DISUSUN OLEH :
NAMA : MOH ADITYA
STAMBUK : 22130084
KELAS : M1M21
Foto 4x6
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “Lahirnya Pancasila dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Moh Aditya
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pancasila Sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia........................................................ 3
2.2 Sejarah Pancasila............................................................................................................... 8
2.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara....................................................................................... 9
2.4 Pancasila dimasa Saat Ini..................................................................................................10
2.5 Penerapan Pancasila pada Dampak Globalisasi................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang besar dan heterogen. Disebut
bangsa yang besar karena jumlah penduduknya menempati urutan keempat terbanyak
setelah RRC, Amerika Serikat dan India. Indonesia juga bangsa yang heterogen karena
terdiri atas banyak suku bangsa dengan berbagai macam agama, budaya, bahasa dan adat
istiadat. Kita patut bersyukur bahwa bangsa yang besar dan heterogen ini dapat bersatu
dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Banyak bangsa-bangsa yang besar
dalam sejarahnya hancur karena tidak mampu mempertahankan semangat persatuan dan
kesatuan. Mengapa bangsa Indonesia mampu mempertahankan persatuan dan kesatuan?
salah satu jawabannya adalah karena kita telah sepakat Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi nasional Indonesia. Nilai- nilai luhur Pancasila merupakan kesepakatan
bersama dan menjadi titik temu antarkelompok dan golongan masyarakat Indonesia.
Sebagai ideologi negara, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya diterima dan dijadikan
acuan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, kita perlu
memelihara dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara.
1
Darmodhiharjo (1991:11) dalam tulisannya mengungkapkan bahwa pancasila
adalah Dasar Negara, pandangan hidup, ideologi, Pancasila sebagai kepribadian bangsa,
dan Pancasila sebagai filsafat. Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa Pancasila
adalah landasan ideologis sekaligus dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila adalah
filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa
Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam.
Pancasila adalah pandangan hidup bagi bangsa Indonesia yang asas-asasnya wajib
diamalkan agar tercipta kehidupan yang aman dan tentram serta selaras dengan perintah
Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kita juga harus mengetahui dan memahami sejarah
Pancasila agar kita selalu menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara
Indonesia Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia, yang berkedaulalan rakyat, dengan berdasarkan kepada:
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluk□pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan-perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Dari alinea ke dua rancangan naskah proklamasi yang dikenal luas dengan
nama Piagam Jakarta itu, dapat dilihat bahwa dasar negara Pancasila dirumuskan
sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
pemelukpemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4
Hadikusumo akhirnya mau menerima usulan Hatta untuk mengganti kata
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Adapun penggerak Islam
lainnya, yaitu Wachid Hasjim tidak hadir saat memenuhi usul Hatta. Penerimaan
penggerak Islam itu mengambil rumusan Pancasila mencapai bentuk yang
sempurna dan disahkan pada sidang PPKI (Purwanta 2018).
b. Era Kemerdekaan
Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan,
Pancasila mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan
Indonesia pada 1945, Pancasila melewati periode-periode percobaan demokrasi.
Pada kala itu, Indonesia masuk ke dalam kurun percobaan demokrasi multi-partai
dengan sistem lembaga parlementer. Partai-partai politik zaman itu tumbuh sangat
subur, dan taktik politik yang ada cenderung selalu berhasil bagian dalam
mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri, 2006). Pancasila saat
masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, akhir tahun 1959, Pancasila
melewati era kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem demokrasi
terpimpin. Pada zaman itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali
kebijakan terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik
integrasi paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, tata ini seakan
menyimpang ideal-ideal yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya
adalah sila permusyawaratan. Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah kejadian
bersejarah di Indonesia dimana partai komunis berusaha melakukan
pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno memberikan
kewenangan untuk Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini menemukan kurun awal
orde baru dimana kelak Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada zaman
itu menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa negeri presiden
Soeharto kemudia menjadicore-values (Somantri, 2006), akhirnya kembali
menodai ideal-ideal dasar yang sesungguhnya tertera dalam Pancasila itu sendiri.
