Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pancasila..................................................................................2
B. Perumusan Masalah...................................................................................3
C. Nilai yang Terkandung dalam Pancasila...................................................6
BAB III PEMBAHASAN
A. Sejarah Perumusan Pancasila....................................................................7
B. Tokoh yang Terlibat dalam Perumusan Pancasila.....................................12
C. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila...........................................13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................20
B. Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Bahwasanya Pancasila yang telah
diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa,
yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.
Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian Pancasila itu,
perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus penghayatan dan pengamamalan
nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia,
setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perumusan Pancasila?
2. Siapa saja Tokoh yang Terlibat dalam Perumusan Pancasila?
3. Apa saja Nilai-Nilai yang terkandung dalam Pancasila?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Sejarah Perumusan Pancasila
2. Mengetahui Tokoh yang Terlibat dalam Perumusan Pancasila.
3. Mengetahui Nilai-Nilai yang terkandung dalam Pancasila.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pancasila
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa Sansekerta Pancasila memiliki 2 macam arti
secara leksikal yaitu: panca artinya “lima”, syila vokal i pendek artinya “batu sendi”,
syiila vokal I panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau
yang senonoh”.
Kata-kata tersebut kemudian diserap ke bahasa Indonesia yaitu “Susila” yang
berkaitan dengan moralitas. Oleh karena hal tersebut secara etimologis diartikan
sebagai “Panca Syila” yang memiliki makna berbatu sendi lima atau secara harafiah
berarti “dasar yang memiliki lima unsur”. Berdasarkan Penjelasan di atas maka
secara etimolgis Pancasila dapat diartikan sebagai dasar/landasan hidup yang
berjumlah lima unsur atau memiliki lima unsur.
Dilansir dari buku Pendidikan Pancasila (2019) karya Ujang Permana, menurut
Muhammad Yamin, Pancasila berasal dari kata panca berarti lima, dan syila artinya
sendi, dasar, atau peraturan tingkah laku yang baik.
Pengertian Pancasila menurut Muhammad Yamin adalah lima dasar yang beriri
pedoman atau aturan mengenai tingkah laku yang penting dan baik.
Menurut Ir. Soekarno, Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang
secara turun-temurun telah terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan
demikian, Pancasila bukan hanya falsafah negara, melainkan falsafah bangsa
Indonesia.
Notonegoro "Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwasanya Pancasila merupakan dasar falsafah serta ideologi
negara yang diharapkan dapat menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai
dasar kesatuan."
Ruslan Abdul Ghani Pengertian Pancasila menurutnya adalah filsafat negara
yang diciptakan untuk menjadi ideologi kolektif, yang nantinya harus digunakan
sebaik mungkin untuk menyejahterakan rakyat serta bangsa Indonesia.

2
B. Perumusan Pancasila
Rumusan dasar negara Indonesia (Pancasila) telah melewati serangkaian
proses sebelum akhirnya menjadi Pancasila yang disahkan dalam UUD 1945.
Landasan negara ini pertama kali diusulkan Mohammad Yamin dalam sidang
pertama BPUPKI.
BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia adalah lembaga yang bertugas untuk mempersiapkan hal-hal yang
berkaitan dengan kemerdekaan, termasuk membuat rancangan UUD 1945.
Mengutip buku Sejarah karya Anwar Kurnia dan Moh Suryana, Jepang
mengumumkan pembentukan BPUPKI pada 1 Maret 1945 dengan dr. Radjiman
Wediodiningrat sebagai ketuanya. Adapun, pengangkatan dan pengumuman
anggotanya dilakukan pada 29 April 1945.
BPUPKI melakukan dua kali sidang sejak pertama kali dibentuk. Sidang
pertama berlangsung pada 29 Mei-1 Juni 1945 untuk membahas masalah yang
berkaitan dengan dasar negara Indonesia merdeka.
Kemudian, sidang kedua dilaksanakan pada 10-16 Juli 1945 dengan agenda
membahas rancangan undang-undang dasar (UUD).
Dalam sidang pertama, ada tiga tokoh nasional yang mengusulkan rumusan
dasar negara. Ketiganya adalah Mr. Moh Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno. Berikut usulan rumusan dasar negara dari ketiga tokoh tersebut.
1. Rumusan Pancasila Menurut Mohammad Yamin
Moh Yamin mengusulkan rumusan Pancasila melalui pidatonya pada 29
Mei 1945. Ia mengemukakan lima asas dasar negara Indonesia, sebagai berikut:
 Peri Kebangsaan
 Peri Kemanusiaan
 Peri Ketuhanan
 Peri Kerakyatan, dan
 Kesejahteraan Rakyat
Gagasan lima asas dasar tersebut kemudian disampaikan secara tertulis
dengan rumusan sebagai berikut:
 Ketuhanan Yang Maha Esa
 Kebangsaan persatuan Indonesia

