Anda di halaman 1dari 101

HUBUNGAN SELF ESTEEM DENGAN IMPULSIVE

BUYING PADA MAHASISWA UIN SUSKA RIAU

Oleh :
Risma Erlisya
11661203607

Dosen Pembimbing :
Reni Susanti S.Psi., M.Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN SELF ESTEEM DENGAN IMPULSIVE BUYING

PADA MAHASISWA UIN SUSKA RIAU

PROPOSAL

Telah diterima dan disetujui untuk diseminarkan pada Seminar Proposal Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

RISMA ERLISYA

11661200791

PEKANBARU, 09 DESEMBER 2019

Pembimbing

Reni Susanti S. Psi, M. Psi, Psikolog

NIP. 197608242007102006
MOTTO

‘’Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu,
Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui’’

(Q.S Al-Baqarah ayat 216)

‘’Siapa yang sungguh sungguh berusaha untuk bersabar maka Allah akan
memudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah seseorang dianugrahkan
(oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala) pemberian yang lebih baik dan lebih luas
dari pada sifat sabar’’

(HR. Al-Bukhari No 6105 dan Muslim no 1053)

‘’Belajarlah untuk memahami di setiap lembaran isi buku dan pengalaman


hidup diri sendiri ataupun orang lain’’

(Ibu)

‘’Tetaplah terus berjuang dan bertahan, karena menikmati hasil tidak


semudah menikmati rasa malas’’

(Ayah)

‘’Tak peduli seberapa baik atau buruknya hidupmu, bangunlah setiap pagi
dan bersyukurlah bahwa kamu masih memilikinya’’

(Risma Erlisya)
PERSEMBAHAN

..Atas izin-Nya, maka skripsi ini selesai..

Alhamdulillah, Wa syukurillah.

Sembah sujud syukur kepada Allah SWT , atas izin Mu yang telah memberikan
rahmat Anugrah dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan bekal ilmu pengetahuan hingga selesai. Sholawat serta salam teruntuk
junjungan alam yakni habibana wanabiyana maulana Muhammad SAW, kekasih
Allah SWT dengan izin Nya memberikan perubahan dari masa kejahiliyahan
menuju masa kebathilan. Dari masa gelap menuju masa terang

…Ibunda dan ayah tercinta…

Ananda persembahkan sebuah karya sederhana ini kepada ibunda dan ayah
tercinta, sosok motivator yang selalu ada menemani dalam pengerjaan skripsi ini
hingga selesai. Terimakasih kepada ibunda dan ayah tercinta yang telah banyak
berkorban dan berjuang dari awal kuliah hingga ananda menyelesaikan study ini.
Terimakasih karena telah memenuhi harapan ananda untuk dapat menyelesaikan
skripsi sederhana ini dengan berkorban dan berjuang untuk memenuhi kebutuahan
anada selama masa perkuliahan.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul ‘’Hubungan self esteem dengan

impulsive buying pada mahasiswa UIN Suska Riau’’. Sholawat dan salam

senantiasa tercurah untuk Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari

zaman kegelapan ke zaman yang cerah benderang ini.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi

tingkat strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Qasim Riau. Skripsi bukanlah tugas yang mudah. Penulis menyadari

banyak hambatan yang terjadi selama proses penyusunan skripsi ini,

dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karenanya penulis

menyadari bahwa kelancaran penyusunan penelitian ini tidak lepas dari

dukungan dan bantuan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Akhmad Mujahidin, M.Ag selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Bapak Prof. Dr. Khairunnas Rajab MA selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr.Yasmaruddin Bardansyah, Lc. M.Ag. selaku Wakil Dekan I, Ibu

Dr. Hj. Zulhidah M.Pd selaku Wakil Dekan II, Ibu Dr. Nurhasnawati,
M.Pd selaku Wakil Dekan III Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ahmaddin Ahmad Tohar L.C, M.A selaku

penasehat akademik selama mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi

yang yang selalu meluangkan waktu, memberikan nasehat-nasehat dan

juga memberikan dukungan, semangat, kritik dan saran yang membangun

kepada penulis demi kemajuan Akademik penulis.

5. Terimakasih kepada Ibu Reni Susanti, S.Psi., M.Psi selaku Dosen

Pembimbing bagi penulis. Terimakasih untuk setiap waktu, ilmu, nasehat-

nasehatnya, arahan, pengalaman, perhatian serta kesabaran yang telah

diberikan kepada penulis selama proses bimbingan dari awal hingga

selesai. Terimakasih untuk ilmu dan pengalamannya bu.

6. Terimakasih kepada Ibu Vivik Shofiah M.Si selaku penguji I. Terimakasih

atas kesediaan waktu, arahan, nasehat, penilaian dan bimbingan yang telah

diberikan selama saya menyusun skripsi ini.

7. Terimakasih kepada seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan ilmu,

pengalaman, dan nasehat yang berharga selama saya belajar di Fakultas

Psikologi UIN Suska Riau dan senang bisa bertemu dengan orang orang

yang berwibawa, hebat dan penuh kasih sayang seperti para dosen

Fakultas Psikologi merupakan suatu kehormatan yang berarti bagi saya.


8. Terimakasih kepada staff akademi dan tata usaha, dan staff lainnya,

terimakasih atas semua informasi yang diberikan, bantuan dan kerja

samanya.

9. Terimakasih kepada seluruh pihak fakultas yang ada di UIN Suska Riau

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian,

dan perwakilan kepada seluruh teman teman yang bersedia membantu

penulis dalam melaksanakan proses penelitian dan berpartisipasi dalam

penelitian penulis.

10. Terimakasih kepada kedua orang tua, Bapak Syafrudin dan Ibu Erlina

yang sangat ananda cintai dengan sepenuh hati, terimakasih untuk segala

Do’a dan perjuangan dibalik layar, untuk segala dukungan, semangat yang

tiada henti diberikan, cinta dan kasih sayang sehingga penulis bisa berada

di tahap ini.

11. Terimakasih kepada adik kandung saya, Suganti Erlisya serta keluarga

besar atas segala dukungan, Do’a, motivasi yang telah diberikan kepada

penulis selama proses belajar dan pengerjaan skripsi ini.

12. Terimakasih kepada teman KKN, Hasmiyanti S.sos, Zulkarnain, Sintia

Ulfa, Heru Sayembara, Yogi Ismemet, Rehan Lutfi, Monica Marneliza,

Eka Fitri, dan Pia yang sudah menemani, membantu, menyemangati

proses pengerjaan skripsi ini.

13. Terimakasih kepada teman teman seperjuangan proposal dan skripsi, Niza

Triana, Mutia Agustina Nasution, Astari Wahyuni,Nurul, Tika, dan teman

teman lainnya yang sudah membantu, menemani dan memberikan


dukungan semangat doa yang tiada henti untuk proses pengerjaan skripsi

ini

14. Terimakasih kepada sahabat-sahabatku, Wiwin, Dilhee, Kak Yolla, Tiwi,

Tiny, Zora, Rahmy, Zia, Sandra, haikal, Allen, Harry, Nora, Septa, Putri,

Mutia, Mardiahm Ipit, Mira, Bibah, Lae, Galuh, Eis, Lia serta teman

seperjuangan lainnya untuk segala waktu, dukungan, motivasi, dan nasehat

yang telah diberikan

15. Sahabat-sahabatku Aji Bayu Pangestu, Sonia, Teti Prihatini, Kiki Losari,

Widya Susendang, Desma Sari, Wirdatun Jannah, Selfiani, Kak

Nurhalimah, Kak Rahmi, Kak Tily, Kak Lili. Terimakasih telah

menemani hari-hari penulis hingga saat ini. Kalian sudah memberikan

penulis banyak pelajaran baik suka maupun duka serta kenangan yang

tidak akan pernah penulis lupakan. Terima kasih juga untuk do’a, bantuan,

motivasi, kasih sayang, dan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini.

16. Terimakasih kepada teman-teman Psikologi angkatan 2016 untuk waktu,

ilmu, pengalaman, motivasi, dukungan dan Doa yang telah diberikan.

Semangat Berjuang. Salam Psikologi.

Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain iringan

Do’a. Semoga amal baik yang telah mereka berikan diterima dan mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Skripsi ini jauh dari kata sempurna,

penulis memiliki keterbatasan dalam penulisan skripsi, sehingga untuk segala

kritik dan saran yang diberikan merupakan sebuah harapan agar skripsi ini
mencapai kesempurnaan seperti yang diharapkan Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis (terkhusunya) dan bagi pembacanya. Aamiin..

Pekanbaru, Oktober 2020

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... i
Lembar Pengesahan................................................................................... ii
Motto...........................................................................................................
Persembahan..............................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................... iii
Daftar Isi..................................................................................................... iv
Daftar Tabel................................................................................................ vi
Daftar Grafik..............................................................................................
Daftar Lampiran........................................................................................ vii

BAB I: PENDAHULUAN......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1


B. Rumusan Masalah............................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 10
D. Keaslian Penelitian........................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian........................................................................... 14

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 15

A. Impulsive buying.............................................................................. 15
1. Penegrtian Impulsive buying ....................................................... 15
2. Aspek-Aspek Impulsive buying................................................... 17
3. Faktor-Faktor Impulsive buying.................................................. 19
B. Self esteem........................................................................................ 23
1. Penegrtian Self esteem................................................................. 23
2. Aspek-Aspek Self esteem............................................................ 24
3. Faktor-Faktor Self esteem............................................................ 26
4. Tingkatan Self esteem.................................................................. 28
C. Kerangka Berpikir............................................................................ 30
D. Hipotesis........................................................................................... 36

BAB III: METODE PENELITIAN.......................................................... 37

A. Desain Penelitian.............................................................................. 37
B. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................ 37
C. Definisi Operasional........................................................................ 38
1. Impulsive buying........................................................................ 38
2. Self esteem.................................................................................. 39
D. Subjek Penelitian.............................................................................. 40
1. Populasi...................................................................................... 40
2. Sampel Penelitian....................................................................... 41
3. Teknik Sampling........................................................................ 41
E. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 43
1. Skala Impulsive buying............................................................ 44
2. Skala Self esteem....................................................................... 45
F. Validitas dan Reliabilitas................................................................. 46
1. Uji Coba Alat Ukur.................................................................... 46
2. Validitas..................................................................................... 47
3. Indeks Daya Beda...................................................................... 47
4. Reliabilitas................................................................................. 48
G. Teknik Analisis Data........................................................................ 48
H. Lokasi dan Jadwal Penelitian........................................................... 49

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian.....................................................................
B. Hasil Penelitian................................................................................
1. Deskripsi Subjek Penelitian.......................................................
a. Deskripsi subjek penelitian berdasarka jenis kelamin.........
b. Deskripsi subjek penelitian berdasarkan usia......................
c. Deskripsi subjek penelitian berdasarkan fakultas................
d. Deskripsi subjek penelitian berdasarkan uang saku.............
2. Deskripsi data penelitian............................................................
a. Kategorisasi self esteem.......................................................
b. Kategorisasi impulsive buying.............................................
3. Uji asumsi..................................................................................
a. Uji normalitas.......................................................................
b. Uji linearitas.........................................................................
4. Uji hipotesis...............................................................................
5. Sumbangan efektif.....................................................................
6. Analisa tambahan.......................................................................
C. Pembahasan......................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................
1. Untuk subjek penelitian.............................................................
2. Untuk peneliti selanjutnya.........................................................
B. Saran ................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................

Lampiran....................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa/I UIN Suska Riau................................... 40


Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian........................................................ 42
Tabel 3.3 Rentang Skor Aitem Skala....................................................... 43
Tabel 3.4 Blue print Impulsive buying (Untuk Try Out).......................... 44

Tabel 3.5 Blue print Self esteem (Untuk Try Out).................................... 45

Tabel 3.6 Rincian Jadwal Penelitian........................................................ 49


DAFTAR GRAFIK

Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa/I UIN Suska Riau................................... 40


Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian........................................................ 42
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Validasi alat ukur

Lampiran B : Skala Try Out Penelitian

Lampiran C : Verbatim Wawancara

Lampiran D : Tabulasi skor data mentah hasil penelitian

Lampiran E : Uji Validasi dan Realibilitas

Lampiran F : Tabulasi skor data mentah hasil penelitian

Lampiran G : Validasi alat ukur penelitian

Lampiran H : Skala penelitian

Lampiran I : Gambaran subjek penelitian

Lampiran J : Hasil uji normalitas

Lampiran K : Hasil uji linearitas

Lampiran L : Hasil uji hipotesis

Lampiran M : Hasil Sumbangan Efektif

Lampiran N : Analisa Data Tambahan

Lampiran O : Surat Surat Penelitian

Lampiran P : Riwayat Hidup


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, belanja tidak hanya untuk membeli barang yang

dibutuhkan atau untuk memenuhi kebutuhan saja, tetapi belanja telah

menjadi aktivitas gaya hidup, kesenangan, dan pemenuhan kebutuhan

psikologis (Herabadi, Verplanken, Knippenberg, 2009). Untuk dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginannya tersebut, maka setiap orang

melakukan tindakan membeli, menggunakan atau mengkonsumsi berbagai

jenis barang dan jasa sebagai pemenuhan kebutuhan yang paling dasar

sampai dengan kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya (Damiati,

2017).

Belanja juga mempunyai arti tersendiri bagi remaja. Belanja bagi

para remaja dianggap sebagai cara untuk memperkuat citra diri mereka

agar selalu tampil menarik, gaul dan sesuai tren, tidak jarang membuat

remaja kurang memikirkan dengan matang saat mengeluarkan uang untuk

membeli barang barang yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan para

remaja tidak memperhatikan faktor kebutuhan ketika membeli suatu

barang, sehingga membuat para remaja cenderung membeli barang yang

sesungguhnya tidak dibutuhkan dan pembelian ini biasanya dilakukan

secara berlebihan, impulsif dan tanpa perencanaan yang matang (Maria,

2011).
Mahasiswa termasuk dalam golongan remaja pada periode remaja

akhir. Rentang usia tersebut menunjukkan masa dimana individu termasuk

dalam periode remaja akhir dan menginjak dewasa awal. Masa remaja

akhir ditandai dengan kemampuan individu dalam mengontrol emosi,

memiliki pandangan yang realistis dan menunjukkan kedewasaan dalam

berpikir dan bersikap (Ali, Asrori, 2009). Dengan memiliki ciri-ciri

tersebut seharusnya mahasiswa berpotensi lebih kecil untuk melakukan

impulsive buying, serta dapat lebih berpikir dan mempertimbangkan suatu

keputusan dalam melakukan kegiatan belanja.

Namun dalam kenyataannya masih banyak dari mahasiswa yang

melakukan impulsive buying. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock

(1996) salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai

individu adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk mobil,

pakaian dan kepemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat oleh

orang lain. Dengan cara yang dilakukan ini remaja dapat menarik

perhatiannya pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu,

sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya

terhadap kelompok teman sebayanya. Berdasarkan hal tersebut, usaha

yang dilakukan remaja untuk mempertahankan identitas dirinya adalah

dengan menggunakan simbol yaitu dengan melakukan kegiatan berbelanja.

Kegiatan berbelanja ini dapat mengarah ke perilaku impulsive buying

karena remaja dapat membeli secara tiba-tiba, tanpa pertimbangan,


spontanitas dan membeli barang atau produk bukan hanya untuk

kebutuhan namun juga keinginan hasrat, sehingga terbentuk penggunaan

simbol dalam mempertahankan identitas dirinya.