Pada 1998, pemerintahan presiden Suharto berhenti dan Pancasila kemudian
masuk ke dalam era baru yaitu era demokrasi (Kasbal 2017).
5
Pancasila, terutama bagian dalam tata kenegaraan. Maka dari itu, Pancasila
diimplementasikan dalam struktur yang berbeda-beda.
Pada periode tahun 1945 sampai pakai 1950, nilai persatuan dan kesatuan
rakyat Indonesia masih tinggi karena menghadapi Belanda yang masih ingin
mengamankan daerah jajahannya di Indonesia. Namun, setelah penjajah dapat
diusir, bangsa Indonesia mulai memperoleh tantangan dari dalam. Dalam
kehidupan politik, sila keempat yang mementingkan musyawarah dan mufakat
tidak dapat dilaksanakan karena demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
parlementer. Presiden semata-mata berfungsi sebagai kepala negara, sedangkan
kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Sistem ini mengakibatkan
tidak adanya stabilitas pemerintahan.
Pada periode tahun 1956 kait tambah 1965, dikenal sebagai demokrasi
terpimpin. Akan tetapi, demokrasi justru tidak berpusat pada kekuasaan rakyat
yang mewujudkan amanah nilai- nilai Pancasila, kepemimpinan berada pada
kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui ‘Dekrit Presiden’. Oleh karena itu,
terjadilah berbagai penyimpangan definisi terhadap Pancasila dalam konstitusi.
Akibatnya, Presiden Soekarno menjadi presiden yang otoriter, mengangkat
dirinya menjadi presiden dengan masa jabatan seumur hidup. Selain itu, terjadi
politik konfrontasi karena digabungkannya nasionalis, agama, dan komunis, yang
6
terbukti tidak cocok dengan konsep Negara Indonesia. Terbukti bahwa pada masa
ini adanya dekadensi moral di masyarakat yang tidak lagi jiwa bersendikan nilai-
nilai Pancasila, serta berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi
lain. Dalam menjelmakan Pancasila, Presiden Soekarno melaksanakan
pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut dengan USDEK. Untuk
mengarahkan perjalanan bangsa, beliau memusatkan pentingnya memegang teguh
Undang-Undang Dasar 1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin,
ekonomi terpimpin, dan kepribadian nasional. Akan tetapi, hasilnya adalah terjadi
rencana kudeta oleh PKI dan lengsernya Presiden Soekarno dari jabatannya.
Pada masa ini juga, Presiden Soekarno membubarkan partai Islam terbesar
di Indonesia, Partai Masyumi, karena dituduh terlibat dalam pemberontakan
regional berideologi Islam. Kepentingan-kepentingan politis dan ideologis yang
saling berlawanan antara Presiden Soekarno, militer, Partai Kominis Indonesia
(PKI), serta kelompok Islam telah menimbulkan struktur politik yang sangat labil
pada awal tahun 1960-an, sampai akhirnya melahirkan Gerakan G 30 S/PKI yang
berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama (Utama and Dewi 2018).
e. Era Reformasi
Kata ‘reformasi’ secara etimologis berasal dari kata reform, sedangkan
secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu kiprah yang memformat
ulang, membereskan ulang, membereskan ulang hal-hal yang menyimpang
untukdikembalikan pada format atau bentuk mulanya sesuai tambah nilai-nilai
7
ideal yang dicita-citakan rakyat. Reformasi juga diartikan perubahan dari
paradigma pola tempo ke paradigma pola baru untuk menuju ke kondisi yang
lebih baik sesuai dengan harapan.
Dewantara (2017: 145), dalam tulisannya menyatakan bahwa bangsa dan negara
Indonesia merupakan suatu bangsa yang besar. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai
ragaman sosial, kelompok eknis, budaya,agama dan apirasi politik, sehingga bangsa ini
8
secara sederhana dapat disebut dengan masyarakat multikultular. Multikultural
menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kederajatan.
