Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

“LAHIRNYA PANCASILA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH


PERJUANGAN BANGSA”

DISUSUN OLEH :
NAMA : MOH ADITYA
STAMBUK : 22130084
KELAS : M1M21

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


STIE PANCA BHAKTI PALU
TAHUN 2021/2022
NAMA : MOH ADITYA
STAMBUK : 22130084
KELAS : M1M21
JURUSAN : S1 MANAJEMEN
NO. HP : 082195799539

Foto 4x6
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “Lahirnya Pancasila dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Palu, 26 September 2021

Moh Aditya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pancasila Sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia........................................................ 3
2.2 Sejarah Pancasila............................................................................................................... 8
2.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara....................................................................................... 9
2.4 Pancasila dimasa Saat Ini..................................................................................................10
2.5 Penerapan Pancasila pada Dampak Globalisasi................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara. Dasar negara bagi suatu
negara merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Negara tanpa
dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki arah dan tujuan
yang jelas, sehingga memudahkan munculnya kekacauan.

Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang besar dan heterogen. Disebut
bangsa yang besar karena jumlah penduduknya menempati urutan keempat terbanyak
setelah RRC, Amerika Serikat dan India. Indonesia juga bangsa yang heterogen karena
terdiri atas banyak suku bangsa dengan berbagai macam agama, budaya, bahasa dan adat
istiadat. Kita patut bersyukur bahwa bangsa yang besar dan heterogen ini dapat bersatu
dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Banyak bangsa-bangsa yang besar
dalam sejarahnya hancur karena tidak mampu mempertahankan semangat persatuan dan
kesatuan. Mengapa bangsa Indonesia mampu mempertahankan persatuan dan kesatuan?
salah satu jawabannya adalah karena kita telah sepakat Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi nasional Indonesia. Nilai- nilai luhur Pancasila merupakan kesepakatan
bersama dan menjadi titik temu antarkelompok dan golongan masyarakat Indonesia.
Sebagai ideologi negara, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya diterima dan dijadikan
acuan bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, kita perlu
memelihara dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara.

Dewantara, (2017;90-91), dalam tulisannya menyampaikan bahwa Negara


kesatuan Republik Indonesia menpunyai pendiri yang sangat cerdas dan negara tersebut
saling melontarkan gagasannya demi mencari dasar-dasar yang kuat supaya bagi
pendirinya akan mempersiapkan kemerdekaan. Dengan demikian, ada salah satu tokoh
yang gagasannya dipakei oleh sebagai pondasi negara yaitu Soekarno. Soekarno perna
mengusulkan bahwa pancasila sebagai dasar nagara akan merangkum pancasila dalam
satu nilai, yakni, gotong royong atau yang disenut dengan ekasila. Soekarno menyatakan
bahwa nilai-nilai dalam pancasila berasal dari bumi Indonesia sendiri. fakta masyarakat
Indonesia di berbagai tempat menjujung tinggi nilai kebersamaanlah yang membuat
soekarno merabgkum pancasila menjadi gotong royong.

1
Darmodhiharjo (1991:11) dalam tulisannya mengungkapkan bahwa pancasila
adalah Dasar Negara, pandangan hidup, ideologi, Pancasila sebagai kepribadian bangsa,
dan Pancasila sebagai filsafat. Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa Pancasila
adalah landasan ideologis sekaligus dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila adalah
filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa
Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam.

Pancasila adalah pandangan hidup bagi bangsa Indonesia yang asas-asasnya wajib
diamalkan agar tercipta kehidupan yang aman dan tentram serta selaras dengan perintah
Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kita juga harus mengetahui dan memahami sejarah
Pancasila agar kita selalu menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sejarah Pancasila?
2. Pancasila sebagai dasar Negara?
3. Pancasila dimasa saat ini?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mendeskripsikan sejarah Pancasila.
2. Mendeskripsikan Pancasila sebagai dasar Negara.
3. Mendeskripsikan dimasa saat ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


