Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA

Disusun untuk memenuhi tugas pancasila

Dosen Pengampu : Dr. Yumna, M.Ag.

Oleh :

Gingga Ismu Muttaqin Atmaja (1221040048)

TASAWUF DAN PSIKOTERAPI KELAS D

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI


BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufiq dan Hidayahnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah, Pancasila sebagai ideology
bangsa dan Negara sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan
benar.

Semoga dari apa yang kami buat ini bisa menolong menaikan
pengetahuan kita menjadi luas lagi. Dan kami menyadari masih banyak sekali
kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Maka oleh sebab itu, kritik serta saran yang dapat membangun kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pancasila. Kepada pihak yang turut menolong
dan dalam menyelesaikan makalah ini.

Bandung, 22 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
Latar Belakang................................................................................................................4
Rumusan Masalah..........................................................................................................8
Tujuan Makalah..............................................................................................................8
BAB II..................................................................................................................................9
PEMBAHASAN....................................................................................................................9
Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara........................................................................9
Pancasila Sebagai Landasan Ideologi, Dasar Falsafat Bangsa Dan Negara Indonesia...12
Makna Pancasila Dasar Ideologi Negara.......................................................................15
Perjalanan Pancasila sebagai Dasar Negara.................................................................17
BAB III...............................................................................................................................26
KESIMPULAN................................................................................................................26
SARAN..........................................................................................................................26
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di dalam perjalanannya sejarah, kedudukan Pancasila sebagai ideology
dan dasar Negara mengalami pasang surut baik dalam pemahaman atupun
pengalamannya. Pondasi dan pilar-pilarnya kehidupan berbangsa dan
bernegara esensinya adalah nilai dasar kehidupan yang membentuk sistem
nilai kehidupan yang dapat diyakini kebenarannya, memberi karakter,
menggambarkan realitas objektif, dijadikan pedoman, postulat, prinsip,
evidesi kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut beliau BJ Habibie
dalam pidatonya yaitu “Reaktualisasi Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara” di Gedung MPR pada tanggal 1 Juni 2011,
beliau menyatakan bahwasannya ada dua penyebab tergusurnya Pancasila
dari kehidupan kita, yaitu kehidupan bangsa dan situasi telah berubah baik
di tingkat regional, domestic, maupun global dalam satu pihak, dan juga
terjadinya euphoria reformasi sebagai akibat traumatisnya masyarakat
terhadap penyalahgunaan kekuasaan pada masa lalu yaitu yang
mengatasnamakan Pancasila di lain pihak. Kedua hal tersebut telah
menyebabkan “amnesia nasional” tentang pentingnya Pancasila sebagai
norma dasar (grundnorm) yang menjadi paying kehidupan berbangsa yang
menaungi seluruh warga yang beragam suku bangsa, adat istiadat, budaya,
bahasa dan afiliasi politik.

Kajian dari filosofisnya tentang Pancasila sebagai ideology dan dasar


Negara pada hakikatnya adalah upaya kritis membuka kesadaran memori
kesejarahan masyarakat bangsa Indonesia, yaitu melalui eksplorasi
esensial untuk menggali azas-azas keberadaan (ontology), norma-norma
imperative (axiology), evidensi kebenaran (epistemology) dan
memberinya arah tujuan yang adanya Pancasila yaitu sebagai ideology dan
dasar Negara. Adapun kajian dari filosofis ini dapat pula diartikan sebagai
penegasan, peneguhan, dan pengokohan (corroboration) Pancasila adalah
sebagai ideology dan dasar Negara R.I secara epistemologis, hasil kajian
ini dapat mempertkuat validitas dan legitimasi kebenarannya.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pancasila sebagai dasar Negara ?
2. Apa pengertian Pancasila sebagai ideologi ?
3. Apa makna Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia?
4. Bagaimana perkembangan Ideologi Pancasila Era orde baru?

Tujuan Makalah
Makalah ini di susun agar para pembaca bisa mengetahui pentingnya
Pancasila sebagai ideologi dalam membangun kesejahteraan bangsa dan
Negara dengan adanya makalah ini dapat di harapkan kepada para
pembaca untuk mengaplikasikannya ke dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang baik, menjadi pengetahuan yang umum bagi kita sebagai
warga Negara bangsa Indonesia dan sebagai satu syarat untuk
mendapatkan nilai Tugas Pendidikan Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN

Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara.

Pancasila sebagai dasar Negara adalah merupakan sumber dari


segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan
demikian Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum
Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijelma lebih lanjut
ke dalam empat pokok pikiran, meliputi :

 Suasana kebatinan dari UUD 1945.


 Mewujudkannya cita-cita hukum yakni bagi hukum dasar
Negara (baik itu hukum dasar secara tertulis maupun tidak
tertulis)
 Mengandung norma yang menghasilkan UUD yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain, penyelenggaraan
Negara yang memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur, bunyinya sebagai berikut :
“ Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.”

Pancasila yaitu sebagai dasar Negara Republik Indonesia, sebagaimana


yang telah di tegaskan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia 1945 :

“……maka di susunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam


suatu undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada (garis dari penulis) :
Ketuhanan Yang Maha Esa…
…dan seterussnya”

Presiden Ir.Soekarno pada uraian “Pancasila Sebagai Dasar


Negara” mengartikan bahwasanya dasar Negara itu sebagai
Weltanshauung, yang demikian beliau berkata :

”saudara mengerti dan mengetahui, bahwa pancasila adalah saya anggap


sebagai dasar dari pada Negara Republik Indonesia, atau dengan bahasa
Jerman : satu weltanscahauung di atas nama kita meletakan Negara
Republik Indonesia”

1. Persatuan Indonesia

Persatuan adalah gabungan dari beberapa bagian yang disatukan


sedangkan kesatuan adalah suatu kesatuan, sifat tunggal, atau keseluruhan
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tercermin pada lambing Negara
kesatuan yaitu Republik Indonesia, semboyan “BHINEKA TUNGGAL IKA”.
Keberadaannya ditunjukkan dengan surat keputusan No. 66 Tahun 1951.
Artinya berbeda tetapi tetap satu (General Encyclopedia, 1977). Berbagai
trade-off yang ada antara agama, ras, suku atau golongan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan berbangsa yang majemuk harus disikapi agar
bangsa dan bangsa Indonesia menjadi tujuan nasisonal yang adil.
Dieksploitasi. Masyarakat adil masyarakat yang sejahtera yang berdasarkan
pada pancasila dan UUD 1945 dalam satu Negara kesatuan yakni Republik
Indonesia. Oleh karena itu, persatuan dapat diartikan dalam pengertian
menjadi satu dan tidak terputus. Jika persatuan Indonesia dipadukan dengan
pemahaman modern. Maka dari itu disebut dengan nasionalisme.
Nasionalisme adalah rasa kesatuan sebagai bangsa dan kesatuan dengan
seluruh warga masyarakat. Karena itu rasa persatuan begitu kuat, dan dari
masalah tersebutlah tumbuhnya rasa cinta tanah air dan cinta kepada tanah air.
Namun perlu dicatat oleh kita bahwa cinta terhadap tanah air yang kita miliki
di Indonesia tidak mengarah kepada patriotism, yang terdapat diartikan
sebagai rasa memuliakan Negara tersendiri dengan rasa merendahkan kepada
orang lain. Ketika hal ini terjadi, masalah itu bertentangan dengan perintah sila
kedua yaitu: Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pancasila yang Sebagai Landasan Ideologi, Dasar Falsafat Bangsa Dan


Negara Indonesia

Secara etimologi, ideologi itu berasal dari kata ‘idea’ yang berarti
konsep, gagasan, pengertian dasar dan cita cita, dan ‘logos’ itupun sendiri
yang berarti adalah ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari kata bahasa Yunani
yaitu ‘eidos’ yang artinya adalah ‘bentuk’. Di samping itu ada kata ‘idein’
yang artinya ‘melihat’. Maka secara harfiah, ideologi adalah atau yang
berarti ilmu pengetahuan yakni tentang ide ide (the science of ideas) atau
ajaran yang tentang pengertian-pengertian dasar. Sedangkan secara
terminology, ideologi sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan ide-ide,
gagasan-gagasan, kepercayaan-kepercayaan, keyakinan-keyakinan, yang
secara menyeluruh dan sistematis, yang mengatur tingkah laku
sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.
Pada intinya pengertian ideology yaitu adalah, keseluruhan
pandangan nilai, keyakinan, cita-cita yang ingin mewujudkan dalam
kenyataan hidup yang konkrit (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44).
Dengan seperti itu ideologi diyakini mampu sebagai pemberi arahan
positif dan semangat. Dengan adanya pemahaman yang baik mengenai
ideologi, maka seseorang itu dapat menangkap apa yang dilihat baik dan
tidak baik, serta apa yang dinilai sebagai benar dan tidak benar.
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam filsafat negara tersebut
yang sebagai dasar filosofisnya ideologis hanya untuk mewujudkan cita-
cita negara, baik itu dalam arti tujuan prinsip konstitusionalisme yang
sebagai suatu negara hukum formal, maupun empat cita-cita kenegaraan
yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yaitu: (1) Melindungi
segenap bangsa dan tumpa darah Indonesia (2) Memajukan
(meningkatkan) kesejahteraan umum (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
(4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Yang apabila kita gali secara sistematis kedudukan
Pancasila ini sebagai dasar dari kerohanian Negara, dapat disusun secara
bertingkat dari seluruh kehidupan negara sebagai penjelmaan Pancasila.
Unsur-unsur ini terkandung di dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke IV.
Susunan tersebut menunjukkan, bahwasanya Pancasila pada hakikatnya
merupakan dasar, atau basis filosofi bagi negara dan tertib hukum
Indonesia. Hal ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pancasila merupakan dasar filsafat negara (asas kerohanian negara),
pandangan hidup dan filsafat hidup.
2. Di atas basis (dasar) itu berdirilah negara Indonesia, dengan asas politik
negara (kenegaraan) yaitu berupa republik yang berupa kedaulatan rakyat.
3. Kedua-duanya menjadi basis penyelengaraan kemerdekaan kebangsaan
Indonesia, yaitu pelaksanaan dan penyelengaraan negara sebagaimana
tercantum dalam hukum positif Indonesia, termuat dalam Undang-undang
Dasar Negara Indonesia.
4. Selanjutnya di atas Undang-undang dasar (yaitu sebagai basis) maka
berdirilah bentuk susunan pemerintahan dan keseluruhan peraturan hukum
positif yang lainnya, yang mencakup segenap bangsa Indonesia dalam
suatu kesatuan hidup bersama yang berasas kekeluargaan.
5. Segala sesuatu yang disebutkan di atas adalah demi tercapainya tujuan
bersama, yaitu tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara tersebut, yaitu
kebahagiaan bersama, baik jasmaniah maupun rohaniah, serta tuhaniah.

Ideologi Negara merupakan perkembangan dari ideologi bangsa.


Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (1991:163), menyatakan bahwasannya
Pancasila sebagai ideologi bangsa yang artinya, setiap warga tertuang
dalam sila ke lima. Terkadang kedua istilah tersebut, disatukan menjadi
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia (Kaelan, 2010:
30m m v-31). Menyatakan Pancasila sebagai ideologis bangsa yang
artinya setiap warga Negara Republik Indonesia terikat oleh ketentuan-
ketentuan yang sangat mendasar yang tertuang dalam sila yang lima.
Terkadang kedua istilah tersebut, disatukan menjadi Pancasila sebagai
Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia (Kaelan, 2010: 30-31). Pancasila
hakikatnya tidak hanya merupakan suatu hasil renungan, pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di
dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai
adat-istiadat, serta nilai-nilai religious yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa
materialis (asala bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut
kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri Negara. Sehingga
Pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara dan ideologi bangsa dan
Negara Indonesia.

Makna Pancasila Dasar Ideologi Negara


Makna dari Ideologi Pancasila adalah keseluruhan pandangan, cita-cita,
keyakinan dan nilai bangsa Indonesia yang secara normative perlu
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Karena pada hakikatnya Pancasila merupakan Ideologi tersendiri yang
merupakan bukti nyata pengaplikasian jati diri bangsa Indonesia.
Oleh karena itu tidak dirugikan lagi bahwa pancasila benar-benar
Ideologi yang di sahkan untuk diterapkan serta ditetapkan bangsa
Indonesia sebagai Ideologi Nasional bagi bangsa Indonesia. Ini
mengandung makna bahwa Ideologi Pancasila bukan hanya berfokus pada
segolongan tertentu, melainkan Ideologi bagi seluruh bangsa Indonesia.
Ideologi mampu menjawab secara meyakinkan pertanyaan
mengapa dan untuk apa mereka menjadi satu bangsa dan mendirikan
Negara. Sejalan dengan itu Ideologi adalah landasan dan sekaligus tujuan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai
Ideologi nasional, pancasila mengandung semua sifat yang mencerminkan
jati diri bangsa Indonesia.
Besarnya arti penting Pancasila sebagai pondasi Negara
memberikan makna yang sangat dalam bagi segenap rakyat Indonesia. .
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 pada alinea ke 4 secara jelas yang mengungkapkan makna Pancasila
itu adalah sebagai dasar Negara: “Kemudiandaripada itu untuk membentuk
suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejarahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan social, maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat denga berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab , Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Pancasila yang sebagai ideologi nasional bangsa Indonesia juga
memiliki makna sebagai berikut :

 Nilai-nilai yang terkadang dalam pancasila itu menjadi cita-


cita yang hendak dicapai menjadi pedoman bagi hidup
dalam penyelenggaraan kenegaraan.
 Pancasila yang disepakati bersama dan digunakan yakni
sebagai sarana pemersatu bangsa Indonesia dan menjadi
prinsip yang dipegang teguh

Kedua dari makna di atas menunjukan bahwa pancasila menjadi fundamental


dalam kehidupan bernegara di Indonesia. Apabila adanya sebuah wilayah di
Indonesia yang wilayah itu memiliki kebijakan tanda berlandaskan Pancasila
maka otomatis aturan tersebut itu tidak berlaku sedikit pun.

