Anda di halaman 1dari 32

“ HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUATAN

KEBIJAKAN DALAM BERBAGAI ASPEK PEMBANGUNAN ”

Dibuat Oleh :
Afifah Nuraisyah 2020603047
Desti Fitri Hotimah 2020603057
Della Delvia 2020603075

Dosen Pengampu:
Nilawati S.Ag., M.Hum

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
PALEMBANG
2020
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...1
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………......2
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….2
1.2 Rumusan Masalah..………………………...…………………….......2
1.3 Tujuan Pembahasan………………………………………………….3
BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………….4
2.1 Sejarah Pancasila…………………………………………………….4
2.2 Fungsi Pancasila……………………………………………………..8
2.3 Hubungan Pancasila dengan pembuatan
Kebijakan dalam berbagai aspek pembangunan…………………...10
BAB III. PENUTUP ……………………………………………………………...13
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………...13
3.2 Saran………………………………………………………………..13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..14

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Kuasa atas segala limpahan
Rahmat dan Karunia-nya kami masih diberi Kesehatan sehingga Kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengenal lebih jauh hubungan
pancasila dengan aspek pembangunan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk ataupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan
kami yang masih kurang memumpuni dan lebih banyak dibantu dengan Internet.
Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas
dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini Kami ingin
mengucapkan Terima Kasih kepada :
1. Ibu Nilawati S.Ag, M.Hum, selaku Dosen pengajar kami.
2. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Dan tidak lupa kepada teman-teman kami tercinta yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Palembang, 1 Desember 2020

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 yang diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II
No.7 bersamaan dengan batang tubuh UUD 1945.
Pancasila sebagai dasar negara berperan untuk mempersatukan bangsa sekaligus
bintang penuntun (leistar) yang dinamis, yang mengarahkan bangsa dalam mencapai
tujuannya. Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur
penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan pancasila sebagai dasar
Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku secara yuridis-konstitusional.
Kedudukan Pancasila sudah jelas, bahwa Pancasila adalah pandangan hidup
bangsa, dasar negara Republik Indonesia, dan sebagai ideologi nasional. Sebagai
pandangan hidup bangsa, Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
kebenarannya diakui, dan menimbulkan tekad untuk dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud Pancasila


 Apa saja peran Pancasila
 Hubungan Pancasila dengan pembuatan kebijakam dalam berbagai aspek
pembangunan.

2
1.3 Tujuan Pembahasan

Mahasiswa diharapkan mengerti atau paham terlebih dahulu mengenai apa itu
Pancasila dan sejarah dari Pancasila itu sendiri, agar lebih mudah untuk mahasiswa
mempelajari lebih lanjut mengenai Pancasila dalam berbagai Konteks lainnnya. Dan
terlebih lagi sesuai dengan materi kali ini tentanng Hubungan Pancasila dengan
pembuatan kebijakan dalam berbagai aspek pembangunan. Jadi harapkan
dengan dijelaskannya materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai Pancasila
dari berbagi macam Konteks dan juga Mengetahui sejarah pembentuksn Pancasila
serta mengetahui peranan dari Pancasila.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Ideologi dan
dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila. Lima sendi utama
(Sila) penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke 4 Preambule (Pembukaan)
UUD 1945.
Sejarah pembentukan pancasila erat kaitannya dengan Perjuangan bersenjata
bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah dan berkaitan dengan perang antara
Belanda dan Jepang dalam hal untuk memperebutkan negara Indonesia.
Pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang
kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang
dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah
Militer Jepang di Jawa dan Madura
Dalam maklumat tersebut juga dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas BPUPKI adalah
menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya diberikan kepada
pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan
mengadakan sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945.
Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara
untuk bangsa Indonesia setelah merdeka nanti. Pada sidang pertama Ir. Soekarno
dan Muhammad Yamin mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka.

4
Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
Muhammad Yamin memberikan usul mengenai dasar negara secara lisan yang
terdiri atas lima hal, yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga memberikan usul secara tertulis yang juga
terdiri dari lima hal yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Soepomo (31 Mei 1945)


Soepomo memberikan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas
lima hal, yaitu :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan Lahir dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat

Bung Karno (1 Juni 1945)


Pada Tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno (Ir. Soekarno) di depan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mengusulkan
calon dasar negara yang terdiri dari lima asas, oleh bung karno kelima asas tersebut
diberi nama Pancasila, inilah awal terbentuknya dasar negara Pancasila, yang
kemudian pada tanggal tersebut dikenang sebagai hari lahirnya Pancasila.

