Disusun Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Matkul Pancasila yang berjudul "Pancasila dalam Prespektif Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia".
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila semester I
dengan dosen pengampu Ella Susanty M.pd. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Pancasila yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini dan orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami.
Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dengan segala kerendahan
hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas yang lain pada waktu mendatang.
B. Latar Belakang
Sudah tidak asing bagi kita berbicara tentang Pancasila sebagai dasar negara bangsa
Indonesia. Berbicara tentang Pancasila sebagai dasar negara bangsa Indonesia sudah biasa. Di
mana Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, itu mengatur penyelenggaraan negara, termasuk
ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan keamanan-pertahanan. Suatu negara pada
dasarnya dibangun di atas suatu landasan, yang kemudian digunakan sebagai landasan.
Pengertian dasar negara sendiri adalah landasan, yang dapat memberikan kekuatan untuk
berdirinya negara.
Secara fakta historis, pada tanggal 1 Juni 1945 dijadikan hari lahirnya Pancasila Itu
berasal dari pidato Ir. Soekarno pada sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ir. Soekarno menyebut lima dasar filosofis. Pada 18 Agustus
1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Pancasila sebagai dasar
negara. Nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong, adat istiadat, budaya, dan kepercayaan
religius, sudah ada di masyarakat Indonesia jauh sebelum disahkan. Nilai-nilai ini diciptakan
oleh para pendiri negara, yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia. Oleh karena itu, untuk
memahami Pancasila dan hubungannya dengan jati diri Indonesia secara keseluruhan, kita harus
memahami sejarah berdirinya bangsa Indonesia dan pembentukan Pancasila sebagai dasar
negara. karena berhubungan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
C. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari makalah yang berjudul “Pancasila Dalam Perspektif Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia” adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah terbentuknya pancasila?
2. Apa saja nilai-nilai pancasila dalam perspektif sejarah?
3. Bagaimana proses perumusan pancasila?
D. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila dan menambah wawasan kita mengenai Pancasila dalam perspektif sejarah perjuangan
bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Soekarno adalah tokoh sentral dalam kelahiran Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945. menyatakan
bahwa dirinya bukan “pencipta”, tetapi “penggali”:
Kenapa diucapkan terima kasih kepada saya, kenapa saya diagung-agungkan, padahal toh sudah
sering saya katakan, bahwa saya bukan pencipta Pancasila. Saya sekedar penggali Pancasila daripada
bumi tanah air Indonesia ini, yang kemudian lima mutiara yang saya gali itu, saya persembahkan
kembali kepada bangsa Indonesia (Soekarno dalam Latif, 2011: 21). Sebenarnya nilai yang terkandung
dalam Pancasila itu sudah ada dan dihidupi oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu. Soekarno hanya
mengambil yang baik, menyempurnakan yang kurang baik, dan mengkritik yang tidak baik.
1. Ketuhanan
Masyarakat Indonesia sangat religius. Berbagai agama ada di Indonesia dan diakui oleh
hukum negara. Masyarakat telah mempercayai adanya Hyang Gaib sejak zaman pratulis.
Kepercayaan masyarakat terus berkembang, dan karena percampuran kepercayaan, banyak orang
mengalami inkulturasi unik. Oleh karena itu, Soekarno berpendapat bahwa Indonesia harus
mengutamakan semua kebertuhanan yang dihidupkan oleh masyarakat. Indonesia harus menjadi
negara yang melindungi semua kebertuhanan masyarakatnya secara adil.
Pandangan ini menjadi dasar Soekarno untuk memunculkannya sila “Ketuhanan yang
berkeadaban” . beliau ingin negara tidak mengganggu urusan agama orang dari berbagai aliran
dan kepercayaan. Negara hanya mengharuskan perilaku dari penganut kepercayaan dan aliran
agama tertentu untuk mempertahankan kebudayaan.
2. Kemanusiaan
Panggilan kepada tetangga atau orang lain dengan sebutan seperti Om, Pak, Buk, Bude,
Pak de, dan sebagainya, adalah contoh dari budaya Indonesia. Ini adalah cara untuk
menunjukkan rasa hormat, kasih sayang, dan persaudaraan terhadap orang lain. Maka ada
ungkapan yang berbunyi “Tetangga adalah saudara terdekat kita” . Ucapan bela sungkawa, ikut
bahagia itu juga termasuk bentuk rasa empati (kemanusiaan).
3. Persatuan
Pada sebelum abad ke 20, rakyat Indonesia melakukan perjuangan yang sifatnya
kedaerahan dan biasanya dipimpin oleh seorang bangsawan, dimana para bangsawan itu hanya
memikirkan kondisi daerahnya saja. Kemudian setelah abad 20, warga Indonesia memulai
perlawanan pada kolonialisme dengan bersatu dan memiliki satu tujuan, yakni memerdekakan
Indonesia. Dari sini, masyarakat Indonesia sadar, bahwa yang mereka butuhkan adalah bersatu
untuk mengusir penjajah.
4. Kerakyatan
Sila kerakyatan, dalam formulasi asli yang disusun oleh Soekarno adalah
musyawarah/demokrasi. Dengan berlandaskan pada formulasi asli, beliau menginginkan kaitan
antara praktek musyawarah yang telah turun temurun dalam masyarakat Indonesia dengan
konsep demokrasi yang berasal dari Barat. Jiwa dari permusyawarahan adalah mencari
keputusan terbaik bagi semua pihak yang terkait atau yang dewasa ini dikenal sebagai win-win
solution.
Dasar negara merupakan pedoman dan pandangan hidup bagi seluruh rakyat di suatu
negara. Dalam pelaksanaannya Indonesia merumuskan dasar negara pada saat sidang BPUPKI
yang kedua. BPUPKI didirikan oleh penjajah jepang sebagai janji dari kemerdekaan yang telah
lama dijanjikan oleh penjajah jepang. BPUPKI dibentuk dengan tujuan untuk mempersiapkan
kemerdekaan serta menjadi wadah untuk merumuskan dasar negara dan UUD 1945. Dalam
sidang BPUPKI para tokoh bangsa yaitu Moh Yamin, Dr Soepomo, dan Ir Soekarno saling
bermusyawarah terkait perumusan dasar negara. Adanya permusyawaratan ini mencerminkan
nilai sila keempat yaitu nilai musyawarah.
5. Kesejahteraan/Keadilan sosial
"Ada satu bait dalam UUD 1945 yang menegasakan bahwa pemerintah siapapun harus
melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
segenap bangsa." Prinsip bahwa pemerintah harus melindungi warganya telah mengakar dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
Penerapan isi konsep kekuasaan jawa yang tepat akan mendatangkan ”negeri ingkang
apanjang-apunjung, pasir wukir loh jinawi, gemah ripah, karta tur raharja” ( negara yang tersohor
karena kewibawaannya yang besar, luas wilayahnya ditandai oleh pegunungan sebagai latar
belakangnya, sedang di depannya terdapat sawah yang sangat luas, sungai yang selalu mengalir,
dan pantainya terdapat pelabuhan yang besar). Menunjukkan pemimpin harus memeperhatikan
kesejahteraan rakyatnya, dan bersikap murah hati.
Nilai pancasila harus menjadi landasan dan pedoman dalam membentuk dan
penyelenggaraan negara. Termasuk menjai sumber dan pedoman dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan. Hal ini berarti perilaku para penyelenggara negara dalam pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintah. Negara harus sesuai peraturan undangsebuah yang mewakili nilai
nilai pancasila. Dengan peraturan yang berlandaskan nilai nilai pancasila makna merasa adil dan
tidak adil dapat diminimalkan. Hal itu disebabkan pancasila sebagaidasar negara. Peraturan
tersebut berlaku untuk semua tanpa ada perlakuan diskriminatif bagi siapa pun. Oleh Karena itu
lah pancasila memberikan arah nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Dengan mereka diharapkan warga negara dapat memahami dan melaksanakan
pancasila dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari kegiatan yang sederhana.
Indonesia adalah negara yang berbentuk pulau pulau, sehingga memiliki banyak
keberagaman. Seperti suku-suku yang ada di Indonesia yaitu ada Jawa, Melayu, Batak,
Minangkabau, Betawi, Bugis, Sunda, Banten, Banjar, Bali, Sasak, Makasar, Cirebon, dan
sebagainya. Dari segi keberagaman kepercayaan, ada Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha, Konghucu, dan berbagai Aliran kepercayaan. Dari segi kebudayaan, setiap suku
mengembangkan budaya dan adat istiadat masing-masing. Kemudian bagaimana menciptakan
“keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia” dalam masyarakat yang penuh
keberagaman? Adilkah apabila kebudayaan Jawa yang mayoritas dipaksakan untuk diikuti oleh
semua suku lainnya? Adilkah apabila nilai dan norma agama Islam yang mayoritas dipaksakan
untuk diikuti oleh semua pemeluk agama/kepercayaan lainnya? Tidak adil bukan?.
Keadilan hanya dapat terwujud apabila setiap masyarakat menghargai mengakui dan
menghargai keberagaman setiap kepercayaan serta menjaga suku, kepercayaan, kebudayaan, dan
bahasa setiap pemeluknya. Sikap bersedia mengakui dan menjaga keberagaman itulah yang
disebut Pluralisme.
Pluralisme adalah suatu paham atau pandangan hidup yang menerima kemajemukan
keanekaragaman dalam masyarakat. Kemajemukan bisa dari segi agama, suku, ras, adat, dan
banyak hal lainnya. Menerima kemajemukan artinya menerima perbedaan dan menerima hal-hal
yang tidak sama. Pluralisme berasal dari dua kata yaitu plural yang artinya jamak atau lebih dari
satu dan isme yang berarti ajaran. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan sistem sosial dan
politiknya. Pluralisme sebetulnya selaras dengan bangsa Indonesia terlebih lagi apabila melihat
pedoman dari bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi
tetap menjadi satu jua, yang mengingatkan kita betapa pentingnya pluralisme untuk menjaga
persatuan dari kebhinekaan bangsa, asalkan pengertian pluralisme adalah toleransi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kajian ini menunjukkan bahwa Soekarno berpikir kritis tentang banyak sila-sila Pancasila
untuk mendapatkan unsur-unsur kebudayaan Indonesia yang dapat menopang Negara Indonesia
selamanya. Soekarno mengambil demokrasi dari kebudayaan asing untuk membuat Indonesia
dapat berkembang menjadi masyarakat yang adil dan makmur.
Pada bagian formulasi Pancasila yang terjadi pada sidang BPUPKI yang pertama, terjadi
penyimpangan dalam penyusunan sejarahnya. Nugroho Notosusanto berusaha memperkecil
peran Soekarno melalui menokohkan Muhammad Yamin sebagai orang yang ditempatkan
sebagai pengusul pertama.
Daftar Pustaka
Abraham,Gina, Gizela, Fakhris , Weka . (2021). “Pancasila Dalam Perspektif Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia” Universitas Jenderal Soedirman . [diakses 28 september 2023].
Melalui https://www.studocu.com/id/document/universitas-jenderal-soedirman/akuntansi-
akreditasi-a/makalah-pancasila-dalam-perspektif-sejarah-perjuangan-bangsa/43374456##
Purwanta, H. (2018). Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Jurnal
Candi, 18(2), 124-137.