Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA


INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah: Pancasila


Dosen Pengampu: Mohammad Habibi, SE., M.SI

Disusun Oleh :
1. Faqih Ad Dinur Haq (202113820009)
2. Lintang Alfina Valentin (202113820014)
3. Maulida Mella Inayah (202113820016)

Prodi: Manajemen Pendidikan Islam


STAI An-Najah Indonesia Mandiri
Sidoarjo, 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Segala puji syukur kepada Allah SWT, atas karunianya yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan
semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di hari akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT di mana atas limpahan nikmat sehat
dari-Nya, kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah
Pancasila, dengan judul “PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN
INDONESIA.”

Tentu kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan sarannya dari pembaca untuk makalah ini, agar kami dapat terus berkembang.
Apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dari makalah yang kami susun ini, kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sidoarjo, 24 September 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….

A. Sejarah Pancasila Era Kemerdekaan…………………………………………………


B. Sejarah Pancasila Era Pasca Kemerdekaan…………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..
Kesimpulan……………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pancasila menjadi dasar negara baru disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945. Pancasila merupakan ideologi dasar negara dan rumusan kehidupan bagi bangsa
dan negara Indonesia. Pancasila seperti yang telah diusulkan oleh Ir. Soekarno,
berasal dari Bahasa sansekerta, yakni Panca dan Sila yang berarti lima dasar. Nama
Pancasila pertama kali pada 1 Juni 1945, dalam rangkaian sidang pertama BPUPKI.
Usulan dasar negara ini juga dirumuskan oleh Moh. Yamin dan Dr. Soepomo.
Dalam sidang BPUPKI kedua dibentuk panitia kecil yang dinamakan Panitia
Sembilan, yang kemudian merumuskan isi Piagam Jakarta. Disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945 bersamaan dengan penetapan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
dasar negara Indonesia, Pancasila ditetapkan sebagai Ideologi Negara Indonesia
hingga saat ini.
Pancasila juga mengalami berbagai implementasi dari masa orde lama, orde baru
hingga era reformasi. Dari munculnya pemberontakan yang ingin menggoyahkan
keutuhan Pancasila pada masa orde lama, upaya penyalahgunaan Pancasila atas nama
kekuasaan rezim pada masa orde baru, hingga menurunnya rasa persatuan dan
kesatuan di antara sesame warga negara di era reformasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana usulan para tokoh dalam merumuskan Pancasila?
2. Bagaimana peran BPUPKI dan PPKI dalam merumuskan Pancasila?
3. Bagaimana keutuhan Pancasila, pada masa Orde Lama, Orde Baru, Reformasi?

C. TUJUAN
1. Agar para pemuda mengetahui bagaimana perjuangan bangsa Indonesia dalam
merumuskan Pancasila untuk menyadarkan para generasi muda bahwa semangat
perjuangan tidak akan menghasilkan suatu hal yang sia-sia.
2. Untuk mengetahui peranan BPUPKI dan PPKI dalam perumusan Pancasila serta
memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya pada pelajar agar
mengetahui pentingnya sejarah Pancasila.
3. Untuk memberikan wawasan kepada para pelajar tentang perjuangan keutuhan
Pancasila dari era Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi, serta agar
menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan yang lebih kuat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Pancasila di Era Kemerdekaan


Pancasila lahir melalui berbagai macam proses. Dimulai dari rangkaian sidang
BPUPKI pertama yang sedang membahas tentang gagasan dasar negara hingga
penetapan yang dilaksanakan setelah sidang PPKI. Pancasila digagas oleh beberapa
tokoh, dimulai dari gagasan pertama dari Moh Yamin pada tanggal 29 Mei 1945,
dilanjut oleh gagasan Dr. Soepomo pada tanggal 30 Mei 1945 dan terakhir adalah
gagasan Ir. Soekarno yakni Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945.
1. Gagasan Moh Yamin pada tanggal 29 Mei

Moh Yamin merupakan pria kelahiran Talawi Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat,
24 Agustus 1903. Ia wafat di Jakarta pada 17 Oktober 1962 di usia 59 tahun. Beliau
adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang dihormati
sebagai pahlawan nasional Indonesia. Beliau merupakan salah satu perintis puisi
modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji
keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia dan ikut dalam
perumusan pancasila.

