Oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufiq dan Hidayahnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah, Pancasila sebagai ideology
bangsa dan Negara sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan
benar.
Semoga dari apa yang kami buat ini bisa menolong menaikan
pengetahuan kita menjadi luas lagi. Dan kami menyadari masih banyak sekali
kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Maka oleh sebab itu, kritik serta saran yang dapat membangun kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pancasila. Kepada pihak yang turut menolong
dan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
Latar Belakang................................................................................................................4
Rumusan Masalah..........................................................................................................8
Tujuan Makalah..............................................................................................................8
BAB II..................................................................................................................................9
PEMBAHASAN....................................................................................................................9
Sejarah Pancasila sebagai Dasar Negara........................................................................9
Pancasila Sebagai Landasan Ideologi, Dasar Falsafat Bangsa Dan Negara Indonesia...12
Makna Pancasila Dasar Ideologi Negara.......................................................................15
Perjalanan Pancasila sebagai Dasar Negara.................................................................17
BAB III...............................................................................................................................26
KESIMPULAN................................................................................................................26
SARAN..........................................................................................................................26
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam perjalanannya sejarah, kedudukan Pancasila sebagai ideology
dan dasar Negara mengalami pasang surut baik dalam pemahaman atupun
pengalamannya. Pondasi dan pilar-pilarnya kehidupan berbangsa dan
bernegara esensinya adalah nilai dasar kehidupan yang membentuk sistem
nilai kehidupan yang dapat diyakini kebenarannya, memberi karakter,
menggambarkan realitas objektif, dijadikan pedoman, postulat, prinsip,
evidesi kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut beliau BJ Habibie
dalam pidatonya yaitu “Reaktualisasi Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara” di Gedung MPR pada tanggal 1 Juni 2011,
beliau menyatakan bahwasannya ada dua penyebab tergusurnya Pancasila
dari kehidupan kita, yaitu kehidupan bangsa dan situasi telah berubah baik
di tingkat regional, domestic, maupun global dalam satu pihak, dan juga
terjadinya euphoria reformasi sebagai akibat traumatisnya masyarakat
terhadap penyalahgunaan kekuasaan pada masa lalu yaitu yang
mengatasnamakan Pancasila di lain pihak. Kedua hal tersebut telah
menyebabkan “amnesia nasional” tentang pentingnya Pancasila sebagai
norma dasar (grundnorm) yang menjadi paying kehidupan berbangsa yang
menaungi seluruh warga yang beragam suku bangsa, adat istiadat, budaya,
bahasa dan afiliasi politik.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pancasila sebagai dasar Negara ?
2. Apa pengertian Pancasila sebagai ideologi ?
3. Apa makna Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia?
4. Bagaimana perkembangan Ideologi Pancasila Era orde baru?
Tujuan Makalah
Makalah ini di susun agar para pembaca bisa mengetahui pentingnya
Pancasila sebagai ideologi dalam membangun kesejahteraan bangsa dan
Negara dengan adanya makalah ini dapat di harapkan kepada para
pembaca untuk mengaplikasikannya ke dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang baik, menjadi pengetahuan yang umum bagi kita sebagai
warga Negara bangsa Indonesia dan sebagai satu syarat untuk
mendapatkan nilai Tugas Pendidikan Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Persatuan Indonesia
Secara etimologi, ideologi itu berasal dari kata ‘idea’ yang berarti
konsep, gagasan, pengertian dasar dan cita cita, dan ‘logos’ itupun sendiri
yang berarti adalah ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari kata bahasa Yunani
yaitu ‘eidos’ yang artinya adalah ‘bentuk’. Di samping itu ada kata ‘idein’
yang artinya ‘melihat’. Maka secara harfiah, ideologi adalah atau yang
berarti ilmu pengetahuan yakni tentang ide ide (the science of ideas) atau
ajaran yang tentang pengertian-pengertian dasar. Sedangkan secara
terminology, ideologi sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan ide-ide,
gagasan-gagasan, kepercayaan-kepercayaan, keyakinan-keyakinan, yang
secara menyeluruh dan sistematis, yang mengatur tingkah laku
sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.
Pada intinya pengertian ideology yaitu adalah, keseluruhan
pandangan nilai, keyakinan, cita-cita yang ingin mewujudkan dalam
kenyataan hidup yang konkrit (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44).
Dengan seperti itu ideologi diyakini mampu sebagai pemberi arahan
positif dan semangat. Dengan adanya pemahaman yang baik mengenai
ideologi, maka seseorang itu dapat menangkap apa yang dilihat baik dan
tidak baik, serta apa yang dinilai sebagai benar dan tidak benar.
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam filsafat negara tersebut
yang sebagai dasar filosofisnya ideologis hanya untuk mewujudkan cita-
cita negara, baik itu dalam arti tujuan prinsip konstitusionalisme yang
sebagai suatu negara hukum formal, maupun empat cita-cita kenegaraan
yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, yaitu: (1) Melindungi
segenap bangsa dan tumpa darah Indonesia (2) Memajukan
(meningkatkan) kesejahteraan umum (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
(4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Yang apabila kita gali secara sistematis kedudukan
Pancasila ini sebagai dasar dari kerohanian Negara, dapat disusun secara
bertingkat dari seluruh kehidupan negara sebagai penjelmaan Pancasila.
Unsur-unsur ini terkandung di dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke IV.
Susunan tersebut menunjukkan, bahwasanya Pancasila pada hakikatnya
merupakan dasar, atau basis filosofi bagi negara dan tertib hukum
Indonesia. Hal ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pancasila merupakan dasar filsafat negara (asas kerohanian negara),
pandangan hidup dan filsafat hidup.
2. Di atas basis (dasar) itu berdirilah negara Indonesia, dengan asas politik
negara (kenegaraan) yaitu berupa republik yang berupa kedaulatan rakyat.
3. Kedua-duanya menjadi basis penyelengaraan kemerdekaan kebangsaan
Indonesia, yaitu pelaksanaan dan penyelengaraan negara sebagaimana
tercantum dalam hukum positif Indonesia, termuat dalam Undang-undang
Dasar Negara Indonesia.
4. Selanjutnya di atas Undang-undang dasar (yaitu sebagai basis) maka
berdirilah bentuk susunan pemerintahan dan keseluruhan peraturan hukum
positif yang lainnya, yang mencakup segenap bangsa Indonesia dalam
suatu kesatuan hidup bersama yang berasas kekeluargaan.
5. Segala sesuatu yang disebutkan di atas adalah demi tercapainya tujuan
bersama, yaitu tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara tersebut, yaitu
kebahagiaan bersama, baik jasmaniah maupun rohaniah, serta tuhaniah.
Kembali mengingat pada masa lalu, dalam pidato pada tanggal 5 Juli 1959,
Ir.Soekarno menegaskan bahwasannya Indonesia kembali kepada UUD 1945,
Pancasila dan badan konstituante dinyatakan bubar. Hal yang terkait
berhubungan dengan masalah kekuasaan. Isu-isu politik yang muncul paska
dekrit presiden, mengharuskan bahwa Ir.Soekarno membuat suatu kebijakan
khusus. Dengan adanya Tiga kekuatan politik besar yang ada pada saat itu bisa
saja merogoti kekuasaan Soekarno bila tidak ditangani secara teliti. Kebijakan
Ir.Soekarno itu sendiri tertuang dalam gagasan tentang NASAKOM
(Nasionalis, Agamis, dan Komunis).
Perlu diketahui bahwa Pancasila itu sebagai falsafah Negara paling asasi yang
pada hakikatnya merupakan doktrin yang baik. Doktrin ini sendiri tidak hanya
menawarkan “agama sipil” yang bersifat non-sekular, akan tetapi juga tidak
bersifat sectarian sebagai alternative dari awal terbentuknya Negara islam
yang sebagaimana pemahaman Ir.Soekarno pada saat itu. Selama masa Orde
Lama. Pancasila diterima oleh orang-orang muslim karena ia mewakili
kompromi politik yang tidak hanya dapat diterima saja akan tetapi diinginkan
dibanding dengan alternative yang telah diberikan.
Pada masa Orde Baru penguasa itu sendiri menjadikan Pancasila sebagai
Ideologi politik, hal ini dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan dari
pemerintah yang berkaitan dengan keharusannya elemen masyarakat (orpol dan
36 kemasyarakatan serta seluruh sendi kehidupan masyarakat) yang dimana mesti
berasaskan Pancasila.
Berbeda lagi pada saat era orde baru yang dimana didominasi karismatik
Ir.Soekarno. Pada saat era orde Baru Pancasila wajib diterima masyarakat melalui
indomtrinasi dan pemaksaan dalam sistem pendidikan nasional yang dimana
menjadikan Pancasila itu sendiri melekat erat dalam kehidupan bangsa. Era orde
baru itu sendiri pemerintah menggunakan Pancasila sebagai “alat” untuk
melegitimasi berbagai produk kebijakan. Dengan berjalannya waktu muncullah
persoalan yakni infrastruktur politik yang terlalu larut dalam mengaktualisasi nilai
dasar, sehingga mengakibatkan mulai muncul wacana adanya berbagai
kesenjangan di tengah tengah masyarakat.
Kondisi ini ditambah dengan adanya atau bergulirnya globalisasi yang
menjadikannya tidak ada lagi pemisah antar negara sehingga pembahasan dan
wacana yang mengaitkan Pancasila dengan ideologi atau pemahaman liberalisasi,
kapitalisasi dan sosialisasi tak terelakkan lagi. Dibanding dengan ideologi yang
liberal semisal, maka pemecahan persoalan yang terjadi akan mudah karena
ideologi liberal memiliki konsep yang jelas (kebebasan di bidang ekonomi,
agama, dan ketatanegaraan) demikian daripada itu jikalau ideologi sosialis
(komunis) menjawab dari persoalan pasti rumusnya jelas yaitu dengan pemusatan
pengaturan untuk kepentingan kebersamaan. Dari pada pertengahan Orba mulai
banyak wacana yang menginginkan agar Pancasila nampak dalam kehidupan
nyata, konkret, dan tidak angan-angan semata (utopia). Itu yang berarti Pancasila
menjadi ideologi praktis. Pancasila diposisikan sebagai alat penguasa melalui
monopoli pemaknaan dan penafsiran Pancasila yang digunakan untuk kepentingan
melanggengkan kekuasaan. Akibatnya, ketika terjadi pergantian rezim di era
reformasi, muncullah demistifikasi dan dekonstruksi Pancasila yang 37
dianggapnya sebagai simbol, sebagai ikon dan instrumen politik rezim
sebelumnya. Pancasila sendiri ikut dipermasalahkan karena dianggap menjadi
ornamen sistem politik yang represif dan yang bersifat monolitik sehingga
membekaslah sebagai trauma sejarah yang mesti dilupakan.
Dengan seiringnya waktu meletusnya peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965
yang meruntuhkan konfigurasi politik pada era demokrasi terpimpin yang
bercorak otoritarian. Pengkhianatan tersebut mengakhiri tolak-tarik di antara tiga
kekuatan politik -Soekarno, Angkatan Darat, dan PKI- dalam dinamika era
demokrasi terpimpin yang ditandai dengan tampilnya militer sebagai pemenang.
Tarik-menarik antara Soekarno, militer, dan PKI pada era demokrasi terpimpin
mencapai titik puncaknya pada bulan September 1965, kudeta PKI yang gagal,
yang juga dikenal sebagai G 30 S/PKI. Setelah kudeta yang gagal ini, kekuasaan
Soekarno dan PKI merosot drastis.
Namun daripada itu ketika kita berbicara tentangnya Ideologi dan dasar
Negara Pancasila, pahamkah kita “mengapa harus Pancasila?” Jawaban atas
pertanyaan ini perlu pemikiran kritis dan mengenali lebih dalam Pancasila,
yaitu mengungkap azas-azas keberadaan, bukti evidensi kebenaran, dan
norma-norma imperatifnya yang dapat dijadikan arah pencapaian tujuan. Kita
teringat ketika para pendiri Negara Indonesia (the founding fathers)
mempersiapkan berdirinya Negara Indonesia, mereka memikirkan “di atas
dasar apa Negara Indonesia merdeka berdiri”, perdebatan yang kritik dalam
forum sidang PPKI akhirnya ditetapkanlah Pancasila sebagai dasar Negara.
1. Partai Politik
G. Persatuan Indonesia
1. Persatuan Indonesia
BAB III
KESIMPULAN
SARAN
Menghimbau kepada kita semua agar merealisasikan dan mengamalkan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, serta saling menjaga persatuan dan
kesatuan dalam NKRI
DAFTAR PUSAKA
Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta: PT Balai Pustaka.
LAW AND JUSTICE Jurnal “Menggali Kembali Peran Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan
Dasar Negara dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Global” Volume 4, Nomor 1, April
2019
Iriyanto Widisuseno, 2009, MPK dalamPerspektif Filosofis, Makalah Seminar Nasional, UNS,
Surakarta.
Buku-Pancasila-Fix.pdf (ikipsiliwangi.ac.id)
mam Syaukani dan A. Ahsin Thohari. 2011. Dasar-dasar Politik Hukum. Jakarta:
Rajawali Pers.
Abu Bakar Ebyhara, Pengantar Ilmu Politik, AR-Ruzz Media, Yogyakarta, 2013, hlm. 39 Ibid,
hlm. 404
Tap MPR Nomor II/MPR/1983 Tentang Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Undang-Undang
Dasar, Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila, Garis-garis besar Halaman Negara,
(Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, tt), hal. 60; Ketetapan tersebut mengalami
perubahan terakhir pada tahun 1998. Namun seiring ketidaksesuaian naskah dan materi GBHN
dengan kondisi masyarakat, maka dengan ditetapkannya Rencana Tap MPR Nomor…../MPR/1998
tentang pencabutan Tap MPR RI Nomor II/MPR/1998, maka GBHN secara resmi tidak
diperagukan lagi secara fungsional sebagai pemberi arah perjuangan bangsa dalam mewujudkan
cita-citanya. Lih. www.mpr.go.id, diakses pada 30 Juli 2009.
Ditangani secara benar. Kebijakan Soekarno itu tertuang dalam gagasannya tentang NASAKOM
(Nasional, Agamis dan Komunis).
Menurut Kaelan, Ideologi tertutup mempunyai ciri khas, diantaranya bahwa ideologi itu
bukan cita cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan merupakan cita cita satu
kelompok orang yang mendasari satu progam untuk merubah dan memperbaharui
masyarakat. Sedangkan merupakan ciri khas dari ideologi terbuka adalah bahwa nilai
nilai dan cita citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari suatu
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri. Dasarnya bukan keyakinan
ideologis sekelompok orang, maliankan hasil musyawarah dan konsensus dari
masyarakat tersebut.,(Kaelan 63-64). Bab 2.pdf (uinsby.ac.id)