dengan siding istbat.
5) Keadailan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

10
Pada rukun Islam, terdapat yang namanya haji. Haji adalah proses social yang
terbesar di dunia ini, dimana setiap orang datang dari berbagai dengan berbagai
bahasa dan kebiasaan bergabung menjadi satu dalam satu tempat dan waktu
dalam kedudukan yang sama. Di dalam haji, tidak memandang itu siapa dan
siapa, semuanya sama, pakaiannya sama dan peraturan dan hukumnya sama.
Semua itu adlah cerminan dari keadilan tuhan.

11
BAB III

PENUTUP

Asal mula Pancasala adalah Pancasila sebagai dasar negara RI digali dari nilai-nilai
agama dan budaya bangsa Indonesia. Pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) Tanggal 29 Mei 1945 yang diketuai oleh dr. Radjiman Wedjodiningrat.
BPUPKI dibentuk bertujuan untuk pembuatan dasar Negara.

Siding pertama BPUPKI ( 29 Mei – 1 Juni 1945 ), Agenda Sidang yang dibicarakan
adalah Dasar Negara Indonesia Merdeka. M. Yamin ( 29 Mei 1945) mengusulkan dasar negara
Indonesia yaitu, Peri Kebangsaan,Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri kerakyatan, dan
Kesejahteraan Rakyat. Mr. Soepomo ( 31 Mei 1945 ) menyusulkan, Negara Individualistik, yaitu
negara yang disusun atas dasar kontrak sosial dari warganya dengan mengutamakan kepentingan
individu sebagai mana diajarkan oleh Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jackques Rousesou,
H.J. Laski, Negara golongan (class theory) yang diajarkan Marx, Lenin.Negara Integralistik,
negara tidak boleh memihak pada salah satu golongan tetapi berdiri di atas semua kepentingan
(Spinoza, Adam Muller, Hegel). Soepomo menolak negara individualistik dan negara golongan
serta mengusulkan negara integralistik/negara kesatuan, negara satu untuk semua. Ir. Soekarno
( 1 Juni 1945) Dasar yang diusulkan , yaitu Kebangsaan (nasionalisme), Kemanusiaan
(internasionalisme), Musyawarah, mufakat, perwakilan, Kesejahteraan social, dan Ketuhanan
yang berkebudayaan.

Tugas dari panitia delapan adalah menampung dan mengidentifikasi usulan anggota
BPUPKI Berdasarkan usulan yang masuk diketahui, ada perbedaan usulan tentang dasar negara.
Golongan Islam menghendaki negara berdasar syariat Islam, sedang golongan nasionalis
menghendaki negara tidak berdasarkan hukum agama tertentu. Dibentuk lagi Panitia Kecil yang
berjumlah 9 orang yang anggotanya berasal dari golongan Islam dan golongan nasionalis,

Panitia sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945, menghasilkan kesepakatan dasar negara
tertuang dalam alinea keempat rancangan Preambule UUD 1945 sebagai berikut Ketuhanan ,
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, Keadilan sosial bgi seluruh rakyat Indonesia

12
DAFTAR PUSTAKA

Alfan, Pancasila Sebagai Ideologi dalam Kehidupan Politik, Jakarta: Perum Percetakan
Negara, 1990

Bahar, S. (1995). Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI. Jakarta: Negara RI.

Hamidi, Jazim., & Abadi, M Husnu. (2001) Intervensi Negara Terhadap Agama.
Yogyakarta: UII Press.

Natsir, M. (2001). Agama dan Negara Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Media Dakwah

Yunus, Nur Rohim, “Aktualisasi Demokrasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara,” Dalam SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal

iii

Anda mungkin juga menyukai