Rumusan gagasan tersebut sebagai berikut:

1.Peri Kebangsaan

2.Peri Kemanusiaan

3.Peri Ketuhanan

4.Peri Kerakyatan

5.Kesejahteraan Rakyat

Tak hanya merumuskan gagasan dasar negara secara lisan, beliau juga
merumuskan gagasan secara tertulis, yaitu:

1.Ketuhanan Yang Maha Esa

2.Kebangsaan Persatuan Indonesia


3.Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab

4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan

5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat IndonesiaIndonesia

2. Gagasan Dr. Soepomo pada tanggal 1945


Tak hanya Moh Yamin yang merumuskan usulan dasar negara, sehari setelahnya,
yakni pada tanggal 30 Mei 1945, Dr. Soepomo merumuskan usulannya. Menurut
Soepomo, negara merdeka harus memiliki wilayah, rakyat, dan pemerintah yang berdaulat
atas hukum internasional. Soepomo mengusulkan setelah Indonesia terbentuk, sifatnya
harus bersatu dalam satu kesatuan. Negara itu tak hanya mempersatukan golongan
mayoritas, tapi juga seluruh lapisan rakyat. Soepomo juga menentang Indonesia dijadikan
negara Islam seperti keinginan para golongan muslim. Ia berpandangan urusan agama
harusnya dipisah dari urusan negara.

"Maka teranglah tuan-tuan jang terhormat, bahwa djika kita hendak mendirikan
Negara Indonesia jang sesuai dengan keistimewaan sifat dan tjorak masjarakat Indonesia,
maka negara kita harus berdasar atas aliran pikiran (Staatsidee) negara yang integralistik,
negara jang bersatu dengan seluruh rakjatnya, jang mengatasi seluruh golongan-
golongannja dalam lapangan apa pun," kata Soepomo dalam pidatonya.

Gagasan dasar negara oleh Dr. Soepomo berbunyi:


1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

3. Gagasan Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945

Pancasila yang jadi dasar negara Indonesia hingga kini, merupakan buah pemikiran
Soekarno pada 1945. Menjelang kemerdekaan, Soekarno yang tergabung dalam Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), menyampaikan
pidato tentang dasar negara. Dikutip dari Jalan Menuju Kemerdekaan: Sejarah Perumusan
Pancasila (2018), diceritakan Soekarno adalah tokoh terakhir yang menyampaikan
pemikirannya dalam sidang pertama BPUPKI. Setelah Moh Yamin, Soepomo, dan
perdebatan sengit soal dasar negara, Soekarno menyampaikan pemikirannya pada 1 Juni
1945. Soekarno menolak keinginan golongan Islam untuk menjadikan Indonesia negara
Islam yang berdasar pada syariat Islam.

Ir. Soekarno mengusulkan tiga gagasan. Yang pertama yakni Ekasila yang
berbunyi Gotong-royong. Ada pula Trisila yang berisikan tiga gagasan yakni:

1. Sosio-Nasionalisme
2. Sosio-Demokratisme
3. Ketuhanan
Lalu Pancasila, yang berisikan lima dasar, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme
2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

a. Proses Penamaan Pancasila

Penamaan pancasila berawal dari pidato soekarno berjudul Pancasila pada sidang
BPUPKI pada 1 Juni 1945. Saat itu Soekarno memperkenalkan 5 sila, yang terdiri dari
Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau
Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

"Saudara-saudara! Dasar-dasar Negara telah saya usulkan. Lima bilangannya.


Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Darma tidak tepat di sini. Dharma berarti
kewajiban, sedang kita membicarakan dasar," ujar Bung Karno.

Soekarno kemudian mengatakan menurut petunjuk seorang kawannya yang ahli


bahasa nama paling tepat adalah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar. "Di atas kelima
dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi," ujarnya. "Pancasila
itulah yang berkobar-kobar di dalam dada saya sejak berpuluh tahun."Sejak saat itu
tanggal 1 juni ditetapkan sebagai cikal bakal lahirnya pancasila sebagai dasar negara
Indonesia. Dan kini setiap tanggal 1 Juni diperingati hari Pancasila.
b. Panitia Sembilan
Panitia Sembilan adalah kelompok yang dibentuk pada tanggal 1 Juni 1945, diambil dari
suatu Panitia Kecil ketika sidang pertama BPUPKI. Panitia Sembilan dibentuk setelah Ir.
Soekarno memberikan rumusan Pancasila. Adapun anggotanya adalah sebagai berikut:
Ir. Soekarno (ketua)
Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
H. Agus Salim (anggota)
Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
Mr. Mohammad Yamin (anggota)

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalisme) dan 4
orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan menghasilkan rumusan dasar
negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisi:
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.
Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan
selamat sentosa mengantarkan Rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat Rahmat Allah Yang Mahakuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam Hukum Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan Rakyat dengan
berdasar kepada: "Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang bersidang sesudah Proklamasi
Kemerdekaan, menjadikan Piagam Jakarta itu sebagai Pendahuluan bagi Undang-Undang
Dasar 1945, dengan mencoret bagian kalimat dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam
bagi pemeluk-pemeluknya". Alasannya.Untuk menjaga persatuan dan kesatuan karena ada
keberatan oleh pihak lain yang tidak beragama Islam.
c. Perubahan sila Pertama

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang kita pegang saat ini telah
melewati beberapa kali perumusan. Awalnya pancasila dirumuskan dalam naskah
Piagam Jakarta, namun rumusan tersebut dipandang memihak golongan tertentu.kata
pancasila berasal dari bahasa sansekerta dari kata panca yang artinya lima dan syila
yang artinya batu, sendi, dasar. Istilah pancasila masuk dalam khasanah kesusteraan
jawa kuno dengan lahirnya kitab Negara Kertagama karya Empu Prapanca dan kitab
Sutasoma karya Empu Tantular mengenai lima pantangan atau larangan.Unsur-unsur
ajaran yang terdapat dalam Pancasila sudah tumbuh dan berkembang jauh sebelum
Indonesia berdiri. Pancasila telah melewati beberapa kali perumusan di berbagai
konstitusi, mulai dari UUD 1945 hingga UUDS 1950.

Sebelum terbentuk rumusan pancasila sebagaimana terdapat dalam UUD 1945


dan berlaku hingga sekarang, pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional yang
disebut Panitia Sembilan berhasil menyusun sebuah naskah piagam yang dikenal
dengan Piagam Jakarta.

Di dalam naskah Piagam Jakarta tepatnya pada alinea keempat tercantum rumusan
pancasila. Rumusan pada sila pertama menuai kritik dari berbagai pihak karena
memiliki narasi yang cukup berbeda dari pancasila yang kini menjadi falsafah hidup
bangsa Indonesia.

Berikut rumusan pancasila dalam naskah Piagam Jakarta yang menuai


kontroversi:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan

5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Beberapa tokoh perwakilan dari Indonesia Timur menyatakan keberatan dengan


sila pertama dalam rumusan tersebut. Pasalnya, rakyat Indonesia tidak hanya berasal
dari kalangan muslim saja. Hal itulah yang menjadi salah satu latar belakang
perubahan rumusan sila pertama menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa."

d. Penetapan Pancasila
Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945
bersamaan dengan penetapan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945.
Rumusan Pancasila juga terdapat pada alinea keempat pembukaan UUD 1945.
B. Sejarah Pancasila Era Pasca Kemerdekaan
a. Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Lama
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengalami berbagai proses implementasi yang
berbeda-beda dari masa ke masa. Salah satu periode penerapan Pancasila dalam sejarah
Indonesia adalah pada masa Orde Lama yang dipimpin Presiden Soekarno, khususnya dari
tahun 1959 hingga 1966. Seperti diketahui, Indonesia telah mengalami tiga masa atau era
pemerintahan setelah kemerdekaan, yakni Orde Lama (1945-1966), Orde Baru (1966-1998),
serta era Reformasi dan setelahnya (1998-sekarang).
Periodesasi Orde Lama tersebut dapat diperjelas sebagai masa setelah kemerdekaan RI
(1945-1950), masa setelah pengakuan kedaulatan (1950-1959), serta masa akhir
kepemimpinan Soekarno (1959-1966).

Masa Setelah Kemerdekaan RI (1945-1950)

Sejak Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus


1945, yang terjadi setelahnya adalah hiruk-pikuk politik dan keamanan seiring masuknya
kembali Belanda ke wilayah Indonesia. Pada masa awal pemerintahan Soekarno pula
Pancasila dibentuk dan digodok. Tak hanya dasar negara, bentuk pemerintahan juga birokrasi
di dalamnya juga dirumuskan. Pembentukan negara Indonesia ini diwarnai silang pendapat
dan perdebatan panjang.

Selain harus menghadapi Belanda di berbagai front pertempuran maupun meja


perundingan, masa pemerintahan usai kemerdekaan RI kala itu juga terjadi gejolak internal.
Ada rasa ketidakpercayaan dari sejumlah golongan tertentu terhadap pemerintahan Soekarno-
Hatta. Pada 1948, misalnya, terjadi aksi di Madiun dimotori oleh Musso. Peristiwa ini kerap
disebut sebagai Pemberontakan PKI Madiun yang terjadi pada 18 September 1948. Peristiwa
PKI Madiun melibatkan beberapa partai politik atau organisasi berhaluan kiri kontra
pemerintahan Republik Indonesia pimpinan Soekarno-Mohammad Hatta. Aksi lainnya
dilakukan oleh Maridjan Kartosuwiryo pada 1949 atas nama Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia (DI/TII). Di Jawa Barat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara
Islam Indonesia (NII).

Masa Setelah Pengakuan Kedaulatan (1950-1959)


Setelah melalui rangkaian perundingan dan polemik bersenjata yang dituntaskan dengan
Konferensi Meja Bundar (KMB), Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia sebagai
negara yang merdeka dan berdiri sendiri pada 27 Desember 1949. Menjadi negara yang
berdaulat justru membuat pemerintahan Soekarno tidak stabil lantaran banyak munculnya
masalah internal, baik dari kabinet maupun ancaman dis-integrasi bangsa. Purwoko melalui
penelitannya berjudul "Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia Setelah Reformasi,
menuliskan, dalam kurun waktu 9 tahun, yakni 1950-1959, pemerintahan Indonesia (kala itu
bernama Republik Indonesia Serikat atau RIS) mengalami 7 kali perombakan kabinet. Di
berbagai wilayah, pada periode ini muncul gerakan-gerakan yang mengancam keutuhan
negara. Sebut saja pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Andi Azis, Republik
Maluku Selatan (RMS), Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), Pemerintah Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI), pemberontakan DI/TII di sejumlah daerah, dan lainnya.
Pada masa ini pula militer mulai menjadi faksi yang kuat dalam perpolitikan Indonesia
dan berperan besar dalam proses transisi pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru yang
dipimpin

Masa Akhir Orde Lama (1959-1966) Periode 1959-1966 diwarnai dengan sistem
Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin juga menjadi akhir Orde
Lama usai terjadinya peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965. Soekarno mengubah
sistem politik Indonesia menjadi Demokrasi Terpimpin melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Akibatnya, sistem perpolitikan dan pemerintahan negara bertumpu kepada Soekarno selaku
presiden. Lewat Dekrit Presiden 1959 pula, Soekarno membubarkan Konstituante.
Konstituante adalah dewan perwakilan yang bertugas untuk membentuk konstitusi baru
negara yakni UUD 1945 yang sebagian masih mengadopsi undang-undang kolonial. Dekrit
Presiden 1958 mengembalikan konstitusi ke UUD 1945 dan membentuk Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) serta Dewan Pertimbangan Agung (DPAS).

Demokrasi Terpimpin sejatinya merupakan konsep untuk membentuk ulang sistem


pemerintahan yang kacau. Dengan menjadikan presiden sebagai titik sentral pemerintahan,
Soekarno berharap dapat mencipta ulang stabilitas politik Indonesia waktu itu. Namun, yang
terjadi justru sebaliknya.

Masa Akhir Orde Lama (1959-1966) Periode 1959-1966 diwarnai dengan sistem
Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin juga menjadi akhir Orde
Lama usai terjadinya peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965. Soekarno mengubah
sistem politik Indonesia menjadi Demokrasi Terpimpin melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Akibatnya, sistem perpolitikan dan pemerintahan negara bertumpu kepada Soekarno selaku
presiden. Lewat Dekrit Presiden 1959 pula, Soekarno membubarkan Konstituante.
Konstituante adalah dewan perwakilan yang bertugas untuk membentuk konstitusi baru
negara yakni UUD 1945 yang sebagian masih mengadopsi undang-undang kolonial. Dekrit
Presiden 1958 mengembalikan konstitusi ke UUD 1945 dan membentuk Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) serta Dewan Pertimbangan Agung (DPAS).

Demokrasi Terpimpin sejatinya merupakan konsep untuk membentuk ulang sistem


pemerintahan yang kacau. Dengan menjadikan presiden sebagai titik sentral pemerintahan,
Soekarno berharap dapat mencipta ulang stabilitas politik Indonesia waktu itu. Namun, yang
terjadi justru sebaliknya. Dikutip dari tulisan bertajuk "Rantjangan Pendjelasan Pelengkap
Undang-Undang Dasar 1945" yang terhimpun dalam Buletin MPRS (1967), pelaksanaan
Demokrasi Terpimpin telah menyeleweng dari ketentuan UUD 1945. Pada pelaksanaan
Demokrasi Terpimpin, justru terjadi pelanggaran terhadap UUD 1945 dan pemerintah
cenderung menjadi sentralistik. Hal ini dikarenakan terpusat hanya kepada presiden yang
membuat kedudukan presiden sangat kuat dan berkuasa, terlebih setelah mundurnya Hatta
dari posisi wakil presiden sejak 1956. Kedudukan Pancasila pada masa Orde Lama kembali
terancam dengan terjadinya peristiwa G30S 1965 yang melibatkan orang-orang PKI dan
sebagian militer sebagai pelakunya. Tragedi G30S 1965 sekaligus menjadi awal dari akhir
rezim Orde Lama pimpinan Soekarno yang kemudian digantikan era Orde Baru sejak 1966.
Namun demikian, penerapan Pancasila semasa rezim Orde Baru di bawah komando Soeharto
sebagai Presiden RI pun tidak berjalan baik-baik saja. Kerap terjadi penyalahgunaan yang
dilakukan penguasa demi kepentingan-kepentingan politik.1
b. Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Orde Baru

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia juga diterapkan pada masa Orde Baru sejak
1966-1998, ketika Soeharto menjadi Presiden RI. Lima bunyi Pancasila juga dijadikan
sebagai landasan negara selama rezim Orba kendati sempat terjadi polemik dalam sejarahnya.
Menurut Sandra Dewi dan Andrew Shandy Utama dalam tulisan yang terhimpun di Jurnal
PPKn & Hukum (volume 13, nomor 1, 2018), terungkap bahwa Pancasila dihasilkan dari
berbagai pandangan dan nilai budaya bangsa Indonesia yang dilahirkan pada 1 Juni 1945.
Di dalam Pancasila termuat berbagai hal semacam adat istiadat, kebudayaan, agama, dan
mencerminkan wujud pribadi bangsa Indonesia itu sendiri. Berikut ini bunyi lima sila yang
ada dalam Pancasila:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Penerapan Pancasila sebagai ideologi bangsa pun berproses sesuai dengan keadaan
zamannya, termasuk pada masa Orde Baru. Lantas bagaimana sejarah penerapan ideologi
Pancasila pada masa tersebut?

Penerapan Pancasila Masa Orde Baru

Penelitian Muh. Arif Candra Jaya berjudul Implementasi Pancasila pada Masa Orde Baru
(2012) menyebutkan, Pancasila yang merupakan cerminan nilai budaya bangsa Indonesia saat
itu dikembangkan dengan mengutamakan asas kekeluargaan dan gotong royong (Demokrasi
Pancasila). Upaya penerapan Pancasila di rezim ini salah satunya adalah penyederhanaan
partai politik. Partai politik dibatasi dan hanya berjumlah tiga, meliputi Partai Demokrasi
Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golkar. Bukan hanya itu, rezim
Orde Baru mewajibkan Pancasila sebagai asas tunggal. Oleh sebab itu, baik organisasi
masyarakat hingga partai politik harus menjadikan Pancasila sebagai pedoman utama dalam
menjalankan kegiatannya.
Penerapan Pancasila juga terjadi dalam bidang sosial politik. Militer juga ikut terlibat
demi menjaga keutuhan Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia. Pada akhirnya,
kegiatan bebas yang seharusnya diperbolehkan menjadi lebih dibatasi. Atas nama Pancasila
sebagai falsafah dan dasar negara, kata Soeharto, maka ABRI (militer) dan Golkar harus
bersatu, terutama dalam menjalankan pemerintahan yang kuat dari segala ancaman. Selain
itu, tidak jarang dilakukan pembreidelan surat kabar hingga majalah kala itu. Ada juga
peristiwa penangkapan aktivis karena mengkritik pemerintahan Soeharto pada masa Orde
Baru. Dalam suatu kesempatan di depan para petinggi ABRI pada 16 April 1980 di Markas
Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), Cijantung, Soeharto mengucapkan hal yang
kemudian menuai polemik. “Yang mengkritik saya berarti mengkritik Pancasila,” tegas
Soeharto, dikutip dari harian Republika (11 November 2011). Pada 5 Mei 1980, tidak kurang
dari 50 tokoh bangsa berhimpun untuk membahas pernyataan Soeharto yang meresahkan itu.
Mereka membubuhkan tanda tangan di atas pernyataan yang diberi nama “Ungkapan
Keprihatinan”.

Penerapan Pancasila sebagai asas tunggal pada era Orde Baru dengan segala dampaknya
menuai kritik. Beberapa kalangan menyebut Soeharto telah menyalahgunakan Pancasila
untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya. Menurut Thohir Luth dalam M. Natsir, Dakwah
dan Pemikirannya (1999), orang-orang yang meneken “Ungkapan Keprihatinan” itu berasal
dari lintas kalangan: tentara, polisi, anggota parlemen, akademisi, birokrat, pengusaha,
aktivis, bekas pejabat, hingga ulama. Pancasila yang murni akan terus mengalami
perkembangan sesuai zamannya, kendati pernah disalahgunakan demi kepentingan penguasa.
Dengan begitu, pasang surut akan selalu ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.2

c. Sejarah dan Penerapan Pancasila Masa Reformasi 1998 Sampai Sekarang

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia sebagai ideologi yang dipegang teguh dalam
menjalankan kehidupan bernegara. Penerapan Pancasila pun berkembang sesuai dengan
kemajuan zaman, termasuk masa Reformasi 1998 sampai sekarang. Penerapan Pancasila
sebelum Reformasi 1998 mengalami berbagai cobaan, semisal munculnya berbagai
pemberontakan di era Orde Lama, atau upaya penyalagunaan Pancasila atas nama kekuasaan
pada rezim Orde Baru.

Di era Reformasi 1998 seiring lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan dan
selanjutnya, penerapan Pancasila juga terhalang banyak godaan. Berakhirnya Orde Baru
membuka pintu gerbang kebebasan bagi rakyat Indonesia, nyaris di semua lini kehidupan. Ai
Tin dan Asep Sutisna dalam buku ajar PPKN (2018) mengungkapkan, penerapan Pancasila
kini mendapatkan tantangan dari kondisi masyarakat Indonesia yang benar-benar mendapat
kebebasan. Di satu sisi, adanya kebebasan merupakan hal yang positif, semisal dengan
munculnya kreativitas dari anak-anak bangsa. Namun, ada juga beberapa sisi negatifnya.
Sebagai contoh adalah terjadinya pergaulan bebas, cara interaksi yang tak beretika,
penyalagunaan narkoba dan minuman keras, anarkisme-vandalisme, konflik horizontal, serta
hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

Penerapan Pancasila Di Era Digital

Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang "Mencari
Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi" pada 9 Maret 2020,
seperti dikutip dari laman resmi Lembaga Ketahanan Nasional RI, mengatakan, Pancasila
merupakan ideologi terbuka. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila bisa memadukan beberapa
nilai baru dalam kehidupan bernegara. Namun, kendati sifatnya terbuka, Pancasila harus
dijaga kemurniannya agar tidak terancam oleh ideologi-ideologi lain. Kedatangan ideologi
lain tidak terlepas dari perkembangan teknologi informasi, seperti berbagai platform sosial
media (sosmed), merebaknya media online, dan lain-lain. Oleh karena itu, penerapan
Pancasila sebaiknya memanfaatkan teknologi agar menarik perhatian generasi muda serta
masyarakat untuk lebih bisa memaknai dan mengamalkannya.