3
 Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Rumusan Pancasila Menurut Soepomo


Usulan mengenai rumusan dasar negara selanjutnya disampaikan oleh
Soepomo pada 31 Mei 1945. Ia juga mengusulkan lima poin, yaitu:
 Persatuan (Unitarisme)
 Kekeluargaan
 Keseimbangan lahir dan batin
 Musyawarah
 Keadilan rakyat

3. Rumusan Dasar Negara Menurut Soekarno


Pada 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan rumusan dasar negara Indonesia.
Berikut bunyinya:
 Kebangsaan Indonesia
 Internasional atau Perikemanusiaan
 Mufakat atau Demokrasi
 Kesejahteraan Sosial, dan
 Ketuhanan Yang Maha Esa
Kelima asas dasar tersebut kemudian diberi nama Pancasila atas usul salah
seorang temannya yang merupakan ahli bahasa. Inilah yang kemudian menjadi
awal mula peringatan Hari Lahirnya Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1
Juni.

4. Rumusan Dasar Negara dalam Piagam Jakarta


Sebelum rumusan dasar negara terbentuk menjadi Pancasila yang sah
sebagaimana terdapat dalam UUD 1945 yang berlaku hingga saat ini, pada 22
Juni 1945 Panitia Sembilan menyusun sebuah naskah piagam yang dikenal
dengan Piagam Jakarta.

4
Berikut bunyi rumusan dasar negara atau Pancasila dalam naskah Piagam
Jakarta:
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Namun demikian, rumusan tersebut terutama pada sila pertama menuai
kontroversi. Beberapa tokoh perwakilan dari Indonesia Timur menyatakan
keberatan dengan sila pertama. Pasalnya, rakyat Indonesia tidak hanya berasal
dari kalangan muslim saja.
Hal itulah yang menjadi salah satu latar belakang perubahan rumusan sila
pertama menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".

5. Rumusan Dasar Negara dalam UUD 1945


Setelah melewati proses diskusi yang panjang, rumusan dasar negara yang
kemudian disebut dengan Pancasila ini akhirnya disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan ini dilakukan sehari setelah
kemerdekaan, 18 Agustus 1945.
Berikut bunyi Pancasila sebagaimana tercantum dalam UUD 1945:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Itulah rangkaian penyusunan rumusan dasar negara yang kemudian menjadi
Pancasila sebagai pedoman saat ini.

5
C. Nilai Terkandung dalam Pancasila
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menurut Prof. Dr.
Notonegoro terbaigi menjadi tiga, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai
kerohanian. Nilai material dalah segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
Nilai vital adalah sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan dan aktivitas.
Sementara itu, nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia. Nilai kerohanian menurut Notonegoro terdiri atas empat macam. Nilai
pertama yaitu nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal manusia, dan nilai
kedua yaitu nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa indah manusia.
Nilai ketiga yaitu nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur
kodrat manusia dalam segala dimensinya. Sementara itu, nilai keempat adalah nilai
religius yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak. Nilai
religius bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila:
1. Nilai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila adalah nilai religius atau
nilai ketuhanan
2. Nilai yang terkandung dalam sila kedua Pancasila adalah nilai kemanusiaan
3. Nilai yang terkandung dalam sila ketiga Pancasila adalah nilai persatuan bangsa
4. Nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila adalah nilai kerakyatan
5. Nilai yang terkandung dalam sila kelima Pancasila adalah nilai keadilan sosial
Meskipun nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila termasuk nilai
kerohanian, tetapi nilai kerohanian ini mengakui pentingnya nilai material dan nilai
vital secara seimbang. Hal ini dibuktikan dengan susunan sila-sila yang sistematis
hirarkis mulai dari ketuhanan Yang Maha Esa hingga keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia .

6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perumusan Pancasila
Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
dimana sila-sila terdapat dalam Pancasila itu sudah diterapkan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari maupun dalam kehidupan kerajaan meskipun pancasila itu
sendiri belum disahkan atau dirumuskan secara kongkrit.
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Scepomo dan
Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Ir. Soekarno berpidato
secara lisan mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk
memberikan nama Pancasila" yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas
saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan
namanya
Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus disahkannya
Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana di dalamnya
termuat isi rumusan lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama
Pancasila. Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan
merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945
dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah
“Pancasila”. Hal ini didasarkan atas Interprestasi historis dalam rangka pembentukan
calon rumusan dasar negara, secara spontan diterima oleh peserta sidang secara
bulat.
1. Proses Perumusan Pancasila
Proses Perumusan dasar negara berlangsung dalam siding-sidang
Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan,
selanjutnya disebut BPUPKI) yang dilanjutkan dalam siding-sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Cita-cita untuk mewujudkan negara komunis secara formal padam pada
tahun 1927 seiring diberangsumya PKI oleh pemerintahan penjajah Belanda,
setelah partai itu melakukan pemberontakan Oleh karena itu, ketika BPUPKI

7
dibentu pada tahun 1945 hanya kaum nasional dan islam- lah yang
menduduki kursi keanggotaan bandan yang bertugas menyelidiki persiapan
bangsa Indonesia untuk merdeka.
Anggota BPUPKI semula berjumlah 63 orang (termasuk seorang wakil
ketua dari bangsa jepang), namun kemudian menjadi 68 orang menjelang
sidang tanggal 10 Juli 1945 (karena ditambah dengan enam orang anggota
baru dan dikurangi satu orang yaitu wakil ketua dari bangsa jepang) Secara
sosiologis komposisi anggota BPUPKI itu terdiri atas 23 orang dari kalangan
birokrat fungsional, 17 orang dari golongan pergerakan kebangsaan, 11 orang
dari golongan "independen" atau swasta, dan 7 orang dari kalangan utama
(guru dan mubalig).
a) Sidang BPUPKI dan Usulan-Usulan Rumusan Pancasila
Sidang pertama BPUPKI diadakan 28 Mei-1 Juni 1945. Tanggal 28
Mei sidang dibuka dengan sambutan dari wakil tentara Dai Nippon.
Dalam sambutannya wakil Dai Nippon tersebut memberi nasihat agar
BPUPKI mengadakan penyelidikan secara cermat terhadap dasar-dasar
yang akan digunakan sebagai landasan negara Indonesia Merdeka.
Tanggal 29 Mei 1945 dimuali siding perumusan dasr-dasar
Indonesia merdeka oleh pidato-pidato yang diucapkan para anggota
BPUPKI dalam siding itu selengkapnya tidak diketahui yang Nampak
hanya 3 teks pidato yaitu teks pidato yang dikemukakan oleh
Muhammad Yamin, Supomo, dan Sukarno.
Setelah tampilnya Muh Yamin, Supomo dan Sukarno barulah kata
BPUPKI menghentikan sidang Penghentian sidang tersebut dilanjutkan
dengan pembentukan Panitia Kecil yang bertugas untuk merumuskan
dasar negara
Antara Supemo, Muh. Yamin, dan Sukarno, sama-sama
mengusulan lima dasar negara. Namun demikian, yang diusulkan oleh
masing-masing berbeda satu dengan yang lain. Dasar negara yang
diusulkan oleh Supomo bila digaris bawah sebagai berikut:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin

8
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat
Dasar negara yang diusulkan Moh Yamin adalah sebagai berikut:
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat
Dasar negara yang diusulkan oleh Soekarno, yaitu:
1) Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme
2) Peri Kemanusiaan (Internasionalisme)
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang Maha Esa
Lima dasar tersebut Soekarno kemudian menyebutkan sebagai
Pancasila Panca berarti Lima, sedangkan Sila berarti Asas atau Dasar.