a. Era Pra Kemerdekaan
Diterimanya secara aklamasi pidato Soekarno, BPUPKI telah berhasil
menyimpan rancangan dasar negara Republik Indonesia. Untuk membahas lebih
lanjut, sebelum kabinet BPUPKI berakhir, disepakati untuk membentuk Panitia
Kecil beranggotakan 8 orang di bawah petunjuk Soekarno. Tugas Panitia Kecil
adalah mengerahkan usul dan pandangan BPUPKI yang akan dimasukkan dalam
jadwal sidang ke dua, tanggal 10 – 17 Juli 1945. Atas prakarsa Soekarno sebagai
pengarah Panitia Kecil, Soekarno membentuk Panitia 9 yang beranggotakan:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
8. Haji Agus Salim (anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
Selain mempelajari masalah dasar negara, Panitia 9 juga ditugasi untuk
menyusun tulisan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada kongres tanggal 22
Juni 1945 Panitia 9 menyepakati isi rancangan naskah proklamasi seperti berikut :

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan


oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

3
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara
Indonesia Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia, yang berkedaulalan rakyat, dengan berdasarkan kepada:
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi
pemeluk□pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan-perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Dari alinea ke dua rancangan naskah proklamasi yang dikenal luas dengan
nama Piagam Jakarta itu, dapat dilihat bahwa dasar negara Pancasila dirumuskan
sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
pemelukpemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Untuk melanjutkan sidang BPUPKI, pada tanggal 7 Agustus 1945


dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan keanggotaan
sejumlah 27 orang. Peranan PPKI dalam sejarah Indonesia sangat penting,
terutama setelah proklamasi kemerdekaan yang diadakan pada tanggal 17 Agustus
1945. Badan inilah yang menyempurnakan dan melegitimasi berbagai
perlengkapan berdirinya sebuah negara baru, yaitu Republik Indonesia. Salah satu
finalisasi yang dilakukan oleh PPKI adalah penghapusan kata “dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh utama pada
penghilangan 7 kata dan menggantinya dengan “Yang Maha Esa” adalah
Muhammad Hatta yang masa itu berperan sebagai pimpinan PPKI bersama
Soekarno dan Radjiman Wedyodiningrat. Pagi-pagi tanggal 18 Agustus 1945,
sebelum sidang PPKI dimulai, Hatta melakukan pertemuan dengan penggerak-
penggerak Islam agar bersedia menerima usulannya demi mengempu persatuan
bangsa. Teuku Mohammad Hasan, Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus

4
Hadikusumo akhirnya mau menerima usulan Hatta untuk mengganti kata
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Adapun penggerak Islam
lainnya, yaitu Wachid Hasjim tidak hadir saat memenuhi usul Hatta. Penerimaan
penggerak Islam itu mengambil rumusan Pancasila mencapai bentuk yang
sempurna dan disahkan pada sidang PPKI (Purwanta 2018).

b. Era Kemerdekaan
Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan,
Pancasila mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan
Indonesia pada 1945, Pancasila melewati periode-periode percobaan demokrasi.
Pada kala itu, Indonesia masuk ke dalam kurun percobaan demokrasi multi-partai
dengan sistem lembaga parlementer. Partai-partai politik zaman itu tumbuh sangat
subur, dan taktik politik yang ada cenderung selalu berhasil bagian dalam
mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri, 2006). Pancasila saat
masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, akhir tahun 1959, Pancasila
melewati era kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem demokrasi
terpimpin. Pada zaman itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali
kebijakan terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik
integrasi paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, tata ini seakan
menyimpang ideal-ideal yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya
adalah sila permusyawaratan. Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah kejadian
bersejarah di Indonesia dimana partai komunis berusaha melakukan
pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno memberikan
kewenangan untuk Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini menemukan kurun awal
orde baru dimana kelak Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada zaman
itu menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa negeri presiden
Soeharto kemudia menjadicore-values (Somantri, 2006), akhirnya kembali
menodai ideal-ideal dasar yang sesungguhnya tertera dalam Pancasila itu sendiri.
Pada 1998, pemerintahan presiden Suharto berhenti dan Pancasila kemudian
masuk ke dalam era baru yaitu era demokrasi (Kasbal 2017).

c. Era Orde Lama


Pada periode ini, Pancasila dipahami berdasarkan ideal yang berkembang
pada situasi dunia yang waktu itu diliputi oleh kerusuhan dan kondisi sosial-
budaya berpusat di dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi
masyarakat merdeka. Masa ini adalah masa pencarian bentuk pengamalan

5
Pancasila, terutama bagian dalam tata kenegaraan. Maka dari itu, Pancasila
diimplementasikan dalam struktur yang berbeda-beda.

Pada periode tahun 1945 sampai pakai 1950, nilai persatuan dan kesatuan
rakyat Indonesia masih tinggi karena menghadapi Belanda yang masih ingin
mengamankan daerah jajahannya di Indonesia. Namun, setelah penjajah dapat
diusir, bangsa Indonesia mulai memperoleh tantangan dari dalam. Dalam
kehidupan politik, sila keempat yang mementingkan musyawarah dan mufakat
tidak dapat dilaksanakan karena demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
parlementer. Presiden semata-mata berfungsi sebagai kepala negara, sedangkan
kepala pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Sistem ini mengakibatkan
tidak adanya stabilitas pemerintahan.

Padahal dasar negara yang digunakan adalah Pancasila dan


UndangUndang Dasar 1945 yang presidensil, namun bagian dalam praktiknya
sistem ini tidak dapat terwujud. Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan
tantangan pakai munculnya upaya-cara untuk mengganti Pancasila seperti dasar
negara dengan ideologi komunis oleh PKI melalui perjuangan di Madiun pada
tahun 1948. Selain itu, terdapat juga DI/TII yang ingin mendirikan negara
berlandasan ajaran Islam.

Pada periode tahun 1950 sampai dengan 1955, penerapan Pancasila


diarahkan seperti ideologi liberal, yang dekat kenyataannya tidak dapat menjamin
kestabilan pemerintahan. Walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan
sila keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak.
Sistem pemerintahannya yang liberal lebih mementingkan hak-hak individual.
Pada periode ini, persatuan dan kesatuan bangsa mendapat tantangan yang berat
dengan munculnya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh RMS,
PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI.

Pada periode tahun 1956 kait tambah 1965, dikenal sebagai demokrasi
terpimpin. Akan tetapi, demokrasi justru tidak berpusat pada kekuasaan rakyat
yang mewujudkan amanah nilai- nilai Pancasila, kepemimpinan berada pada
kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui ‘Dekrit Presiden’. Oleh karena itu,
terjadilah berbagai penyimpangan definisi terhadap Pancasila dalam konstitusi.
Akibatnya, Presiden Soekarno menjadi presiden yang otoriter, mengangkat
dirinya menjadi presiden dengan masa jabatan seumur hidup. Selain itu, terjadi
politik konfrontasi karena digabungkannya nasionalis, agama, dan komunis, yang

6
terbukti tidak cocok dengan konsep Negara Indonesia. Terbukti bahwa pada masa
ini adanya dekadensi moral di masyarakat yang tidak lagi jiwa bersendikan nilai-
nilai Pancasila, serta berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi
lain. Dalam menjelmakan Pancasila, Presiden Soekarno melaksanakan
pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut dengan USDEK. Untuk
mengarahkan perjalanan bangsa, beliau memusatkan pentingnya memegang teguh
Undang-Undang Dasar 1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin,
ekonomi terpimpin, dan kepribadian nasional. Akan tetapi, hasilnya adalah terjadi
rencana kudeta oleh PKI dan lengsernya Presiden Soekarno dari jabatannya.

Pada masa ini juga, Presiden Soekarno membubarkan partai Islam terbesar
di Indonesia, Partai Masyumi, karena dituduh terlibat dalam pemberontakan
regional berideologi Islam. Kepentingan-kepentingan politis dan ideologis yang
saling berlawanan antara Presiden Soekarno, militer, Partai Kominis Indonesia
(PKI), serta kelompok Islam telah menimbulkan struktur politik yang sangat labil
pada awal tahun 1960-an, sampai akhirnya melahirkan Gerakan G 30 S/PKI yang
berakhir pada runtuhnya kekuasaan Orde Lama (Utama and Dewi 2018).

d. Era Orde Baru


Era Orde Baru bagian dalam sejarah republik ini mewujudkan periode
pemerintahan yang terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai periode pemerintahan
yang paling stabil. Stabil dalam pendapat tidak banyak gejolak yang mengemuka,
layaknya keadaan dewasa ini. Stabilitas yang diiringi dengan maraknya
pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era penuh kestabilan,
menimbulkan romantisme dari banyak kalangan.

Diera Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta


tidak lepas dari keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah
untuk semakin menancapkan kewibawaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-
agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan ideal dan hakikatnya kepada
rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang
mengganjal.

e. Era Reformasi
Kata ‘reformasi’ secara etimologis berasal dari kata reform, sedangkan
secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu kiprah yang memformat
ulang, membereskan ulang, membereskan ulang hal-hal yang menyimpang
untukdikembalikan pada format atau bentuk mulanya sesuai tambah nilai-nilai

7
ideal yang dicita-citakan rakyat. Reformasi juga diartikan perubahan dari
paradigma pola tempo ke paradigma pola baru untuk menuju ke kondisi yang
lebih baik sesuai dengan harapan.

Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi


kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar
negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara
hukum, setiap perilaku baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat
harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam
kaitannya dalam peluasan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya
hukum yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-
sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila
pancasila.

Pancasila pada Era Reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila


pada masa Orde Lama dan Orde Baru, yaitu pasif terdapat tantangan yang harus
di hadapi. Tantangan itu adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang
sampai hari ini tidak ada habisnya. Selain itu, globalisasi menjadi tantangan
tersendiri bagi bangsa Indonesia karena semakin lama ideologi Pancasila semakin
tergerus oleh liberalisme dan kapitalisme. Apalagi tantangan pada saat ini bersifat
terbuka, bebas, dan nyata.

2.2 Sejarah Pancasila


Pancasila adalah kesepakatan luhur antara semua golongan yang hidup di tanah
air. Kesesepakatan luhur tidak akan banyak berfungsi jika tidak didudukkan dalam status
yang jelas, oleh karena itu kesepakatan luhur bangsa harus dirumuskan sebagai ideologi
bangsa dan filsafat. Ideologi bangsa, artinya setiap warga negara Republik Indonesia
terikat oleh ketentuan- ketentuan yang sangat mendasar dalam sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradad, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pandangan hidup dan sikap warga negara secara
keseluruhan harus bertumpu pada Pancasila sebagai keutuhan bukan sekedar masing-
masing sila (Oesman, 1990: 163).

Dewantara (2017: 145), dalam tulisannya menyatakan bahwa bangsa dan negara
Indonesia merupakan suatu bangsa yang besar. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai
ragaman sosial, kelompok eknis, budaya,agama dan apirasi politik, sehingga bangsa ini

8
secara sederhana dapat disebut dengan masyarakat multikultular. Multikultural
menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kederajatan.

Pancasila dalam Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia merupakan cara


pandang untuk menilai peristiwa yang melatarbelakangi terbentuknya NKRI dan dasar
negaranya yaitu Pancasila. Pembentukan Pancasila tersebut tidsk terleps dari sejarah
kerajaan-kerajaan yang ada di nusantara dari zaman hindu, budha, dan islam. Sejarah
perjuangan dan berdirinya bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya berjalan
sejak sekian abad yang lalu,dengan berbagai cara dan bertahap. dengan itu sejarah
perjuangan bangsa Indonesia mempunyai hubungannya dengan sejarah lahirnya
Pancasila.

Penjajahan barat yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia itu tidak


dibiarkan begitu saja oleh segenap bangsa Indonesia. Sejak semula imprealisme itu
menjejakkan kakinya di Indonesia. Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari
pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana
Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944 dengan
membentuk BPUPKI yang dibentuk oleh pemerintah jepang. Namun akhirnya bangsa
Indoesia memanfaatkan kekalahan Jepang atas Sekutu yang akhirnya Indonesia
mendapatkan kemerdekaannya.

Kemudian lahirlah organisasi-organisasi pergerakan lainnya, misalnya Sarikat


Dagang Islam (1909), yang kemudian berganti menjadi Sarikat Islam(1911) yang
dipimpin oleh H.O.S Cokrominoto. Lalu muncul Indische Partij(1913), partai nasional
Indonesia (1927),dan mulailah perjuangan nasional Indonesia yang menitik beratkan pada
kesatuan nasional dengan tujuan jelas yaitu kemerdekaan Indonesia.

Jepang masuk Indonesia membawa propaganda,“Jepang pemimpin asia, Jepang


saudara tua Indonesia”, saat Jepang semakin terdesak dalam perang melawan sekutu
barat, jepang kemudian bersikap murah hati pada Indonesia dengan menjanjikan
kemerdekaan bagi Indonesia. Jepang memberikan janji keduanya berupa kemerdekaan
tanpa syarat, Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaanya lalu dibentuklah
badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

2.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan kepada berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun juga
berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya

9
sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik
Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan
rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan
penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia. Pengertian
Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan
sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 196 yang menandaskan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh
PPKI atas nama bangsa rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Momerandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan ketetapan
No.XX/MPRS/1966.

Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang


menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber
dari tertib hukum di Indonesia. Sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama yaitu, yakni
sebagai dasar Negara ( philosophische grondslaag) Republik Indonesia. Pancasia yang
terkandung dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai
dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai
penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.

Dewantara (2017:13) dalam tulisannya menyatakan bahwa filsafat Pancasila


adalah nilai- nilai yang bermanfaat suatu pengetahuan. Filsafat pancasila memiliki suatu
kesatuan dasar yakni, kesatuan yang utuh. Bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai
yang mengakui, dan menerima, Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai.

Darmodiharjo (1985: 22), dalam tulisannya menyatakan bahwa pancasila adalah


pandangan yang berkembang dalam sosio-budaya Indonesia. Nilai pancasila dianggap
nilai dasar dan puncak (sari-sari) budaya bangsa; karenanya nilai ini diyakini sebagai jiwa
dan kepribadian bangsa. Kepribadian bangsa ini menjiwai dan memberikan watak
keperibadian dan indetitas sehingga pengakuan atas kedudukan sebagai filsafat.

2.4 Pancasila Dimasa Saat Ini


Sebagai contoh warga Indonesia yang aktif di organisasi “persaudaraan” ini
menyebut tidak adanya keadilan sosial. Para pemimpin negara yang semestinya
memakmurkan rakyat, tapi ternyata tidak. Kekayaan rakyat dicuri dan semua amburadul.
Indonesia sekarang banyak menghadapi masalah besar. Seperti saat ini masalah tentang
kekusaan diperebutkan, berita bohong tentang politik di mana mana. Korupsi semakin
merajalela. Hukum dimanipulasi, bukan digunakan untuk melindungi kepentingan rakyat,

10
tapi untuk melindungi penjahat-penjahat atau koruptor-koruptor di kalangan para
pengusaha negara, dan juga terorisme.

Kerukunan beragama sebenarnya dituntut oleh Pancasila, juga jauh dari kenyataan
di Indonesia saat ini. Dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa masnyarakat bebas
beragama. Dengan demikian negara indonesia bisa saling menghargai sesama umat, dan
juga bisa terlaksana ibadahnya dengan baik. Dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
masyarakat dan negara indonesia semakin paham untuk tidak melanggar aturan yang ada
atau yang ditegakan oleh pemerintah. Pemerintah adalah orang yang mengatur segalah
lalu lintas yang yang membuat aturan-aturan yang ada. Maka dari itu masayarakat dan
negara Indonesia semakin jaya, dan menghormati aturan yang ada, yakni aturan yang
dibuat oleh pemerintah. Dengan sila ketuhanan ini nagara indonesia tidak ikut campur
dalam atruran agama, Karena setiap agama mempunya aturan-aturan yang ditegakkan
oleh umat. Oleh sebab itu warga negara atau masyarakat indonesia semakin jaya dan
saling menghargai dan menghormati agama, dan sekaligus masyarakat bisa melaksanakan
ibadahnya atau kepercayaannya masing-masing.

Pemerintah merupakan suatu bentuk yang ideal dalam memerintah negara.


Menurut demokrasi memiliki nilai yang baik bukan dalam konteks tetapi melainkan
kebaikan yang dibuat oleh pemerintah. Dan tidak semua yang dikehendaki oleh kaum
golongan tetapi semuanya rata tidak ada yang milih. Dalam kelompok masyarakat yang
menyebut diri mayoritas, aparat yang bertanggungjawab terhadap keamanan atau
kestabilan pemerintah yang tidak bisah buat banyak. Tindakan yang menyalagunakan
paham demokrasi yaitu pemerintah yang menyoritas paling pada umumnya yang menjadi
kerap berasal dari paham bahwa demkorasi menjunjung tinting kebebasan hak manusia.

Pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 tentu ada dalam suatu posisi filosofis
tertentu. Artinya, pidato ini ada dalam konteks pidato-pidato para tokoh yang lain (yang
tentunya mempunyai posisi filosofis dan ideologis yang berbeda). Pada sidang yang
pertama (31 Mei 1945), Soepomo menguraikan tiga teori tentang berdirinya suatu negara.
Aneka teori tersebut adalah: teori individualistis (dengan Thomas Hobbes, John Locke,
Rousseau, Herbert Spencer, dan Laski sebagai pijakan filosofisnya), teori golongan/kelas
(dengan Marx, Engels, dan Lenin sebagai filosof rujukannya), dan teori integralistik
(dengan Spinoza, Adam Muller., dan Hegel sebagai pijakan filosofisnya). Menurut
Soepomo, Indonesia haruslah merupakan negara integralistik. Mengapa? Karena dalam
negara integralistik inilah ada persatuan antara pemimpin dan rakyatnya.

11
Negara seperti ini cocok dengan aliran pikiran ketimuran dan masyarakat
Indonesia yang ada dalam adat. Dengan kata lain, Soepomo hendak mengatakan bahwa
negara integralistik khas Indonesia mempunyai pijakan filosofis yang jelas. Ideologi yang
hendak ditolak bagi bangunan Indonesia merdeka, menurut Soepomo, dengan demikian
adalah federalisme (yang encuatkan keterpecahan) dan individualisme-liberalisme (yang
menekankan kebebasan mutlak bagi individu), dan juga monarki. Pada pidato berikutnya.
M. Yamin juga mengatakan bahwa Indonesia baru nanti menolak paham federalisme,
feodalisme, monarki, liberalisme, autokrasi, birokrasi, dan demokrasi khas barat. Dari
sini saja tampak bahwa ada “perang ideologi” dalam konteks kemerdekaan Indonesia.

Dunia saat itu memang dilanda perang ideologi antara Barat yang menjunjung
tinggi liberalisme dan Timur yang mempromosikan sosialisme. Para founding fathers
tentu amat mengerti hal itu dan mencari pijakan filosofis dan sekaligus ideologis yang
memadai bagi berdirinya Indonesia merdeka. Dari sini bisa dimengerti mengapa
Soepomo mengajukan Hegel, Spinoza, dan Adam Muller bagi integralisme Indonesia
(meskipun patut diperdebatkan 53 apakah ketiga filosof tersebut berbicara mengenai
negara integralistik). Pada bingkai itulah Soekarno menyampaikan pidatonya mengenai
Pancasila.

2.5 Penerapan Pancasila pada Dampak Globalisasi


Pancasila harus diaktualisasikan mulai semenjak kesadaran subjektif dan objektif
warga negara itu sendiri. Kesadaran secara subjektif adalah penerapan pada setiap pribadi
perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan
setiap orang Indonesia. Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini lebih penting karena
realisasi yang subjektif merupakan persyaratan baik realisasi Pancasila yang objektif.
Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini sangat berkaitan dengan kesadaran ketaatan, turut
kesiapan individu untuk merealisasikan Pancasila. Dalam pengetahuan inilah pelaksanaan
Pancasila yang subjektif mewujudkan suatu bentuk kegiatan dimana kesadaran wajib
hukum telah berpadu menjadi kesadaran ketentuan moral. Sehingga suatu perbuatan yang
tidak memenuhi wajib untuk melaksanakan Pancasila bukanlah hanya akan menimbulkan
akibat hukum namun yang lebih penting lagi akan menimbulkan akibat moral.

Pada hakikatnya kegiatan internalisasi nilai-nilai Pancasila yang dilaksanakan


oleh Pusat Studi Pancasila dapat dijadikan salah satu upaya penguatan wawasan
kebangsaan dan ideologi Pancasila. Misalnya pada kegiatan Training Kader Bangsa
(TKD) dan Obade dimana pada prosesnya setiap peserta khususnya generasi muda
dituntut untuk bersikap dan berkomitmen terhadap dasar negara yakni, Pancasila beserta
seluruh aspek kajiannya, serta norma dan nilai yang terkandung didalamnya. Selain itu

12
dapat dilihat dari tujuan, visi dan misi Pusat Studi Pancasila yakni, mengembangkan
Pancasila sebagai kebenaran yang hidup (Developing Pancasila as a living truth) dan
pembudayaan Pancasila.

Penguatan tentang wawasan kebangsaan dan ideologi Pancasila merupakan suatu


hal yang penting dan mutlak harus selalu dilakukan secara kontinuitas sejalan dengan
dinamika proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini ditegaskan oleh pendapat
Yudohusodo (1995:17) mengemukakan bahwa: Semangat dan wawasan kebangsaan
menjadi penting untuk ditumbuhkembangkan, karena rasa kebangsaan sebagai
manifestasi dari rasa cinta pada tanah air, pada gilirannya membangkitkan kesadaran kita
akan arti mahal dan bernilainya rasa kesatuan dan persatuan bangsa ini (Afryand and
Sapriya 2018).

Kesadaran akan moral dan norma yang ada tanpa harus dipaksa melakukannya,
tetapi kesadaran yang ada dalam diri pribadi, demikian juga dengan masyarakat dapat
mengsosialisasikan pemahaman akan nilai-nilai yang sudah mereka dapatkan selama
belajar di sekolah, teori dan pembelajaran mengenai pendidikan pancasila dan
kewarganegaaraan, sudah didapatkan, tetapi harus dipraktekkan oleh masyarakat agar
terealisasi dan jelas dampak positif yang sudah diterima dan di pahami secara nyata.

Bentuk konkrit sangat jelas tidak hanya diamalkan dan dilaksanakan ditempat
tinggal masyarakat ataupun di lingkungan, tetapi dalam skoop yang lebih luas lagi.
Syarbaini (2011) menjelaskan relevansi pendidikan dari sila pertama sampai sila ke lima
dapat direalisasikan dalam kegiatan tersebut, adanya keaktifan mahasiswa untuk ikut
ambil alih tanpa disuruh dalam aktivitas tersebut (Eleanora and Sari 2019).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai pandangan hidup suatu bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila telah melekat dan mendarah daging pada masyarakat Indonesia.
maka manyarakat Indonesia menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup ataupun
menjadikan pancasila sebagai perjuangan utama oleh masyarakat bangsa Indonesia. oleh
karena itu, setiap warga negara Indonesia mulai menerapkan nilai-nilai pada Pancasila
tersebut baik di daerah maupun di pusat. Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat
menyadari betapa pentingnya Pancasila sebagai pedoman bangsa Indonesia. Maka kita
harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila pancasila tersebut.

Dasar negara adalah suatu yang ada dalam masyarakat yang membentu suatu
negara maka disebut dengan dasar negara. Dasar nagar ini bisa terbentuk adanya suatu
undang-undang dasar 1945 yang ada di suatu pembukaan. Dasar negara merupakan alas
atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan kekuatan kepada
berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu
landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara,
merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam
kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan
seluruh kehidupan negara Republik Indonesia. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara
diperoleh dari alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam
Memorandum DPR-GR 9 Juni 196 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama bangsa rakyat
Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia. Momerandum DPR-GR itu disahkan
pula oleh MPRS dengan ketetapan No.XX/MPRS/1966.

3.2 Saran
Semoga setelah membuat tugas Pendidikan Kewarganegaraan ini mahasiswa
mengerti apa, bagaimana, perjalanan bangsa indonesia unntuk mencapai kemerdekaan,
didalam tugas ini merangkum tentang sejarah dan lahirnya Pancasila. Dan kita sebagai
bangsa indonesia harus mengerti dan tahu bagaimana Pahlawan kita memperjuangkan
bangsa inndonesia untuk mencapai kemerdekaan.

14
Demikian makalah ini kami buat, jika ada kesalahan dalam penulisan ataupun
sebagainya kami ingin meminta maaf. Terima kasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah. 2015. “Inplementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan.” Jurnal Ilmiah IKIP
Mataram 3(1):620–24.

Asmaroini, Ambiro Puji. 2017. “MENJAGA EKSISTENSI PANCASILA DAN


PENERAPANNYA BAGI MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI.” Jurnal
Pancasila
Dan Kewarganegaraan 1(2):51.

Brata, Ida Bagus, and Ida Bagus Nyoman Wartha. 2017. “Lahirnya Pancasila Sebagai
Pemersatu Bangsa Indonesia.” Jurnal Santiaji Pendidikan 7(1):132.
Eleanora, Fransiska Novita, and Andang Sari. 2019. “Relevansi Pendidkan Pancasila Dan
Potret Mahasiswa Di Perguruan Tinggi.” Jurnal Civic Hukum 4(2):124. doi:
10.22219/jch.v4i2.9950.

Hartianti, Uniqe. 2017. PANCASILA DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA D.

Kasbal, Indra Purnama. 2017. Pancasila Era Kemerdekaan.

Kristiono, Natal. 2017. “Penguatan Ideologi Pancasila Di Kalangan Mahasiswa Universitas


Negeri Semarang.” Harmony 2(2):194.
Maharani, Septiana Dwiputri, Surono, Hadi Sutarmanto, and Ahmad Zubaidi. 2019. “Indeks
Ketahanan Ideologi Pancasila.” Jurnal Ketahanan Nasional 25(2):278–79. doi:
10.22146/jkn.31823.

Muttaqin, Zedi, and Wahyun. 2019. “Pemahaman Dan Implementasi Ideologi Pancasila Di
Kalangan Generasi Muda.” CIVICUS : Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan
Pancasila & Kewarganegaraan 7(2):34.

Purwanta, Hieronymus. 2018. “Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa


Indonesia.”
Jurnal Candi 18(2):133–36.

Putri, Laura Sandila. 2020. “PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA


INDONESIA
(Periode Pengusulan Pancasila).” 2.
Silitonga, Tatar Bonar. 2020. “Tantangan Globalisasi, Peran Negara, Dan Implikasinya
Terhadap Aktualisasi Nilai-Nilai Ideologi Negara.” Jurnal Civics: Media Kajian
Kewarganegaraan 17(1):18–22. doi: 10.21831/jc.v17i1.29271.
Utama, Andrew Shandy, and Sandra Dewi. 2018. “Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
Indonesia Serta Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru,
Dan Era Reformasi.”
Widiyaningrum, Widdy Yuspita. 2019. “Menumbuhkan Nilai Kesadaran Pancasila Di
Kalangan Generasi Muda : Kajian Teoritis.” Journal JISIPOL 03(3):73.

16

Anda mungkin juga menyukai