Perjalanan Pancasila sebagai Dasar Negara


Pancasila yang terlahir pada tanggal 1 juni 1945. Sejarah panjang
perlehatannya (Kelahiran, perjuangan, mencari jati diri, hingga
mempertahankan). Sejak dari tahun 1983 Pancasila yang ditetapkan oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kini kedudukannya mulai
dipertanyakan, dan memungkinkan digantikan oleh sekelompok atau golongan
yang menginginkan tegaknya “khilafah islamiyah”.

Kembali mengingat pada masa lalu, dalam pidato pada tanggal 5 Juli 1959,
Ir.Soekarno menegaskan bahwasannya Indonesia kembali kepada UUD 1945,
Pancasila dan badan konstituante dinyatakan bubar. Hal yang terkait
berhubungan dengan masalah kekuasaan. Isu-isu politik yang muncul paska
dekrit presiden, mengharuskan bahwa Ir.Soekarno membuat suatu kebijakan
khusus. Dengan adanya Tiga kekuatan politik besar yang ada pada saat itu bisa
saja merogoti kekuasaan Soekarno bila tidak ditangani secara teliti. Kebijakan
Ir.Soekarno itu sendiri tertuang dalam gagasan tentang NASAKOM
(Nasionalis, Agamis, dan Komunis).

Perlu diketahui bahwa Pancasila itu sebagai falsafah Negara paling asasi yang
pada hakikatnya merupakan doktrin yang baik. Doktrin ini sendiri tidak hanya
menawarkan “agama sipil” yang bersifat non-sekular, akan tetapi juga tidak
bersifat sectarian sebagai alternative dari awal terbentuknya Negara islam
yang sebagaimana pemahaman Ir.Soekarno pada saat itu. Selama masa Orde
Lama. Pancasila diterima oleh orang-orang muslim karena ia mewakili
kompromi politik yang tidak hanya dapat diterima saja akan tetapi diinginkan
dibanding dengan alternative yang telah diberikan.

Perkembangan Ideologi Pancasila pada Masa Orde Baru


1. Faktor-faktor mendasari pancasila yang telah dipilih sebagai ideologi
Pada Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa
pemerintahan terlama, bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan paling
stabil. Stabil dalam artian tidak amat banyak gejolak yang mengemuka,
selayaknya keadaan dewasa ini. Gencarnya penanaman nilai-nilai Pancasila di era
Orde Baru yang salah satunya yaitu dilatar belakangi hal, bahwa rakyat Indonesia
ini mesti sadar jika dasar negara Indonesia adalah Pancasila itu sendiri.
Beliau, Hendro Muhaimin juga menambahkan bahwasannya Pemerintah
pada era Orde Baru ini terkesan “menunggangi” Pancasila, karena dianggap
menggunakan dasar negara sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan.
“Pada dasarnya, yang salah bukanlah Pancasila, karena Pancasila dibuat dari
penggalian kepribadian bangsa ini, dari cerminan bangsa Indonesia, maka para
pemegang kekuasaan pada rezim itu, yang menggunakan Pancasila secara politis,
adalah pihak yang seharusnya bertanggungjawab akan gejolak gejolak yang
terjadi”.
Dari pada itu, contoh gencarnya penanaman dari nilai-nilai tersebut dapat
dilihat hanya dari penggunaan Pancasila yang sebagai asas tunggal yang di
dalamnya terdapat kehidupan berorganisasi, yang menyatakan bahwa semua
organisasi, bagaimanapun bentuknya, baik itu organisasi komunitas,
perkumpulan, masyarakat, dan sebagainya wajib mengunakan Pancasila sebagai
asas utamanya. Jika memang ada asas-asas organisasi lain yang ingin
ditambahkan sebagai asasnya, tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Oleh
sebab itu, Pancasila itu dianggap sebagai “pembius” bangsa, sebab telah
“melumpuhkan” kebebasan untuknya berorganisasi.
Adapun Orde baru muncul dengan tekad hanya untuk melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara konsekuen dan murni. Semangat itu muncul
dengan berdasarkan pengalaman sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang telah
menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demi kepentingannya kekuasaan.
Penyimpangan Pancasila pada masa orde baru ini yang terjadi pada demokrasi
pancasila pada era Orde baru yaitu diantara lainnya:
a. Penyelenggaraan pemilu yang tidak adil dan tidak jujur.
b. Pengekangan kebebasan berpolitik bagi pegawai negri sipil (PNS)
c. Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak independen / tidak mandiri karena
para hakim itu sendiri adalah anggota dari PNS Departemen Kehakiman
d. Kurangnya jaminan dari kebebasan mengemukakan pendapat
e. Sistem kepartaian yang tidak otonomi dan berat sebelah
f. Maraknya praktik kolusi, nepotisme dan korupsi diberbagai bidang
g. Menteri-menteri dan gubernur diangkat menjadi anggota MPR
h. Organisasi sosial dipegang/dipangku oleh pejabat birokrasi.

