Anda di halaman 1dari 15

Pancasila Sebagai Dasar Negara

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Pancasila

Dosen Pengampu : Lukman Hakim ,SPd.I, M.Pd.I

Disusun oleh kelas A-Reg PGMI


Kelompok 1 :
1. Siti Hajar Setyaningsih (2110310019)
2. Ilman Abdallah (2110310020)
3. Amalia Fasichah (2110310021)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2O21
BAB I
A. LATAR BELAKANG

Sebagai dasar negara, ketangguhan Pancasila di era reformasi saat ini kembali diuji.
Matahari terbit 67 tahun yang lalu pada bulan Juni 1945, menyambut lahirnya konsep yang
sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila. Pancasila memang karunia
Tuhan Yang Maha Esa, dan kemudian menjadi bintang cahaya bagi masa depan seluruh rakyat
Indonesia, tidak hanya sebagai pedoman kemerdekaan, tetapi juga alat pemersatu dalam
kehidupan berbangsa yang harmonis, dan kehidupan sehari-hari bagi orang-orang Indonesia. Dan
telah dinyatakan dengan jelas sebagai dasar dan falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila mengandung toleransi, siapa yang menantang Pancasila berarti menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan forum yang cukup fleksibel, yang dapat memuat gagasan-
gagasan positif yang dianut oleh bangsa Indonesia. Dan ideologi positif lainnya memiliki
keleluasaan yang cukup untuk mengembangkan diri.
Ketiga, karena sila Pancasila terdiri dari nilai dan norma positif yang sesuai dengan
kehidupan bangsa Indonesia, serta nilai dan norma yang bertentangan, maka Pancasila pasti akan
menolak, seperti atheisme dan berbagai bentuk kepercayaan non-agama. Otoritarianisme juga
ditolak karena bangsa Indonesia manusiawi dan berusaha menjadi manusia yang bermoral.
Alasan keempat adalah karena orang Indonesia sejati sangat menyukai Pancasila dan
percaya bahwa Pancasila itu nyata dan tidak bertentangan dengan keyakinan dan agamanya.
Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. Makna Pancasila
2. Pengertian Pancasila sebagai Falsafah Negara

C. Tujuan
1. Memahami pancasila iu sendiri
2. Memahami Pancasila Sebagai Falasafah Negara
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menyingkap Makna Pancasila

Pancasila Secara Etimologis Secara etimologi (bahasa), Pancasila berasal dari bahasa
Sansekerta, yaitu “panca” berarti lima dan “sila (syila)” berarti batu sendi atau dasar. Kata
“sila” berasal dari kata “susila,” yaitu tingkah laku yang baik. Jadi, Pancasila adalah lima
batu sendi atau lima tingkah laku yang baik.1
Menurut Mr. Mohammad Yamin (1903-1962)2, istilah Pancasila dalam bahasa
Sansekerta, mamiliki dua macam arti, yaitu:
1. Pancasila yang berarti berbatu sendi yang lima (consisting of 5 roels)
2. Pancasila dengan huruf Dewanagari, dengan huruf “i” panjang bermakna lima peraturan
tingkah laku yang penting.
Lebih lanjut, menurutnya, perkataan Pancasila telah menjadi istilah hukum, yang dipakai
oleh Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 tentang sila yang lima.
Dari berbagai penjelasan mengenai Pancasila dapat disimpulkan bahwa secara etimologis
Pancasila mengandung arti lima dasar peraturan, dimana peraturan tersebut menjadi suatu
acuan pokok bagi kehidupan, suatu acuan pokok bagi penilaian terhadap sikap maupun
tingkah laku seseorang.
Pancasila secara terminologis yaitu sebagaimana yang terdapat dalam Pembukaan UUD
1945 yang terdiri atas empat alinea yang di dalamnya tercantum rumusan Pancasila yang
terdiri dari Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/ kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.3
Rumusan tersebut dihasilkan pada sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

1
Sunaryo Wreksosoehardjo, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila sebagai Pemandu Reformasi, (Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Press, 2011), hal. 136.
2
Prof. Mr. Mohammad Yamin, SH lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 dan meninggal di
Jakarta, 17 Oktober 1962 (usia 59 tahun). Ia adalah sastrawan, budayawan, sejarawan, politikus, ahli hukum, salah
satu perintis puisi modern Indonesia, pelopor Sumpah Pemuda dan “Pencipta imaji keindonesiaan,” yang
mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.
3
Ngudi Astuti, Pancasila dan Piagam Madinah, hal. 34-5.
(PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 yang berhasil mengesahkan Undang-undang Dasar Negara
Indonesia 1945 (UUD 1945). Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 inilah yang secara konstisional sah dan benar sebagai dasar negara Republik
Indonesia.

B. Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil perjuangan para pendiri negara. Mereka
adalah orang-orang yang berjuang untuk mendirikan bangsa dan negara Indonesia. Jasa-
jasanya sudah seharusnya selalu kita kenang atau ingat. Seperti yang diucapkan oleh
Proklamator Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno, ”Jangan sekali-kali melupakan sejarah”.
Pernyataan tersebut lebih dikenal dengan singkatan ”Jasmerah”. Tidak melupakan sejarah
perjuangan bangsa, merupakan kewajiban seluruh warga negara sebagai bangsa Indonesia.
Melupakan sejarah perjuangan bangsa sama artinya dengan menghilangkan identitas bangsa
Indonesia.
Para pendiri negara, telah merumuskan dan menetapkan dasar negara. Hal itu dalam
rangka menggapai cita-cita nasional sebagai negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil,
dan makmur. Dasar negara Pancasila berguna untuk mengantarkan kemerdekaan dan
kejayaan bangsa Indonesia. Pada bab ini, kalian akan mempelajari sejarah dan nilai dalam
perumusan serta penetapan Pancasila sebagai dasar negara. Selain itu, akan kita pelajari juga
bagaimana Pancasila dihayati oleh bangsa Indonesia di tengah kehidupan bangsa yang
beragam agar tercipta keharmonisan. Diharapkan setelah mempelajari bab ini, kalian akan
mensyukuri dan menghargai proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar
negara.
A. Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
1. Pembentukan BPUPKI
Bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang dalam melawan penjajah. Kita pernah
mengalami penderitaan ketika dijajah oleh Belanda. Sejarah juga mencatat, kekalahan
Belanda oleh Jepang dalam perang Asia Timur Raya menyebabkan bangsa Indonesia dijajah
oleh Jepang. Ibarat pepatah ”lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya”, tepat kiranya
untuk menggambarkan bagaimana kondisi penderitaan bangsa kita saat itu. Penderitaan
akibat pelaksanaan kebijakan tentara Jepang terhadap bangsa Indonesia, yaitu sebagai
berikut.
a. Pelaksanaan kerja paksa. Hal ini menyebabkan banyak laki-laki Indonesia dikirim
hingga ke Burma (Myanmar) untuk melakukan pekerjaan pembangunan dan pekerjaan berat
lainnya dalam kondisi yang buruk. Ribuan orang Indonesia meninggal dan hilang pada saat
kejadian itu berlangsung.
b. Pengambilan paksa. Saat itu, tentara Jepang mengambil makanan, pakaian dan
berbagai keperluan hidup lainnya secara paksa dari keluarga-keluarga di Indonesia, tanpa
memberikan ganti rugi.
c. Perbudakan paksa. Perempuan-perempuan Indonesia banyak dipekerjakan secara paksa
oleh tentara Jepang. Selain itu, banyak menahan dan memperlakukan warga sipil di kamp-
kamp tahanan dalam kondisi sangat buruk (Ruswandi Hermawan dan Sukanda Permana,
2009 :61 dengan pengubahan).
2. Perumusan Dasar Negara
Dasar negara merupakan pondasi berdirinya sebuah negara. Ibarat sebuah bangunan,
tanpa pondasi yang kuat tentu tidak akan berdiri dengan kokoh. Oleh karena itu, dasar negara
sebagai pondasi harus disusun sekuat mungkin sebelum suatu negara berdiri.
Ketua BPUPKI dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat pada pidato awal sidang pertama,
menyatakan bahwa untuk mendirikan Indonesia merdeka diperlukan suatu dasar negara.
Untuk menjawab permintaan Ketua BPUPKI, beberapa tokoh pendiri negara mengusulkan
rumusan dasar negara. Rumusan yang diusulkan memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Namun demikian, rumusan-rumusan tersebut memiliki persamaan dari segi materi dan
semangat yang menjiwainya. Pandangan para pendiri negara tentang rumusan dasar negara
disampaikan berdasarkan sejarah perjuangan bangsa dan dengan melihat pengalaman bangsa
lain. Meskipun diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, tetapi tetap berakar pada
kepribadian dan gagasan besar dari bangsa Indonesia sendiri.
Usulan mengenai dasar Indonesia merdeka dalam sidang pertama BPUPKI secara
berurutan dikemukakan oleh Muhammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno. Pada sidang
BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin, saat mengusulkan rancangan dasar
negara Indonesia mengatakan bahwa :
”...rakyat Indonesia mesti mendapat dasar negara yang berasal daripada peradaban
kebangsaan Indonesia; orang timur pulang kepada kebudayaan timur.”
”... kita tidak berniat, lalu akan meniru sesuatu susunan tata negara negeri haram. Kita
bangsa Indonesia masuk yang beradab dan kebudayaan kita beribu-ribu tahun umurnya.”
(Risalah Sidang, halaman 12).
Muhammad Yamin mengusulkan secara lisan lima dasar bagi negara Indonesia merdeka,
yaitu sebagai berikut.
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Sosial
Setelah selesai berpidato, Muhammad Yamin menyampaikan konsep mengenai dasar
negara Indonesia merdeka secara tertulis kepada ketua sidang, konsep yang disampaikan
berbeda dengan isi pidato sebelumnya. Asas dan dasar Indonesia merdeka secara tertulis
menurut Muhammad Yamin adalah sebagai berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya, pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan pidatonya tentang
dasar negara. Menurut Soepomo, dasar negara Indonsia merdeka adalah sebagai berikut.
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Soepomo juga menekankan bahwa negara Indonesia merdeka bukanlah negara yang
mem-persatukan dirinya dengan golongan terbesar dalam masyarakat dan tidak
mempersatukan dirinya dengan golongan yang paling kuat (golongan politik atau ekonomi
yang paling kuat). Akan tetapi mengatasi segala golongan dan segala paham perorangan,
mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyat. (Saputra, 2013)
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 menyampaikan pidato tentang dasar negara
Indonesia merdeka. Usulannya berbentuk philosophische grondslag atau weltanschauung.
Philosophische Grondslag atau Weltanschauung adalah fundamen, filsafat, pikiran, jiwa,
hasrat yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan Indonesia merdeka yang kekal dan
abadi. Negara Indonesia yang kekal abadi itu dasarnya adalah Pancasila. Rumusan dasar
negara yang diusulkan olehnya adalah sebagai berikut.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Pada akhirnya, pembelajaran mengenai materi “Perumusan dan Penetapan Pancasila
sebagai Dasar Negara” akan mudah diserap oleh para peserta didik berkat kemampuan guru
sebagai fasilitator murid dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dilihat dan ditinjau dari
segi dan cara murid belajar, menangkap dan menyerap ilmu dengan karakteristik mereka
yang berbeda-beda, menyelesaikan setiap pokok permasalahan yang terdapat di dalam materi
juga tak terlepas dari cara guru dalam memberi “kunci” kepada mereka demi proses
pembelajaran yang setidaknya jauh lebih baik dibandingkan metode dan cara-cara
sebelumnya.
C. Kelebihan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai ideologi memiliki ciri utama sebagai ideologi nasional. Ini merupakan
pandangan dan cara bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai tujuannya, yaitu
masyarakat adil dan makmur. Pancasila merupakan ideologi nasional karena digali dan
dirumuskan untuk tujuan membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila memberikan
pedoman dan pedoman bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan antar warga negara, serta
menjalin hubungan internal antara warga negara dengan ibu pertiwi.
Pandangan Ir. Soekarno ini merupakan pengulangan dari apa yang dia katakan dalam
pidato pada hari ulang tahun Panchasila pada 1 Juni. Bukti bahwa ideologi Pancasila lebih
unggul dari kedua ideologi tersebut adalah karena Pancasila memuat pokok-pokok pikiran
sedemikian rupa:
Pertama, sila Ketuhanan mencakup ideologi dan sudut pandang orang Indonesia yang
menganut berbagai agama, yaitu ada kebebasan untuk percaya atau tidak, dan kebebasan
untuk berpindah agama (berkeyakinan). Bahkan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan-
pun, karena toleransinya yang sudah menjadi sifat bangsa Indonesia, mengakui bahwa
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan karakteristik dari bangsanya,
sehingga mereka menerima sila Pertama ini.
Kedua, Nasionalisme Indonesia (sila ke-3 dari Pancasila) bukanlah Chauvinisme (sikap
kesetiaan yang ekstrem). Bangsa Indonesia tidak menganggap diri lebih unggul dari bangsa
lain. Tidak pula berusaha untuk memaksakan kehendaknya kepada bangsa-bangsa lain. Di
Barat, Nasionalisme berkembang sebagai kekuatan agresif yang mencari daerah jajahan demi
keuntungan ekonomi nasionalnya. Di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Nasionalisme adalah
gerakan pembebasan, gerakan protes terhadap penjajah akibat penindasan Barat.
Ketiga, Internasionalisme (sila Kemanusiaan yang adil dan beradab) menghendaki setiap
bangsa mempunyai kedudukan yang sederajat, setiap bangsa menghargai dan menjaga hak-
hak semua bangsa.
Keempat, demokrasi (sila ke-4 dari Pancasila) telah ada sejak dahulu di bumi Indonesia
meskipun bentuknya beda dengan demokrasi yang ada di Barat. Demokrasi di Indonesia
mengenal tiga prinsip: mufakat, perwakilan, dan musyawarah.
Kelima, Keadilan Sosial. Pada sila ini terkandung maksud untuk keadilan dan
kemakmuran sosial, jadi bukan keadilan dan kemakmuran individu. Hanya dalam suatu
masyarakat yang makmur berlangsung keadilan sosial.Mereka yang ikut di belakang
Soekarno pada waktu itu adalah: para pejabat tinggi dan para politisi. Mereka terdiri atas para
panglima militer, ulama besar dari berbagai agama yang ada di Indonesia. Ada pimpinan
Partai Komunis Indonesia, ada perwakilan dari golongan Katolik dan Protestan, dan ada pula
sejumlah pimpinan dari golongan nasionalis Delegasi tersebut terdiri dari perwakilan buruh,
petani, kelompok perempuan dan kaum intelektual.
Mengingat Pancasila, khususnya demokrasi musyawarah, tidak ada di demokrasi Barat,
Ir. Soekarno mengajak negara-negara di seluruh dunia untuk mengikuti ideologi Pancasila.
Maka Ir. Soekarno mengatakan dalam pertemuan itu, “Metode musyawarah semacam ini
dapat dilaksanakan, karena perwakilan negara kita berharap semua metode ini akan berhasil.
Pancasila kemudian dijadikan sebagai tafsir tunggal, petunjuk, kekakuan, dan dimaksudkan
untuk “menghukum” lawan politik pemerintah. Padahal, menurut semangat para pejuang
kemerdekaan, Pancasila yang diinginkan Ir. Soekarno yang diajukan ke Sidang Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 30 September 1960 memang berusaha mengembalikan
Pancasila dan tafsirnya. Namun, situasi saat ini berbeda dengan saat Soekarno masih
berkuasa. Indonesia yang sekarang, bahkan mulai Orba berkuasa, sudah dicengkram oleh
kekuatan.
D. Pancasila Sebagai Falsafah Negara

Secara etimologis istilah ”filsafat“ merupakan padanan dari kata falsafah (Arab) dan
philosophy (Inggris) berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” yang berakar dari kata
“philos” atau “philein” yang berarti mencintai, sahabat, kekasih. Dan Sophia berarti
kebijaksanaan, kearifan, hikmat. Jadi Philosophia berarti mencintai kebijaksanan, mencintai
kearifan, atau mencintai hikmat.
Pengetahuan mengenai kebijaksanaan memberikan kebenaran kepada orang yang
mencintai kebijaksanaan, karena itu yang mencarinya adalah orang yang mencintai
kebenaran. Mencintai kebenaran sendiri adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu
sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan
berpikir sedalam-dalamnya atau kata lainnya yaitu merenung. Hasil filsafat disebut filsafat
atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan suatu yang paling
bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.

1. Pancasila sebagai Dasar falsafah Negara dalam pidato yang disampaikan tanggal 1
juni 1945 oleh Ir. Soekarno
Dalam penyampaian pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertama kalinya beliau
mengusulkan Falsafah Negara dengan perumusan dan tata urutannya sebagai berikut:
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan
2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah dalam Naskah Politik yang Bersejarah (Piagam
Jakarta)
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) istilah
Jepangnya Dokuritsu Junbi Cosakai, telah membentuk beberapa panitia kerja yaitu:
1) Panitia perumus terdiri dari 9 orang tokoh, pada tanggal 22 Juni 1945, telah berhasil
menyusun sebuah naskah politik yang sangat bersejarah dengan nama piagam Jakarta,
kemudian tanggal 18 Agustus 1945, naskah itulah yang ditetapkan sebagai naskah
rancangan pembukaan UUD 1945.
2) Panitia perancang Undang- Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang
kemudian membentuk panitia kecil perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr.
Soepomo. Panitia ini berhasil menyusun suatu rancangan UUD-RI.
3) Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta
4) Panitia Pembela Tanah Air (PETA) yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso.

3. Pancasila Sebagai Dasar falsafah Negara dalam Pembukaan UUD 1945


Sesudah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
menyelesaikan tugasnya dengan baik,kemudian dibubarkan dan pada tanggal 9 Agustus
1945,dibentuklah PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ) sebagai penggantinya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno didampingi oleh Mohammad Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia ke seluruh dunia. Keesokan harinya
PPKI mengadakan sidangnya yang pertama dengan mengambil keputusan penting:
1) Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945
2) Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945
3) Memilih dan mengangkat Ketua dan wakil ketua PPKI yaitu Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta, masing-masing sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia.
Tugas Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh KNIP ( Komite Nasional
Indonesia Pusat ) dan pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI memutuskan pembagian wilayah
Indonesia kedalam 8 Provinsi dan setiap Provinsi dibagi dalam karesidenan-karesidenan. Dan
juga menetapkan pembentukan departemen-departemen pemerintahan. Dalam Pembukaan
UUD Proklamasi 1945 alinea IV yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
itulah Pancasila yang dicantumkan secara resmi, autentik, dan sah menurut hokum sebagai
dasar falsafah Negara Republik Indonesia, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut:
1) Kemanusiaan yang adil dan beradab
2) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan
3) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara dalam Mukaddimah Konstitusi RIS 1949
Bertempat di kota Den Haag (Netherland atau Belanda) mulai tanggal 23 Agustus sampai
dengan tanggal 2 September 1949 diadakan Kinferensi Meja Bundar (KMB). Adapun
delegasi dari Indonesia dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta, delegasi dari Bijeenkomstvoor
Faderale Overleg (BFO) dipimpin oleh Sutan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin
oleh Van Marseveen.
Sebagai tujuan diadakannya KMB itu adalah untuk menyelesaikan perseengketaan antara
Indonesia dengan Belanda secepatnya dengan cara yang adil dan pengakuan akan kedaulatan
yang penuh, nyata, dan tanpa syarat kepada RIS (Republik Indonesia Serikat)
Salah satu hasil keputusan pokok dan penting dari KMB yaitu bahwa pihak Kerajaan
Belanda mengakui kedaulatan Indonesiasepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut
kembali oleh Kerajaan Belanda dengan waktu selambat-lambatnya tanggal 30 Desember
1949. Demikianlah di Amsterdam Belanda tepatnya pada tanggal 27 Desember 1949, Ratu
Yuliana menandatangani Piagam pengakuan Kedaulatan Negara RIS.
Pada waktu yang sama dengan KMB dikota Den Haag, di kota Scheveningen
(Netherland) disusun pula Konstitusi RIS yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember
1949. Walaupun bentuk Negara Indonesia telah berubah dari Negara kesatuan RI menjadi
Negara berserikat RIS dan konstitusi RIS telah disusun di negeri Belanda jauh dari tanah air
kita, namun demikian pancasila tetap tercantum sebagai dasar falsafah Negara didalam
mukaddimah pada alinea IV Konstitusi RIS 1949, dengan perumusan dan tata urutan sebagai
berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Prikemanusiaan.
3) Kebangsaan.
4) Kerakyatan.
5) Keadilan Sosial.
5. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara dalam Mukaddimah UUD Sementara RI
(UUDS-RI 1950)
Sejak Proklamasi kemerdekaannya, bangsa Indonesia mengehendaki bentuk Negara
kesatuan (unitarisme) oleh karena bentuk Negara Serikat tidaklah sesuai dengan cita-cita
kebangsaan dan jiwa Proklamasi.
Demikianlah semangat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia tetap membara, sebagai
hasil gemblengan para pemimpin Indonesia sejak lahirnya Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei
1908, kemudian dikristalisasikan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Satu Nusa, Satu
Bangsa dan Satu Bahasa. Oleh karena itu, pengakuan kedaulatan negara RIS menimbulkan
pergolakan-pergolakan di negara-negara bagian RIS untuk bersatu dalam bentuk negara
kesatuan RI sesuai dengan Proklamasi Kemerdekaan RI.
Sesuai Konstitusi, negara federal RIS terdiri atas 16 negara bagian. Akibat pergolakan
yang semakin gencar menuntut bergabung kembali pada negara kesatuan Indonesia, maka
sampai pada tanggal 5 April 1950 negara federasi RIS, tinggal 3 (tiga) negara lagi yaitu : RI
Yogyakarta. Negara Sumatera Timur (NST). Negara Indonesia Timur (NIT).
Negara federasi RIS tidak sampai setahun usianya, oleh karena terhitung mulai tanggal
17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyampaikan Naskah Piagam, pernyataan
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berarti pembubaran Negara Federal
RIS (Republik Indonesia Serikat).
Pada saat itu pula panitia yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo mengubah konstitusi
RIS 1949 (196 Pasal) menjadi UUD RIS 1950 (147 Pasal). Perubahan bentuk negara dan
konstitusi RIS tidak mempengaruhi dasar falsafah Pancasila, sehingga tetap tercantum dalam
Mukadimah UUDS-RI 1950, alinea IV dengan perumusan dan tata urutan yang sama dalam
Mukadimah Konstitusi RIS yaitu :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Prikemanusiaan.
3) Kebangsaan.
4) Kerakyatan.
5) Keadilan Sosial.
6. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara dalam Pembukaan UUD 1945 Setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum
untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru. Pada
akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia dan Konstituante yang
dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956.
Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal membentuk suatu
UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950. Dengan kegagalan konstituante tersebut, maka
pada tanggal 5 Juli 1950 Presiden RI mengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi
pernyatan :
a) Pembubaran Konstuante.
b) Berlakunya kembali UUD 1945.
c) Tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
d) Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap menjadi dasar
falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dengan perumusan dan
tata urutan seperti berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

E. Tujuan pancasila dijadikan segagai dasar negara


Alasan Pancasila dijadikan sebagai tujuan negara antara lain sebagai berikut:
1. Hasil berpikir/pemikiran para leluhur bangsa Indonesia
2. Dianggap sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia
3. Dianggap sebagai norma-norma dan nilai-nilai yang paling benar dan sesuai bagi
bangsa Indonesia
F. Fungsi utama pancasila
Pancasila memiliki fungsi sebagai berikut:
1 Pandangan hidup bangsa
2. Dasar negara Republik Indonesia
3. Cerminan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia
Dasar hukum yang menyatakan bahwa Pancasila dipilih sebagai dasar negara tertera di dalam
beberapa dokumen dan tercantum di dalam perundang undangan negara Indonesia sebagai
berikut :
1. Dalam pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945
2. Naskah politik yang bersejarah :
a. naskah perundang – undangan negara RI
b. naskah reacangan pembukaan UUD 1945 (piagam jakarta )
c. naskah pembukaan UUD 1945 alenia IV
d. pembukaan UUD 1945 alenia IV setelah dekrit presiden RI tanggal 5 Juli 1959
Uraian di atas menunjukkan bahwa setiap negara yang merdeka dan berdaulat tentu
memiliki dasar negara. Untuk menentukan sebuah dasar negara ditentukan oleh bebarapa faktor
antara lain: 1) nilai-nilai sosial budaya, 2) patriotisme: 3) nasionalisme yang telah terkristalisasi
dalam perjuangan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan negara yang hendak dicapai.
Bagi bangsa Indonesia, dasar negara yang dianut adalah Pancasila. Dalam tinjauan
yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara berkedudukan sebagai norma objektif dan
norma tertinggi dalam negara, serta sebagai sumber segala sumber hukum sebagaimana tertuang
dalam:
1. TAP MPRS No XX/MPRS/1966.
2. jo TAP MPR/1973,
3. jo TAP MPR No IX /MPR/1978
4. TAP MPR no. XVIII/MPR/ 1998 berisi penegasan kembali Pancasila

DAFTAR PUSTAKA

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran
Tujuh.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran
Tujuh.
Rohani, Edi. 2019. Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Aktualisasi Nilai-
nila Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Perspektif Santri Pengertian Filsafat.
Wonosobo: Gema Media.
Saputra, Lukman Surya, dkk. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai