Anda di halaman 1dari 58

Matematika Ekonomi

NILAI WAKTU DAN UANG

Mohammad Habibi, SE. M.Si.


habaibai.moh@gmail.com
Mana yang lebih bernilai: Rp1 juta yang diterima sekarang atau Rp1
juta yang akan diterima satu tahun mendatang?
Jawabnya cukup jelas, Rp1 juta yang diterima sekarang tentunya lebih
bernilai.
Ilustrasi semacam itu merupakan contoh nilai waktu uang (time value of
money). Kenapa time value of money penting?
Setidak tidaknya ada dua alasan demikian. Pertama, risiko pendapatan
dimasa mendatang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan saat
ini. Kedua ada biaya kesempatan (opportunity cost) pendapatan masa
mendatang. Jika pendapatan diterima sekarang, kita bisa
menginvestasikan pendapatan tersebut (misal pada tabungan), dan
akan memperoleh tabungan.
Nilai waktu uang merupakan konsep sentral dalam manajement
keuangan. Ada beberapa pakar mengatakan bahwa pada dasar
manajement keuangan merupakan aplikasi konsep nilai waktu uang.
Pemahaman nilai waktu uang sangat penting dalam studi manajemen
keuangan. Banyak keputusan dan teknik dalam manajemen keuangan
yang memerlukan pemahaman nilai waktu uang. Biaya modal, analisis
keputusan investasi (penganggaran modal), analisis alternatif dana,
penilaian surat berharga, merupakan contoh-contoh teknik dan
analisis yang memerlukan pemahaman konsep nilai waktu uang.
FUTURE VALUE
Nilai Masa Mendatang untuk Aliran Kas Tungal
jika kita memperoleh uang Rp 1000,00 saat ini, dan kemudian
menginvestasikan pada tabungan dengan tingkat bunga 10%, berapa uang
kita satu tahun mendatang?

Persoalan tersebut bisa digambarkan ke dalam formula nilai masa mendatang


sebagai berikut.

FV = Po + Po(r)
=Po (1 + r)

Dimana FV = nilai masa mendatang (satu tahun)


Po = nilai saa ini
r = tingkat bunga
Persoalan diatas bisa dipecahkan dengan formula (1) di atas sebagai berikut.

Penyelesain :
FV = 1.000(1+0,1)
= 1.100
Bagan 1. Future Value Satu Periode
0 1

Rp 1.000,00

Rp. 1.000,00 (1+0,1) 1 = Rp 1.100,00


Jika periode investasi tidak hanya satu tahun,tetapi beberapa
tahun,maka formula (1) bisa diubah menjadi sebagai berikut.

FV n = PV 0 ( 1 + r )n (Formula 2)

Di mana FVn = nilai masa mendatang (tahun ke-n)


Pvo = nilai saat ini

r = tingkat bunga
n = jangka waktu
Misalkan; Rp 1.000,00 diterima pada awal tahun, berapa nilai uang kita dua
tahun mendatang?
Dua tahun mendatang (FV2) = FV1 (1 + 0,1) = 1.000 (1+0,1)(1+0,1)
= 1.000 (1 + 0,1) 2
= 1.210

Lima tahun mendatang (FV5) : 1.000 (1+ 0,1) 5 = 1.610,51

Untuk mempermudah perhitungan, kita bisa menggunakan Tabel Future


Value .
Tabel tersebut memperlihatkan kolom dan baris. Baris menunjukan periode,
dari satu sampai seterusnya, kolom menunjukan besarnya tingkat bunga
10% dan kas awal periode adalah 1.000, maka kita perlu melihat ke baris
lima (karena lima periode, atau lima tahun dalam hal ini), kemudian
kesamping kita perlu melihat kolom 10%. Pertemuan kolom 10% dan
baris lima adalah angka 1,6105. Nilai masa mendatang diperoleh dng
mengalikan 1.000 dengan 1,6105 = 1.610,51.
TABEL 1. NILAI MASA DATANG DENGAN MENGGUNAKAN TABEL

Periode 1% 2% ... 10 % 11% …

1 1,0100 1,0200 1,1000 1,1200


2 1,0201 1,0404 1,2100 1,2544
3 1,3310 1,4049
4 1,4641 1,5735
5 1,6105 1,7623
Proses menanamkan uang ke bank dengan tingkat bunga tertentu
selama periode tertentu dinamakan sebagai proses pengandaan, bunga
yang kita terima kita tanamkan sehingga menjadi bunga berganda.
Bunga berganda tersebut berbeda dengan bunga sederhana (simple
interest).
Dalam contoh periode dua tahun, jika kita menggunakan bunga sederhana,
pada akhir tahun kedua kita akan memperoleh Rp1.200,00 yang terdiri
dari bunga (2 x 10% x 1.000)=200 plus Rp1.000,00 uang awal yang kita
punyai. Jika kita menggunakan bunga berganda, kita akan memperoleh
Rp1.210,00. kelebihan 10 tersebut (dibandingkan dengan bunga
sederhana) diperoleh dari bunga atas bunga tahun pertama yang
ditanamkan kembali (Rp100,00 x 10%= Rp10,00).
Dalam contoh diatas, proses pengandaan bisa dilakukan lebih dari
sekali. Dalam situasi, proses penggandaan bisa dilakukan lebuh dari
sekali dalam setahun. Misalkan kita menabung pada awal tahun sebesar
Rp1.000,00, dengan tawaran bunga 10% per tahun. Dan digandakan
setiap semester. Berapa nilai uang kita pada akhir tahun pertama dan
kedua?
Formula (2) bisa dituliskan sebagai berikut ini untuk
memasukan penggandaan yang lebih dari sekali dalam
setahun.
FVn = Pvo ( 1 + r/k) k x n
Di mana FV = nilai masa mendatang (tahun ke-n)
Pvo = nilai saat ini
r = tingkat bunga
n = jangka waktu
k = frekuensi penggandaan