Pada masa Orde Baru penguasa itu sendiri menjadikan Pancasila sebagai
Ideologi politik, hal ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan dari
pemerintah yang berkaitan dengan keharusannya elemen masyarakat (orpol dan
36 kemasyarakatan serta seluruh sendi kehidupan masyarakat) yang dimana mesti
berasaskan Pancasila.
Berbeda lagi pada saat era orde baru yang dimana didominasi karismatik
Ir.Soekarno. Pada saat era orde Baru Pancasila wajib diterima masyarakat melalui
indomtrinasi dan pemaksaan dalam sistem pendidikan nasional yang dimana
menjadikan Pancasila itu sendiri melekat erat dalam kehidupan bangsa. Era orde
baru itu sendiri pemerintah menggunakan Pancasila sebagai “alat” untuk
melegitimasi berbagai produk kebijakan. Dengan berjalannya waktu muncullah
persoalan yakni infrastruktur politik yang terlalu larut dalam mengaktualisasi nilai
dasar, sehingga mengakibatkan mulai muncul wacana adanya berbagai
kesenjangan di tengah tengah masyarakat.
Kondisi ini ditambah dengan adanya atau bergulirnya globalisasi yang
menjadikannya tidak ada lagi pemisah antar negara sehingga pembahasan dan
wacana yang mengaitkan Pancasila dengan ideologi atau pemahaman liberalisasi,
kapitalisasi dan sosialisasi tak terelakkan lagi. Dibanding dengan ideologi yang
liberal semisal, maka pemecahan persoalan yang terjadi akan mudah karena
ideologi liberal memiliki konsep yang jelas (kebebasan di bidang ekonomi,
agama, dan ketatanegaraan) demikian daripada itu jikalau ideologi sosialis
(komunis) menjawab dari persoalan pasti rumusnya jelas yaitu dengan pemusatan
pengaturan untuk kepentingan kebersamaan. Dari pada pertengahan Orba mulai
banyak wacana yang menginginkan agar Pancasila nampak dalam kehidupan
nyata, konkret, dan tidak angan-angan semata (utopia). Itu yang berarti Pancasila
menjadi ideologi praktis. Pancasila diposisikan sebagai alat penguasa melalui
monopoli pemaknaan dan penafsiran Pancasila yang digunakan untuk kepentingan
melanggengkan kekuasaan. Akibatnya, ketika terjadi pergantian rezim di era
reformasi, muncullah demistifikasi dan dekonstruksi Pancasila yang 37
dianggapnya sebagai simbol, sebagai ikon dan instrumen politik rezim
sebelumnya. Pancasila sendiri ikut dipermasalahkan karena dianggap menjadi
ornamen sistem politik yang represif dan yang bersifat monolitik sehingga
membekaslah sebagai trauma sejarah yang mesti dilupakan.
Dengan seiringnya waktu meletusnya peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965
yang meruntuhkan konfigurasi politik pada era demokrasi terpimpin yang
bercorak otoritarian. Pengkhianatan tersebut mengakhiri tolak-tarik di antara tiga
kekuatan politik -Soekarno, Angkatan Darat, dan PKI- dalam dinamika era
demokrasi terpimpin yang ditandai dengan tampilnya militer sebagai pemenang.
Tarik-menarik antara Soekarno, militer, dan PKI pada era demokrasi terpimpin
mencapai titik puncaknya pada bulan September 1965, kudeta PKI yang gagal,
yang juga dikenal sebagai G 30 S/PKI. Setelah kudeta yang gagal ini, kekuasaan
Soekarno dan PKI merosot drastis.