Mempraktikkan Nilai Nilai Pancasila

Penerapan nilai-nilai Pancasila juga diajarkan melalui pendidikan sekolah. Salah satunya
lewat mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN) agar generasi muda
tidak melupakan Pancasila. Melalui mata pelajaran PKN dengan kurikulum terbaru, Pancasila
bukan hanya diajarkan melalui teori, namun juga praktik di kehidupan nyata sehari-hari.
Pancasila selalu diterapkan sesuai dengan perkembangan zaman. Di masa reformasi hingga
saat ini, masyarakat tetap dapat menjalankan nilai-nilai Pancasila dengan memaksimalkan
hasil kemajuan teknologi informasi. Oleh karena itu, cita-cita dari nilai asli masyarakat
Indonesia dapat terus berkembang agar masyarakat dapat mencapai keadilan dan
kemakmuran sejalan dengan Pancasila dan UUD 1945.3
BAB III

PENUTUP

Dari makalah yang telah kami bahas di atas dapat disimpulkan Pancasila dalam konteks
sejarah perjuangan bangsa Indonesia tidak lepas dari berbagai macam hambatan. Pancasila
pertama kai dirumuskan pad saat sidan pertama BPUPKI dengan tiga perumus yakni Moh
Yamin, Dr. Soepomo, Ir. Soekarno. Kemudian ditandatangani oleh panitia Sembilan ingga
terbentuknya Pancasila dalam bentuk piagam Jakarta 1 Juni sekaligus sebagai Hari Lahirnya
Pancasila. Pancasila sendiri diusulkan oleh Ir Soekarno Pancasila yang artinya lima
unsur.Namun banyak penolakan pada Piagam Jakarta dari agama lain dan juga dari daerah
timur yang mendesak agar dirubahnya sila pertama. Hingga perubahan sila pertama agar tetap
terjaganya persatuan dan kesatuan di Indonesia.

Perubahan sila pertama pada pancasila sekaligus menjadi Pancasila sebagai dasar negara
di Indonesia.Perjuangan Bangsa Indonesia masih berlanjut pada masa pasca kemerdekaan.
Pada mada orde lama pada 1950-1966 pada masa ini Pancasila kembali memiliki hambatan
banyak tragedi salah satunya perubahan sistem Presiden seumur hidup dengan digantikannya
soekarno menjadi Soeharto yang menggoyahkan Pancasila.Orde baru terdapat penyimpangan
penerapan Pancasila seperti penyalahgunaan Pancasila atas nama kekuasaan pada rezim orde
baru.Dan terakhir masa Reformasi terhalang oleh kondisi Masyarakat Indonesia yang benar-
benar mendapatkan kebebasan, ada banyak hal positif yang meningkatkannya kreativitas
anak-anak yang mulai berkembang namun juga memiliki sisi negatif yang mengancam
keutuhan.

Sejarah perjuangan Pancasila yang cukup panjang dan memiliki banyak hambatan-
hambatan untuk mempertahankan Pancasila sekarang menjadi tugas kita menjaga keutuhan
Pancasila sebagai dasar negara.
DAFTAR PUSTAKA
1.
https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-lama-soekarno-1959-1966-
ghT

2.
https://tirto.id/sejarah-dan-penerapan-pancasila-masa-orde-baru-soeharto-1966-1998-
ghNK

3.
https://tirto.id/sejarah-penerapan-pancasila-masa-reformasi-1998-sampai-sekarang-gh2f
https://slideplayer.info/slide/2553493/?
_gl=1*1yjyr70*_ga*RjhEOXR4aDhDcnRadnNFRlJ2XzF2Y1BBcC1QWmUwem9kSWo0R0hTOVRGSk5BS
GhPcnJOUWxwb2JfdERONldvMg..

https://www.academia.edu/37405015/MAKALAH_PENDIDIKAN_PANCASILA_PANCASILA_DALAM_K
ONTEKS_SEJARAH_PERJUANGAN_BANGSA_INDONESIA

https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/sejarah-perumusan-pancasila-sebagai-dasar-
negara-dan-pandangan-hidup-bangsa

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Panitia_Sembilan

https://tirto.id/sejarah-penerapan-pancasila-masa-reformasi-1998-sampai-sekarang-gh2f

Anda mungkin juga menyukai