Impulsive buying merupakan suatu fenomena yang banyak

melanda kehidupan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Impulsive

buying tidak hanya terjadi dikalangan orang dewasa yang matang secara

finansial, melainkan juga kalangan mahasiswa. Kehidupan mahasiswa

sangat erat kaitannya dengan lingkungan kampus, yang menemukan

bahwa terdapat keanekaragaman sosial dan budaya untuk bersosialisasi

dan mampu beradaptasi agar dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Keadaan tersebut terjadi karena mahasiswa merupakan

individu yang paling mudah terpengaruh oleh perubahan serta berada pada

tahap pencarian jati diri dan memiliki keinginan untuk mencoba-coba hal

baru. Berpenampilan menarik dan memperlihatkan kesan luar pada diri

individu memang menjadi tujuan utama bagi mahasiswa tetapi melakukan

kegiatan berbelanja yang hanya ingin memenuhi tujuan tersebut akan

memberikan efek yang negatif bagi pembelinya terutama ketika pembelian

itu dilakukan secara terus-menerus. Pembelian fashion (tas, pakaian,

aksesoris dan lainnya) yang diluar kebutuhan dan dilakukan secara terus-

menerus bisa digolongkan pembelian yang tidak rasional (impulsive

buying).

Konsumen membeli suatu produk dengan berbagai jenis alasan

selain dari ‘’karena ini sangat dibutuhkan’’, seperti untuk menghilangkan


suasana hati yang tertekan, untuk mengekspresikan identitas atau hanya

untuk senang senang, maka bentuk pembelian non rasional seperti itu

disebut sebagai impulsive buying (Wood, 1998). Menurut Dowson & Kim

(2009) impulsive buying perilaku pembelian yang dilakukan tanpa

direncanakan terlebih dahulu yang disertai dengan adanya keinginan

mendesak untuk membeli produk tertentu. Impulsive buying merupakan

ketika seorang konsumen mengalami dorongan tiba tiba, sering kuat, dan

gigih untuk segera membeli sesuatu. Dorongan untuk membeli suatu

barang tersebut dapat merangsang konflik emosional dan pengabaian pada

konsukuensi yang negatif. Impulsive buying lebih menekankan pada

emosional dari pada rasional (Rook, 1987).

Impulsive buying merupakan pembelian yang tidak rasional dan

diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti

oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Dorongan

emosional tersebut terkait dengan adanya perasaan yang intens, yang

ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena adanya dorongan untuk

membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan konsekuensi negatif,

merasakan kepuasan, dan mengalami konflik didalam pemikiran

(Verplanken, Herabadi, 2001). Berbelanja secara impulsif dengan

intensitas yang tinggi dapat menyebabkan banyak dampak negatif. Park

dan Choi (2013) mengemukakan bahwa beberapa dampak negatif dari

berbelanja secara impulsif adalah kerugian finansial, kekecewaan,

penyesalan, dan perasaan bersalah. Rook (1987) menyatakan bahwa


pembeli yang melakukan impulsive buying mengalami konsekuensi yang

negatif misalnya, mengalami permasalahan keuangan, merasa kecewa atau

menyesal dengan produk yang dibeli, merasa bersalah, dan tidak

mendapatkan persetujuan mengenai produk yang sudah dibeli oleh orang

yang berada disekitarnya.

Fenomena impulsive buying juga terjadi pada mahasiswa UIN

Suska Riau. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada

tanggal 07-08 Oktober 2019 kepada 13 mahasiswa UIN Suska Riau bahwa

dalam kegiatan berbelanja 13 subjek cenderung melakukan pembelian

secara spontan, tiba-tiba, mendadak dan tanpa perencanaan, namun barang

yang dibeli secara spontan tersebut terdiri dari barang kebutuhan dan

keinginan. Dalam hal ini 10 subjek yang membeli barang secara spontan

karena keinginan dan hasrat mempunyai alasan yaitu karena barang

tersebut menjadi pandangan pertama yang menarik perhatian, diskon,

model terbaru dan barang-barang yang lucu, namun jika mereka tidak jadi

membeli barang yang di inginkannya, yang disebabkan karena faktor

tertentu seperti uang yang tidak cukup, maka mereka merasa gelisah,

selalu kepikiran, dan berharap untuk menabung agar dapat membeli

barang yang diinginkanya. Dan pada 3 subjek yang membeli barang

secara spontan karena kebutuhan memiliki alasan bahwa barang tersebut

untuk kebutuhan kampus dan sehari hari. kemudian 7 subjek ketika

membeli barang secara spontan atau tiba-tiba tidak memikirkan


konsekuensinya, dan 6 subjek memikirkan konsekuensinya namun bersifat

acuh tak acuh.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, maka dalam

perilaku impulsive buying pada mahasiswa UIN Suska Riau bahwa

terdapat keselarasan perilaku dengan aspek-aspek impulsive buying, yaitu

pada aspek kognitif, mahasiswa cenderung membeli secara tiba-tiba tiba,

spontanitas dan tidak memikirkan konsekuensi. Selanjutnya pada aspek

afektif, mahasiswa cenderung membeli secara spontan hanya untuk

pemenuhan keinginan dan hasratnya, bukan karena kebutuhan dan adanya

dorongan membeli secara tiba-tiba atau mendadak disebabkan karena

diskon, promo, barang terbaru dan barang yang menarik perhatian

mahasiswa.

Perilaku impulsive buying dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya yaitu : kepribadian (Verplanken &salto, 2011) self esteem

(Hadjali, Salimi, & Ardestani, 2012), mood (Verplanken & Herbadi,

2001), dan kontrol diri (Baumeister, 2002), Usia (Wood, 1998), promosi

pemasaran, situasional dalam toko, dan store display (Karbasivar dan

Yarahmadi, 2011). Impulsive buying dipengaruhi juga dengan sosial

ekonomi, dimana orang-orang mengidentifikasi dirinya terhadap orang

lain atas dasar materi sehingga adanya kecenderungan untuk memamerkan

barang yang mereka miliki. Berdasarkan hal tersebut membuat mereka

merasakan kebahagiaan atau kepuasan terlepas dari barang tersebut

mereka perlukan atau tidak (Iram & Chacharkar, 2017).


Salah satu dari faktor yang mempengaruhi perilaku impulsive

buying adalah self esteem (Verplanken & Salto, 2011). Menurut Taylor,

Peplau & David (2009) mengungkapkan bahwa self esteem merupakan

hasil dari evaluasi yang dibuat oleh individutentang dirinya sendiri secara

positif maupun negatif. Artinya, kita tidak hanya menilai seperti apa diri

kita namun juga menilai kualitas-kualitas yang ada pada diri kita. Menurut

Rosenberg (dalam Santrock, 2007) juga menyatakan bahwa self esteem

yaitu sebagai gambaran evaluasi diri yang psoitif dan negatif sebagai diri

yang berharga. Self esteem adalah salah satu faktor yang sangat

menentukan perilaku individu. Setiap orang menginginkan penghargaan

yang positif terhadap dirinya. Penghargaan yang positif akan membuat diri

seseorang merasakan bahwa dirinya dihargai, berhasil dan berguna (berarti

bagi orang lain). Terpenuhinya self esteem akan membentuk sikap optimis

dan percaya diri, namun sebaliknya jika kebutuhan akan self esteem

seseorang tidak terpenuhi, maka akan membuat seseorang dapat

berperilaku negatif (Ghufron & Risnawita, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Septila dan

Aprilia (2017) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan impulsive

buying pada mahasiswa Universitas Syiah kuala ditinjau dari jenis kelamin

selanjutnya peneitian yang diakukan oleh Saputri (2016) menyatakan

bahwa terdapat hubungan signifikan antara fashion involvement dan

impulsive buying dengan self esteem pada remaja di SMAN 2 Samarinda.

Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dan Yusuf (2017)
terdapat hubungan negatif self esteem dengan impulsive buying pada

Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi yang berbelanja melalui instagram.

Artinya self esteem cukup berarti sebagai prediktor perilaku impulsive

buying. Dengan demikian semakin rendah self esteem maka semakin tinggi

impulsive buying yang dilakukan Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi

Unisba. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kristiyana (2016) dengan

hasil penelitian bahwa terdapat hubungan self esteem dengan perilaku

konsumtif pada remaja putri dalam berbelanja online produk fashion,

hubungan yang dihasilkan berarah negatif, yang artinya hubungan kedua

variable tidak searah atau berlawanan.

Menurut Eoleiochta, Leanai dan Dei (dalam Hidayat dan Bashori,

2016) self esteem yang rendah berasal dari pengalaman yang kurang

menguntungkan bagi seseorang disepanjang rentang kehidupannya,

seperti tidak mendapatkan cukup kasih sayang, dorongan dan tantangan ;

cinta dan penerimaan bersyarat; selalu mendapat kritikan, ejekan,

sarkasme dan sinisme; mengalami pemukulan fisik dan pelecahan; tidak

adanya pengakuan dan pujian atas prestasi yang didapat; serta kelebihan

dan keuinikan diri selalu diabaikan. keadaan demikian biasanya diperparah

dengan adanya sistem yang bermasalah, baik dirumah maupun disekolah,

dikampus dan lain lain yang mendorong rendahnya self esteem.

Baroon & Bryne (2004) mengatakan bahwa memiliki self esteem

yang tinggi adalah dambaan setiap individu, maka tidak jarang jika

individu yang memiliki self esteem rendah akan berusaha untuk mencari
berbagai macam cara untuk meningkatkan self esteemnya kearah yang

lebih positif. Setiap individu yang melakukan pembelian pada produk

tertentu seperti fashion perlu mengetahui bahwa dari pembelian tersebut

memiliki manfaat psikologis yang terkait dengan meningkatnya ‘’rasa

percaya diri seseorang’’ yang berbelanja dan menggunakan produk

tertentu (Damiati, 2017).

Belanja digunakan sebagai kompensasi untuk meningkatkan

penilaian diri lebih positif dan menghilangkan emosi negatif dalam diri.

Ketika belanja, rasa cemas, sedih, perasaan inferior yang dimiliki akan

sedikit demi sedikit hilang dan digantikan dengan perasaan senang serta

mampu untuk melupakan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-

harinya. Perilaku belanja ini memberikan efek positif meskipun hanya

bersifat sementara, yaitu yang membuat individu dapat memberikan

perasaan bahagia ketika sedang berbelanja hal yang disukai. Perilaku

belanja ini akan kembali dilakukan ketika individu merasa nyaman dengan

aktivitas belanja tersebut. Individu yang berhasil dapat merubah perasaan

negatif menjadi positif dengan aktivitas belanja, maka akan cenderung

kembali melakukan aktivitas belanja tanpa terenana yang disebut dengan

impulsive buying.

Dari penjelasan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang ‘’hubungan self esteem dengan impulsive

buying pada mahasiswa UIN Suska Riau’’


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan pada latar belakang

masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah‘’Apakah ada hubungan antara self esteem dengan impulsive buying

pada mahasiswa UIN Suska Riau?’’

C. Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan dari penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui hubungan antara self esteem dengan impulsive buying pada

mahasiswa UIN Suska Riau

D. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu yang

mengkaji tema penelitian yang sama dengan yang peneliti lakukan,

diantaranya: penelitian yang dilakukan oleh Septila dan Aprilia (2017)

tentang ‘’Impulsive buying pada mahasiswa di Banda Aceh’’. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan impulsive buying

pada mahasiswa Universitas Syiah Kuala ditinjua dari jenis kelamin.

Penelitian ini memiliki persamaan variabel terikat dengan peneliti lakukan

yaitu impulsive buying dan memiliki persamaan pada subjek penelitian

yaitu mahasiswa, namun perbedaannya adalah penelitian Septila dan

Aprilia tidak menghubungkannya dengan variabel bebas, sedangkan

peneliti menghubungkannya dengan variabel bebas yaitu self esteem.

Perbedaan lain yang ditemukan yaitu peneliti Septila dan Aprilia


menggunakan teknik deskriptif, sedangkan peneliti menggunakan teknik

korelasi.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Henrietta (2015)

tentang ‘’Impulsive buying pada dewasa awal di Yogyakarta’’. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan impulsive buying

berdasarkan pada jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan dan

jenis pekerjaan. Tingkat kecenderungan impulsive buying dalam penelitian

ini tergolong rendah. Penelitian ini memiliki persamaan variable terikat

dengan peneliti lakukan yaitu impulsive buying. Perbedaan dari peneliti

Henrietta dan peneliti lakukan yaitu pada subjek penelitian dan teknik

penelitian kuantitatif.

Penelitian yang terkait dengan kedua variable yang peneliti

lakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dan Yusuf (2017)

tentang ‘’Hubungan self esteem dengan impulsive buying (studi pada

mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi yang berbelanja melalui Instagram).

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negative yang signifikan

antara self esteem dengan impulsive buying pada mahasiswi fakultas ilmu

komunikasi yang berbelanja melalui instagram. Penelitian ini memiliki

persamaan pada variable terikat dan variable bebas dengan yang peneliti

lakukan yaitu hubungan antara self esteem dengan impulsive buying,

namun perbedaannya dengan peneliti lakukan yaitu pada lokasi penelitian

dan fakultas yang menjadi subjek penelitian.


Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Permana dan

Kusdiyanti (2015) tentang ‘’Hubungan self esteem dengan impulsive

buying pada mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Ekonomi Universitas X

Bandung’’. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa terdapat hubungan

negative signifikan antara self esteem dengan impulsive buying. Dalam

penelitian ini memiliki persamaan dengan peneliti lakukan yaitu pada

variabel bebas dan variabel terikat dan subjeknya adalah mahasiswa.

Perbedaan pada peneliti ini dengan peneliti lakukan yaitu pada lokasi

penelitian.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Adiputra (2015)

tentang ‘’Perilaku pembelian tidak terencana (impulse buying) di pusat

perbelanjaan modern di Surabaya’’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keterlibatan konsumen berpengaruh signifikan terhadap emosi positif

konsumen dan impulse buying, emosi positif berpengaruh signifikan

terhadap impulse buying, impulse buying tidak hanya dikarenakan perilaku

fashion-oriented impulse buying namun juga disebabkan planned impulse

buying dan reminder impulse buying. . Persamaan penelitian Adiputra

dengan peneliti lakukan yatiu yang menjadi variable terikat adalah impulse

buying. Perbedaan dari penelitian Adiputra dengan peneliti lakukan yaitu

pada subjek penelitian.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Arisandy dan Hurriyati

(2017) tentang ‘’Hubungan antara kontrol diri dengan impulsive buying

pada Mahasiswi Fakultas Psikologi di perguruan tinggi wilayah


Palembang yang melakukan belanja online’’. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara

kontrol diri dengan impulsive buying pada Mahasiswi Fakultas Psikologi

di perguruan tinggi wilayah Palembang yang melakukan belanja online.

Persamaan penelitian ini dengan peneliti lakukan yaitu pada variable

terikat dan penggunaan subjek. Namun perbedaannya yaitu pada variable

bebas dan lokasi penelitian.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ningrum dan

Matulessy (2018) tentang ‘’Self image dan impulsive buying terhadap

produk fashion pada dewasa awal’’. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara self image

dengan impulsive buying terhadap produk fashion pada dewasa awal.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan peneliti lakukan pada variabel

terikat yaitu impulsive buying, sednagkan pada varibel penghubunganya

penelitian Matulessy menggunakan variabel bebas self image sedangkan

peneliti self esteem dan pada penggunaan subjek, penelitian menggunakan

subjek pada dewasa awal namun peneliti menggunakan subjek mahasiswa.