b) Proses Perumusan Pancasila Setelah Pidato Soekarno


Setelah Soekarno berpidato mengajukan usul tentang dasar-dasar
negara pada tanggal 1 Juni 1945, siding BPUPKI pertama berakhir. Hari
itu juga Ketua BPUPKI menunjukkan dan membentuk panitia kecil.
Tugas panitia kecil adalah merumuskan kembali pidato Soekarno yang
diberi nama Pancasila sebagai dasar negara.
Dalam keanggotaan panitia kecil, ada dua golongan yang berbeda
pandangan dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara. Satu
golongan yang lain dasar negara. Sementara itu golongan yang lain
menghendaki paham kebangsaan sebagai inti dasar negara. Akibat
perbedaan pandangan ini, maka siding Panitia Kecil bersama anggota
BPUPKI yang seluruhnya berjumlah 38 orang menjadi macet. Karena
sidang macet Panitia Kecil mi kemudian memujuk sembilan orang
perimus yang selanjutnya dikenal dengan Panitia Sembilan Anggota
Panitia Sembilan itu adalah 1) Ki Bagus Hadikusuma, 2) Kyai Haji
Wakhid Hasyim, 3) Muhammad Yamin, 4) Ahmad Subarjo, Mr AA

9
Maramis, 5) Abdul Kahar Muzakir, 6) Abikusno Cokrosuyoso, 7) Moh
Hatta, 8) H. Agus Salim dan 9) Sukarno sebagai kemia
Dalam sidang BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945, Soekano
melaporkan bahwa sidang Panta Sembilan (tanggal 22 Jum 1945) telah
berhasil merumuskan Pancasila yang merupakan persetujuan antara
pihak Islam dan pihak kebangsaan Rumisan Pancasila dari Panitia
sembilan itu dikenal sebagai Piagam Jakarta (Djakarta Charter). Bunyi
dari piagam Djakarta yaitu
(a) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari at Islam bagi
pemeluk-pemelularya,
(b) kemanusiaan yang adil dan beradab
(c) persatuan Indonesia,
(d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
(e) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tentang Piagam Jakarta mi Soekamo sebagai ketua Panitia
Sembilan mengatakan, bahwa ketuhanan dengan menjalankan syan at
Islam bagi para pemeluk-pemehiknya" merupakan jalan tengah yang
diambil akibat perbedaan pendapat antara golongan Islam dan
Kebangsaan Sebenarnya banyak mucul keberatan terhadap Piagam
Jakarta Sebagai contoh, keberatan yang disampaikan oleh Latuharhary
yang didukung oleh Wongsonegoro dan Husin Joyodiningrat dalam
sidang panitia perancang UUD tanggal 11 Juli 1945. Keberatan yang
sama juga diajukan oleh Ki Bagus Hadikusumo dalam sidang kema
BPUPKI tanggal 14 Juli 1945.
Naskah awal Pembukaan Hukum Dasar yang dijuluki "Piagam
Jakarta ini di kemudiaan hari dijadikan "Pembukaan" UUD 1945 dengan
sejumlah perubahan di sana sini
Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan
kemerdekaan menurut skenario jepang, secara tiba-tiba terjadi perubahan
peta politik dunia Salah satu penyebab terjadinya perubahan peta politik
dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap sekutu. Peristiwa itu ditandai
dengan jatuhnya bom atom di kota Hirosima pada 6 Agustus 1945.

10
Sehari setelah peristiwa 1yn 7 agustus 1945, Pemerintah Penduduk
Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat yang berisi:
1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan bagi Indonesia (PPKI)
2) Panitia ita rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai
bersidang 19 Agustus 1945
3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dikemerdekakan

c) Pengesahan Rumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara


Tanggal 18 Agustus ini merupakan perjalanan sejarah paling
menentukan bagi ninmisan Pancasila Hari ini akan disahkan Undang-
Undang Dasar untuk negara Indonesia merdeka. Sementara numan
Pancasila menjadi bagian dari preambul (pembukaan) Undang-Undang
Dasar negara tersebut. Namun demikian sehari sebelum tanggal mi ada
peristiwa penting
Peristiwa penting yang dimaksud adalah seperti ini. Sore hari
setelah kemerdekaan Negara Indonesia diproklamirkan, Moh. Hatta
menerima Nisyjima (pembantu Laksamana Mayda/Angkatan Laut
Jepang) yang memberitahukan bahwa ada pesan berkaitan dengan
Indonesia Merdeka.
Pesan tersebut, kaitannya berasal dari wakil-wakil Indonesia
bagian Timur di bawah penguasaan Angkatan Laut Jepang Isi pesannya
menyatakan bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik dari daerah-daerah
yang dikuasai Angkatan Laut Jepang keberatan dengan rumusan sila
pertama (Piagam Jakarta) "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya"
Sikap Moh Hatta menyadari bahwa penolakan terhadap pesan
tersebut akan mengakibatkan pecahnya negara Indonesia Merdeka yang
baru saja dicapai. Oleh karena itu, Hatta mengatakan kepada opsir
pembawa pesan tersebut, bahwa pesan penting itu akan disampaikan
dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) esok hari
(tanggal 18 agustus 1945).

11
Keesokan harinya, sebelum sidang BPUPKI dimulai, Hatta
mengajak Ki Bagus Hadikusumo, Wakhid Hasyim, Kasman Singodimejo
dan Teuku Hasan untuk rapat pendahuluan Mereka membicarakan pesan
penting tentang keberatan terhadap rumusan Pancasila Piagam Jakarta.
Hasilnya, mereka sepakat agar Indonesia tidak pecah, maka sila pertama
(dalam rumusan Piagam Jakarta) diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha
Esa".

B. Tokoh yang Terlibat dalam Perumusan Pancasila


BPUPKI mengadakan sidang pertama tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945.
Sidang ini membicarakan dasar negara Indonesia. Tokoh-tokoh yang mengusulkan
dasar negara diantaranya Mr. Muh Yamin, Prof. Dr. Soepomo dan Ir. Soekarno.
1. Mr. Muh Yamin
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 mengusulkan 2 rumusan dasar negara.
a. Secara lisan
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
b. Secara tertulis
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat.
2. Prof. Dr. Soepomo
Pada sidang tanggal 31 Mei 1945, mengajukan lima rancangan dasar negara
yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Mufakat dan Demokrasi

12
4. Musyawarah
5. Keadilan Sosial

3. Ir. Soekarno
Dalam pidatonya tanggal 1 juni mengusulkan rumusan dasar negara, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Ir. Soekarno mengusulkan nama Pancasila sebagai dasar
negara menurut Ir. Soekarno nama Pancasila diperoleh dari kawan
beliau yang merupakan seorang ahli bahasa.

C. Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila


1. Nilai yang terkandung dalam Sila Pancasila
Nilai-nilai Pancasila Senantiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
oleh rakyat Indonesia, baik dalam keyakinan maupun tingkah laku. Di antara
bentuk penerapannya adalah sebagai berikut;
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan berada.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayannya.

2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


a. Mewujudkan persamaan derajad, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

13
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan,
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
b. manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain.".

3) Sila Persatuan Indonesia


a. Banga harus tetap menjunjung tinggi azas Bhinneka Tunggal Ika.
b. Menolak paham yang menyimpang dari Pancasila.
c. Memperjuangkan kepentingan Nasional. Bangga sebagai bangsa
Indonesia.
d. Menetang kolonialisme dan mengembangkan pergaulan antar bangsa.

4) Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan.
a. Mengaku dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Meningkatkan
partisipasi dalam proses pembangunan untuk kemajuan bangsa
Indonesia.
b. Mendengarkan dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
c. Menghormati perbedaan pendapat, menjamin kebebasan berserikat dan
berkumpul.

5) Sila keadilan sosial bagi seluruh rakya indonesia


a. Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala
sosial, ekonomi, dan kebudayaan hidang kehidupan, baik materi maupun
spritual.
b. Seluruh rakyat Indonesia berhak mendapatkan perlakuan yang adil dalam
bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