Terjatuhnya kekuatan Soekarno dan PKI jatuh drastis setelahnya G 30


S/PKI yang disebabkan oleh peran-peran yang dimainkan oleh keduanya
sebelumnya. Seperti apa yang telah dipahami, Ir.Soekarno bersikap sangat
otoriter, sehingga tidak sedikit yanga menunggu momentum untuk melakukan
penantangan secara terbuka tanpa risiko masuk penjara. Sementara PKI dari tahun
1963 (ketika UU Darurat dicabut oleh Bung Karno) tidak lagi memilih jalan
damai dalam berpolitik.
Akhirnya Bung Karno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret
(Supersemar) 1966 yang ditujukan kepada Soeharto untuk:

1. Pertama, mengambilnya segala tindakan yang dianggap perlu untuk


terjaminnya ketenangan, keamanan serta kestabilan jalannya pemerintahan
dan jalannya revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan
presiden/pimpinan/tertinggi/panglima besar revolusi/mandataris MPRS
demi untuk keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia, dan
melaksanakan dengan pasti segala ajaran pemimpin besar revolusi.
2. Kedua, mengadakan koordinasi pelaksanaan pemerintah dengan panglima-
panglima angkatan-angkatan lain dengan sebaik-baiknya.
3. Ketiga, supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut-paut dalam
tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas.

E. Alasan Imperatif Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara

Tumbuhan ideology liberalism, marxisme, kapitalisme, leinisme, naziisme,


dan fascism, adalah bersumber dari aliran-aliran filsafat yang berkembang di
Negara Barat. Perlu dikemukakan di Barat terdapat aliran-aliran filsafat yang
tidak berfungsi sebagai mendorong tumbuhnya ideologi. Hal yang penting dari
uraian tersebut bahwa dalam suatu ideologi lebih umumnya bersumber pada
aliran filsafat, atau ideologi adalah operasionalisasi sistem filsafat suatu
bangsa. Begitu pula Ideologi Pancasila, adalah operasionalisasi filsafat bangsa
Indonesia. Kedudukan Pancasila yang sebagai Ideologi bangsa dan dasar
Negara diibaratkan dua sisi dari satu barang yang sama (seperti mata uang),
masing masing menempati kedudukannya sendiri akan tetapi keduanya dalam
kesatuan fungsi dalam praktik ketatanegaraan. Ideologi sebagai kerangka
idealitas, dasar Negara sebagai kerangka yuridis yakni bagi terselenggaranya
sistem ketatanegaraan untuk kelangsungan bangsa dan Negara.

Namun daripada itu ketika kita berbicara tentangnya Ideologi dan dasar
Negara Pancasila, pahamkah kita “mengapa harus Pancasila?” Jawaban atas
pertanyaan ini perlu pemikiran kritis dan mengenali lebih dalam Pancasila,
yaitu mengungkap azas-azas keberadaan, bukti evidensi kebenaran, dan
norma-norma imperatifnya yang dapat dijadikan arah pencapaian tujuan. Kita
teringat ketika para pendiri Negara Indonesia (the founding fathers)
mempersiapkan berdirinya Negara Indonesia, mereka memikirkan “di atas
dasar apa Negara Indonesia merdeka berdiri”, perdebatan yang kritik dalam
forum sidang PPKI akhirnya ditetapkanlah Pancasila sebagai dasar Negara.

1. Partai Politik

Pada dasarnya istilah Parpol membawa gagasan tentang bagian (part).


Istilah part masuk dalam bahasa Prancis partager, yang artinya membagi, dan
masuk kedalam bahasa Inggris partaking (mengadakan partisipasi dan
kemitraan). Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok terorganisir yang anggotanya memiliki nilai, orientasi dan cita-cita.
Tujuannya untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
politik dengan cara konstitusional, untuk melaksanakan programnya. Definisi
parpol menurut Carl J.Friedrich adalah, yaitu sekelompok manusia yang
terorganisir dengan tujuan mempertahankan penguasaan atau merebut
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya tersebut dan
berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil dan materiil.
F. Langkah Hukum untuk menegakan Kembalinya Jiwa Pancasila
sebagai pergerakkan Bangsa

Banyak peristiwa hukum yang menunjukkan kegagalannya dalam


menyelesaikan masalah hukum itu sendiri di negeri ini, misalnya soal kasus
BLBI oleh kejaksaan Agung akhirnya ditutup karena tidak ditemukannya
bukti jelas adanya penyimpangan. para penghutang uang negara justru
”selamat” sementara itu penegak hukum yang tertangkap melanggar hukum
karena dituduh menerima suap. Satjipto Rahardjo memandang bahwa
penegakan hukum yang Formal Justice ternyata ”gagal” mewujudkannya
”potret” hukum yang benar, sebagai akibat penegak hukum yang mengabdi
pada hukum perundang-undangan semata Bertolak belakang dari pandangan
di atas, tidak cukup jika upaya untuk menggali kembali nilai Pancasila
dilakukan dengan mencoba memunculkan ide ”kembali kepada UUD 1945”
kemudian mencabut amandemen UUD 1945 sebagaimana dalam peristiwa
dekrit Presiden 5 Juli 1959 bangsa Indonesia sebenarnya tahu bahwa Pancasila
adalah ideology bangsa dan negara, meski adanya sejarah amandemen pasca
reformasi Pancasila hinggga kini tetap dikumandangkan dalam berbagai
upacara resmi tanpa adanya pengurangan sedikitpun urutan maupun isi
kalimatnya. maksud ini dilakukan agar kehidupan keseharian kita selalu
berpegang teguh pada nilai-nilai dalam setiap sila sila dari Pancasila itu. Akan
tetapi dalam praktik pengamalan ternyata tetap saja terjadi praktik yang
melanggar dari nilai-nilai Pancasila sebagaimana secara kasat mata sering
terlihat. Semisal contoh dari pada praktiknya KKN yang masih terus
berlangsung, saling hujat antar kelompok, terlebih di saat jelang pelaksanaan
pesta demokrasi. Tampaknya ada yang salah dalam mengamalkan Pancasila
ini, dan kesalahan itu seyogyanya segera diantisipasi. Menurut Nonet dan
Selznick kegagalan menyelesaikan persoalan di masyarakat karena hanya
melihat hukum konteks ke dalam saja (positivism) dan tidak ke luar. Alasan
yang serupa juga disampaikan Karl Renner dengan preposisinya ”the
development of the law gradually works out what is socially reasonable” yang
intinya, bahwa tidak semua persoalan bisa diselesaikan dengan hukum, akan
tetapi sangat dibutuhkan bantuan dari ”ilmu” lain di luar hukum. Pendekatan
multidisipliner menjadi alternativ yang wajib diamalkan dalam menyelesaikan
masalah persoalan bangsa ini. Satjipto Rahardjo dinisbatkan sebagai metode
Holistik , sebagai bagian dari cara menemukan penyelesaian hukum yang
tidak hanya Adil, akan tetapi juga benar (the truth of law) .Ary Ginanjar,
dalam diri manusia ada tiga macam potensi yang berdimensi spiritual,
emosional juga fisik. Dimensi spiritual dikenal dengan adanya energi Ilahiah
yang menjadi kekuatan inti manusia, dan ini terletak pada orbit yang disebut
God Spot. Dari dimensi emosional, manusia mengenali dan memiliki radar
hati yang berfungsi menangkap sinya, apakah kreatifitas fisik kita masih
digaris luar atau sudah manzilah. Dengan radar emosi inilah manusia dapat
memantau aktivitas fisik dan ruhiyahnya dari dalam lalu keluar. Pada dimensi
fisik atau luar, spiritual idealisme akan dirubah dalam bentuk lebih nyata.
Suara hati tidak hanya disimpan akan tetapi juga mesti diaplikasikan atau
diubah dalam tindakan nyata. Misal, kasih sayang tidak hanya ada dalam hati,
akan tetapi dilakukan dengan perbuatan atau langkah nyata. Sifat kreatif
diaplikasikan. Berhati jernih dirasakan dan dipergunakan dalam memulai
aktivitas. Rasa maaf dijalankan, cinta damai dilaksanakan. Disiplin
diaplikasikan dan diamalkan atau diterapkan dalam keseharian. Pada saat itu
dimensi fisik dengan kecerdasan spritual perlu bersinergi untuk
menghasilkannya kekuatan baru dalam menguraikan berbagai persoalan
bangsa yang multi dimensiona, khususnya pada saat tantangan persoalan
bangsa yang semakin kompleks.