9
sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik
Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan
rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia. Pengertian
Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan
sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 196 yang menandaskan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh
PPKI atas nama bangsa rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Momerandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan ketetapan
No.XX/MPRS/1966.
10
tapi untuk melindungi penjahat-penjahat atau koruptor-koruptor di kalangan para
pengusaha negara, dan juga terorisme.
Kerukunan beragama sebenarnya dituntut oleh Pancasila, juga jauh dari kenyataan
di Indonesia saat ini. Dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa masnyarakat bebas
beragama. Dengan demikian negara indonesia bisa saling menghargai sesama umat, dan
juga bisa terlaksana ibadahnya dengan baik. Dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
masyarakat dan negara indonesia semakin paham untuk tidak melanggar aturan yang ada
atau yang ditegakan oleh pemerintah. Pemerintah adalah orang yang mengatur segalah
lalu lintas yang yang membuat aturan-aturan yang ada. Maka dari itu masayarakat dan
negara Indonesia semakin jaya, dan menghormati aturan yang ada, yakni aturan yang
dibuat oleh pemerintah. Dengan sila ketuhanan ini nagara indonesia tidak ikut campur
dalam atruran agama, Karena setiap agama mempunya aturan-aturan yang ditegakkan
oleh umat. Oleh sebab itu warga negara atau masyarakat indonesia semakin jaya dan
saling menghargai dan menghormati agama, dan sekaligus masyarakat bisa melaksanakan
ibadahnya atau kepercayaannya masing-masing.
Pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 tentu ada dalam suatu posisi filosofis
tertentu. Artinya, pidato ini ada dalam konteks pidato-pidato para tokoh yang lain (yang
tentunya mempunyai posisi filosofis dan ideologis yang berbeda). Pada sidang yang
pertama (31 Mei 1945), Soepomo menguraikan tiga teori tentang berdirinya suatu negara.
Aneka teori tersebut adalah: teori individualistis (dengan Thomas Hobbes, John Locke,
Rousseau, Herbert Spencer, dan Laski sebagai pijakan filosofisnya), teori golongan/kelas
(dengan Marx, Engels, dan Lenin sebagai filosof rujukannya), dan teori integralistik
(dengan Spinoza, Adam Muller., dan Hegel sebagai pijakan filosofisnya). Menurut
Soepomo, Indonesia haruslah merupakan negara integralistik. Mengapa? Karena dalam
negara integralistik inilah ada persatuan antara pemimpin dan rakyatnya.
11
Negara seperti ini cocok dengan aliran pikiran ketimuran dan masyarakat
Indonesia yang ada dalam adat. Dengan kata lain, Soepomo hendak mengatakan bahwa
negara integralistik khas Indonesia mempunyai pijakan filosofis yang jelas. Ideologi yang
hendak ditolak bagi bangunan Indonesia merdeka, menurut Soepomo, dengan demikian
adalah federalisme (yang encuatkan keterpecahan) dan individualisme-liberalisme (yang
menekankan kebebasan mutlak bagi individu), dan juga monarki. Pada pidato berikutnya.
M. Yamin juga mengatakan bahwa Indonesia baru nanti menolak paham federalisme,
feodalisme, monarki, liberalisme, autokrasi, birokrasi, dan demokrasi khas barat. Dari
sini saja tampak bahwa ada “perang ideologi” dalam konteks kemerdekaan Indonesia.
Dunia saat itu memang dilanda perang ideologi antara Barat yang menjunjung
tinggi liberalisme dan Timur yang mempromosikan sosialisme. Para founding fathers
tentu amat mengerti hal itu dan mencari pijakan filosofis dan sekaligus ideologis yang
memadai bagi berdirinya Indonesia merdeka. Dari sini bisa dimengerti mengapa
Soepomo mengajukan Hegel, Spinoza, dan Adam Muller bagi integralisme Indonesia
(meskipun patut diperdebatkan 53 apakah ketiga filosof tersebut berbicara mengenai
negara integralistik). Pada bingkai itulah Soekarno menyampaikan pidatonya mengenai
Pancasila.