Dengan menggunakan contoh di atas, nilai uang kita pada


akhir tahun pertama dan kedua adalah:
FV1 = Rp1.000 (1 + 0,1 / 2 ) 2 x 1 = 1.102,5
Fv2 = Rp1.000 ( 1 + 0,1 / 2 ) 2 x 2 = 1.215,51
Proses penggandaan bisa diperhalus lagi, misal penggandaan dilakukan
setiap hari. Suatu bank menawarkan tabungan dengan bunga 10%,
penggandaan dilakukan setiap hari. Jika kita menabung Rp1.000,00 saat
ini, berapa nilai uang kita satu dan dua tahun mendatang?
Dengan mengansumsikan satu tahun ada 365 hari, hasil perhitungan bisa
dilihat berikut.
Satu tahun mendatang (FV1 ): 1.000[ 1+(0,1/365 ] 1 x 365 = 1.105,16
( FV2): 1.000 [1+(0,1/365 ] 2 x 365 = 1.221,37

misalkan bank tersebut bersedia menggandakan lebih sering, misal


menjadi 730 (setiap setengah hari), 1.460, 10.000 kali, dan seterusnya,
maka kita akan sampai pada penggandaan secara kontinu. Dalam
penggandaan tersebut, nilai kemudian bisa dihitung dengan

FVn = Pvo x e r x T
Di mana e = 2,71828
Dengan menggunakan formula tersebut, misal
Rp1.000,00 kita gandakan secara kontinu selama
satu dan dua tahun, maka nilai pada akhir tahun
pertama dan kedua adalah:

FV1 = 1.000 x (2,71828) 0,1 x 1 =1.105,17

FV2 = 1.000 x (2,71828) 0,1 x2= 1.221,4

Perhatikan bahwa nilai yang akan kita peroleh


semakin besar tetapi dengan tingkat
pertambahan yang semakin kecil.
1.2.Future Value
(Nilai Masa Mendatang untuk Seri Pembayaran)
Misalkan kita akan memperoleh Rp1.000,00 per tahun selama empat kali,
uang diterima pada akhir tahun, berapa nilai masa mendatang uang kita
tersebut, jika tingkat bunga yang berlaku adalah 10%? Bagan berikut ini
menggambarkan aliran kas tersebut.

0 1 2 3 4

Rp1.000,00 Rp1.000,00 Rp1.000,000 Rp1.000,000


RP1.100,00
Rp1.200,00
Rp1.331,00
Rp4.641,00
Perhatikanbahwa kita tidak menggandakan hanya satu alirankas.
Persoalan di atas juga bisa kita tuliskan sebagai berikut ini.
FV4 = 1.000( 1 + 0,1 ) 3 + 1.000 (1 + 0,1) 2 + 1.000 (1 + 0,1) 1 + 1.000
= 4.641

Aliran kas pada tahun terakhir belum sempat digandakan, karena itu nilainya
tetap Rp1.000,00. formula untuk menghitung nilai di masa mendatang
adalah sebagai berikut ini.
FVn = X [ (1 + r ) n – 1 ] / r ………….(5)
Di mana X = jimlah pembayaran kas untuk setiap periode
r = tingkat bunga
n = jumlah periode
Dengan menggunakan formula (5) kita bisa menghitung persoalan di atas
sebagai berikut ini.
FV4 = 1000 [ (1 + 0,1) 4 – 1 ] / 0,1= 4.641
Alternatif lain, kita bisa melihat tabel Future Value Sum of an
Annuity.
Term kedua dalam formula (5) [ (1 + r) n - 1 ]/r menjadi angka Future Value
Interest Factor Annuity dengan tingkat bunga r% dan periode n
(FVIFAr.t).
Dengan menggunakan tabel, tingkat bunga 10% dan periode adalah 4,kita
memperoleh angka 4,6410. dengan demikian FV4 adalah 1.000 x 4,4610 =
4.461.
Aliran kas juga bisa dibayar setiap awal tahun. Sebagai contoh misal
Rp1.000,00 yang akan kita terima selama empat kali dibayar setiap awal
tahun, dengan bunga 10%, berapa nilai masa mendatang? Persoalan
diatas disebut juga sebagai Future Value Annuity Due. Bagan berikut ini
menyajikan skema aliran kes yang akan kita terima.
Bagan 3. Future Value untuk Seri
0
Pembayaran
1 2 3 4

Rp1.000,00 Rp1.000,00 Rp1.000,00 Rp1.000,00


Rp1.100,00
Rp1.200,00
Rp1.331,00
Rp1.464,00
Rp5.105,00
Persoalan di atas sering juga disebut sebagai Future Value Annuity Due. Aliran kas di di atas
bisa kita tuliskan sebagai berikut ini.
FV4 = 1.000( 1 + 0,1)4 + 1.000(1 + 0,1)4 + 1.000( 1 + 0,1)2 + 1.000(1 + 0,1)1
= 5.105

Perhatikan bahwa semua aliran kas sempat digandakan. Rumus untuk peritungan tersebut
adalah.

FVna = X [{ (1 + r ) n - 1 } /r ] (1 + r)
Di mana FVna = Future Value Annuity Due
X = jumlah pembayaran kas untuk setiap periode
r = tingkat bunga
n = jumlah periode

Dengan menggunakan formula di atas, kita menghitung persoalan diatas menjadi berikut.

FV4 = 1.000 [{ (1 + 0,1 ) 4 - 1 } /0,1 ] (1 + 0,1) = 5.105


Jika kita ingin menggunakan tabel Future Value
Annuity, kita akan melihat tabel Future Value (lampiran
2 buku ini). Dalam hal ini kita akan melihat tingkat bunga
10% dan periode 5. titik pertemuan antara keduanya
adalah 6,105. kemudian kita mengurangkan 1 dari angka
tersebut, sehingga menjadi 5,105. kemudian kita
mengalikan 1.000 dengan 5,105, menjadi 5.105.
Perhatikan nilai dari future value annuity due lebih
besar dibandingkan dengan future value biasa. Hal
semacam ini memang yang akan diharapkan, karena
pada future value annuity due, semua aliran sempat
digandakan.
2. NILAI SEKARANG (PRESENT VALUE)
2.1 Nilai Sekarang untuk Aliran Kas Tunggal
Nilai sekarang merupakan kebalikan dari nilai kemudian. Apabila dalam nilai
masa mendatang kita melakukan penggandaan, dalam present value, kita
melakukan proses pendiskontoan (discounting process). Untuk melihat kaitan
antara future value dengan persnt value, perhatikan bahwa nilai kemudian (future
value) bisa dihitung dengan formula berikut ini.
FVn = PVo (1 + r) n
Di mana FVn = nilai kemudian, PVo = nilai sekarang, r = tingkat bunga atau ingkat
pengadaan, sedangkan n = jumlah periode. PVo bisa diartikan sebagai present
value dari aliran kas sebesar FV bisa dihitung dengan menuliskan kembali formula
di atas sebagai berikut ini.
PVo = FVn / [ (1 + r) n ]

Misalkan kita mempunyai kas sebesar Rp1.100,00 satu tahun mendatang, Rp1.121,00
dua tahun mendatang , dan Rp1.610,51 lima tahun mendatang, berapa nilai
sekarang (present value) dari masing masing kas tersebut jika tingkat diskonto yang
dipakai adalah 10%. Perhatikan bahwa Rp1.100,00 dan Rp1.610,5 merupakan nilai
kemudian yang diambilkan dari contoh sebelumnya . Bagan berikut ini
menggambarkan skema alirakas tersebut (untuk satu tahun).
Bagan 4. Present Value untuk Satu Aliran
Kas
0 1

Rp1.100,00

Rp1.100,00/ [ (1 + 0,1) 1 ] = Rp1.000,00


Dengan menggunakan rumus di atas, present value untuk
aliran kas Rp1.100,00 (tahun pertama) dan Rp 1.610,5 (tahun
kedua), bisa dihitung, sebagai berikut ini.
Misalkan proses pendiskontoan dilakukan setahun dua kali
dengan tingkat diskonto 10% per tahun, berapa nilai sekarang
aliran kas sebesar Rp1.100,00 yang akan kita terima satu
tahun mendatang? Berapa nilai sekarang aliran kas sebesar
Rp1.610,5 yang akan kita terima lima tahun mendatang?
Persoalan ini merupakan kebalikan dari future value yang,
digandakan dua kali setahun dengan tingkat bunga 10%.
Rumus berikut ini, yang merupakan kebalikan rumus future
value, bisa digunakan untuk menghitung present value dalarn
situasi di atas.
PV0 = FVn /[1 + (r/k)]n x k

Kembali kepersoalan diatas, kita bisa menghitung sebagai berikut


ini.
PV1 = 1.100/[1 + (0.1 / 2)]1 x 2 = 997,73
PV5 = 1.610,5 /[1 + (0.1 / 2)]5 x 2 = 988,71
Perhatikan bahwa karena pendiskontoan dilakukan lebih sering
frekuensinya,nilai sekarang (present value) menjadi lebih kecil
(contoh: 997,73 <1.000).
Berapa nilai sekarang dari aliran kas di atas jika penggandaan
dilakukan secara kontinu? Jika proses penggandaan dilakukan
secara. kontinu, nilai sekarang bisa dihitung dengan rumus berikut
ini.
PV0 = (FVn/ er x T), di mana: e = 2,71828
Dengan menggunakan penggandaan kontinu, nilai sekarang bisa
dihitung sebagai berikut ini.
PV1 = 1.100/(2,71828)0.1 x 1 = 904,84
PV5 = 1.610,5/(2,71828)0.1 x 5 = 976,
2.2. Nilai Sekarang untuk Seri Pembayaran Kas (Annuity)

2.2.1. Nilai Sekarang untuk Periode Terbatas


Contoh pada Bagian 2.1. hanya melibatkan
satu aliran kas saja. Misalkan kita akan
menerima pembayaran sebesar Rp1.000,00
per tahun mulaiakhir tahun ini (tahun ke-1)
selama empat kali. Berapa nilai sekarang dmi
aliran kas tersebut jika kita menggunakan
tingkat diskonto 10%? Bagar berikut ini
menggambarkan aliran kas yang akan kita
terima selama empat tabus mendatang.
Bagan 5. Present Value untuk Seri Aliran Kas
0 1 2 3 4

Rp1.000,00 Rp1.000,00 Rp1.000,00 Rp1.000,00

1.000
= 909,1
(1 + 0,1) 1

1.000
= 826,5
(1 + 0,1) 1

1.000
(1 + 0,1) 1 = 751,3

1.000
(1 + 0,1) 1 = 683,0
Persoalan di atas bisa kita tuliskan sebagai
berikut ini.

Yang kemudian bisa kita ringkas sebagai berikut


ini.

PV = 1.000 [ PVlFA(10%,4)]
PV suatu aliran kas merupakan perkalian antara nilai aliran kas per periode dengan
PVIFAr,3. Term yang terakhir ini adalah Present Value Interest Factor Annuity
dengan tingkat bunga r dan 3 periode. Untuk memudahkan perhitungan, PVIFAr,3
bisa dilihat pada tabel di lampiran 4. Untuk kolom 10% dan baris periode 3, kita
memperoleh PVIFA sebesar 3.1699. Dengan menggunakan tabel tersebut PV
tersebut bisa dihitung sebagai berikul ini,
PV = 1.000 x 3,1699 = 3.169,9PV suatu aliran kas merupakan perkalian
antara nilai aliran kas per periode dengan PVIFAr,3. Term yang terakhir ini adalah
Present Value Interest Factor Annuity dengan tingkat bunga r dan 3 periode. Untuk
memudahkan perhitungan, PVIFAr,3 bisa dilihat pada tabel di lampiran 4. Untuk
kolom 10% dan baris periode 3, kita memperoleh PVIFA sebesar 3.1699. Dengan
menggunakan tabel tersebut PV tersebut bisa dihitung sebagai berikul ini,
PV = 1.000 x 3,1699 = 3.169,9
Secara umum, formula present value annuity bisa dihitung sebagai berikut ini.
PV = C x PVIFA r,n

di mana C = aliran kas per periode (yang besarnya sama)


PVIFAr,n = Present Value Interest Factor Annuity dengan
tingkat bunga r dan periode n. PVIFAr,n bisa
dilihat pada tabel.
Sebagai alternatif tabel, kita bisa menghitung present value
aliran kas annuity dengan formula berikut ini. Bukti atau
penurunan rumus tersebut bisa dilihat pada lampiran 3 bab
ini.
PV = [C — C/ (1+r)n] r

di mana PV = present value aliran kas di masa


mendatang
C = aliran kas per periode (besarnya sama)
r = tingkat discount rate
n = jumlah periode
Kembali ke contoh di muka, berapa present value aliran kas
sebesar Rp1.000,00 per tahun mulai akhir tahun ini (tahun
ke-1) selama empat kali, dengan tingkat diskonto 10?
P = [1.000 - 1.000/(,+0,1)4]/0,l
= [1.000 — 683,0135 ] / 0,1 = 3.169,9
Pada beberapa situasi, aliran kas akan diterima pada
awal periode, bukannya pada akhir periode seperti
yang kita bicarakan sebelumnya. Persolaan di
atassering disebut sebagai Present Value Annuity
Due. Kembali ke persoalandi atas, yaitu kita akan
menerima Rp 1.000,00 per tahun selama empat
tahun dibayar awal periode;berapa present value
aliran kas tersebut? Persoalan di atas bisa dilihat
pada bagan berikut ini.
Bagan 6. Present Value untuk Seri Aliran Kas, Kas dibayar Awal
Periode (PV Annuity Due)
0 1 2 3 4

Rp1.100,00 Rp1.100,00 Rp1.100,00 Rp1.100,00

1.000
= 909,1
(1 + 0,1) 1

1.000
= 826,5
(1 + 0,1) 1

1.000
(1 + 0,1) 1 = 751,3

PV = 3.486,9
Persoalan di atas bisa juga dituliskan sebagai berikut ini.

Perhatikan bahwa dalam persoalan present value annuity due


tersebut, aliran kas digandakan sekali lagi. Karena itu, formula
yang bisa di untuk persoalan di atas (present value annuity
due) adalah sebagai berikut :
PV = {[C-(C/(1+r)n]/r)}(1+r)
Kembali ke persoalan di atas, jika kas diterima 1.000 setiap
tahun selama empat kali, kas dibayar pada awal periode,
maka nilai kas tersebut adalah :
PV = {[1.000-1.000/(1+0,1)4)]/0,1 }(1+0,1) = 3.486,9
2.2.2. Nilai Sekarang untuk Kas yang Tidak
Sama Besarnya
Dalam beberapa situasi, kita akan
menerima kas yang besarnya sama untuk
setiap periodenya. Misalkan kita akan
menerima kas selama empat tahun, besarnya
adalah Rpl.000,00, Rpl.500,00, Rp2.000,00,
Rp3.000,00, untuk tahun 1, 2, 3, dan 4.
Pembayaran kas dilakukan pada akhir periode.
Berapa nilai kas tersebut saat ini. Bagan
berikut ini menggambarkan situasi tersebut.
Bagan 7. Present Value untuk Seri Aliran Kas
0 1 2 3 4

Rp1.000,00 Rp1.500,00 Rp2.000,00 Rp3.000,00

1.000
= 909,1
(1 + 0,1) 1

1.500
= 1.239
(1 + 0,1) 2

2.000
(1 + 0,1) 3 = 1.502

2.000
(1 + 0,1) 4 = 2.049
PV = 5.700
2.2.2. Nilai Sekarang untuk Kas yang Tidak
Sama Besarnya
Dalam beberapa situasi, kita akan
menerima kas yang besarnya sama untuk
setiap periodenya. Misalkan kita akan
menerima kas selama empat tahun, besarnya
adalah Rpl.000,00, Rpl.500,00, Rp2.000,00,
Rp3.000,00, untuk tahun 1, 2, 3, dan 4.
Pembayaran kas dilakukan pada akhir periode.
Berapa nilai kas tersebut saat ini. Bagan
berikut ini menggambarkan situasi tersebut.
Bagan 8. Present Value Aliran Kas dengan Periode Tidak
Terhingga
0 1 2 ................. ….

Rp1.000,00 Rp1.000,00 …………….. Rp1.000,00

1.000
= 909,1
(1 + 0,1) 1

1.000
= 826,5
(1 + 0,1) 2

1.000
(1 + 0,1) - = 0,000
Persoalan di atas bisa juga dituliskan sebagai berikut ini

Tentunya menghitung aliran kas sampai periode tidak terhingga


sangat sulit. Untungnya kita bisa melakukan beberapa
penyederhanaan (manipulasi) sehingga aliran kas tersebut bisa
disederhanakan menjadi berikut ini.
PV = 1.000/0,1 = Rp10.000,00
Secara umum untuk aliran kas yang konstan yang akan kita terima
sampai periode tidak terhingga, present value aliran kas tersebut
adalah
PV = C/r
di mana C = aliran kas per periode
r = tingkat diskonto
Lampiran bab ini menunjukkan bukti (proof)bahwa persoalan
perpetuity tersebut bisa disederhanakan menjadi formula di atas.
2.2.4. Nilai Sekarang untuk Periode yang Tidak Terbatas, Aliran Kas
Tumbuh dengan Tingkat Pertumbuhan Terteiitu

Dalam contoh sebelumnya, aliran yang kita


terima adalah sama (konstan sampai jangka
waktu tidak terhingga. Misalkan kita mempunyai
aliran kas yang akan tumbuh dengan tingkat
pertumbuhan konstan. sebagai contoh, suatu
saham membagikan dividen pada awal tahun
sebesar Rp1.000,00. Perusahaan tersebut akan
meningkatkan dividen sebesar 5% per tahun
untuk periode tidak terhingga. Berapa present
value aliran kas tersebut jika tingkat diskonto
yang kita pakai adalah 10%? Bagan berikut ini
menyajikan persoalan tersebut.
Bagan 9. Aliran Kas Tumbuh Tidak Terbatas dengan
Tingkat Pertumbuhan Tertentu
0 1 2 ................. ….

Rp1.000,00 (1,05) 1 Rp1.000,00 (1,05) 2 Rp1.000,00 ( 1,05)

1.050
= 909,1
(1 + 0,1) 1

1.102,5
= 826,5
(1 + 0,1) 2

1.000 (1,05 ) -
(1 + 0,1) - = -
Present value aliran kas tersebut bisa kita tuliskan sebagai berikut ini.

Sama seperti pada persoalan sebelumnya, tentunya akan


sangat sulit menghitung aliran kas dengan waktu tidak terhingga.
Tetapi seri pembayaran di atas bisa disederhanakan menjadi rumus
berikut ini.
PV = 1.050 / (0,1 – 0,05) = 21.000
Rumus di atas bisa kita generalisasi menjadi sebagai berikut ini.

Jika r lebih kecil dari g, maka rumus di atas tidak bisa dipakai.
Lampiran di akhir bab menunjukkan bukti (proof) kenapa hasil
demikian akan diperoleh.
3. Tingkat Bunga Efektif

Pada waktu kita membicarakan penggandaan dengan frekuensi lebih


dari satu, kita melihat bahwa nilai masa mendatang berbeda (lebih besar
dalam hal ini) dengan nilai masa mendatang yang digandakan sekali dalam
setahun. Tingkat bunga efektif ingin menghitung tingkat bunga ‘efektif’,
yaitu tingkat bunga yang memperhitungkan proses penggandaan yang
lebih dari sekali. Rumus tingkat bunga efektif bisa dihitung sebagai berikut
ini.

Tingkat bunga efektif (TBE) = (1 + r / m)m – 1

Misalkan ada dua tabungan A dan B. A menawarkan tingkat bunga 11.5%


dan digandakan sekali setahun. B menawarkan tingkat bunga 11% dan
digandakan setiap hari. Berapa tingkat bunga efektif keduanya?

TBEA = (1+0,115)1-1 = 0,115 atau 11,5%


TBEB = (1 + 0,11 /365)1x365 - 1 = 0,1163 atau 11,63%
Tingkat bunga nominal tabungan A lebih besar dibandingkan
dengan tingkat bunga nominal tabungan B. Tetapi tingkat bunga
efektif tabungan B lebih baik dibandingkan dengan tingkat tabungan
efektif A. Dengan demikian tabungan B lebih menarik dibandingkan
dengan tabungan A.
Tingkat bunga efektif bisa diperluas untuk menghitung seri
aliran kas, sehingga tidak hanya proses compounding yang
dibicarakan, tetapi juga nilai waktu uang (karena kas yang
dibayarkan melewati lebih dari satu periode).
Misalkan ada dua tawaran kredit sepeda motor. Harga kas sepeda
motor tersebut adalah Rp10 juta. Tawaran pertama: pembayaran
cicilan sebesar Rp1 juta per bulan selama 12 kali. Tawaran kedua:
downpayment dan biaya pemrosesan sebesar Rp4 juta, cicilan
Rp750.000,00 per bulan selama 10 kali. Tawaran mana yang lebih
menarik? Kedua tawaran tersebut tidak. bisa dibandingkan satu
sama lain secara langsung. Keduanya mempunyai jumlah cicilan dan
jangka waktu yang berbeda. Karena itu kita perlu menghitung
tingkat bunga efektif agar kedua tawaran tersebut bisa
diperbandingkan satu sama lain (comparable). Aliran kas kedua
tawaran tersebut bisa digambarkan sebagai berikut ini.
Tawaran pertama:
10 juta = [1 juta/(1 +r)1] + [1 juta/ (1 +r)2] + ... + [1 juta/(I +r)12]
Tawaran kedua:
10 juta = 4 juta + [750.000 / (1 + r)1] +[750.000 / (1 + r)2]
+ … + [750.000/(1+r)10]
6juta =[750.000 (1 + r)1] + [750.000 /(1 + r)2] + … +
[750.000 / (1 + r)10]

Untuk tawaran kedua, karena Rp4 juta, dibayarkan pada awal


tahun, maka pinjaman efektif yang kita peroleh adalah Rp. 6 juta
(Rp. 10 juta – Rp. 4 juta; Kemudian kita akan membandingkan r (IRR
atau Internal Rate of Return) kedua tawaran tersebut. IRR atau r
bisa diinterpretasikan sebagai tingka bunga efektif untuk aliran kas
semacam itu. Dari perhitungan Excel (denga fungsi = IRR (A 1 ...
A11, 0.1)), r untuk tawaran pertama dan kedua adala 3% dan 4%,
per bulan. Tawaran pertama dengan demikian menawarka tingkat
bunga efektif yang lebih rendah, dan karenanya lebih menarik.
4. Aplikasi Nilai Waktu Uang
4.1. Pinjaman Amortisasi
Bank CBA menawarkan pinjaman, senilai Rp10 juta, yang bisa dicicilper
tahun selama 10 tahun, tingkat bunga yang dibebankan adalah 10%. Jika
cicilan tersebut jumlahnya sama setiap periodenya, berapa besarnya cicilan
tersebut?
Persoalan di atas bisa dilihat sebagai persoalan present value annuity. Skema
aliran kas tersebut bisa dilihat sebagai berikut ini.

atau
Rp10juta= X [PvlFA10%,10]

Dari tabel di lampiran, terlihat nilai PVIFA10%,10adalah 6,145. Perhitungan lebih


detail (rinci) menunjukkan bahwa PVIFA10%,10 adalah 6,1445567. Dengan
demikian X bisa dicari:
X = Rpl0 juta / 6,144567
= Rpl.627.454,00
Cicilan per tahun adalah Rpl.621.454,00, dari cicilan tersebut yang dibayarkan
untuk bunga dan untuk cicilan pokok pinjaman.
Tabel 2. Bunga, Cicilan Pinjaman dalam Pinjaman Amortisasi
Pembayaran Pembayaran Saldo Akhir
Tahun Bunga
Cicilan PokokPinjaman Pinjaman
1 1.627.454 1.000.000 627.453.9 9.372.546
2 1.627.454 937.254,6 690.199.3 8.682.347
3 1.627.454 868.234,7 759.219.3 7.923.127
4 1.627.454 792.312,7 835.141.2 7.087.986
5. 1.627.454 708.798,6 918.655.3 6.169.331
6 1.627.454 616.933,1 1.010.521 5.158.810
7 1.627.454 515.881,0 1.111.573 4.047.237
8 1.627.454 404.723,7 1.222.730 2.824.507
9 1.627.454 282.450,7 1.345.003 1.479.504
10 1.627.454 147.950,4 1.479.504 0
10.000.000

Dari tabel tersebut terlihat bahwa pada tahun-tahun awal sebagian besar cicilan
dialokasikan untuk membayar bunga,
sementara porsi untuk pembayaran cicilan pinjaman lebih kecil. Pada, tahun-tahun
akhir, hal yang sebaliknya terjadi.
4.2 Present Value suatu seri Pembayaran
Seorang Bapak sedang mempertimbangkan sebuah
rumah. Harga rumah tersebut kalau dibayar tunai
adalah Rp45 juta. Tetapi dia bisa membeli dengan
kredit dengan cicilan jumlahnya 12 kali (12 tahun) yang
dibayar per tahunnya sama. Uang muka yang harus
dibayarkan adalah Rp10 juta. Apabila cicilan per
tahunnya adalah Rp5 juta, berapa tingkat bunga yang
ditawarkan kepada Bapak tersebut?
Persoalan tersebut bisa dilihat sebagai berikut ini.
Dengan menggunakan software Excel, r didapatkan
yaitu 9,45%. Dengan demikian tingkat bunga yang
ditawarkan kepada orang tersebut adalah 9,45% per
tahun. Jika kita ingin menggunakan tabel, persamaan di
atas bisa kita rubah lagi menjadi sebagai berikut,
atau
35 juta = 5 juta x PVIFA (r, 12)
atau
PVIFA (r,12) = 35juta / 5juta = 7

Dari tabel present value annuity, dengan melihat baris 12, angka
7 ditemukar antara kolom 9% (7.161) dengan 10% (6.814).
Interpolasi bisa dilakukan, dari hasilnya adalah 9,46%.
Teknik Interpolasi dilakukan sebagai berikut ini.
Bagan 10. Interpolasi Tingkat Bunga

Tingkat Bunga

10%

M=?

9%

6,814 7 7,161 PV = Annuity


Tugas kita adalah mencari nilai M. Nilai M bisa dicari dengan cara
berikut ini.

Atau

10 – M = – 0.186 / 0.347 atau M = 10 – 0,54 = 9,46


Interpolasi mengasumsikan hubungan tingkat bunga dengan
PV annuity bersifat linear. Dalam kenyataannya, hubungan
tersebut tidak bersifat linear. Tetapi jika kita melakukan
interpolasi antara duatitik yang dekat satu sama lain, maka
perbedaan antara garis linear dan garis lengkung tidak
signifikan, sehingga interpolasi bisa digunakan dan
menghasilkan angka yang relatif akurat.
4.3. Future Value Seri Pembayaran

Suatu keluarga mempunyai anak yang berumur enam


tahun. Sepuluh tahun mendatang anak tersebut diharapkan
sudah memasuki perguruan tinggi. Pada saat itu harus ada
dana sebesar Rp100 juta. Tingkat bunga saat ini 15%. Berapa
uang yang harus ditaruh di bank setiap akhir tahun, jika ada
10 kali setoran?
Persoalan tersebut bisa dituliskan sebagai berikut ini.
Bagan 11. Future Value Kas Perguruan Tinggi
0 1 2 ……….. 10

X X X

X(1,5) 8

X(1,5) 9
Rp100 juta

Persoalan di etas bisa dituliskan sebagai berikut ini.


Rp100 juta = X(1+0,15)9 + X(1+0,15)8 +……+ X(1+0,15)1 + X
Rp100 juta = X . FVIFA(15%, 10)
Rp100 juta = X x 20,304
X = Rp100 juta /20,304 = Rp4,925juta
4.4. Present Value antara Dua, Periode
Misalkan kita akan menerima dana sebesar Rp1juta mulai 21 tahun
mendatang sampai pada akhir tahun ke-30. Berapa present value aliran
kas tersebut, jika tingkat bunga yang relevan adalah 10%?
Jawab: Dengan menggunakan tabel PVIFA, terlihat bahwa tingkat
bunga 10% untuk periode 30 adalah 9,427, sedangkan untuk periode 20
adalah 8,514. Karena kita membutuhkan PVIVA dari tahun 21 ke-30, maka
kita mengurangkan 8,514 terhadap 9,427 (9,427 – 8,514 = 0,913). Present
value aliran kas tersebut adalah 0,913 x Rp 1 juta = Rp913.000,00.

4.5. Analisis Komponen Tabungan dari Tawaran Asuransi


Misalkan kita ditawari asuransi sebagai berikut ini (lihat tabel). Tabel
tersebut menyajikan umur, jenis kelamin (P = pria, W = wanita), dan
besarnya premi asuransi untuk periode pembayaran lima, sepuluh, dan
lima betas tahun.
Tabel 3. Premi Tahunan untuk Asuransi dengan Tangguagan Rp100 juta
5 10 15
Umur P/W Umur P/W Umur P/W
TAHUN TAHUN TAHUN
20 P 4.051.000 20 P 2.248.000 20 P 1.886.000

W 3.741.000 W 2.060.000 W 1.721.000


25 25 25
P 5.528.000 P 3.113.000 P 2.690.000

W 5.222.000 W 2.925.000 W 2.519.000

30 P 7.980.000 30 P 4.580.000 30 P 3.927.000

W 7.615.000 W 4.353.000 W 3.719.000

35 P 11.287.000 35 P 6.672.000 35 P 5.772.000

W 10.731.000 W 6.313.000 W 5.440.000

40 P 16.876.000 40 P 10.325.000 40 P 9.097.000

W 16.120.000 W 9.922.000 W 8.706.000

45 P 25.866.000 45 P 16.208.000 45 P -
W 25.030.000 W 15.831.000 W
-
Jika usia kita. 25 tahun (pria), kemudian memilih uang
tanggungan sebesar Rp100 juta, dan pembayaran premi sela-
ma 10 tahun (10 kali, karena premi dibayar pada setiap
tahun), make kita hares membayar premi tahunan sebesar
Rp3.1 13.000,00. Manfaat yang kita peroleh adalah sebagai
berikut ini. Pada usia 55 tahun (usia pensiun), kita akan
memperoleh kas sebesar Rp100 juta. Kemudian, 15 tahun
berikutnya, kita akan memperoleh uang bulanan sebesar Rpl
juta selama 15 tahun (berarti sampai usia 70 tahun), yang
berarti kits akan menerima total Rp180 juta. Pada usia ke-70,
kita akan memperoleh kas masuk lagi sebesar Rp100 juta.
Total penerimaan dengan demikian. Rp380 juta (Rpl00 juta +
Rp180 juta + Rp100 juta), dengan timing yang berbeda-beda.
Ada beberapa ketentuan. lain:
1. Jika kita meninggal pada masa pembayaran premi,
maka sisa premitidak perlu dibayar, ahli waris
menerima santunan sebesar Rp100 juta pada saat
kematian kita, dan manfaat pensiun tetap dibayar
sesuaidengan skedul.
2. Jika kita meninggal setelah premi lunas (berarti
sesudah usia kita mencapai di atas 35 tahun), ahli
waris akan menerima santunan sebesar Rp100 juta,
dan manfaat pensiun tetap dibayar sesuai skedul.
3. Jika kita meninggal pada masa pensiun, maka ahli
akan menerima uang santunan Rp100 juta, manfaat
pensiun yang sudah diterima tidak dikembalikan, dan
manfaat pensiun yang belum diterima tetap dibayar
sesuai skedul.
Pertanyaan:
1. Bagaimana menggunakan konsep nilai waktu uang untuk mempelajari
tawaran tersebut?
2. Apakah tawaran tersebut menarik?

Untuk menjawab pertanyaan pertama, kita bisa menuliskan rencana


skedul kas sebagai berikut ini (misal premi dibayar pada akhir tahun, yang
berarti pada usia 26), dengan mcngasumsikan kita akan hidup sampai usia
70 tahun.

26 ……………..…. 35 55 56 ……………………. 70

-3,11 -3,113 10 12 112


juta juta juta juta juta
Pada tahun ke-26 (usia 26 tahun) sampai tahun ke-35, kita akan
mengeluarkan premi sebesar Rp3,113 juta. Setelah itu, pada usia 55
tahun, kita akan menerima kas masuk sebesar Rp100 juta. Kemudian, kita
akan menerima kas masuk sebesar 1 juta per bulan, mulai Januari tahun
ke-56 sampai tahun ke-70. Untuk mempermudah analisis, kita jumlahkan
aliran kas bulanan menjadi aliran kas tahunan (yang berarti menjadi Rp I
juta x 12 = Rp12 juta), kemudian aliran kas tersebut diasumsikan
dibayarkan pada akhir tahun.
Dengan skedul aliran kas tersebut, kita bisa menghitung tingkat
keuntunganbunga aliran kas tersebut, seperti terlihat berikut ini.
-3,113 juta / (1+ r)1 - ... -3,113 juta / (1+ r)10 = 100 juta / (1+ r)30 + 12 juta/
(1+ r)31+ ... + 112 juta / (1+ r)45
Dengan menggunakan excel dan fungsi IRR, r ditemukan sekitar
8,1%. Dengan kata lain, jika kita menerima tawaran asuransi
tersebut, dan kita hidup same; umur 70 tahun, maka tingkat
keuntungan kita adalah 8,1% per tahun. Apakah tingkat keuntungan
tersebut menarik? Jika dibandingkan dengan tingkat bunga
deposito sekitar 14% per tahun (pada akhir tahun 2002), kemudian
jika pajak adalah 15%, maka tingkat bunga deposito bersih adalah
11,9% per tahun, maka komponen pajak dari asuransi tersebut
tidak menarik.
Apakah dengan demikian asuransi tersebut tidak menarik?
Asuran menyediakan jasa proteksi (perlindungan) terhadap, dalam
hal ini, kematia Jika kita meninggal dunia sebelum lunas, maka kita
(lebih tepatnya ahli wari akan memperoleh keuntungan. Misalkan
satu tahun setelah kita mengikuti program tersebut, kita meninggal
dunia, berapa tingkat keuntungan kita? Bagan berikut ini
menggambarkan skedul aliran kas jika kita meninggal satu tahun
setelah mendaftar asuransi.
26 27 ……….. 35 55 56 ………….. 70

-3,11 100 -3,113 10 12 112


juta juta juta juta juta juta

Aliran kas di alas bisa dituliskan sebagai berikut ini.


3,113 juta / (1+ r)1 = 100 juta / (1 + r)2 + 100 juta / (1+ r)30+ 12 juta
/ (I + r)31... + 112 juta /(1 + r)45
Dengan menggunakan excel dan fungsi IRR, r ditemukan
sebesar 3112% p tahun. Tingkat keuntungan tersebut
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat bunga
deposito. Sayangnya kita tidak akan perriah tahu kapan
kits ak; meninggal. Probabilitas seorang individu akan
meninggal, ditinjau dari kac meta individu tersebut,
sangat sulit dihitung. Bagi perusahaan asuran
probabilitas kematian untuk kelompok tertentu akan
lebih mudah dihitung. Misalkan saja, probabilitas
kematian kelompok usia 25 – 30 tahun, bisa dihitul
dengan menggunakan data historis. Setelah probabilitas
tersebut dihitun perusahaan asuransi bisa menghitung
keuntungan yang diharapkan dengan lebih mudah. Untuk
investor, komponen asuransi (perlindungan) dari asuransi
let sulit dihitung dibandingkan dengan komponen
tabungannya.
Rangkuman
Konsep nilai waktu uang merupakan konsep dasar dan penting
dalam manajemen keuangan. Konsep tersebut mengatakan
bahwa Rp1 yang diterima saat ini lebih bernilai dibandingkan
dengan Rp1 yang akan diterima beberapa saat mendatang
(misal satu tahun mendatang). Ada dua konsep untuk
memformalkan konsep nilai waktu uang yaitu future value
(nilai mesa mendatang) dan present value (nilai sekarang).
Kedua konsep tersebut bisa diaplikasikan untuk aliran kas
tunggal, serf aliran kas, periode terbatas, periode tidak
terbatas, dan variasi-variasi lainnya. Pada bagian akhir dibica-
rakan aplikasi konsep nilai waktu uang seperti untuk analisis
pinjaman dan analisis tabungan.

Anda mungkin juga menyukai