G. Persatuan Indonesia

1. Persatuan Indonesia

Persatuan adalah gabungan dari beberapa bagian yang disatukan


sedangkan adapun kesatuan adalah suatu kesatuan yang bersifat tunggal atau,
keseluruhan Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tercermin pada lambang
Negara kesatuan yaitu Republik Indonesia, semboyan “BHINEKA
TUNGGAL IKA”. Keberadaannya ditunjukkan dengan surat keputusan No.
66 Tahun 1951. Artinya berbeda tetapi tetap satu (General Encyclopedia,
1977). Berbagai trade-off yang ada antara agama, ras, suku atau golongan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan berbangsa yang majemuk
harus disikapi agar bangsa dan bangsa Indonesia menjadi tujuan nasisonal
yang adil. Dieksploitasi. Masyarakat adil masyarakat yang sejahtera
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam satu Negara kesatuan Republik
Indonesia. Oleh karena itu, persatuan dapat diartikan dalam pengertian
menjadi satu dan tidak terputus. Jika persatuan Indonesia dipadukan dengan
pemahaman modern. Maka dari itu disebut dengan nasionalisme.
Nasionalisme adalah rasa kesatuan sebagai bangsa dan kesatuan dengan
seluruh warga masyarakat. Karena itu rasa persatuan begitu kuat, dan dari
masalah tersebutlah tumbuhnya rasa cinta tanah air dan cinta kepada tanah air.
Namun perlu dicatat oleh kita bahwa cinta terhadap tanah air yang kita miliki
di Indonesia tidak mengarah kepada patriotism, yang terdapat diartikan
sebagai rasa memuliakan Negara tersendiri dengan rasa merendahkan kepada
orang lain. Ketika masalah itu bertentangan dengan perintah sila kedua yaitu:
Kemanusiaan yang adil dan beradab.

BAB III
KESIMPULAN

  Pancasila yang sebagai Dasar Filsafat Negara, Pandangan Hidup Bangsa,


Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia, serta sebagai Filsafat Bangsa dan fungsi
lainnya, dalam realisasi (pengalamannnya) juga memiliki konsekuensi yang
berbeda-beda tergantung konteksnya.
      Pengertian dari Negara sebagai suatu persekutuan hidup bersama dari
masyarakat, adalah memilikinya kekuasaan politik, yang mengatur hubungan-
hubungan, kerjasama yang kuat dalam masyarakat untuk mencapai satu tujuan
tertentu yang hidup dalam suatu wilayah tertentu.

SARAN
      Menghimbau kepada kita semua agar merealisasikan dan mengamalkan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, serta saling menjaga persatuan dan
kesatuan dalam NKRI

DAFTAR PUSAKA

H,subandi, Al-Marsudi, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 Dalam Peradikma Refarmasi


Jakarta: Rajawali Pers, 2003.

http://hendraabigaul.blogspot.com/2010/02/Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta: PT Balai Pustaka.

“Al-Adyan:Journal of Religious Studies (Volume 1, Nomor 1, juni 2020) hal.32

LAW AND JUSTICE Jurnal “Menggali Kembali Peran Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan
Dasar Negara dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Global” Volume 4, Nomor 1, April
2019

Iriyanto Widisuseno, 2009, MPK dalamPerspektif Filosofis, Makalah Seminar Nasional, UNS,
Surakarta.

Soekmono, R. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Kanisius.

Buku-Pancasila-Fix.pdf (ikipsiliwangi.ac.id)

mam Syaukani dan A. Ahsin Thohari. 2011. Dasar-dasar Politik Hukum. Jakarta:
Rajawali Pers.
Abu Bakar Ebyhara, Pengantar Ilmu Politik, AR-Ruzz Media, Yogyakarta, 2013, hlm. 39 Ibid,
hlm. 404

Tap MPR Nomor II/MPR/1983 Tentang Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Undang-Undang
Dasar, Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila, Garis-garis besar Halaman Negara,
(Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, tt), hal. 60; Ketetapan tersebut mengalami
perubahan terakhir pada tahun 1998. Namun seiring ketidaksesuaian naskah dan materi GBHN
dengan kondisi masyarakat, maka dengan ditetapkannya Rencana Tap MPR Nomor…../MPR/1998
tentang pencabutan Tap MPR RI Nomor II/MPR/1998, maka GBHN secara resmi tidak
diperagukan lagi secara fungsional sebagai pemberi arah perjuangan bangsa dalam mewujudkan
cita-citanya. Lih. www.mpr.go.id, diakses pada 30 Juli 2009.

Ditangani secara benar. Kebijakan Soekarno itu tertuang dalam gagasannya tentang NASAKOM
(Nasional, Agamis dan Komunis).

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan


Aktualisasinya, (Yogyakarta: Paradigma 2013), 60-61. 13Kaelan, Negara Kebangsaan
Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan Aktualisasinya, 62.

Menurut Kaelan, Ideologi tertutup mempunyai ciri khas, diantaranya bahwa ideologi itu
bukan cita cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan merupakan cita cita satu
kelompok orang yang mendasari satu progam untuk merubah dan memperbaharui
masyarakat. Sedangkan merupakan ciri khas dari ideologi terbuka adalah bahwa nilai
nilai dan cita citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari suatu
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Dasarnya bukan keyakinan
ideologis sekelompok orang, maliankan hasil musyawarah dan konsensus dari
masyarakat tersebut.,(Kaelan 63-64). Bab 2.pdf (uinsby.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai