Anda di halaman 1dari 2

TUJUAN MODEL PENDIDIKAN MONTESSORI

Metode Montessori bertujuan untuk memperkenalkan prinsip-prinsip di mana anak-anak


mereka dapat jatuh ke dalam kesenjangan dalam pendidikan tinggi setelah persiapan yang
matang, dimulai pada usia prasekolah.

Tujuan lain dari Metode Maria Montessori adalah

1) Untuk membantu orang tua menerapkan model pengajaran yang efektif kepada anak-
anak mereka.
2) Membantu siswa mengembangkan tingkat intelektual, psikomotorik dan emosional
mereka.
3) Anak-anak dituntut untuk berkembang saat mereka tumbuh seiring mereka menjadi
lebih peka terhadap tanggung jawab mereka.
4) Mengajarkan anak belajar secara efektif dan optimal melalui bermain.
5) Mengembangkan keterampilan yang menekankan pentingnya pekerja anak dengan
mudah dan dengan pengawasan terbatas.
6) Anak-anak diajari untuk berkonsentrasi dan kreatif.

PERAN GURU DI SEKOLAH MONTESSORI

Peran pengajar pada sekolah Montessori yaitu menyediakan secara akurat lingkungan Yang
bernuansa ilmiah, memberi anak-anak arahan, dan bimbingan pada lingkungan tersebut.
Pengajar berperan menjadi observer , pengamat yang selalu siap membimbing dan
mengarahkan saat dibutuhkan oleh anak

Pendekatan ini menekankan pentingnya lingkungan belajar yang berkembang dan peran
aktivitas fisik dalam menyerap konsep-konsep abstrak dan mempelajari keterampilan praktis.

Berdasarkan paradigma pembelajaran ini, guru dalam pedagogi Montessori bertindak


sebagai referensi, mitra, dan panduan bagi anak-anak untuk mencapai tujuan tugas
perkembangan. Guru di lingkaran Montessori perlu mempersiapkan diri dengan cermat untuk
memperlakukan lingkungan sebagai alat pendidikan dan bersiap untuk menyampaikan pesan
yang kuat tentang bagaimana memenuhi persyaratan kurikulum dan menghormati anak. Pada
setiap tahap, guru menjadi mitra orang tua, dan peran mereka secara keseluruhan sangat
dihargai, baik sebagai pengasuh, maupun mitra dan mentor. Untuk memenuhi persyaratan ini,
guru harus mampu memahami sifat anak-anak dan membimbing mereka untuk melakukan
peran yang berbeda di dalam kelas. Secara ilmiah hal ini disebut “simetri terbalik”. Dalam
proses ini, guru harus dapat terus menerus mengajukan topik yang berbeda sesuai dengan
perkembangan anak. Artinya guru selalu bertindak dalam konteks cerita anak.

Tugas guru adalah membantu anak dan mendorong mereka untuk mengembangkan rasa
percaya diri dan disiplin internal.Jika mereka merasa ada kekurangan, mereka perlu campur
tangan dalam perkembangan anak. Intervensi semacam ini biasanya dilakukan dengan
menyela anak dan kemudian berpartisipasi penuh dalam kegiatan, minat, dan proses berpikir
anak. Oleh karena itu, guru memainkan peran membimbing di kelas dan berpartisipasi dalam
kegiatan otonom anak. Secara rinci, guru menjadi pengamat dan fasilitator perilaku,
menciptakan suasana yang nyaman, menarik dan produktif bagi anak, sehingga anak dapat
berproses dengan lancar sepanjang proses pembelajaran. Akibatnya, guru telah bergeser dari
pembelajaran intensif ke fase pemulihan yang terorganisir. Dengan kata lain, guru hanya
berusaha mendekatkan anak pada kenyataan melalui pemeriksaan indera dan kegiatan praktis,
kemudian membiarkan (sekaligus mengamati) rasa ingin tahu dan kepekaan anak.

Di usia yang lebih muda, guru lebih aktif mendemonstrasikan penggunaan materi yang
sesuai dengan kebutuhan anak. Siapkan kelas Montessori yang terorganisir dengan baik,
terorganisir, menarik dan kaya materi sehingga anak-anak dapat dengan bebas menanggapi
kecenderungan alami mereka untuk bekerja sendiri atau dalam kelompok. Oleh karena itu,
kemajuan anak tergantung pada langkah dan langkahnya sendiri, sesuai dengan kemampuan
pribadinya. Komunitas sekolah secara keseluruhan, termasuk orang tua, bekerja sama untuk
memungkinkan anak-anak menerima integrasi tubuh, pikiran, emosi dan jiwa, yang
merupakan dasar dari pendidikan perdamaian yang komprehensif (penerimaan dan hubungan
dengan semua orang dan lingkungan alam).

Anda mungkin juga menyukai