5
Berikut kelima asas yang diusulkan Bung Karno sebagai calon dasar negara:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kemudian Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas
menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio Nasionalisme
2. Sosio Demokrasi
3. Ketuhanan

Selesai sidang 1 BPUPKI, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI
sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung
usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan dalam sidang BPUPKI. Tiap-
tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat
sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri dari 8
orang, yaitu:

 Mr. Muh. Yamin


 Ir. Soekarno
 K.H. Wachid Hasjim
 Ki Bagus Hadikusumo
 M. Sutardjo Kartohadikusumo
 R. Otto Iskandar Dinata
 Mr. A.A. Maramis
 Drs. Muh. Hatta

Kemudian Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia
Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berada (berasal) di Jakarta. Hasil yang
dapat dicapai antara lain adalah dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-
Usul / Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:

6
 Mr. Muh. Yamin
 Ir. Soekarno
 Mr. A.A. Maramis
 Drs. Muh. Hatta
 K.H. Wachid Hasyim
 Mr. Ahmad Subardjo
 Abikusno Tjokrosujoso
 Abdul Kahar Muzakkir
 H. Agus Salim

Panitia Kecil yang beranggotakan 9 orang ini pada tanggal tersebut juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar,
yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-14 juli 1945, Agenda sidang BPUPKI
kali ini membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan
keuangan, pembelaan negara, serta pendidengajaran.
Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam
panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah:
1. Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso)
2. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno)
3. Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).

Kemudian Pada tanggal 9 Agustus dibentuk PPKI (Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia) yang menggantikan BPUPKI. Pada tanggal 15 Agustus
1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia
kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh para pemimpin bangsa
Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal
17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI menggelar sidang,
dengan acara utama memilih Presiden dan Wakil Presiden dan mengesahkan
rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya).
Untuk pengesahan Pembukaan (Preambul), terjadi proses yang cukup panjang.
Sebelum mengesahkan Preambul (pembukaan), Bung Hatta terlebih dahulu
mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah
Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang
menemuinya.

7
Inti dari pertemuan tersebut adalah, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan
agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata "ketuhanan" yang berbunyi
"dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" dihapus.
Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari
Indonesia yang baru saja diproklamasikan, hal tersebut karena mayoritas penduduk
di indonesia bagian timur beragama non-muslim.
Usul kemudian disampaikan oleh Muh. Hatta pada sidang PPKI, khususnya
kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada KH. Wakhid Hasyim, Ki
Bagus Hadikusumo dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta kemudian berusaha
meyakinkan tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.
Setelah dilakukan Musyarah dan Mufakat serta Oleh karena pendekatan yang
intens dan demi persatuan dan kesatuan, akhirnya dihapuslah kata "dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di belakang kata
Ketuhanan dan diganti dengan "Yang Maha Esa".

2.2 Fungsi Pancasila


Pancasila memiliki dua fungsi pokok yaitu sebagai pandangan hidup dan dasar
negara.

1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Artinya pancasila adalah pemberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan


kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat yang beraneka ragam sifatnya.
Sebagai pandangan hidup Pancasila mempunyai empat fungsi pokok dalam
kehidupan bernegara yaitu :

 Mempersatukan bangsa Indonesia, memelihara dan mengukuhkan persatuan


dan kesatuan. Fungsi ini amat penting bagi Indonesia karena Pancasila tidak
hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seorang saja, melaikan
pancasila dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia pada hakikatnya
dirumuskan untuk seluruh lapisan serta unsure-unsur bangsa dan Negara
Indonesia.
 Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya. Pancasila member
cita-cita bangsa Indonesia sekaligus menjadi sumber motivasi dan tekad
perjuangan mencapai cita-cita menggerakkan bangsa melaksanakan
pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila.

8
 Menyoroti kenyataan yang ada dan mengkritisi upaya perwujudan cita-cita
yang terkandung dalam pancasila. Pancasila menjadi ukuran untuk melkukan
kritik mengenai keadaan bangsa dan Negara.

2. Pancasila sebagai dasar filsafat

Artinya pancasila merupakan sumber dari segala sumber yang berlaku dinegara
kita dan olehnya karena dihunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan
Negara.Pancasila sebagai dasar Negara dapat dirinci sebagai berikut :

 Pancasila sebagai asas Negara merupakan sumber dari segala sumber hukum
atau sumber tertib hukum di Indonesia. Dengan demikian, pancasila
merupakan asas kerohanian segala peraturan perundang-undangan di
Indonesia yang dalam pembukaan Undang-undang Dasar Republik Indonesia
tahun 1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran yaitu:

1) Pokok pikiran pertama : Negara melindungi bangsa Indonesia dan


seluruh tumpah darah Indonesia (pokok pikiran persatuan).
2) Pokok pikiran kedua : Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (pokok pikiran keadilan sosial).
3) Pokok pikiran ketiga : Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan
atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan (pokok pikiran
kedaulatan rakyat)
4) Pokok pikiran keempat : Negara berdasarkan atas ketuhanan yang
Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok
pikiran ketuhanan).

 Meliputi suasana kebatinan dari Undung-undang dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945.
 Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar Negara (baik hukum dasar
dasar tertulis maupun tidak tertulis)
 Mengandung norma yang mengharuskan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggaraan lain
Negara (termasuk partai polotik politik) memegang teguh nilai-nilai
pancasila.
 Pancasila sebagai jiwa bangsa.
 Pancasila sebagai kepribadian dan identitas bangsa.

9
2.3 Hubungan Pancasila dengan pembuatan kebijakan dalam berbagai aspek
pembangunan
Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional mengandung suatu konsekuensi, bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila. Karena nilai-
nilai Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek
pendukung Pancasila sekaligus sebagai subjek pendukung negara. Unsur-unsur
hakikat manusia monopluralis" meliputi susunan kodrat manusia, terdiri rohani
(jiwa) dan jasmani (raga), sifat kodrat manusia terdiri makhluk individu dan
makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri
sendiri dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakikatnya merupakan satu
hasil kreativitas rohani manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal,
rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya
dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral
(etika). Tujuan yang esensial dari IPTEK adalah demi kesejahteraan umat manusia,
sehingga IPTEK pada hakikatnya tidak bebas nilai, namun terikat oleh nilai.
Pengembangan IPTEK sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada mora
Ketuhanan dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan,
mencipta, keseimbangan antara rasional dan irasional antara akal, rasa dan
kehendak. Berdasarkan sila ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud
dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya.
b. Šila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas
bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK harus bersifat beradab.
IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral.
c. Sila Persatuan Indonesia, mengomplementasikan universalia dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan
IPTEK hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran
bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.

10
d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara
demokratis. Artinya setiap ilmuwan harus memiliki kebebasan untuk
mengembangkan IPTEK juga harus menghormati dan menghargai kebebasan
orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang
maupun dibandingkan dengan penemuan ilmuwan lainnya.
e. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengkomplemen tasikan
pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya
dengan dirinya sendiri, manusia
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik, Ekonomi, Sosial
Budaya, Pertahanan dan Keamanan.
Hakikat manusia merupakan sumber nilai bagi pengembangan politik. Ekonomi,
Sosial, Buddaya, Pertahanan dan Keamanan (Poleksos- budhankam) dan ditambah
dengan Kehidupan Bergama. Pembangunan hakikatnya membangun manusia secara
lengkap, secara utuh meliputi seluruh unsur hakikat manusia monopluralis, atau
dengan kata lain membangun martabat manusia.
a. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
Pengembangan dan pembangunan bidang politik harus mendasarkan pada
tuntutan hak dasar kemanusiaan yang di dalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan
disebut hak asasi manusia. Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada
kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai makhluk
individu - makhluk sosial yang terjelma sebagai rakyat. Selain sistem politik Negara,
Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik negara. Moh. Hatta,
menyatakan bahwa: "Negara berdasarkan atas Ketuhanan. Yang Maha Esa, atas
dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Hal ini menurutnya agar memberikan
dasar-dasar moral supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan.
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa dalam
politik negara harus mendasarkan pada kerakyatan (sila IV). adapun pengembangan
dan aktualisasi politik negara berdasarkan Pada moralitas berturut-turut moral
Ketuhanan, moral kemanusiaan (sila II) dan moral persatuan, yaitu ikatan moralitas
sebagai suatu bangsa (sila III). Adapun aktualisasi dan pengembangan politik negara
demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama (sila V).

11
b. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
Mubyarto mengembangkan ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi humanistik yang
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Maka sistem
ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi
itu sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih
sejahtera. Ekonomi harus mendasarkan pada kemanusiaan, yaitu demi kesejahteraan
manusia, sehingga harus menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang
hanya mendasarkan persaingan bebas monopoli dan lainnya yang menimbulkan
penderitaan pada manusia penindasan atas manusia satu dengan lainnya.
c. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya
Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai, yaitu
nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat
humanistik, artinya nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber
pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam rangka
pengembangan sosial budaya, Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang dapat
mendorong untuk universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari keterikatan
struktur, dan transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia,
kebebasan spiritual.
d. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam
Pertahanan dan Keamanan negara harus mendasarkan pada tujuan demi
tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Pertahanan dan Keamanan negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi
kepentingan rakyat sebagai warga negara. Pertahanan dan keamanan harus
menjamin hak-hak dasar persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan dan
Hankam diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam masyarakat agar negara
benar-benar meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum
dan bukannya suatu negara yang berdasarkan kekuasaan.

12
BAB III
PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan sesuai
dengan isi makalah “Hubungan Pancasila dengan pembuatan kebijakan dalam
berbagai aspek pembangunan” bahwa, Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila
sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi, bahwa
dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat
nilai-nilai Pancasila. Sehingga terdapat 6 hubungan Pancasila di berbagai aspek
pembangunan yaitu :
1. Pancasila sebagai paradigma pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Komunikasi), dan
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik, Ekonomi, Sosial,
Budaya, Pertahanan dan Keamanan, dan Kehidupan Beragama.
Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhinya dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku.

3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran dan kritik bisa langsung disampaikan kepada kami baik itu
mengenai penulisan, isi pembahasan ataupun tentang makalah ini sendiri bisa
langsung disampaikan kepada kami. Sekiranya kritik dan saran hendaknya
disampaikan dengan kalimat atau kata-kata yang baik sehingga kami dapat
termotivasi untuk dapat lebih baik lagi dan memperbaiki setiap kesalahan-kesalahan
yang kami lakukan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami ucapkan terimakasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37588178/IMPLEMENTASI_PANCASILA_DALAM
_PEMBUATAN_KEBIJAKAN_NEGARA_DALAM_BIDANG_POLITIK_EKO
NOMI_SOSIAL_BUDAYA_DAN_HANKAM
http://www.markijar.com/2015/11/sejarah-pembentukan-pancasila-sebagai.html
https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-ditetapkan-sebagai-dasar-negara/

14
“PANCASILA RELATIOSHIP WITH MAKING
POLICIES IN VARIOUS DEVELOPMENT ASPECTS”

Make by :
Afifah Nuraisyah 2020603047
Desti Fitri Hotimah 2020603057
Della Delvia 2020603075
Lecturers :
Nilawati, S.Ag, M.Hum

MAJORING OF ISLAMIC BANKING


FACULTY OF ISLAMIC ECONIMICS AND BUSINESS
STATES ISLAMIC UNIVERSITY
PALEMBANG
2020
TABEL OF CONTENT

COVER ……………………………………………………………………………..i
TABLE OF CONTENTS ……………………………………………………….....ii
PREFACE ………………………………………………………………………….1
CHAPTER I. INTRODUCTION ………………………………………………….2
1.1 Background ……………………………………………………...2
1.2 Problem Formulation ……………………………………………2
1.3 Purpose of the discussion ………….……………………………3
CHAPTER II. DISCUSSION …………………………………………………….. 4
2.1 History of Pancasila …………………………………………… 4
2.2 Pancasila Function …………………………………………….. 8
2.3 The relationship between Pancasila and manufacture
Policy in various aspects of development……………………..10
CHAPTER III. CLOSING ………………………………………………………..13
3.1 Conclusion …………………………………………………….13
3.2 Suggestions ……………………………………………………13
REFERENCES ………………………………………………………………….. 14

ii
PREFACE

Praise be to the presence of God Almighty the Almighty for all the abundance of His
Grace and Gifts we are still given health so that we can complete the preparation of
this paper in a very simple form and content. Hopefully this paper can be used as a
reference, guide and guide for readers in getting to know more about the relationship
between Pancasila and aspects of development.
We hope that this paper will help increase the knowledge and experience of readers,
so that we can improve the form or content of this paper so that it can be even better
in the future.
We admit that this paper has many shortcomings due to our inadequate knowledge
and more assistance from the Internet. Therefore, we expect readers to provide
constructive input for the perfection of this paper.
We realize that in the preparation of this paper, the support of various parties is
closely related, therefore on this occasion we would like to thank:
1. Mrs. Nilawati S.Ag, M.Hum, as our lecturer.
2. To our parents who have provided support so that we can complete this paper.
3. And do not forget to our beloved friends who have helped and provided support
in completing this paper.

Palembang, 1 December 2020

Compiler

1
CHAPTER 1
PRELIMINARY

1.1 Background
Pancasila is the basic ideology for the Indonesian state. The name consists of two
words from Sanskrit: pañca means five and śīla means principle or principle.
Pancasila is a formulation and a new life for the nation, people and state for all of
Indonesia. Pancasila as the basis of the state philosophy of the Republic of Indonesia
was officially ratified by PPKI on August 18, 1945 and a photo in the Preamble of
the 1945 Constitution which was promulgated in the Republic of Indonesia news
year II No. 7 together with the body of the 1945 Constitution.
Pancasila as the basis of the state plays a role in unifying the nation as well as a
dynamic guiding star, which directs the nation in perception. Pancasila as the basis
of the State has the meaning of assistance.
governance. The consequence is that Pancasila is the source of all sources of law.
This places Pancasila as the basis for the State which implements the values of
Pancasila in all laws that are juridical-constitutional.
The position of Pancasila is clear, that Pancasila is the way of life of the nation and
as a national ideology. As a nation's view of life, Pancasila is a truly accurate
crystallization of values and creates a determination to be implemented in everyday
life.

1.2 Problem Formulation


 What is meant by Pancasila.
 What are the roles of Pancasila.
 The relationship between Pancasila and policy making in various aspects of
development.

2
1.3 Discussion Objectives
Students are expected to understand or understand in advance what Pancasila is and
the history of Pancasila itself, so that it is easier for students to learn more about
Pancasila in various other contexts. And even more so in accordance with the
material this time about the relationship between Pancasila and policy making in
various aspects of development. So hopefully with the explanation of this material
it can add to our insights about Pancasila from various kinds of contexts and also
Knowing the history of the formation of Pancasila and knowing the role of Pancasila.

3
CHAPTER 2
DISCUSSION

2.1 History of Pancasila


Pancasila is the basic ideology for the Indonesian state. The name consists of
two words from Sanskrit: panca means five and sila means principle or principle.
The ideology and foundation of our country is Pancasila. Pancasila consists of five
precepts. The five main pillars (Sila) that comprise Pancasila are the one and only
Godhead, fair and civilized humanity, Indonesian unity, democracy led by the
wisdom of subordinates in deliberation / representation, and social justice for all
Indonesian people, and in the 4th paragraph of the Preamble (Opening ) UUD 1945.
The history of Pancasila ordering is closely related to the struggle of the
Indonesian nation's troops in expelling the invaders and is related to the war between
the Netherlands and Japan in the struggle for the Indonesian state.
On April 29, 1945 Japan gave a second promise of independence to the
Indonesian nation, namely the promise of unconditional independence as outlined in
the Gunseikan Maklumat (Supreme Civil Authority of the Japanese Military
Government in Java and Madura.
The edict also contained the basis for the Indonesian Independence
Preparatory Business Investigation Agency (BPUPKI) Restaurant. The task of
BPUPKI is the situation and to collect proposals which are then given to the Japanese
government to be able to declare itself for Indonesian independence.
BPUPKI membership was inaugurated on May 28, 1945, and held the first
session of BPUPKI on May 29, 1945 to June 1, 1945. In this first session, a special
discussion of the basic candidates for the state for the Indonesian nation after
independence later. At the first trial, Ir. Soekarno and Muhammad Yamin were at
the core of the country's basic candidates for an independent Indonesia.

4
 Muhammad Yamin (29 May 1945)
Muhammad Yamin gave suggestions regarding the basis of the state orally which
consists of five things, namely:
1. Nationality Fairy
2. Humanity Fairy
3. Fairy Godhead
4. The Popular Fairy
5. People's Welfare
In addition, Muhammad Yamin also gave a written proposal which also
consisted of five things, namely:
1. The Supreme Lordship
2. Indonesian Unity
3. Fair and Civilized Humanity
4. Community Guided by Wisdom Wisdom in Deliberation / Representation
5. Social Justice for All Indonesians.
 Soepomo (31 May 1945)
Soepomo gave an oral suggestion on the basis of the state which consisted of five
things, namely:
1. Unity
2. Kinship
3. Balance of Birth and Mind
4. Deliberation
5. People's Justice
 Bung Karno (June 1, 1945)
On June 1, 1945 Bung Karno (Ir. Soekarno) in front of the Indonesian
Independence Preparatory Efforts Investigation Agency (BPUPKI) proposed a state
basic candidate consisting of five principles, by Bung Karno the five principles were
named Pancasila, this was the beginning of the formation of the state foundation
Pancasila, which is later remembered as the birthday of Pancasila.
5
The following are the five principles proposed by Bung Karno as the basic
candidate for the state:
1. Nationalism (Indonesian Nationality)
2. Internationalism (Humanity)
3. Consensus or Democracy
4. Social Welfare
5. Cultural Deity
Then Bung Karno stated that the five precepts could be squeezed into Trisila,
namely:
1. Socio Nationalism
2. Socio Democracy
3. Divinity
After the 1st session of BPUPKI, on June 1, 1945, the members of BPUPKI
agreed to form a small committee whose task was to accommodate the submitted
proposals and examine them and report them in the BPUPKI session. Each member
is given the opportunity to submit a proposal in writing no later than June 20, 1945.
The members of this small committee consists of 8 people, namely:
• Mr. Muh. Yamin
• Ir. Soekarno
• K.H. Wachid Hasjim
• Ki Bagus Hadikusumo
• M. Sutardjo Kartohadikusumo
• R. Otto Iskandar Dinata
• Mr. A A. Maramis
• Drs. Muh. Hatta
Then on June 22, 1945 a joint meeting was held between the Small Committee
and BPUPKI members who were (originating) in Jakarta. The results that can be
achieved include the formation of a small committee to investigate the proposals /
formulation of the basis of the State, which consists of nine people, namely:

6
• Mr. Muh. Yamin
• Ir. Soekarno
• Mr. A A. Maramis
• Drs. Muh. Hatta
• K.H. Wachid Hasyim
• Mr. Ahmad Subardjo
• Abikusno Tjokrosujoso
• Abdul Kahar Muzakkir
• H. Agus Salim
The Small Committee which consisted of 9 members on that date also
continued the trial and succeeded in formulating candidates for the Preamble of the
Basic Law, which was later known as the "Jakarta Charter".
In the second BPUPKI session, July 10-14, 1945, the BPUPKI agenda
discussed the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia, Indonesian
citizenship, the draft Constitution, economy and finance, state defense, and
education.
At the second BPUPKI trial, BPUPKI members were divided into small
committees. The small committees that were formed included:
1. Homeland Defense Committee (chaired by Raden Abikusno Tjokrosoejoso)
2. Basic Law Drafting Committee (chaired by Ir. Soekarno)
3. Economic and Financial Committee (chaired by Drs. Mohammad Hatta).
Then on August 9, the PPKI (Preparatory Committee for Indonesian
Independence) was formed which replaced BPUPKI. On 15 August 1945 Japan
surrendered unconditionally to the Allies, and since then Indonesia has been empty
of power. This situation was exploited by the leaders of the Indonesian nation,
namely by proclaiming Indonesia's independence, on August 17, 1945. One day after
the proclamation of independence, the PPKI held a session, with the main event of
selecting the President and Vice President and ratifying the draft Basic Law with its
preamble (Opening).

7
For the approval of the Preamble, there is a fairly long process. Before
ratifying the Preambul (opening), Bung Hatta first stated that on the afternoon of 17
August 1945, shortly after the Proclamation of Independence, there was an envoy
from Eastern Indonesia who met him.
The essence of the meeting was that the people of Eastern Indonesia proposed
that in the fourth paragraph of the preamble, behind the word "divinity" which reads
"with the obligation to carry out Islamic law for its adherents" to be removed. If not,
then it is better for the people of Eastern Indonesia to separate themselves from the
recently proclaimed Indonesia, this is because the majority of the population in
eastern Indonesia are non-Muslims.
The suggestion was then submitted by Muh. Hatta at the PPKI session,
especially to members of Islamic figures, including KH. Wakhid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo and Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta then tried to convince Islamic
leaders, for the sake of the unity and integrity of the Indonesian nation.
After deliberation and consensus was carried out and because of the intense
approach and for the sake of unity and integrity, finally the word "with the obligation
to carry out Islamic law for its adherents" was eliminated and replaced with the word
"Almighty".

2.2 The function of Pancasila


Pancasila has two main functions, namely as a view of life and the basis of
the state.
1. Pancasila as the nation's view of life
This means that Pancasila is the giver of guidance in achieving physical and
mental well-being and happiness in a society of various characteristics. As a view of
life, Pancasila has four main functions in the life of the state, namely:
• Uniting the Indonesian nation, maintaining and strengthening unity and integrity.
This function is very important for Indonesia because Pancasila is not only the ideas
or reflections of a single person, but also the Pancasila of the values possessed by
the Indonesian people, which are essentially formulated for all layers and elements
of the Indonesian nation and State.
• Guide and direct the nation towards its goals. Pancasila provides the aspirations of
the Indonesian nation as well as a source of motivation and determination to achieve
the ideals of moving the nation to carry out national development as the experience
of Pancasila.
8
• Highlighting the existing reality and criticizing efforts to realize the ideals
contained in Pancasila. Pancasila is a measure for criticizing the state of the nation
and the State.
2. Pancasila as the basis of philosophy
This means that Pancasila is the source of all sources that apply in our country
and because it is used as the basis for regulating the administration of the State.
Pancasila as the basis of the State can be detailed as follows:
• Pancasila as the principle of the State is the source of all sources of law or a source
of legal order in Indonesia. Thus, Pancasila is the spiritual principle of all laws and
regulations in Indonesia which in the bookkeeping of the 1945 Constitution of the
Republic of Indonesia are further elaborated into four main points of thought,
namely:
1. First principle: The state protects the Indonesian nation and all Indonesian
blood spills (main idea of unity).
2. Second principle: The state wants to realize social justice for all Indonesian
people (the main idea of social justice).
3. Third principle: State sovereignty of the people, based on democracy and
representative deliberation (the main idea of people's sovereignty)
4. Fourth principle of thought: The state is based on the one and only Godhead,
according to the basis of just and civilized humanity (divine thought).
• Covers the mystical atmosphere of the 1945 Constitution of the Republic of
Indonesia.
• Realizing the ideals of the law for the basic laws of the State (both written and
unwritten basic basic laws)
• Contains norms that require the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia and
other statutory regulations to contain contents that oblige the government and other
state administrators (including political political parties) to uphold the values of
Pancasila.
• Pancasila as the soul of the nation.
• Pancasila as the national identity and personality.

9
3.3 The relationship between Pancasila and policy making in various aspects of
development
Philosophically, the essence of Pancasila's position as a national development
paradigm has a consequence, that in all aspects of national development we must
base the essence of Pancasila values. Because the values of Pancasila are based on
the ontological basis of humans as the supporting subjects of Pancasila as well as the
supporting subjects of the state. The elements of monopluralist human nature
"include the composition of human nature, consisting of spiritual (soul) and body
(raga), human nature consisting of individual beings and social beings as well as the
position of human nature as an independent individual and a creature of God
Almighty.
1. Pancasila as a Science and Technology Development Paradigm
Science and Technology (IPTEK) is essentially a result of human spiritual
creativity. The spiritual element (soul) of man
Includes aspects of reason, taste, and will. Intellect is the spiritual potential of
humans in relation to intellect, taste in aesthetic fields, and will in the moral field
(ethics). The essential aim of science and technology is for the welfare of mankind,
so that science and technology are not essentially free of values, but are bound by
values. The development of science and technology as a result of human culture
must be based on the morality of Godliness and Just and Civilized Humanity.
a. The precepts of the Supreme Lordship, implementing science, creating, balance
between rational and irrational between reason, taste and will. Based on this
principle, science and technology does not only think about what is discovered,
proven and created, but also considers the purpose and consequences of whether it
is detrimental to humans and their surroundings.
b. Sila Humanity that is just and civilized, provides the basics of morality that
humans in developing science and technology must be civilized. Science and
technology is the result of a civilized and moral human culture.
c. Sila Persatuan Indonesia, implementing universalia and internationalism
(humanity) in other principles. The development of science and technology should
be able to develop a sense of nationalism, the greatness of the nation and the nobility
of the nation as part of the human race in the world.

10
d. Social precepts led by wisdom in deliberation / representation underlie the
democratic development of science and technology. This means that every scientist
must have the freedom to develop science and technology as well as respect and
respect for the freedom of others and must have an open attitude to be criticized,
reviewed and compared with the findings of other scientists.
e. Precepts of social justice for all Indonesian people, complementing the
development of science and technology must maintain a balance of justice in human
life, namely the balance of justice in relation to himself, humans.
2. Pancasila as a Paradigm for Political, Economic, Social, Cultural, Defense
and Security Development, and Religious Life.
Human nature is a source of value for political development. Economic,
Social, Buddhist, Defense and Security (Poleksos-budhankam) and coupled with
Religious Life. Development essentially builds a complete human being, as a whole
includes all elements of monopluralist human nature, or in other words, builds
human dignity.
a. Pancasila as a Political Development Paradigm
Development and development in the political field must be based on the
demands of basic human rights which in the terms of law and the state are called
human rights. In the political system, the state must be based on power that comes
from the incarnation of human nature as individual beings - social beings who
become people. In addition to the state political system, Pancasila provides the
foundations for state political morality. Moh. Hatta, stated that: "The state is based
on Divinity. The One, on the basis of a Just and Civilized Humanity. According to
him, this is in order to provide moral grounds so that the state is not based on power.
In the Pancasila principles are arranged in a systematic order, that in state
politics must be based on populism (principle IV). As for the development and
actualization of state politics based on divine morality, human morality (precepts II)
and moral unity, namely the bonds of morality as a nation (sila III), respectively. As
for the actualization and development of state politics in order to achieve justice in
living together (sila V).

11
b. Pancasila as an Economic Development Paradigm
Mubyarto developed a populist economy, namely a humanistic economy that
is based on the goals for the welfare of the people at large. So the Indonesian
economic system is based on the kinship of the whole nation. The purpose of the
economy itself is to meet human needs, so that people become more prosperous. The
economy must be based on humanity, namely for the welfare of humans, so that it
must avoid economic development which is based only on monopoly free
competition and others that cause suffering to humans, oppression of one another.
c. Pancasila as a Paradigm for Socio-Cultural Development
In the development of socio-culture during the reformation era today, we must
raise the values possessed by the Indonesian nation as the basis of values, namely
the values of Pancasila itself. Principles of Pancasila ethics are humanistic in nature,
meaning that the values of Pancasila are based on values that derive from human
dignity as a cultured creature. In the context of socio-cultural development,
Pancasila as a framework of awareness that can encourage universalization, namely
releasing symbols from structural attachments, and transcendentalization, namely
increasing the degree of human freedom, spiritual freedom
d. Pancasila as a Defense and Security Development Paradigm
National defense and security must be based on the goal of achieving the
welfare of human life as a creature of God Almighty. The defense and security of
the state must be based on objectives in the interests of the people as citizens.
Defense and security must guarantee the basic rights of equality and humanitarian
freedom and Defense and Security is intended for the realization of justice in society
so that the state actually puts in its true function as a rule of law and not a state based
on power.

12
CHAPTER 3
CLOSING

3.1 CONCLUSION
From the explanation above, we can conclude in accordance with the contents
of the paper "The relationship between Pancasila and policy making in various
aspects of development" that, philosophically, the nature of Pancasila as a national
development paradigm has a consequence, that in all aspects of national
development we must base in essence the values of Pancasila. So that there are 6
Pancasila relationships in various aspects of development, namely:
1. Pancasila as a paradigm for the development of Science and Technology
(Science Technology and Communication), and
2. Pancasila as a Paradigm for Political, Economic, Social, Cultural, Defense and
Security Development, and Religious Life.
Paradigm is the way people perceive themselves and their environment which
will influence them in thinking, behaving and behaving.

3.2 SUGGESTIONS
We realize that we are still far from perfect, in the future we will be more
focused and detailed in explaining the above paper with more and more responsible
sources.
Suggestions and criticisms can be directly conveyed to us, whether it is about
writing, the content of the discussion or about this paper itself, it can be directly
submitted to us. If criticisms and suggestions should be conveyed in good sentences
or words so that we can be motivated to be even better and correct any mistakes we
make in completing this paper. We would like to express our gratitude.

13
REFERENCES

https://www.academia.edu/37588178/IMPLEMENTASI_PANCASILA_DALAM
_PEMBUATAN_KEBIJAKAN_NEGARA_DALAM_BIDANG_POLITIK_EKO
NOMI_SOSIAL_BUDAYA_DAN_HANKAM

http://www.markijar.com/2015/11/sejarah-pembentukan-pancasila-sebagai.html

https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-ditetapkan-sebagai-dasar-negara/

14

Anda mungkin juga menyukai