12
dapat dilihat dari tujuan, visi dan misi Pusat Studi Pancasila yakni, mengembangkan
Pancasila sebagai kebenaran yang hidup (Developing Pancasila as a living truth) dan
pembudayaan Pancasila.
Kesadaran akan moral dan norma yang ada tanpa harus dipaksa melakukannya,
tetapi kesadaran yang ada dalam diri pribadi, demikian juga dengan masyarakat dapat
mengsosialisasikan pemahaman akan nilai-nilai yang sudah mereka dapatkan selama
belajar di sekolah, teori dan pembelajaran mengenai pendidikan pancasila dan
kewarganegaaraan, sudah didapatkan, tetapi harus dipraktekkan oleh masyarakat agar
terealisasi dan jelas dampak positif yang sudah diterima dan di pahami secara nyata.
Bentuk konkrit sangat jelas tidak hanya diamalkan dan dilaksanakan ditempat
tinggal masyarakat ataupun di lingkungan, tetapi dalam skoop yang lebih luas lagi.
Syarbaini (2011) menjelaskan relevansi pendidikan dari sila pertama sampai sila ke lima
dapat direalisasikan dalam kegiatan tersebut, adanya keaktifan mahasiswa untuk ikut
ambil alih tanpa disuruh dalam aktivitas tersebut (Eleanora and Sari 2019).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila telah melekat dan mendarah daging pada masyarakat Indonesia.
maka manyarakat Indonesia menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup ataupun
menjadikan pancasila sebagai perjuangan utama oleh masyarakat bangsa Indonesia. oleh
karena itu, setiap warga negara Indonesia mulai menerapkan nilai-nilai pada Pancasila
tersebut baik di daerah maupun di pusat. Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat
menyadari betapa pentingnya Pancasila sebagai pedoman bangsa Indonesia. Maka kita
harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila pancasila tersebut.
Dasar negara adalah suatu yang ada dalam masyarakat yang membentu suatu
negara maka disebut dengan dasar negara. Dasar nagar ini bisa terbentuk adanya suatu
undang-undang dasar 1945 yang ada di suatu pembukaan. Dasar negara merupakan alas
atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan kekuatan kepada
berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu
landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara,
merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam
kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan
seluruh kehidupan negara Republik Indonesia. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara
diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam
Memorandum DPR-GR 9 Juni 196 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama bangsa rakyat
Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia. Momerandum DPR-GR itu disahkan
pula oleh MPRS dengan ketetapan No.XX/MPRS/1966.
3.2 Saran
Semoga setelah membuat tugas Pendidikan Kewarganegaraan ini mahasiswa
mengerti apa, bagaimana, perjalanan bangsa indonesia unntuk mencapai kemerdekaan,
didalam tugas ini merangkum tentang sejarah dan lahirnya Pancasila. Dan kita sebagai
bangsa indonesia harus mengerti dan tahu bagaimana Pahlawan kita memperjuangkan
bangsa inndonesia untuk mencapai kemerdekaan.
14
Demikian makalah ini kami buat, jika ada kesalahan dalam penulisan ataupun
sebagainya kami ingin meminta maaf. Terima kasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah. 2015. “Inplementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan.” Jurnal Ilmiah IKIP
Mataram 3(1):620–24.
Brata, Ida Bagus, and Ida Bagus Nyoman Wartha. 2017. “Lahirnya Pancasila Sebagai
Pemersatu Bangsa Indonesia.” Jurnal Santiaji Pendidikan 7(1):132.
Eleanora, Fransiska Novita, and Andang Sari. 2019. “Relevansi Pendidkan Pancasila Dan
Potret Mahasiswa Di Perguruan Tinggi.” Jurnal Civic Hukum 4(2):124. doi:
10.22219/jch.v4i2.9950.
Muttaqin, Zedi, and Wahyun. 2019. “Pemahaman Dan Implementasi Ideologi Pancasila Di
Kalangan Generasi Muda.” CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan
Pancasila & Kewarganegaraan 7(2):34.
16