Berdasarkan uraian dari beberapa hasil penelitian diatas dapat

disimpulkan bahwa meskipun terdapat persamaan dan perbedaan pada

masing-masing variabel penelitian yaitu variabel self esteem dan

impulsive buying namun pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

terdapat relevansi yang berbeda yaitu perbedaan dari segi kasus penelitian,

karakteristik subjek penelitian dan tempat penelitian yang dilakukan pada


penelitian ini, maka dari itu dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk

meneliti serta ingin melihat hubungan self esteem dengan impulsive buying

pada mahasiswa UIN Suska Riau.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi positif

untuk memberikan sumbangan pengetahuan, ide dan saran bagi

perkembangan psikologi khususnya psikologi pendidikan dan psikologi

organisasi dan usaha. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian selanjtnya.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dan memberikan

informasi serta gambaran bagu subjek, yaitu terkait dengan perilaku

impulsive buying yaitu membeli secara spontan, mendadak dan tanpa

pertimbangan yang dilakukan mahasiswa yang dipengaruhi oleh faktor

self esteem.
BAB II

TINAJUAN PUSTAKA

A. Impulsive Buying

1. Pengertian Impulsive buying

Rook (1987) menyatakan bahwa impulsive buying merupakan

perwakilan dari jenis perilaku psikologis. Menurut Mowen & Minor

(2002) impulsive buying merupakan tindakan membeli yang sebelumnya

tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan, atau niat

membeli yang terbentuk sebelum masuk kesebuah toko. Impulsive buying

didefinisikan suatu desakan hati yang tiba tiba dengan penuh kekuatan,

bertahan dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung,

tanpa banyak memperhatikan akibatnya. Hal ini senada dengan pernyataan

impulsive buying menurut Rook (1987) yang mengemukakan bahwa suatu

perilaku pembelian yang terjadi ketika adanya dorongan secara tiba tiba,

sangat kuat, dan keinginan membeli sesuatu dengan segera. .

Impulsive buying yaitu pembelian yang dilakukan outlet ritel yang

berbeda dari yang direncanakan konsumen sebelum memasuki outlet ritel

tersebut. Istilah impulsive buying ini memiliki arti yaitu menyiratkan

kurangnya rasionalitas atau evaluasi alternative, sebagai contoh :

impulsive buying akan terjadi ketika seorang konsumen melihat permen

ketika berada didalam toko lalu membelinya dengan sedikit atau tanpa

pertimbangan sebagai akibat dari keinginan yang kuat dan secara

mendadak untuk memilikinya. Jadi item yang dibeli tersebut pada awalnya
tidak ada dalam pikiran pembeli sebagai daftar dari item yang akan dibeli

konsumen sebelum memasuki sebuah toko (Hawkins, Mothersbaugh &

Roger, 2007). Sedangkan menurut Verplanken dan Herabadi (2001) impulsive

buying merupakan perilaku pembelian yang dilakukan secara tidak rasional

dan diasosiasikan dengan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya

atau secara tiba tiba, serta diikuti dengan adanya konflik antara pikiran dan

dorongan emosional. Dorongan emosional tersebut berkaitan dengan adanya

perasaan yang kuat yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena

adanya dorongan untuk membeli suatu produk dengan segera, tanpa adanya

perencanaan dan pertimbangan, tidak memikirkan akibatnya, merasakan

kepuasan, dan mengalami konflik dalam pikiran.

Menurut Gasiorowska impulsive buying merupakan perilaku

pembelian yang tidak reflektif, membeli sebuah produk yang sebenarnya tidak

diharapkan dan terjadi secara spontan, diiringi dengan keinginan untuk

membeli produk-produk tertentu dan dimanifestasikan dalam sebuah reaksi

terhadap stimulus dari produk yang dibeli. Dalam hal ini konsumen

distimulasi oleh kedekatan secara fisik dari hasrat sebuah produk dan

reaksinya terhadap suatu stimulus yang bisa dikaitkan dengan control

intelektual yang rendah (kurangnya evaluasi yang didasarkan pada kriteria

keperluan dan kebutuhan, berkurangnya alasan untuk membeli, kurangnya

evaluasi terhadap konsekuensi yang muncul, mendapatkan kepuasan yang

datang secara tiba tiba sebagai penundaan datangnya kekecewaan) serta


aktivitas emosional yang tinggi (merasakan gembira dan stimulasi yang

disebabkan oleh produk-produk, situasi atau proses membeli (Henrietta,

2012).

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

impulsive buying merupakan tindakan perilaku pembelian yang dilakukan

seseorang dalam membeli suatu produk secara spontan tanpa

mempertimbangkan atau merencanakan sebelumnya dan bersifat mendadak

serta diiringi dengan faktor keinginan bukan berdasarkan kebutuhan terhadap

produk tersebut.

2. Aspek-aspek Impulsive buying

Verplanken dan Herabadi (2001) mengemukakan bahwa terdapat dua

aspek penting yang dapat membentuk kecenderungan perilaku impulsive

buying, yaitu :

a. Aspek kognitif (Cognitive)

Aspek kognitif dalam impulsive buying menunjukkan pentingnya

unsur perencanaan, pertimbangan serta dan adanya perilaku pembelian

pada suatu produk yang dilakukan secara spontan atau segera. Ketika

melakukan aktivitas belanja biasanya individu tidak melakukan evaluasi

dan kurang memikirkan konsekuensi yang akan diterima setelah

melakukan pembelian. Selain dari itu, individu tidak melakukan

perbandingan produk terlebih dahulu, cenderung enggan memberikan


pendapat mengenai kualitas pada produk yang akan dibeli dan

mengabaikan konsekuensi ketika melakukan impulsive buying.

b. Aspek afektif (Affective)

Aspek afektif dalam impulsive buying meliputi suatu dorongan

emosional yang muncul secara bersama atau setelah melakukan

pembelian secara spontan. Inidvidu yang membeli barang secara impulsif

seringkali didominasi oleh perasaan jatuh cinta (in love), antusias, senang

dan gembira (exited). Individu tidak hanya memiliki perasaan senang dan

gembira saat melakukan aktivitas pembelian impulsive buying, namun

juga akan muncul secara tiba tiba perasaan atau hasrat untuk melakukan

pembelian berdasarkan keinginan yang sifatnya mendesak, yang tidak

tertahankan dan keinginan segera untuk membelinya. Berdasarkan hasrat

yang muncul tersebut individu merasamenyesal dan kecewa karena telah

membelanjakanuang hanya untuk memenuhi keinginanya tersebut.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

terdapat dua aspek yang dapat membentuk lecenderungan impulsive

buying yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif pada

impulsive buying ditunjukkan dengan pemikiran secara spontan, tanpa

perencanaan atau pertimbangan dalam mengambil sesuatu, tidak

melakukan perbandingan produk sebelumnya dan mengabaikan

konsekuensi yang akan terjadi setelah membeli barang tersebut.

Sementara itu, aspek afektif dalam melakukan impulsive buying dapat


ditunjukkan dengan adanya dorongan tiba tiba untuk segera membeli,

didominasi oleh perasaan senang atau antusias dan individu akan merasa

menyesal setelah melakukan pembelian tanpa pertimbangan.

3. Faktor-faktor Impulsive buying

Menurut Verplanken dan Herabadi (dalam Henrietta, 2012) faktor

-faktor yang mempengaruhi impulsive buying yaitu :

a. Faktor lingkungan pemasaran

Faktor lingkungan pemasaran terdiri dari tampilan lingkungan

pemasaran, desain toko dan penawaran produk.

b. Variabel situasional

Faktor variabel situasional terdiri dari ketersediaan waktu dan uang

c. Variabel personal

Faktor variabel personal terdiri dari mood, identitas diri (self esteem,

self concept, self efficacy ) kepribadian dan pengalaman pendidikan.

Berdasarkan dari hasil penelitian, terdapat beberapa faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi perilaku impulsive buying, diantaranya sebagai berikut :

1) Lingkungan Toko

Menurut Karbasivar dan Yarahmadi (2011) lingkungan toko menjadi

salah satu faktor penentu yang penting dari impulsive buying. Hal ini

karena situasi ini terbatas pada spesifik ruang geografis di dalam toko

seperti musik, tampilan toko, aroma, promosi di dalam toko, harga,


kebersihan toko, dan kepadatan toko. Penelitian yang dilakukan oleh

Wusko (2014) menyatakan bahwa lingkungan toko berpengaruh terhadap

impulsive buying. Hal ini karena lingkungan toko dapat memberikan daya

tarik pada individu untuk memasuki toko serta memberikan rasa nyaman

pada konsumen

2) Desain toko

Verplanken dan Herabadi (2001) menyatakan bahwa tampilan produk

secara fisik, cara menampilkan produk, atau adanya tambahan seperti

wewangian, warna yang menarik, dan musik yang menyenangkan akan

memberikan kenyaman pada konsumen sehingga dapat memunculkan

suasana hati yang positif yang mampu meningkatkan pembelian secara

spontan

3) Promosi pemasaran produk

Penelitian yang dilakukan oleh Pradnywati dan Ekawati (2016)

menyatakan bahwa promosi penjualan akan berpengaruh terhadap

impulsive buying. Strategi yang dapat dilakukan seperti memberikan

promosi secara rutin dan terencana, memberikan potongan harga atau

diskon, serta adanya paket bonus

4) Gender

Gender merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi

kecenderungan impulse buying. Menurut Verplanken & Herabadi (2009)

mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa kaum wanita lebih banyak


melakukan aktivitas impulsive buying dari pada kaum pria, hal ini

dikarenakan bahwa wanita lebih menggunakan sisi emosionalnya

disbanding sisi kognitif dalam kegiatan berbelanja. Selain itu, wanita lebih

memiliki kesenangan dalam melakukan aktivitas berbelanja karena

menganggap belanja merupakan salah satu hobi dan merupakan aktivitas

yang wajar

5) Usia

Wood (1998) mengungkapkan bahwa individu dengan rentang usia 18

tahun hingga usia 39 tahun merupakan individu yang memiliki

kecenderungan melakukan impulsive buying. Hal ini karena individu yang

memiliki usia 39 tahun keatas cenderung mampu untuk mengendalikan

ekspresi emosionalnya dibandingkan individu yang berusia 39 tahun

kebawah.

6) Kepribadian

Menurut Rook dan Fisher (1995) kepribadian merupakan salah satu

faktor internal yang dapat mempengaruhi individu untuk melakukan

impulsive buying. Ketika individu akan membeli produk, ia akan memiliki

nilai dan makna yang berbeda. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan

menggunakan ciri ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi,

ketaatan, kemampuan bersosialiasi, daya tahan dan kemampuan

beradaptasi (Setiadi, 2003).


7) Keadaan emosi

Suasana hati atau mood yang dimiliki individu menjadi faktor yang

dapat memengaruhi terjadinya impulsive buying. Individu yang memiliki

suasana hati positif cenderung lebih mudah tertarik, semangat, senang dan

merasa berharga ketika melakukan aktivitas berbelanja dibandingkan

dengan individu yang memiliki suasana hati yang negatif (Verplanken &

Herabadi, 2001).

8) Kontrol diri

Kontrol diri merupakan salah satu faktor internal yang berpengaruh

terhadap impulsive buying. Individu yang memiliki kontrol diri yang

rendah menunjukkan kurang dapat menahan stimulus yang dapat

mendukung melakukan impulsive buying, mudah terpengaruh dan tidak

dapat mengelola diri dengan baik. Sementara itu, orang yang memiliki

kontrol diri yang baik akan membeli produk sesuai dengan kebutuhan

jangka panjang (Baumeister, 2002).

9) Self esteem

Faktor lain yang dapat memengaruhi impulsive buying adalah self

esteem. Penelitian yang dilakukan oleh Hadjali, Salimi, Nazari dan

Ardestani (2012) menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat self esteem

yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi kecenderungan impulsive

buying yang dilakukan, begitu juga sebaliknya.


Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa impulsive buying

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu meliputi lingkungan toko,

desain toko, promosi pemasaran produk, gender, usia, kepribadian, keadaan

emosi, kontrol diri dan self esteem.

B. Self esteem

1. Pengertian Self esteem

Menurut Santrock (2011) Self esteem merupakan suatu penilaian yang

dibuat oleh individu secara menyeluruh mengenai diri sendiri, penghargaan

diri yang disebut juga martabat diri (self worth) atau citra diri (self image.)

Menurut Baumiester menyatakan bahwa self esteem merupakan penilaian

menyeluruh pada individu mengenai keberhagaan dirinya. Penliaian ini kerap

mencerminkan persepsi persepsi yang tidak selalu cocok terhadap realita

(Upton, 2012). Menurut James (dalam Baron dan Byrne, 2004) self esteem

merupakan evaluasi diri serta sikap yang kita miliki terhadap diri kita sendiri

secara umum dan khusus. Hal ini sebagian didasarkan pada proses

perbandingan sosial.

Menurut Coopersmith (1967) self esteem merupakan hasil dari

evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang diekspresian dalam sikap

terhadap diri senndiri. Evaluasi ini menyatakan suatu sikap yang berbentuk

penerimaan ataupun penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu

percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, dan berharga menurut


standar dan penilaian pribadinya. Menurut Baron & Byrne (2004) menyatakan

bahwa self esteem adalah evaluasi terhadap diri yang dibuat oleh setiap

individu, sikap orang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif

hingga negatif. Individu yang memiliki self esteem tinggi berarti menyukai

dirinya sendiri. Penilaiain positif ini biasanya berdasarkan sebagian pendapat

orang lain dan sebagaian berdasarkan pengalaman individu itu sendiri. Self

esteem individu dipengaruhi oleh sikap terhadap diri sendiri, yang dimulai

dari interaksi antara bayi dan ibunya atau pengasuh lain dan perbedaan

budaya.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa self esteem

merupakan suatu peniliaian individu terhadap dirinya baik secara positif

maupun negaif yang dipengaruhi dari hasil interaksinya dengan orang orang

yang ada di lingkungannya dan sejauh mana individu dapat mencintai dirinya

dari sikap sebagai individu yang mampu, penting, berhasil dan berharga

maupun dari perlakuan orang lain terhadap dirinya.

2. Aspek-aspek Self esteem

Coopersmith (1967) menyatakan bahwa terdapat empat aspek yang

menjadi self esteem, yaitu :

a. Kekuatan (Power)

Kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mempengaruhi

askinya dengan mengontrol tingkah lakunya sendiri dan mempengaruhi


orang lain. Dalam situasi tertentu, power tersebut muncul melalui

pengakuan dan penghargaan yang diterima oleh individu dari orang lain

dan melalui kualitas penilaian terhadap pendapat-pendapat dan hak-

haknya. Efek dari pengakuan tersebut adalah menumbuhkan perasaan

berharga (sense of appreciation) terhadap pandangannya sendiri dan

mampu melawan tekanan untuk melakukan konformitas tanpa

mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dan pendapat-pendapatnya

sendiri.

b. Keberartian (Significance)

Keberartian merupakan adanya penerimaan, perhatian, dan kasih

saying yang ditunjukkan oleh orang lain. Eskpresi dari penghargaan dan

minat terhadap individu termasuk dalam penegrtian penerimaan diri

(acceptance) dan popularitas, yang merupakan kebalikan diri penolakan

dan isolasi. Penerimaan ditandai dengan kehangatan, responsifitas, minat

dan menyukai inidividu apa adanya. Dampak dari masing masing

perlakuan dan kasihy saying tersebut adalah menumbuhkan perasaan

berarti (sense of importance) dalam dirinya. Makin banyak orang

menunjukkan kasih sayang, maka makin besar kemungkinan memiliki

penilaian diri yang baik.

c. Kebajikan (Virtue)

Kebajikan merupakan adanya tingkah laku yang patuh pada kode etik,

moral dan prinsip-prinsip agama. Inidvidu yang memenuhi kode etik


moral dan prinsip-prinsip agama, kemudian menginternalisasikannya,

menampilkan sikap diri yang positif dengan kesuksesan dalam

pemenuhan terhadap tujuan-tujuan pengabdian pada nilai-nilai luhur.

d. Kemampuan (Competence)

Kemampuan merupakan adanya tingkat pencapaian yang tinggi dalam

tugas yang bervariasi untuk tiap tingkatan kelompok usianya. White

(dalam Coopersmith, 1967) menunjukkan bahwa pengalaman seorang

individu mulai dari masa bayi yang diberikan rasa mampu secara biologis

(sense of efficacy) yang memberikannya kesenangan dan membawanya

untuk selalu berhadapan dengan lingkungan akan menjadi dasar bagi

pengembangan motivasi intrinsic untuk mencapai kompetensi yang lebih

tinggi lagi. White menekankan pentingnya aktivitas spontan pada

seseorang individu dalam menumbuhkan perasaan mampu (felling of

efficacy) dan pengalaman-pengalaman dalam pencapaian kemandirian

dapat sangat memberikan penguatan terhadap nilai-nilai personalnya dan

tidak tergantung pada kekuatan-kekuatan diluar dirinya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self esteem

Meurut Coopersmith (Hidayat dan Bashori 2016) terdapat beberapa

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self esteem, yaitu sebagai berikut :

a. Penerimaan atau penghinaan terhadpa diri.

Individu yang merasa dirinya berharga dengan akan memiliki

penilaian diri yang lebih baik atau positif terhadap dirinya dibandingkan
dengan individu yang tidak merasa seperti itu. individu dengan self esteem

yang baik akan mampu menghargai dirinya sendiri, menerima diri dan

tidak menganggap rendah dirinya. individu dengan self esteem yang baik

mengenali keterbatasan dirinya sendiri dan mempunyai harapan untuk

maju dengan memahami potensi yang dimiliki. sebaliknya, individu

dengan self esteem yang rendah pada umumnya akan menghindari

persahabatan, cenderung menyendiri, dan tidak puas akan dirinya,

walaupun mereka yang memiliki self esteem rendah sesungguhnya

memerlukan dukungan

b. Kepemimpinan atau popularitas.

Seseorang mendapatkan validasi atas penilaian atau keberatian dirinya

ketika ia menunjukkan perilaku yang sesuai dengan ekspektasi

lingkungannya. salah satu contohnya adalah pada lingkungan persaingan.

dalam lingkungan persaingan, individu dapat membuktikan seberapa besar

kepemimpinanan kepopulerannya. pada contoh ini, seseorang dapat

membuktikan kepemimpinanya melelaui kemampuan mengatur tindakan.

hal itu dilakukannya dengan memahami kelebihan dan kekurangan dirinya

dan hal yang membedakannya dengan orang lain. pembuktian akan

kepopuleran individu di dalam lingkungan persaingan dan berani menjadi

pemimpin.
c. Keluarga dan orang tua.

Keluarga dan orang tua memiliki porsi terbesar dalam faktor yang

dapat memengaruhi self esteem karena keluarga merupakan modal

pertama dalam proses imitasi. alasan lainnya karena perasaan dihargai

oleh keluarga merupakan nilai penting dalam perkembangan self esteem

d. Keterbukaan dan kecemasan.

Individu cenderung terbuka dalam menerima keyakinan, nilai-nilai,

sikap dan moral dari orang maupun lingkungan lain jika dirinya diterima

dan dihargai. sebaliknya, seseorang akan mengalami kekecewaan bila

ditolak oleh lingkunga sekitarnya.

4. Tingkatan Self esteem

Menurut Coopersmith (1967) tingkatan self esteem dibagi menjadi tiga

golongan, yaitu :

a. High self esteem (self esteem tinggi)

High self esteem merupakan kejelasan diri sendiri ebagai individu

yang ia tunjukkan melalui kemampuan kemampuannya sebagai bentuk

mempertahankan gambaran diri yang ia miliki. Hal ini akan mendorong

individu untuk berperan aktif (active role) dalam kelompok sosialnya dan

selalu mengungkapkan pandangan pandangannya secara sering kali dan

efektif. Individu dnegan high self esteem akan menerima dirinya dan tidak

menyesal dengan apa yang ada pada diriny sendiri. Dengan adanya high
self esteem, individu akan memiliki hidup yang lebih bahagia dan efektif

dalam memenuhi tuntutan lingkungannya.

b. Medium self esteem (self esteem sedang)

Medium self esteem terjadi bila individu gagal dalam memenuhi

karakter dari high self esteem dan tidak pula memenuhi karakter low self

esteem. Individu dengan medium self esteem dalam kebanyakan hal

pendapatnya lebih dekat dnegan individu yang memiliki high self esteem

dari pada individu dengan low self esteem, namun tidak cukup baik dalam

memenuhi kategori sebagai individu yang memiliki high self esteem.

Individu dengan medium self esteem relative sama dengan individu high

self esteem, anmun terdaoat beberapa penggecualian utama. Individu

dengan medium self esteem relative dapat menerima dirinya dengan baik,

memiliki pertahanan diri yang baik, dan dibesarkan dibawah kondisi

memahami bahwa terdapat batasan batasan yang berlaku di lingkungannya

dan mampu memberlakukannya, memiliki rasa hormat dan juga memiliki

orientasi nilai yang kuat. Namun mereka memiliki sifat ketergantungan

pada individu lain, mereka tidak hanya yakin dengan kemampuan yang

mereka miliki sheingga cenderung tidak yakin terhadap kinerja mereka

dan realtif terpengaruh oleh orang lain.

c. Low self esteem (self esteem rendah)

Low self esteem sering disamakan dengan sifat rendah diri, sifat takut,

kebencian diri, ketiadaan penerimaan dan bersikap tunduk. Dalam


pandangan Coopersmith menjelaskan bahwa individu dengan low self

esteem menunjukkan lebih tinggi tingkat kecemasannya, tetapi sebaliknya

mereka lebih rendah dalam mempengaruhi ekspresi mereka dan cenderung

menunjukkan gejala psikosomatis dan perasaan depresi.

C. Kerangka Berpikir

Remaja merupakan individu yang mengalami masa transisi dari

kehidupan masa kanak-kanak menuju kehidupan dewasa dengan perubahan

dan perkembangan yang pesat baik dari segi fisik dan psikis (Monks, 2014).

Mahasiswa termasuk kedalam periode remaja akhir. Mahasiswa cenderung

tertarik dengan hal hal yang modis, serta memperhatikan penampilan agar

menarik sehingga hal ini membuat mahasiswa menjadi berkembang dan

mencari kedewasaan dirinya baik dalam segi sikap maupun penampilan

mereka, karena mahasiswa merasa memiliki sikap kebebasan penuh dan dapat

mengambil suatu keputusan.

Keputusan untuk menunjang penampilan dalam kehidupan mereka

bukan suatu hal yang buruk, namun hal tersebut cenderung menimbulkan

kesan negatif, karena kebanyakan mahasiswa menjadi sibuk dalam

memperhatikan penampilannya dan menghambur-hamburkan uang orangtua

agar mendapat tempat dan pengakuan di lingkungannya seperti di kampus

sehingga menimbulkan kesan penampilan dewasa. Akhirnya mahasiswa

menjadi sangat terikat dengan penampilannya dan tidak mampu melakukan

aktivitas tanpa ditunjang penampilan. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa


terpengaruh membeli produk-produk yang dapat menunjang penampilan,

melakukan pembelian spontan atau tanpa perencanaan meski harus

menanggung resiko seperti meminta uang tambahan kepada orangtua.

Perilaku seperti ini sering disebut dengan perilaku impulsive buying.

Menurut Utami (2006) impulsive buying atau pembelian tidak

terencana merupakan bentuk lain dari pola pembelian impulsive. Pembelian

impulsive terjadi ketika konsumen tiba-tiba mengalami keinginan kuat dan

kukuh untuk membeli secepatnya. Impulsive buying biasa terjadi dimana saja

dan kapan saja. Termasuk pada saat seorang penjual menawarkan suatu

produk kepada calon konsumen. Impulsive buying sebagai bentuk perilaku

dari pilihan yang dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang kuat

mengenai suatu produk. Biasanya individu tidak memikirkan konsekuensi

yang akan diterima setelah melakukan pembelian sebelumnya dan tidak

melakukan perbandingan produk terlebih dahulu (Verplanken & Herabadi,

2001).

Menurut Hirschman (dalam Ferrinadewei, 2018) bahwa konsumen

seringkali membeli produk bukan karena manfaat fungsionalnya tetapi lebih

untuk nilai simboliknya. Alasan mengapa suatu produk yang dikonsumsi

memiliki simbol tertentu bagi individu yaitu, produk yang dibeli terlihat jelas

oleh orang lain dan produk yang dibeli memiliki variabilitas artinya individu

memiliki sumber daya untuk memilikinya sementara orang lain tidak dapat

memilikinya, dan produk secara simbolik memiliki kepribadian, makna sosial


dan memiliki atribut yang sering diasosiasikan dengan aspek citra diri yang

memungkinkan konsumen untuk mengidentifikasi dirinya dengan kelompok

yang mewakili citra dirinya.

Self esteem dapat mengubah sikap terhadap produk dengan

merangsang perasaan positif mengenai diri konsumen dengan melakukan

kegiatan berbelanja konsumen kelas menengah atas merasa lebih percaya akan

kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan berbelanja (Setiadi, 2003).

Self esteem seseorang dapat menentukan bagaimana cara seseorang

berperilaku di dalam lingkungannya. Peran self esteem dalam menentukan

perilaku ini dapat dilihat melalui proses berpikirnya, emosi, nilai, cita-cita,

serta tujuan yang hendak dicapai seseorang. Bila seseorang mempunyai self

esteem yang tinggi, maka perilaku yang dimiliki individu akan positif,

sedangkan bila self esteem rendah, akan tercermin pada perilakunya yang

negatif pula. Perilaku-perilaku yang positif maupun negatif dapat terjadi pada

setiap orang salah satunya pada perkembangan remaja akhir.

Kecenderungan perilaku impulsive buying berkorelasi dengan self

esteem sehingga self esteem merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi impulsive buying (Hadjali, Salimi, Ardestani, 2012). Menurut

Coopersmith (1967) self esteem merupakan evaluasi mengenai sikap

penerimaan dan penolakan serta menunjukkan seberapa besar individu

percaya bahwa dirinya mampu, berarti, dan merasa berharga. Self esteem

terdiri dari empat aspek yaitu kekuatan (power), keberartian (significance),


kebajikan (virtue), dan kemampuan (competence). Adapun dinamika

psikologis antara self esteem dengan impulsive buying dapat digambarkan

sebagai berikut :

Individu yang memiliki self esteem yang tinggi maka pada aspek

kekuatan (power) merasa bahwa ia akan mampu dalam mengontrol setiap

tindakan yang dilakukannya. Misalnya ketika melakukan aktivitas berbelanja

dan ditawarkan suatu produk atau barang, maka ia akan dapat mengontrol

tindakannya dengan melakukan pertimbangan dengan cermat sebelum

menentukan keputusan untuk membeli barang tersebut. Dengan hal itu aspek

kekuatan dapat menentukan seberapa besar individu percaya bahwa dirinya

mampu dan berharga bagi orang lain, serta adanya penerimaan dalam

lingkungannya maka hal tersebut dapat meminimalisir perilaku impulsive

buying. Namun sebaliknya, jika individu memiliki self esteem yang rendah

pada aspek kekuatan (power) individu sulit untuk mengatur dan mengontrol

perilakunya, sehingga dalam perilaku impulsive buying pada aspek kognitif

individu akan mudah tergoda dalam melakukan pembelian impulsive ketika

mendapatkan tawaran harga murah, diskon, atau rayuan dari temannya.

Pada aspek keberartian (significance) individu yang memiliki self

esteem tinggi maka individu dapat menerima dirinya sendiri sehingga

mengetahui keterbatasan yang ada pada dirinya, artinya dengan adanya

penerimaan diri sendiri maka dalam perilaku impulsive buying pada aspek

afektif individu dapat menahahan perasaan ingin berbelanja dengan


memikirkan dampak dan akibat terhadap dirinya dari suatu pembelian yang

dilakukan secara impulsive. Begitupun sebaliknya individu yang memiliki self

esteem yang rendah pada aspek keberartian (significance) maka individu sulit

menerima dirinya sendiri sehingga tidak mengetahui keterbatasan yang ada

pada dirinya, sehingga dalam perilaku impulsive buying indivdiu tidak

memikirkan dampak dan akibat terhadap dirinya sendiri dari suatu pembelian

yang dilakukan secara impulsive. Sehingga membuat individu mudah

melakukan impulsive buying.

Individu yang memiliki self esteem yang tinggi pada aspek kebajikan

(virtue) dalam hal kepatuhan atau ketaatan dalam mengikuti prinsip etika dan

moral dalam lingkungannya, maka individu taat dalam menjauhi tingkah laku

yang dilarang dan menjalankan tingkah laku yang diperbolehkan dalam

masyarakat, sehingga dalam perilaku impulsive buying individu pada aspek

kognitif indiviu dapat berpikir bahwa makan memiliki dampak dan mengerti

bahwa hal tersebut sebagai bentuk dari perilaku yang dilarang dalam

masyarakat karena akan cenderung menjadi boros. Begitupun sebaliknya

individu yang memiliki self estem yang rendah pada aspek kebajikan (virtue)

akan cenderung untuk melanggar aturan yang ada, sehingga dalam perilaku

impulsive buying pada aspek kognitif individu tidak menghiraukan dan tidak

merasa bersalah ketika membeli secara impulsive.

Individu yang memiliki self esteem tinggi pada aspek kemampuan

(competence) adalah individu yang mampu mengambil keputusan dengan baik


dan penuh pertimbangan serta dapat menyelesaikan tugas yang diberikan,

sehingga dalam perilaku impulsive buying pada aspek kognitif sebelum

membuat keputusan untuk membeli suatu barang maka individu memikirkan

terlebih dahulu manfaat dari pembelian barang tersebut dan jika individu

mendapatkan tugas untuk membeli suatu barang, maka ia akan segera pergi

dan menyelesaikan tugas tersebut dan memberikan barang yang telah dibeli

tersebut kepada orang yang bersangukutan, sehingga ia tidak berlama lama

untuk melakukan kegiatan berbelanja untuk melihat barang barang yang

lainnya. Namun sebaliknya jika individu memiliki self esteem yang rendah

pada aspek kemampuan (competence) individu akan merasa sulit untuk

membuat sebuah keputusan, sehingga individu cenderung spontan pada setiap

tindakan yang dilakukannya. Maka dalam perilaku impulsive buying pada

aspek kognitif individu cenderung melakukan pembelian tanpa perencanaan

sebelumnya, spontanitas, dan tiba-tiba tanpa berpikir panjang. Namun setelah

perilaku impulsive berlangsung, individu merasa kecewa setelah adanya

pembelian tersebut, dan ketika individu melakukan kegiatan berbalanja pada

saat amanah dalam menyelesaikan tugas untuk membeli suatu barang,

individu tersebut membeli barang yang diamanahkan dan melihat barang

barang lainnya yang menarik perhatiannya untuk ia beli, sehingga akan

membutuhkan waktu yang cukup lama dalam kegiatan berbelanja.

Berdasarkan hal tersebut, tidak sedikit individu yang melakukan

impulsive buying khususnya pada mahasiswa yang termasuk dalam


perkembangan remaja akhir menuju dewasa awal. Pembelian secara spontan

atau impulsive buying yang dilakukan mahasiswa cenderung dilatar belakangi

oleh penilaian yang rendah terhadap dirinya, adanya perasaan kurang puas dan

selalu merasa kurang atau lebih rendah dari orang-orang dalam lingkungan

sosialnya. Hal ini yang mendorong mahasiswa untuk melakukan perilaku

impulsive buying dengan harapan mendapat pengakuan di lingkungan

sosialnya dan kampusnya sebagai orang yang lebih dewasa dihadapan teman-

temannya.

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah dipaparkan, maka hipotesis

yang diajukan untuk penelitian ini yaitu ‘’Ada hubungan negatif antara self

esteem dengan impulsive buying’’.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pendekatan kuantitatif dengan

menggunakan ‘’Teknik Korelasional’’. Menurut Azwar (2011) penelitian

dengan teknik korelasional memiliki tujuan untuk menyelidiki sejauh mana

variabel berkaitan antara satu variabel dengan variabel lain yang saling

berhubungan, berdasarkan pada koefisien korelasi. Dalam penelitian ini

terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) adalah self esteem dan

variabel terikat (Y) impulsive buying. Adapun skema penelitian ini

digambarkan sebagai berikut :

X Y

Keterangan : Menunjukkan hubungan

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

dan pengamatan suatu penelitian (Arikunto, 2013). Variabel yang akan

digunakan pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut:


1. Variabel bebas (X) : Self esteem

2. Variabel terikat (Y) : Impulsive buying

C. Definisi Operasional

1. Impulsive buying

Impulsive buying merupakan aktivitas berbelanja yang dilakukan

seseorang dalam melakukan pembelian suatu produk atau barang yang

berdasarkan pada kemampuan koginif seperti dalam bentuk perilaku

pembelian tanpa pertimbangan dan perencanaan sebelumnya, tidak

melakukan perbandingan produk yang akan dibeli dengan produk yang

lainnya, serta tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima ketika

membeli suatu produk secara spontan dan berdasarkan pada kemampuan

afektif seperti dalam bentuk perilaku adanya perasaan senang dan antusias

ketika membeli barang, adanya perasaan yang kuat untuk berbelanja

dengan segera serta adanya perasaan menyesal dan kecewa setelah

melakukan pembelian tanpa pertimbangan.

2. Self esteem

Self esteem merupakan suatu penilaian yang dibuat oleh individu

mengenai dirinya sendiri secara positif maupun negatif seperti adanya

rasa hormat, pengakuan, ketertarikan dan perhatian dari orang lain,


memiliki pendapat uang diterima orang lain, taat dan patuh dalam

mengikuti aturan yang berlaku dimasyarakat, mampu dalam mengatur dan

mengontrol perilaku, menerima diri sendiri, menyelesaikan tugas yang

diberikan dan mampu dalam mengambil keputusan serta

mempertanggungjawabkannya.

D. Subjek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi

hasil penelitian (Azwar, 2013). Sedangkan menurut Sugiyono (2016)

populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Suska Riau yang

berusia 18-21 tahun sebagai populasi. Rentang usia tersebut jika mengacu

kepada teori Monks (2014) adalah usia remaja akhir. Berdasarkan kriteria

tersebut, maka mahasiswa yang dikategorikan masuk kedalam usia 18-21

tahun adalah mahasiswa angkatan 2016-2019 yang ada di 8 Fakultas di

UIN Suska Riau. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Table. 3.1
Populasi Mahasiswa/i UIN Suska Riau

No Fakultas Jumlah
1 Dakwah dan Komunikasi 3.790 orang
2 Ekonomi dan Ilmu Sosial 3.618 orang
3 Pertanian dan Peternakan 1.632 orang
4 Psikologi 1.117 orang
5 Sains dan Teknologi 3.998 orang
6 Syari’ah dan Hukum 4.012 orang
7 Tarbiyah dan Keguruan 6.431 orang
8 Ushuluddin 1.431 orang
Jumlah 26.029 orang
Sumber : Bagian Akademik UIN Suska Riau

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau yang mewakili dari jumlah dan

karaketristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2016). Agar hasil

penelitian dapat digeneraliasikan kepada populasi, maka sampel diambil

secara representatif, artinya sampel haruslah mencerminkan dan bersifat

mewakili populasi. Menurut Roscoe (dalam Sugiyono, 2016) mengatakan

bahwa ukuran sampel yang layak untuk digunakan dalam penelitian

adalah antara 30 hingga 500 subjek. Mengacu kepada pendapat Roscoe di

atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 200

sampel. Jadi apabila kuota sampel yang ditargerkan peneliti sudah

terpenuhi sebanyak 200 orang, maka penelitian dapat dikatakan selesai.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel pada

suatu penelitian (Sugiyono, 2016) . Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah proportional random sampling. Teknik ini


digunakan karena populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak

homogen secara proporsional (Arikunto, 2013). Penggunaan teknik ini

dikarenakan jumlah populasi yang berbeda-beda antar Fakultas di UIN

Suska Riau. Berikut rincian jumlah sampel berdasarkan teknik

proportional random sampling.

Table. 3.2

Jumlah Sampel Penelitian

No Fakultas Populasi Jumlah


1 Dakwah dan Komunikasi 3.790 orang 3.790/26.029 x 250 = 36
2 Ekonomi dan Ilmu Sosial 3.618 orang 3.618/26.029 x 250 = 35
3 Pertanian dan Peternakan 1.632 orang 1.632/26.029 x 250 = 16
4 Psikologi 1.117 orang 1.117/26.029 x 250 = 11
5 Sains dan Teknologi 3.998 orang 3.998/26.029 x 250 = 38
6 Syari’ah dan Hukum 4.012 orang 4.012/26.029 x 250 = 39
7 Tarbiyah dan Keguruan 6.431 orang 6.431/26.029 x 250 = 62
8 Ushuluddin 1.431 orang 1.431/26.029 x 250 = 13
Jumlah 26.029 orang 250 orang

Jumlah subjek yang akan menjadi sampel berdasarkan perhitungan

tersebut dalam penelitian ini yaitu Fakultas Dakwah dan Komunikasi =36

orang, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial = 35 orang, Fakultas Pertanian dan

Peternakan = 16 orang, Fakultas Psikologi = 11 orang, Fakultas Sains dan

Teknologi = 38 orang, Fakultas Syariah dan Hukum = 39 orang, Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan = 62 orang, dan Fakultas Ushuluddin = 13 orang,

sehingga jumlah sampel keseluruhan dalam penelitian ini menjadi 250 orang.
E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat dilakukan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 2013). Metode pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala. Menurut

Azwar (2013) skala adalah stimulus dari pertanyaan yang mengungkapkan

indikator perilaku dari suatu atribut tertentu melalui respon terhadap

pertanyaan tersebut. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

dua skala impulsive buying (2001) dan skala self esteem (2018). Kedua skala

ini menggunakan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan

model skala likert dengan dua kelompok yaitu (favorable) dan (unfavorable).

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014)

Peneliti menggunakan 4 alternatif jawaban untuk menghindari

kecenderungan responden memilih jawaban yang berada ditengah-tengah atau

netral saat ragu menjawab pernyataan. Sugiyono (2014) mengemukakan

bahwa, jika pilihan tengah atau netral disediakan, maka kebanyakan subjek

akan cenderung untuk menempatkan pilihannya dikategori tersebut, sehingga

data mengenai perbedaan responden menjadi kurang informatif. Pada

penelitian ini subjek diminta untuk memilih salah satu dari empat alternatif

pilihan jawaban yang telah disediakan pada setiap pertanyaan. Pilihan

jawaban tersebut yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setujun (TS), dan
sangat tidak setuju (STS). Unuk aitem favorable, subjek memperoleh skor 4

jika menjawab sangat setuju (SS), skor 3 untuk jawaban setuju (S), skor 2

untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

(STS). Sebaliknya, untuk aitem unfavorable subjek memperoleh skor 1 jika

menjawab sangat setuju (SS), skor 2 untuk jawaban setuju (S), skor 3 untuk

jawaban tidak setuju (TS), skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).

Table 3.3
Rentang Skor Aitem Skala

Jawaban Aitem Aitem


Favorable Unfavorable
Sangat setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak setuju(TS) 2 3
Sangat tidak setuju (STS) 1 4

1. Skala Impulsive buying

Skala impulsive buying pada penelitian ini disusun berdasarkan teori

yang dikemukakan oleh Verplanken dan Herabadi (2001) dengan

reliabilitas 0.87. Skala impulse buying yang disusun oleh Verplanken dan

Herabadi (2001) terdiri dari dua aspek yaitu, aspek kognitif (cognitive)

dan aspek afektif (affective). Skala ini diterjemahkan oleh peneliti dari

bahasa inggris ke bahasa Indonesia yang terdiri dari 20 aitem, kemudian

dimodifikasi oleh peneliti. Modifikasi yang peneliti lakukan dalam skala


impulsive buying yaitu perubahan kalimat pernyataan pada beberapa

dengan tujuan untuk memperjelas penyataan yang kalimatnya kurang

jelas, agar mudah dipahami dan dimengerti.

Tabel 3.4
Blue print Impulsive buying (Untuk Try Out)

Sebaran Aitem
No Aspek Indikator F UF Jumlah
1 Aspek Pembelian tanpa
kogniti pertimbangan, 3, 9 1, 2, 4,
f perencanaan, dan tidak 5, 6, 7, 9
melakukan 8
perbandingan produk
sebelum membeli
Membeli produk
tanpa memikirkan 10
konsekuensi yang - 1
terjadi.

2 Aspek Adanya perasaan


affektif senang dan antusias 15 1
ketika membeli -

Adanya perasaan yang 11, 12,


kuat untuk berbelanja 16, 17, 14
dengan segera 18, 19, 8
20
Perasaan menyesal
dan kecewa setelah 13 - 1
melakukan pembelian
Total Aitem 12 8 20

2. Skala Self esteem


Skala self esteem dalam penelitian ini diukur melalui modifikasi dari

penelitian skripsi Dewi (2018) dengan judul ‘’Hubungan harga diri

dengan kecenderungan impulsive buying pada remaja akhir’’ dengan

reliabilitas self esteem yang diperoleh yaitu 0,917. Aspek-aspek self

esteem dalam alat ukur mengacu pada teori Coopersmith (1967) yaitu

kekuatan (power), kebajikan (virtue), keberartian (significance) dan

kemampuan (competence). Skala ini terdiri dari 50 aitem. Modifikasi yang

peneliti lakukan pada skala ini yaitu penambahan jumlah aitem pada aitem

37,39 dan 50 serta modifikasi dalam perubahan kalimat pernyataan pada

beberapa aitem dengan tujuan untuk memperjelas penyataan yang

kalimatnya kurang jelas, agar mudah dipahami dan dimengerti.

Tabel 3.5
Blue print Self esteem (Untuk Try Out)

Sebaran Aitem
No Aspek Indikator F UF Jumlah
Aitem
1 Kekuatan Adanya rasa hormat 1, 12, 5, 15, 6
(power) dari orang lain 34 27
Mampu mengatur 2, 14, 6, 18, 6
dan mengontrol 24 37
tingkah laku
Memiliki pendapat 3, 20, 7, 36 5
yang diterima orang 32
lain
2 Keberartian Mampu menerima 4, 13, 8, 26, 6
(significance) diri sendiri 40 38
Adanya pengakuan 10, 30, 16, 28, 6
dari orang lain 41 35
Adanya ketertarikan 11, 42, 17, 25 5
dan perhatian dari 43
orang lain
3 Kebajikan Taat untuk 21, 9, 48 5
(virtue) mengikuti etika, 22,49
norma atau moral
yang berlaku
dimasyarakat
4 Kemampuan Mampu 23, 33, 19, 39, 6
(competence) menyelesaikan tugas 44 46
yang diberikan
Mampu mengambil 31, 45 29, 5
keputusan dan 47,50
mempertanggungjaw
abkan
Total Aitem 26 24 50

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Coba Alat ukur

Sebelum alat ukur digunakan dalam penelitian yang sebenarnya,

terlebih dahulu peneliti melakukan uji coba (try out) yang akan dilakukan

pada tanggal 25 sampai 30 Februari pada mahasiswa UIN Suska Riau

dengan jumlah subjek 80 orang. Peneliti menyebarkan 10 skala untuk

setiap fakultas di UIN Suska Riau yang akan diberikan kepada subjek

yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian.


Menurut azwar (2015) mengatakan bahwa secara tradisional, statistika

menganggap bahwa jumlah sampel try out yang lebih dari 60 orang sudah

cukup banyak. Setelah dilakukan try out, akan dilakukan analisis daya

diskriminasi aitem, validitas dan reliabilitas aitem dengan bantuan

komputer SPSS 20.0 for windows.

2. Uji Validitas

Validitas adalah sejauhmana tes mampu mengukur atribut yang

seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan peneliti

adalah validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang menunjukkan

sejauhmana aitem-aitem yang digunakan dalam skala mencakup

keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh skala itu. yang

diestimasi lewat pengukuran terhadap isi tes dengan analisis rasional atau

professional judgement. Validitas isi tidak hanya menunjukkan bahwa tes

tersebut komprehensif isinya, namun juga memuat isi yang relevan dan

tidak keluar dari batasan tujuan akhir (Azwar, 2009).

3. Indeks Daya Beda

Daya beda disebut juga daya diskriminasi aitem. Daya diskriminasi

aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau

kelompok yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur

Penentuan pemilihan aitem dalam penelitian ini berdasarkan koefisien


korelasi (rix) aitem total dengan batasan rix ≥ 0,30. Semua aitem yang

mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 maka dianggap memuaskan.

Namun apabila jumlah aitem yang valid ternayat masih tidak mencukupi

dari jumlah yang diinginkan, maka dapat menurunkan sedikit kriteria dari

0,30 menjadi 0,25 (Azwar, 2015).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan koefisien korelasi aitem total

minimal 0,30 sebagai acuan penentu daya beda aitem. Untuk melihat

indeks daya beda aitem, hasil dari uji coba tersebut dianalisa dengan

bantuan program Statistic Product and Services Solution (SPSS) 20.0 for

windows. Berikut hasil uji indeks daya beda aitem skala self esteem :

Tabel 3.6
Blue print Impulsive buying (setelah Try Out)

Sebaran Aitem
No Aspek Indikator F UF Jumlah
1 Aspek Pembelian tanpa
kogniti pertimbangan, 3, 9 1, 2,
f perencanaan, dan tidak *4, 5, 9
melakukan 6, *7, 8
perbandingan produk
sebelum membeli
Membeli produk
tanpa memikirkan 10
konsekuensi yang - 1
terjadi.
2 Aspek Adanya perasaan
affektif senang dan antusias 15 1
ketika membeli -

Adanya perasaan yang *11,


kuat untuk berbelanja 12, 16, 14
dengan segera 17, 18, 8
19, 20
Perasaan menyesal
dan kecewa setelah *13 - 1
melakukan pembelian
Total Aitem 12 8 20

Hasil analisis dari 20 aitem impulsive buying yang telah di uji coba

terdapat 4 aitem yang gugur yaitu aitem no 4, 7, 11 dan 13. Sedangkan

aitem yang valid dengan koefisien korelasi aitem diatas 0.30 yaitu

berkisar antara 0.331 sampai dengan 0.601, oleh karena itu jumlah aitem

untuk penelitian sebanyak 16 aitem.berdasarkan hasil uji daya beda aitem

skala impulsive buying yang memenuhi kriteria, maka disusun kembali

blue print skala impulsive buying akan digunakan untuk penelitian.

Berikut uraian nya dapat dilihat pada tabel 3.7

Tabel 3.7
Blue print Impulsive buying untuk riset

Sebaran Aitem
No Aspek Indikator F UF Jumlah
1 Aspek Pembelian tanpa 3, 7 1, 2, 4, 7
kogniti pertimbangan, 5, 6
f perencanaan, dan tidak
melakukan
perbandingan produk
sebelum membeli
Membeli produk
tanpa memikirkan 8 - 1
konsekuensi yang
terjadi.

2 Aspek Adanya perasaan


affektif senang dan antusias 11 - 1
ketika membeli

Adanya perasaan yang 9, 12, 10


kuat untuk berbelanja 13, 14, 7
dengan segera 15, 16

Total Aitem 10 6 16

Tabel 3.8
Blue print Self esteem (setelah Try Out)

Sebaran Aitem
No Aspek Indikator F UF Jumlah
Aitem
1 Kekuatan Adanya rasa hormat *1, 12, *5, 15, 6
(power) dari orang lain 34 *27
Mampu mengatur *2, 14, *6, 18, 6
dan mengontrol 24 37
tingkah laku
Memiliki pendapat 3, *20, 7, 36 5
yang diterima orang 32
lain
2 Keberartian Mampu menerima 4, 13, 8, *26, 6
(significance) diri sendiri 40 38

Adanya pengakuan 10, 30, 16, 28, 6


dari orang lain 41 35
Adanya ketertarikan 11, 42, 17, *25 5
dan perhatian dari 43
orang lain
3 Kebajikan Taat untuk *21, 9, *48 5
(virtue) mengikuti etika, 22,49
norma atau moral
yang berlaku
dimasyarakat
4 Kemampuan Mampu 23, 33, 19, 6
(competence) menyelesaikan tugas 44 *39,
yang diberikan *46
Mampu mengambil 31, 45 29, 47, 5
keputusan dan *50
mempertanggungjaw
abkan
Total Aitem 26 24 50

Hasil analisis dari 50 aitem self esteem yang telah di uji coba terdapat 13

aitem yang gugur yaitu aitem no 1, 2, 5, 6, 20, 21, 25, 26, 27, 39, 46, 48,

dan 50. Sedangkan aitem yang valid dengan koefisien korelasi aitem

diatas 0.30 yaitu berkisar antara 0.301 sampai dengan 0.655. . oleh karena

itu jumlah aitem untuk penelitian sebanyak 37 aitem. Berdasarkan hasil uji

daya beda aitem skala self esteem yang memenuhi kriteria, maka disusun

kembali blue print skala self esteem yang akan digunakan untuk

penelitian. Berikut uraian nya dapat dilihat pada tabel 3.9

Tabel 3.9
Blue print Self esteem untuk riset

Sebaran Aitem
No Aspek Indikator F UF Juml
ah
Aitem
1 Kekuatan Adanya rasa hormat 8, 25 11 3
(power) dari orang lain
Mampu mengatur 10, 18 14, 28 4
dan mengontrol
tingkah laku
Memiliki pendapat 1, 23 3, 27 4
yang diterima orang
lain
2 Keberartian Mampu menerima 2, 9, 30 4, 29 5
(significance) diri sendiri

Adanya pengakuan 6, 21, 12, 19, 6


dari orang lain 31 26
Adanya ketertarikan 7, 32, 13 4
dan perhatian dari 33
orang lain
3 Kebajikan Taat untuk 16, 37 5 3
(virtue) mengikuti etika,
norma atau moral
yang berlaku
dimasyarakat
4 Kemampuan Mampu 17, 24, 15 4
(competence) menyelesaikan tugas 34
yang diberikan
Mampu mengambil 22, 35 20, 36 4
keputusan dan
mempertanggungjaw
abkan
Total Aitem 22 15 37

4. Reliabilitas
Pengertian reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau

konsistensi hasil alat ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi

kecermatan pengukuran. Koefisien reliabilitas ( r xx ' ) dinyatakan dalam

rentang 0 sampai dengan 1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas

mendekati angka 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Begitupun

sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin

rendah reliabilitasnya (Azwar, 2015).

Tabel 3.10
Hasil uji reliabilitas

Variabel Jumlah Cronbach’s Alpha Keterangan


Aitem
Impulsive buying 16 0.837 Reliabilitas
Self esteem 37 0.912 Reliabilitas

Berdasarkan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa nilai koefisien ( r xx ' )pada

variable impulsive buying sebesar 0.837, variable self esteem 0.912. dari

uji reliabilitas yang telah dilakukan maka dapat dikatakan bahwa

reliabilitas instrument telah teruji dengan baik sehingga layak untuk

digunakan sebagai instrument penelitian.

G.Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode statistik dengan teknik analisis statistik korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson untuk menganalisa hubungan antara self esteem

dengan impulsive buying pada mahasiswa UIN Suska Riau. Analisis data yang

dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20.0 For

Windows.

H.Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif


Kasim Riau. Adapaun rincian kegiatan dan jadwal penelitian dapat dilihat
pada tabel dibawah :

Tabel 3.6

Rincian jadwal penelitian

No Kegaiatan Masa pelaksanaan


1 Pengajuan synopsis 16 Mei 2019
2 Penunjukan bimbingan 14 Agustus 2019
3 Penyusunan proposal penelitian 7 Oktober-18 Desember
2019
4 Pengesahan seminar proposal penelitian 9 Desember 2019
5 Seminar proposal penelitian 31 Desember 2019
6 Perbaikan proposal penelitian 1 Januari - 3 Februari
2020
7 Try out dan pengolahan data penelitian 5 Maret – 13 Mei 2020
8 Pelaksanaan dan pengolahan data penelitian 18 Mei – 27 September
2020
9 Penyusunan laporan penelitian 28 September – 6
Oktober 2020
10 Seminar hasil penelitian 20 Oktober2020
11 Ujian munaqasyah 20 November 2020
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian skala

kepada subjek yang menjadi sampel penelitian ini, yaitu Mahasiswa UIN

Suska Riau yang berusia 18 hingga 21 tahun. Subjek dalam penelitian ini

ditetapkan oleh peneliti sebanyak 250 orang. Yang terdiri dari 74 laki-laki dan

176 perempuan melalui teknik pengambilan sampling kuota. Dimana teknik

pengambilan sampel ini yaitu dengan cara menetapkan jumlah tertentu

sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi

subjek.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 Mei 2020 hingga 27 Mei

2020. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan skala penelitian melalui

google form kepada mahasiswa UIN Suska Riau dan peneliti dibantu oleh

teman-teman sebagai perwakilan dari setiap fakultas di UIN Suska Riau. Hal

ini dikarenakan terjadinya pandemi virus corona (covid-19) yang

menyebabkan seluruh mahasiswa UIN Suska Riau diminta untuk belajar

dengan sistem daring (dalam jaringan). Berdasarkan keadaan tersebut, maka

tidak memungkinkan peneliti untuk bisa bertemu langsung dengan mahasiswa

yang menjadi subjek penelitian.

Dalam penyebaran skala melalui google form, peneliti mencari

sebanyak banyaknya partisipan yang berusia 18 hingga 21 tahun. Setelah

menyebarkan skala melalu google form dan subjek penelitian sudah terpenuhi

sebanyak 250 mahasiswa, maka data yang diperoleh akan di analisis


menggunakan bantuan SPSS 21.0 for windows. Hasil analisa kemudian di

interpretasikan untuk mendapatkan makna yang lebih luas dari hasil penelitian

yang berguna untuk menjawab masalah dan bermanfaat dalam pengujian

hipotesis.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

a. Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Persentase


1 Perempuan 176 70.4%
2 Laki-laki 74 29.6%
Tota 250 orang 100%
l

Berdasarkan tabel 4.1, didapat bahwa subjek perempuan sebanyak 176

orang dengan persentase (70.4%). Sementara itu, subjek laki-laki

sebanyak 74 orang dengan persentase (29.6%). Dari uraian tersebut dapat

dikatakan bahwa dalam pengelompokan subjek berdasarkan jenis kelamin,

subjek perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan

dengan subjek laki-laki.

b. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Tabel 4.2
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan usia

No Usia Jumlah Persentase


1 18 tahun 19 7.6%
2 19 tahun 48 19.2%
3 20 tahun 85 34%
4 21 tahun 98 39.2%
Tota 250 orang
100%
l

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan subjek penelitian dengan

rentang usia 18 hingga 21 tahun, rentang usia tersebut mengacu kepada

teori Monks (2014) adalah termasuk usia remaja akhir. Berdasarkan tabel

4.2 didapat bahwa subjek yang memiliki usia 18 tahun sebanyak 19

orang (7.6%). Subjek yang memiliki usia 19 tahun sebanyak 49 orang

(19.2%). Subjek yang memiliki usia 20 tahun sebanyak 85 orang (34%)

dan subjek yang berusia 21 tahun sebanyak 98 orang (39.2%). Dilihat dari

data yang telah diuraikan maka subjek dengan usia 21 tahun merupakan

subjek terbanyak, sedangkan subjek dengan usia 18 tahun memiliki

jumlah subjek yang paling sedikit. Rata-rata usia subjek pada penelitian

ini yaitu antara usia 19-20 tahun.

c. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Fakultas

Tabel 4.3
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan fakultas
No Usia Jumlah Persentase
1 Dakwah dan Komunikasi 36 14.4%
2 Ekonomi dan Sosial 35 14%
3 Pertanian dan Peternakan 16 6.4%
4 Psikologi 11 4.4%
5 Sains dan Teknologi 38 15.2%
6 Syariah dan Hukum 39 15.6%
7 Tarbiyah 62 24.8%
8 Ushuluddin 13 5.2%
Tota
l 250 orang 100%

Berdasarkan tabel 4.3, bahwa terdapat subjek pada fakultas Dakwah

dan Komunikasi sebanyak 36 orang (14.4%). Subjek pada fakultas

Ekonomi dan Sosial sebanyak 35 orang (14%). Subjek pada fakultas

Pertanian dan Peternakan sebanyak 16 orang (6.4%). Subjek pada fakultas

Psikologi sebanyak 11 orang (4.4%). subjek Sains dan Teknologi

sebanyak 38 orang (15.2%). Subjek pada fakultas Syariah dan Hukum

sebanyak 39 orang (15.6%). Subjek pada fakultas Tarbiyah sebanyak 62

orang (24.8%) dan subjek pada fakultas Ushuluddin sebanyak 13 orang

(5.2%).

d. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Uang Saku

Tabel 4.4
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan uang saku
No Uang Saku Jumlah Persentase
1 Rp < 1.000.0000 144 57.6%
2 Rp 1.000.000-3.000.000 93 37.2%
3 Rp 3.000.000-5.000.000 10 4%
4 Rp > 5.000.000 3 1.2%
Tota
l 250 100%

Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa subje dengan nominal

uang saku per bulan sebesar Rp < 1.000.0000 sebanyak 144 orang

(57.6%). Subjek dengan nominal uang saku per bulan sebesar Rp

1.000.000-3.000.000 sebanyak 57 orang dengan persentase 37.2%. Subjek

dengan nominal uang saku per bulan Rp 3.000.000-5.000.000 sebanyak 10

orang (4%) dan subjek dengan nominal uang saku per bulan sebesar Rp >

5.000.000 sebanyak 3 orang (1.2%). Dari uraian tersebut, maka subjek

dengan jumlah uang saku dibawah Rp 1.000.000 merupakan subjek

terbanyak yaitu sebanyak 144 orang (57.6%), sedangkan subjek dengan

jumlah uang saku di atas Rp 5.000.000 merupakan subjek yang sedikit

yaitu sebanyak 3 orang dengan persentase 1.2%.

2. Deskripsi Data Penelitian

Skor hasil penelitian belum mampu memberikan penilaian secara

diagnostik. Sisi diagnostik suatu proses pengukuran atribut psikologi

adalah pemberian makna atau interpretasi terhadap skor skala yang

bersangkutan. Pada dasarnya interpretasi terhadap skor skala psikologi

bersifat normative, artinya makna skor di acukan pada posisi relatif skor

terhadap suatu norma skor populasi teoritik sebagai parameter sehingga

hasil ukur yang berupa angka (kuantitatif) dapat diinterpretasikam secara


kualitatif. Acuan normative bertujuan untuk memudahkan hasil

pengukuran (Azwar, 2012).

Deskripsi data penelitian dilakukan dengan mengkategorisasikan data

variabel self esteem dan impulsive buying. Tujuan kategorisasi adalah

menempatkan individu kedalam kelompok-kelompok yang posisinya

berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur

(Azwar, 2013). Pada penelitian ini, peneliti mengelompokkan subjek

kedalam lima jenjang yaitu, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan

sangat tinggi sebagai berikut :

Tabel 4.5
Kategorisasi data

Kategori Norma
Sangat rendah X< (µ-1,5σ)
Rendah (µ-1,5σ) ≤ X < (µ-0,5σ)
Sedang (µ-0,5σ) ≤ X < (µ+0,5σ)
Tinggi (µ+0,5σ) ≤ X < (µ+1,5σ)
Sangat tinggi (µ+1,5σ) ≤ X
Ket : µ : Mean, σ : Standar Deviasi dan X : Skor

Berikut peneliti membuat kategorisasi dari variabel self esteem dan

variabel impulsive buying :

a. Kategori self estem


Pada skala self esteem pengelompokkan jawaban dilakukan dengan 4

respon yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai. Skala

self esteem terdiri dari 37 aitem yang masing-masing aitem diberi respon

jawaban berkisar 1, 2, 3 dan 4. Dengan demikian skor terkecil yang

mungkin diperoleh oleh subjek pada skala tersebut adalah Xmin = 37 yaitu

(37x1) dan skor terbesar Xmax = 148 yaitu (37x4).

Rentang skor (range) sebenarnya adalah 148 – 37 = 111, dan mean

148+37
teoretiknya adalah µ = 166.5 yaitu ( ). Sebagaimana diketahui,
2

suatu distribusi normal standar terbagi atas enam bagian atau enam satuan

deviasi standar. Dengan demikian setiap satuan standar diperoleh nilai σ =

148−37
18.5 yaitu ( ). Pada perhitungan empirik adalah nilai terendah 89,
6

nilai tertinggi 130 , range sebesar 41, nilai mean sebesar 109.41 dan

standar deviasi (SD) sebesar 8.975. Berikut adalah gambaran data

hipotetik dan empirik penelitiandari variable self esteem.

Tabel 4.6
Gambaran data hipotetik dan empirik variabel self esteem

Deskripsi Aite Nilai Nilai Range Mean Standar


m Minimal Maksimal (µ) Deviasi
(σ)
Hipotetik 37 37 148 111 166.5 18.5
Empirik 37 89 130 41 109.41 8.975
Untuk memberikan gambaran mengenai subjek dalam penelitian,

maka subjek dapat dikelompokkan kedalam kategori jenjang, yaitu sangat

rendah, rendah, sedang tinggi dan sangat tinggi. Adapaun kategorisasi

untuk self esteem :

Tabel 4.7
Kategorisasi skala self esteem

Kategori Nilai Frekuensi Persentase


Sangat rendah X ≤ 95.94 16 6.4%
Rendah 95.94 < X ≤ 104.92 53 21.2%
Sedang 104.92 < X ≤ 113.90 109 43.6%
Tinggi 113.90 < X ≤ 122.88 50 20%
Sangat tinggi X > 122.88 22 8.8
Total 250 Orang 100%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas subjek

penelitian memiliki tingkat self esteem sedang yaitu sebanyak 109 orang

(43.6%). Sementara 22 orang (8.8%) memiliki tingkat self esteem pada

kategori sangat tinggi, dan 50 orang (20%) memiliki tingkat self esteem

pada kategori tinggi. Kemudian 53 orang (21.2%) memiliki tingkat self

esteem pada kategori rendah dan 16 orang (6.4%) memiliki tingkat self

esteem pada kategori sangat rendah. Jadi, berdasarkan pemaparan data

tersebut dapat disimpulkan bahwa, tingkat self esteem subjek berada pada

kategori sedang cenderung tinggi. Sebaran data masing-masing kategori

disajikan pada grafik 4.1 berikut ini :


Grafik 4.1
Sebaran data self esteem

120 Kategorisasi Self Esteem


Kategorisasi Self Esteem
100

80

60

40

20

0
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

b. Kategorisasi impulsive buying

Pada skala impulsive buying pengelompokkan jawaban dibagi menjadi

4 respon jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak

sesuai. Skala impulsive buying terdiri dari atas 16 aitem yang masing-

masing aitem diberi respon jawaban berkisar 1, 2, 3, dan 4. Dengan

demikian skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek pada skala

tersebut adalah Xmin = 16 yaitu (16x1) dan skor terbesar Xmax = 64 yaitu

(16x4).

Rentang skor (range) sebenarnya adalah 64 – 16 = 48, dan mean

64+16
teoretiknya adalah µ = 40 yaitu ( ). Sebagaimana diketahui, suatu
2
distribusi normal standar terbagi atas enam bagian atau enam satuan

deviasi standar. Dengan demikian setiap satuan standar diperoleh nilai σ =

64−16
8 yaitu ( ). Pada perhitungan empirik adalah nilai terendah 22, nilai
6

tertinggi 49 , range sebesar 27, nilai mean sebesar 35.49 dan standar

deviasi (SD) sebesar 5.143. Berikut adalah gambaran data hipotetik dan

empirik penelitian dari variabel impulsive buying.

Tabel 4.8
Gambaran data hipotetik dan empiric variable impulsive buying
Deskripsi Aitem Nilai Nilai Range Mean Standar
Minimal Maksimal (µ) Deviasi
(σ)
Hipotetik 16 16 64 48 40 8
Empirik 16 22 49 27 35.49 5.143

Gambaran subjek penelitian dapat dikelompokkan kedalam kategori

jenjang, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Adapun kategorisasi untuk impulsive buying :

Tabel 4.9
Kategorisasi skala impulsive buying

Kategori Nilai Frekuensi Persentase


Sangat rendah X ≤ 27.77 11 4.4%
Rendah 27.77 < X ≤ 32.88 57 22.8%
Sedang 32.88 < X ≤ 38.02 116 46.4%
Tinggi 38.02 < X ≤ 43.16 49 19.6%
Sangat tinggi X > 43.16 17 6.8%
Total 250 Orang 100%
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa mayoritas subjek

penelitian memiliki tingkat impulsive buying pada kategori tinggi yaitu

sebanyak 49 orang (19.6%). Sementara 17 orang (6.8%). Sementara 17

orang (6.8%) memiliki tingkat impulsive buying pada kategori sangat

tinggi, dan 116 orang (46.4%) memiliki tingkat impulsive buying pada

kategori sedang. Kemudian 57 orang (22.8%) memiliki tingkat impulsive

buying pada kategori rendah dan 11 orang (4.4%) memiliki tingkat

impulsive buying pada kategori sangat rendah. Sebaran data masing-

masing kategori disajikan pada grafik 4.2 berikut ini:

Grafik 4.2
Sebaran data impulsive buying

Kategorisasi Impulsive buying


140
Kategorisasi Impulsive Buying
120
100
80
60
40
20
0
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

3. Uji asumsi
Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, terlebih dahulu perlu

dilakukan pengujian terhadap data yang ada. Pengujian dilakukan untuk

mengetahui apakah data penelitian berdistribusi secara normal dan linear.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian yang digunakan untuk

melihat sebaran data apakah berdistribusi normal atau tidak (Agung,

2015). Salah satu bentuk uji normalitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan rasio skewness dan rasio

kurtosis. Menurut Hartono (2008), skewness dan kurtosis dapat

digunakan untuk menentukan tingkat normalitas data, dengan

menggunakan proses perhitungan rasio skewness dan rasio kurtosis

dengan melihat nilai dari rasio skewness dan kurtosis dengan

ketentuan nilai bagi berada di antara rentang -2 < p ≥ 2 pada tabel

4.10 dengan rumus berikut ini:

Skewness
a) Rasio skewness =
Std . Error of Skewness
Skewness
b) Rasio kurtosis =
Std . Error of Skewness

Tabel 4.10
Nilai Skewness dan Kurtosis
Skewness Kurtosis
Variabel Std. Error Rasio Std. Error Rasio
Skewness Kurtosis
Self esteem .152 -.213
.154 0.987 .307 -0.693
impulsive .257 -.110
buying 1.668 .307 -0.358
.154

Dari tabel 4.10 tersebut, dapat diketahui bahwa rasio skewness

untuk variabel self esteem dengan nilai sebesar 0.987 dan rasio

kurtosis untuk variabel self estem dengan nilai sebesar -0.693.

Variabel impulsive buying didapatkan rasio skewness dengan nilai

sebesar 1.668 dan rasio kurtosis dengan nilai -0.358. Rasio skewness

dan rasio kurtosis pada penelitian ini berada dalam rentang -2 sampai

+2, maka dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa sebaran

data penelitian ini berdistribusi normal.

b. Uji linearitas

Hartono (2015) mengemukakan bahwa uji linearitas

digunakan untuk menentukan apakah data bersifat linear atau tidak

sebagai persyaratan untuk dapat melakukan analisis data dengan

menggunakan statistik parametrik. Asumsi linearitas adalah asumsi

yang akan memastikan apakah data yang akan di analisis sesuai

dengan garis linear atau tidak. Asumsi ini dapat diketahui dengan
mencari nilai deviation from linearity dari uji F linear. Untuk

memberikan interpretasi linear atau tidak linear menggunakan

ketentuan, yakni apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

(p<0,05) maka data linear. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel

4.11.

Tabel 4.11
Uji Linearitas

Variabel F Sig. Keterangan


Self esteem dengan impulsive 12.825 0.000 Linear
buying

Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh hasil dari uji linearitas yang

dilakukan dengan regresi linear diperoleh F sebesar 12.825 dengan

taraf signifikansi sebesar 0,000. Signifikansi 0,000 lebih kecil dari

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel self esteem memiliki

hubungan yang linear dengan impulsive buying.

4. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat signifikansi hubungan antara variabel self esteem dengan

impulsive buying. Untuk menguji hipotesis penelitian tersebut apakah

diterima atau ditolak, maka dilakukan analisa data. Teknik analisa data

yang digunakan adalah teknik analisis product moment dengan


menggunakan bantuan SPSS 21.0 for windows. Hasil analisis yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.12
Hasil uji hipotesis

Variabel Pearson Correlation Sig. Keterangan


(r)
Self esteem -0.222 0.000 Hipotesis
dengan impulsive diterima
buying
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis dengan menggunakan teknik

product moment diperoleh koefisien korelasi sebesar r = -0.222 dengan

signifikansi (p) 0.000, maka p < 0.05. Adapun ketentuan diterima atau

ditolak sebuah hipotesis apabila signifikansi lebih kecil atau sama dengan

0.05 (p<0.05), dengan demikian maka terdapat hubungan negative antara

self esteem dengan impulsive buying. Hal ini berarti semakin rendah self

esteem pada mahasiswa UIN Suska Riau, maka kecenderungan impulsive

buying akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi self

esteem, maka semakin rendah impulsive buying pada mahasiswa UIN

Suska Riau. Hipotesis penelitian tersebut diterima (terbukti).

5. Sumbangan efektif

Berdasarkan hasil output SPSS 21.0 for windows yang telah

dilakukan, maka didapatkan rangkuman untuk mencari sumbangan efektif

tiap variable self esteem dengan impulsive buying sebagai berikut :


Tabel 4.13
Sumbangan efektif per-aspek self esteem dengan impulsive buying

No Aspek-aspek B Cross Regression Sumbangan


. (Self esteem) Products Efektif
1. Power -0.271 -789.732 470.353 0.032
2. Significance 0.112 -742.876 470.353 -0.012
3. Virtue -0.136 -187.388 470.353 0.004
4. Competence -0.377 -832.680 470.353 0.047
Total 0. 071

Sumbangan efektif pada setiap aspek variabel self esteem dengan

impulsive buying didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

bxi. cross product . R 2


SExi¿ X 100 %
Regression

Keterangan:
Bxi : Koefisien b komponen x
Cross Product (CP) : Koefisien korelasi x
Regresion : Nilai Regression
R2 : Sumbangan Efektif total

Maka sumbangan efektif setiap variabel self esteem dengan

impulsive buying adalah :

−0.271. (−789.732 ) .0.071


SEPower¿ =0.032 ( 3.2 % )
1920.780

0.112 .(−742.876). 0.071


SESignificance¿ =0.012(1.2 %)
470.353
−0.136 .(−187.388). 0.071
SEVirtue¿ =0.004 (0.4 % )
470.353

−0.377 .(−832.680).0.071
SECompetence ¿ =0.047 (4.7 % )
470.353

Tabel 4.14
Sumbangan efektif per-aspek self esteem dengan impulsive buying

No Aspek-aspek Body Image Sumbangan Efektif Aspek


.
1. Power 3.2%
2. Significance 1.2%
3. Virtue 0.4%
4. Competence 4.7%
R Square 7.1%

Berdasarkan tabel 4.14 hasil perhitungan sumbangan efektif masing-

masing aspek menunjukkan variabel self esteem pada aspek power 3.2%,

aspek significance 1.2%, aspek virtue 0.4% dan aspek competence 4.7%.

Hal ini menunjukkan bahwa secara mandiri aspek competence sebesar

4.7% memberikan sumbangan lebih lebih tinggi dan aspek yang

memberikan sumbangan rendah adalah aspek virtue yaitu sebesar 0.4%.

Mengacu kepada ketentuan dan penolakan hipotesis sebagaimana yang

telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis ini yaitu terdapat

hubungan antara self esteem dengan impulsive buying dapat diterima.

6. Analisis Tambahan

a. Perbedaan Impulsive buying ditinjau dari jenis kelamin


Tabel 4.15
Uji independent Sample T-Test dari Jenis Kelamin Subjek

Jenis N Mean Sig 2- Ket


Impulsive kelamin Sig Tailed
buying Perempuan 176
36.07 0.252 0.006 Terdapat
Laki-laki 74 34.12 perbedaan

Berdasarkan tabel 4.15 hasil uji perbedaan diatas dengan

menggunakan Independent Sample T-Test jika dilihat dari mean didapat

bahwa yang memiliki impulsive buying lebih tinggi adalah perempuan

dengan rata rata 36.07 jika dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki

tingkat impulsive buying dengan rata rata 34.12.

b. Perbedaan impulsive buying ditinjau dari usia

Tabel 4.16
Uji Chi Square impulsive buying ditinjau dari usia

Usia Subjek N Value Df Asy. Sig


Impulsive (2-sided)
buying 18 tahun 19
19 tahun 48
20 tahun 85 70.580 78 0.712
21 tahun 98

Berdasarkan tabel 4.16 hasil uji perbedaan dengan menggunakan

crosstabulation dengan signifikansi 0.712 (p > 0.05). Hal ini berarti tidak

terdapat perbedaan impulsive buying jika ditinjau dari tingkat usia subjek

yaitu usia 18 tahun, 19 tahun, 20 tahun dan 21 tahun.


c. Perbedaan impulsive buying ditinjau dari uang saku

Tabel 4.17
Uji Chi Square impulsive buying ditinjau dari uang saku
Usia Subjek N Value Df Asy. Sig
Impulsive (2-sided)
buying < Rp 1.000.000 144
Rp 1.000.000- 93
3.000.000 92.353 78 0.128
Rp 3.000.000- 10
5000.000
> Rp 5.000.000 3

Berdasarkan tabel 4.17 hasil uji perbedaan dengan menggunakan

crosstabulation dengan signifikansi 0.128 (p > 0.05). Maka hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan impulsive buying pada

mahasiswa UIN Suska Riau jika ditinjau dari uang saku bulanan yang

didapatkan mahasiswa.

d. Perbedaan impulsive buying ditinjau dari fakultas

Tabel 4.17
Uji Chi Square impulsive buying ditinjau dari uang saku
Fakultas N Value Df Asy. Sig
Impulsive (2-
buying sided)
Dakwah dan Komunikasi 36
Ekonomi dan Ilmu Sosial 35
Pertanian dan Peternakan 16 163.965 182 0.827
Psikologi 11
Sains dan Teknologi 38
Syari’ah dan Hukum 39
Tarbiyah dan Keguruan 62
Ushuluddin 13
Berdasarkan tabel 4.17 hasil uji perbedaan dengan menggunakan

crosstabulation dengan signifikansi 0.827 (p > 0.05). Maka hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan impulsive buying pada

mahasiswa UIN Suska Riau jika ditinjau dari fakultas.

C. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai

adanya hubungan negative antara self esteem dengan impulsive buying pada

mahasiswa UIN Suska Riau. Jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini

berjumlah 250 mahasiswa. Semua sample memiliki rentang usia dari 18 tahun

hingga 21 tahun dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diperoleh,

menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self

esteem dengan kecenderungan impulsive buying pada mahasiswa UIN Suska

Riau yaitu sebesar p = 0.000 kurang dari 0.05 dengan tingkat kekuatan

hubungan yang sangat kuat yaitu r = -0.222. Dari uraian tersebut dapat

diinterpretasikan bahwa semakin tinggi self esteem maka semakin rendah


impulsive buying. begitu juga sebaliknya, semakin rendah self esteem, maka

semakin tinggi kecenderungan impulsive buying. Artinya hipotesis yang telah

diajukan peneliti diterima. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

telah dilakukan oleh Permana dan Kusdiyanti (2015) dengan hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara

self esteem dengan impulsive buying pada mahasiswa Fakultas Ekonomi

Universitas X angkatan 2013. Artinya semakin rendah self esteem pada

mahasiswa tersebut, maka semakin tinggi impulsive buying yang dimiliki,

begitu juga sebaliknya.

Hasil penelitian lainnya yang mendukung penelitian ini adalah hasil

penelitian Firdaus dan Yusuf (2017) menyatakan bahwa terdapat korelasi

yang signifikan antara self esteem dengan impulsive buying pada mahasiswi

Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba yang berbelanja melalui Instagram. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadjali, Dkk

(2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

pembelian Impulsif yaitu tingkat harga diri (self esteem), lingkungan belanja,

alat promosi serta gender memiliki dampak yang signifikan pada perilaku

pembelian impulsive terutama untuk membeli pakaian. Hasil pada penelitian

ini juga mendukung teori yang telah diungkapkan oleh Verplanken dan

Herabadi (2001) bahwa self esteem yang rendah cenderung menjadi sumber
yang sangat kuat dari keadaan psikologi negatif yang berkaitan dengan

impulsive buying.

Remaja mengalami perubahan atau perkembangan pada self esteem.

Self esteem dapat berupa hal positif atau hal negatif, tergantung

pengembangan yang dilakukan remaja tersebut. mahasiswa yang memiliki

self esteem tinggi akan merasa puas dengan karakter kemampuan dirinya,

adanya penerimaan dan penghargaan diri yang positif ini akan memberikan

rasa aman dalam menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan

sosial. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki self esteem rendah cenderung

memiliki lack of confidence, dalam menilai kemampuan dan atribut-atribut

dalam dirinya (Coopersmith, 1967).

Berdasarkan hasil analisis uji independent sample T-Test untuk

melihat perbedaan impulsive buying berdasarkan jenis kelamin pada

mahasiswa UIN Suska Riau ,dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan

impulsive buying antara perempuan dengan rata rata (36.7) dan laki laki

dengan rata rata (34.12). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa

impulsive buying perempuan lebih tinggi dibanding dengan impulsive buying

pada laki-laki. Hal ini didukung oleh penelitian Verpalnken dan Herabadi

(2009) bahwa kaum wanita lebih banyak melakukan aktivitas impulsive

buying dari pada kaum pria, hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih
menggunakan sisi emosionalnya dibanding sisi kognitif dalam melakukan

kegiatan berbelanja. Menurut Tifferet dan Herstein (2012) perempuan

cenderung lebih impulsive jika dibandingkan laki-laki karena secara atmosfer

tempat berbelanja yang terkadang cenderung lebih memberikan kenyamanan

kepada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan analisis tambahan crosstabulation dengan signifikansi

dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan pula bahwa tidak ada

perbedaan impulsive buying jika ditinjau berdasarkan usia, fakultas dam

jumlah uang saku bulanan yang diterima pada setiap mahasiswa UIN Suska

Riau.

Berdasarkan kategorisasi, self esteem berada pada kategori sedang,

yaitu sebanyak 109 orang (43.6%). Self esteem terdiri dari 4 aspek yaitu

kekuatan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue), dan

kemampuan (competence). Kekuatan berkaitan dengan adanya pengakuan dan

penghargaan yang diterima oleh individu dari orang lain. Besarnya pengaruh

pengakuan tersebut dapat menumbuhkan perasaan berharga pada diri setiap

mahasiswa terhadap pandangannya sehingga mampu melawan tekanan untuk

melakukan konformitas dan pendapatnya sendiri.


Aspek kedua dari self esteem yaitu keberartian. Aspek ini meliputi

penerimaan, perhatian dan kasih saying yang ditunjukkan orang lain pada diri

setiap mahasiswa. Aspek ketiga kebajikan, kebajikan berkaitan dengan

tingkah laku yang patuh pada standar moral dan etika. Aspek yang terkahir

yaitu kemampuan. Kemampuan meliputi level yang tinggi dan usia yang

berebda. Mahasiswa yang memiliki aspek aspek pada self esteem yang baik ,

maka akan dapat meminimalisir terjadinya kecenderungan impulsive buying.

hal ini dapat dipengaruhi karena adanya penerimaan diri yang baik akan

menjadikan individu mampu untuk mengahargai dirinya sendiri

Berdasarkan kategorisasi, impulsive buying berada pada kategorisasi

sedang yaitu sebanyak 116 orang (46.4%). Dapat diartikan terdapat

mahasiswa yang memiliki impulsive buying sedang. Impulsive buying terdiri

dari dua aspek, yaitu afektif dan kognitif. Aspek kognitif yang berkaitan

dengan perilaku pembelian yang dilakukan secara spontan tanpa adanya

evaluasi dan tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima setelah

melakukan pembelian. Aspek yang kedua yaitu aspek afektif yang berkaitan

dengan adanya dorongan tiba-tiba untuk segera membeli dan didominasi oleh

perasaan senang atau antusiass sehingga individu akan merasa menyesal

setelah melakukan pembelian tanpa pertimbangan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa dari ke empat aspek

self esteem yaitu kekuatan, keberartian, kebajikan, dan kemampuan yang


memberikan sumbangan efektif paling besar terhadap impulsive buying pada

mahasiswa UIN Suska Riau adalah aspek kemampuan (competence) sebesar

(4.7%). Hal ini dikarenakan mahasiswa yang mampu dan berhasil dalam

mengerjakan bermacam-macam tugas dengan baik dapat berhasil dalam

mengikuti tuntutan prestasi sebagai mahasiswa. Selanjtnya aspek (power)

kekuatan dengan persentase (3.2%). Aspek kekuatan dapat mempengaruhi dan

mengendalikan orang lain dan dirinya sendiri. Besar atau kecil pengakuan dan

penghormatan yang diterima dari orang lain sangat mempengaruhi self esteem

pada seseorang. aspek keberartian (significance) dengan persentase (1.2%),

aspek ini ditandai dengan adanya penerimaan, kehangatan, perhatian, serta

eksukaan orang lain terhadap dirinya, semakin banyak orang yang

menyatakan minat seperti kasih saying dan lenih sering berkekspresi, maka

akan semakin besar penilaian diri nya pada diri sendiri. Aspek kebajikan

(virtue) dengan persentase (0.4%), yaitu adanya kepatuhan terhadap kode

prinsip-prinsip, moral dan agama karena orang yang telah mematuhi kode etik

dan agama lalu diinternalisasi maka akan menjadikan sikap diri lebih positif

dan memiliki tujuan yang lebih terarah.

Berdasarkan uraian diatas, mengenai hubungan antara self esteem

dengan kecenderungan impulsive buying, dapat diketahui bahwa semakin

tinggiself esteem yang dimiliki mahasiswa maka semakin rendah

kecenderungan impulsive buying yang dimiliki. Begitu juga sebaliknya,


semakin rendah self esteem yang dimiliki mahasiswa, maka semakin tinggi

kecenderungan impulsive buyingnya.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan negatiF yang signifikan antara self esteem dengan

impulsive buying pada mahasiswa UIN Suska Riau dengan tingkat

kemampuan (competence) yang sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi self esteem pada mahasiswa maka semakin rendah

kecenderungan impulsive buying pada mahasiswa tersebut, namun sebaliknya,

semakin rendah self esteem maka semakin tinggi kecenderungan impulsive

buying yang dilakukan pada mahasiswa. Hasil penelitian secara umum self

esteem dengan impulsive buying pada mahasiswa UIN Suska Riau berada

dalam kategori sedang, selain itu terdapat perbedaan impulsive buying pada

perempuan dan laki-laki, diketahui bahwa impulsive buying pada perempuan

lebih tinggi dari pada impulsive buying pada lali-laki.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut :


1. Bagi subjek penelitian

Berdasarkan temuan peneliti yang diperoleh, mahasiswa yang

memiliki self esteem rendah disarankan agar dapat menilai diri dengan

persepsi yang positif, mampu melawan tekanan untuk melakukan

konformitas, menghargai kemampuan diri sendiri, menampilkan sikap diri

yang positif agar mahasiswa dapat menimalisir terjadinya kecenderungan

impusive buying. Pandangan terhadap diri sendiri yang negatif tidak harus

diekspresikan melalui mode, namun dapat disalurkan ke hal hal lainnya,

sehingga pada konteks pengeluaran bulanan, mahasiswa dapat menabung

uang tersebut untuk membeli sesuatu yang lebih penting dan berguna.

2. Untuk peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang teratrik untuk memilih topik yang sama,

disarankan kepada peneliti untuk memperhatikan faktor lain yang akan

digunakan sebagai variabel bebas yang diduga turut berperan dan

mempengaruhi impulsive buying, mengingat bahwa self esteem hanya

mempengaruhi 7.1%, sedangkan 92.9% lainnya dipengaruhi oleh faktor

lain diluar penelitian ini. Saran selanjutnya bagi peneliti yang akan

melakukan peelitian agar dapat menyeimbangkan jumlah sampel laki-laki

dan perempuan agar mendapatkan hasil yang lebih signifkansi.


DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, Eka. (2015). Perilaku Pembelian Tidak Terencana (Impulsive


buying) Dipusat Perbelanjaan Modern Di Surabaya. Vol: 1,
No: 2.
Arisandy., & Huriyati. (2017). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan
Impulsive buying Pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Di Eprguruan
Tinggi Wilayah Palembang Yang Melakukan Belanja Online. Vol: 3,
No: 1. elISNN 2477-2364.
Anin, A. F., Rasimin B. S., Nuryato. (2015). Hubungan Self Monitoring
Dengan Impulsive buying Terhadap Produk Fashion Pada Remaja.
Jurnal Psikologi Vol: 2, No: 1.
Ali, Muhammad. & Asrori, Muhammad. (2009). Psikologi Remaja
Perkembangan Epserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Usaha Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Baron, Robert, A., & Byrne, Dona. (2004). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Baumeister, R. F. (2002). Yielding to Temptation: Self-Control Failure,
Impulsive Purchasing, And Consumer Behavior. Journal Of Consumer
Research, Vol: 28, No: 4.
Coopersmith. (1967). The Antecedents of Self esteem. San Fransisco: W.H
Freeman And Company.
Damiati, Masdariani. (2017). Perilaku Konsumen. Rajawali.
96

Dawson, S., & Kim, M. (2009). External And Internal Trigger Cues Of
Impulse Buying Online. Direct Marketing: An International Journal.
Vol: 66, No: 4.
Firdaus, Dania., & Yusuf, Umar. (2018). Hubungan Antara Self esteem
Dengan Impulsive buying (Studi Pada Mahasiswi Fakultas Ilmu
Komunikasi Yang Berbelanja Melalui Instagram.Prosiding psikologi.
Vo: 4, No: 1. ISNN: 2460-6448.
Ghufron, M. Nurdan., & Rini, Risnawati. (2011). Teori Teori Psikologi.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Hawkins, Del, I., Mothersbaugh, David, L., Best, Roge,. J. (2007).
Consumer Behavior : Building Marketing Strategy. Mc Graw Hill
International Edition.
Hadjali, H. R., Salimi, M., Ardestanio, M. S. (2012). Exploring Man Factors
Affecting On Impulsive buying Behaviors. Journal Of American
Science. Vol: 8, No:1.
Henrietta, P. (2012). Impulsive buying Pada Dewasa Awal Di Yogyakarta.
Jurnal Psikologi. Vol: 11, No: 6.
Hidayat, Komaruddin., & Bashori, Khoiruddin. (2016). Psikologi Sosial.
Jakarta : Erlangga.
Hurlock, E. (1996). Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa: Dr. Med.
Metasari T. & Dra. Muslichah Z. Jakarta : Erlangga.
Iram, Mahek., & Chacharkar. (2017). Model Of Impulse Buying Behavior.
Journal Of Management Research. Vol:1 No: 2.
Karbasivar., A. & Yarahmadi, H. (2011). Evaluating Effective Factors On
Consumer Impulse Buying Behavior. A Sian Journal Of Business
Management Studies. Vol: 2 No: 4.
Mowen, J. C., & Minor, Michael. (2002). Perilaku Konsumen. Alih Bahasa :
Dwi Kartini Yahya. Jilid 2 : Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Monks, F. F., & Knoers. (2014). Psikologi Perkembangan. Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya. Penerjemah: Haditono S.R. Cetakan 14.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ningrum, E.C., & Matulessy, A. (2018). Self Image dan Impulsive buying
Terhadap Prpduk Fashion Pada Dewasa Awal. Jurnal PsikologiVol:
1, No: 1.
97

Park, J.E. & Choi, E.J. (2013). Consequences Of Impulsive buying Cross-
Culturally: A Qualitative Study. International Journal Of Software
Engineering And I .
Permana, Renaldi, Azhari., Kusdiyati, Sulisworo. (2015). Hubungan Self
esteem dengan Impulsive buying pada Mahasiswa Angkatan 2013
Fakultas Ekonomi Universitas X Bandung. Prosiding Psikologi. Vol: 2,
No: 2.
Rook, Dennis, W . (1987). The Buying Impulse. Journal Of Consumers
Research, Vol: 14, No: 2.
Rook., & Fisher. (1995). Normative Influences On Impulsive buying
Behavior. Journal Of Consumer Research. Vol: 22, No: 3.
Santrock., J, W. (2007). Remaja. Edisi 11. Jakarta : Erlangga
Santrock, John, W. (2011). Life-Span Development (Perkembangan Masa
Hidup), Ed. 13, Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Saputri, Herliana, Rahmi. (2016). Hubungan Antara Fashion Involvement
dan Impulsive buying dengan Harga Diri (Self esteem) pada Remaja
Di SMAN 2 Samarinda. Ejournal Psikologi. Vol: 4, No: 3. ISNN 2477-
2674
Septila, R., & Aprilia, E, D. (2017). Impulse Buying pada Mahasiswa di
Banda Aceh. Psikoislamedia Jurnal Psikologi. Vol: 2, No: 2.
Sugiyono. (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Taylor, Shellet, E,. Peplau, Letitia, Anne., Sears, David, O. (2009).
Psikologi Sosial. Edisi Kedua Belas. Jakarta : Kencana.
Triffet, S., & Herstein, R (2012). Gender difference in brand commitment,
impulse buying, and hedonic consumption. Journal of product &
brand management. 21(3), 176-182
Utami, C.W. (2010). Manajemen Ritel: Strategi Dan Implemantasi
Operasional Bisnis Ritel Modern Di Indonesia. Ed.2 Jakarta : Salemba
Empat.
Upton, Panel. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Verplanken, Bas., & Herabadi, Astrid (2001). Individual Difference In
Impulse Buying Tendency: Feeling And No Thinking. Europan Journal
Of Personality. Eur J.Pers 15;S71-S83 DOI.10.1002. Per 423.
98

Verplanken, Bas., Herabadi, Astrid, G., Knippenberg, Ad, Van. (2009).


Consumption Experience Of Impulse Buying In Indonesia: Emotional
Arousal And Hedonistic Considerations. Asian Journals Of Social
Psychology. Vol: 20, No: 4.
Verplanken., & Ayana, Sato. (2011). The Psychology Of Impulse Buying:
An Integrative Self Regulation Approach. Original Paper. Journal
Consum Policy. 34. DOI 10.1007/S110603-011-9158-5
Wood, Michael. (1998). Socio-Economic Status, Delay Of Gratification,
And Impulse Buying. Journal Of Economic Psychology. Vol: 19, No: 3

Anda mungkin juga menyukai