14
2. Nilai Luhur ynag terkandung dalam Pancasila
Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah nilai
kebersamaan. Nilai kebersamaan dalam perumusan dasar negara Indonesia sudah
terlihat sejak masa persiapan kemerdekaan.
Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia ini salah satunya
tampak pada rapat sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). Nilai kebersamaan dapat menyatukan perbedaan
pendapat yang terjadi sidang BPUPKI pertama dan kedua, seperti dikutip dari
buku Pendidikan Kewarganegaraan oleh M. Masan dan Rachmat.
Contohnya, Mohammad Yamin mempunyai pandangan berbeda dengan
Soekarno tentang dasar negara Indonesia merdeka. Tetapi, nilai kebersamaan
dalam proses perumusan Pancasila membuat perbedaan pendapat para tokoh
penggagas dasar negara ini tidak menjadi penghalang keduanya untuk tetap
bersatu.
Nilai luhur proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia juga terlihat
dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sidang PPKI
merupakan contoh bermusyawarah untuk menghasilkan mufakat.
Contohnya, para tokoh yang tidak setuju dengan isi Piagam Jakarta
terutama sila pertama mengajukan keberatannya. Keberatan tersebut ditanggapi
dengan serius oleh peserta rapat yang lain. Akhirnya, bunyi sila pertama pada
Piagam Jakarta diubah seperti sila pertama Pancasila sekarang.
Nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia juga
terlihat pada bagaimana perbedaan pendapat tidak membuat peserta sidang PPKI
terpecah belah. Alih-alih, para peserta sidang PPKI semakin mempererat tali
persatuan dan kesatuan bangsa, menciptakan suasana damai, dan saling
menghargai satu sama lain. Nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi
bangsa Indonesia
Nilai luhur dalam proses perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia yang
dapat dipetik adalah sebagai berikut:
1) Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain
Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain adalah hal yang
dapat dilakukan dalam percakapan sehari-hari, diskusi, atau pertemuan
kelompok. Mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain merupakan

15
bentuk mengakui bahwa setiap orang punya derajat yang sama, sehingga harus
saling menghargai dan menghormati dengan didengarkan dan dihargai
pendapatnya.
Jika ada orang yang menyampaikan pendapat, anggota kelompok atau
anggota rapat harus mendengarkan dengan baik. Sementara itu, orang yang
menyampaikan pendapat harus bersikap sopan, berbicara dengan jelas, tidak
memotong pembicaraan orang lain, tidak memaksakan pendapat pada orang
lain, mengutamakan kepentingan bersama, dan mengutamakan musyawarah
dan mufakat. Nilai luhur perumusan Pancasila detik.com/tag/pancasila bagi
bangsa Indonesia inilah yang diajarkan dalam sidang-sidang BPUPKI dan
PPKI.
2) Menerima keputusan yang diambil dalam rapat atau pertemuan
Sebuah rapat membahas sesuatu untuk menghasilkan kesepakatan atau
keputusan. Keputusan yang diambil harus diterima dengan ikhlas dan terbuka,
meskipun keputusan bersama itu tidak sesuai dengan pendapat pribadi.
3) Kerja keras
Dalam proses perumusan Pancasila, para tokoh berjuang keras untuk
merumuskan dasar negara. Mereka mengerahkan segala kemampuannya untuk
menggali nilai-nilai kebangsaan yang dapat menjadi dasar negara.
4) Rendah hati
Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya
adalah rendah hati. Dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara, para
tokoh berdebat dan menyampaikan pendapat. Para tokoh negara tidak sombong
dengan pendapat atau pandangannya masing-masing. Jika ada pendapat yang
lebih sesuai dengan kepentingan bangsa dan negara, mereka menerimanya.
5) Mengutamakan persatuan
Meskipun berbeda pandangan, para tokoh mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa dan negara. Contoh, dari ketidaksetujuan wakil-wakil
Kristen dan Katolik atas teks Pancasila dalam Piagam Jakarta, tokoh Islam
yang berbeda pandangan dapat menerima ketidaksetujuan itu karena lebih
mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.

16
6) Rela berkorban
Nilai luhur perumusan Pancasila bagi bangsa Indonesia selanjutnya
adalah rela berkorban. Perumusan Pancasila membutuhkan banyak
pengorbanan, baik waktu, biaya, tenaga, dan lain-lain. Tetapi, demi
kepentingan bangsa dan negara, pengorbanan menjadi bermanfaat bagi masa
depan bangsa dan negara. Pengorbanan merupakan bakti kepada negara.
7) Melaksanakan keputusan bersama
Melaksanakan keputusan bersama dilakukan oleh para tokoh penggagas
negara. Mereka sepakat menerima dasar negara Pancasila seperti yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 untuk kepentingan bangsa dan
negara.
Melaksanakan keputusan bersama dalam kelompok perlu dilatih terus-
menerus sejak dini. Menerima dan melaksanakan keputusan bersama bisa
dilatih di rumah, sekolah, dan masyarakat.

3. Nilai Moral yan terkandung dalam Pancasila


Nilai Moral pancasila adalah suatu pedoman bagi masyarakat untuk
bertindak hidup sebagaimana telah diatur dalam pancasila atau ideology
Indonesia, dengan kata lain moral pancasila adalah sikap bermasyarakat yang baik
dimana harus dilakukan oleh masyarakat. Pendidikan Moral Pancasila merupakan
pendidikan yang berupaya untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Pengajarannya menitik beratkan pada penghayatan
dan pengalaman butir-butir Pancasila (36 butir Pancasila) sebagaimana termuat
dalam Tap MPR RI No. II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan
pengalaman Pancasila atau Eka Prasetya Pancarya. Butir pancasila merupaan
petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengalaman
Pancasila yakni sebagai berikut:
1) Pengalaman sila kesatu, Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

17
b. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina
kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2) Pengalaman sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradap


a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban anatar sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa-selira.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Berani membela kebenaran dan keadilan.

3) Pengalaman sila ketiga peraturan Indonesia.


a. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
b. Cinta tanah air dan bangsa .
c. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
d. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
Bhineka tunggal .

4) Pengalaman sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak pada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
e. Dengan itikat baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

18
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

5) Pengalaman sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-
royongan.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak-hak orang lain .
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
g. Tidak bersifat boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.

19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,
keesokan harinya tanggal 18 Agustus disahkannya Undang-Undang Dasar 1945
termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana di dalamnya termuat isi rumusan lima
prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Proses Perumusan dasar negara berlangsung dalam sidang-sidang Dokuritzu
Zyumbi Tyoosakat (Badan Penyelidik Usaha-Usaha kemerdekaan, selanjutnya
disebut BPUPKI) yang dilanjutkan dalam sidang-sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Nilai yang terkadung dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa antara lain:
Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap. Nilai yang terkadung
dalamS ila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yaitu: Mewujudkan jual beli
derajad, jual beli hak dan jual beli kewajiban antara sesama manusia. Nilai yang
terkadung dalam Sila Persatuan Indonesia yaitu Bangsa harus tetap menjunjung
tinggi azas Bhinneka Tunggal Ika. Menolak paham yang menyimpang dari Pancasila
Nilai yang terkadung dalam Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat mahir
dalsaya Permusyawarat sebuah Perwakilan yaitkan Mengakui dan menjunjung tinggi
dia rakyat Kemudian nilai yang terkandung dalam Sila keadilan sosial bagi seluruh
rakya Indonesia yaitu Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam
masyarakat di segala bidang kehidupan, baik bahan maupun spiritual Seluruh rakyat
Indonesia berhak mendapatkan perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik,
sosial, ekonomi, dan budaya.

B. Saran
Apabila nilai sila Pancasila ini betul-betul dimengerti tentu bisa memusnahkan
tingkat kesenjangan dan kejahatan moral dalam aktivitas bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

20
DAFTAR ISI
https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/03/083000869/4-pengertian-pancasila-
menurutparaahli?page=all#:~:text=Pengertian%20Pancasila%20menurut
%20Muhammad%20Yamin%20adalah%20lima%20dasar%20yang
%20beriri,laku%20yang%20penting%20dan%20baik.
HAW Widjaja. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2002.
Lubis, Maulana Arafah Pembelajaran PPKn di SD/MI. Medan: Akasha Sakti 2018.
Sarmah Muhtar Dahri & Harmani, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Sulasmo, Bambang Suteng, Dasar Negara Pancasila, Depok PT Kanisus, 2015
Paristiyanti Nurwardani, Pendidikan Pancasila, Jakarta: Ristekdikti 2016
https://media.neliti.com/media/publications/354766-penerapan-nilai-moral-
pancasila-dalam-me-2960a29a.pdf

Anda mungkin juga menyukai