BANJARMASIN
PROPOSAL SKRIPSI
OLEH :
180104020123
BANJARMASIN
2021 M / 1442 H
DAFTAR ISI
E. Definisi Operasional.......................................................................................... 8
2. Tunarungu ..................................................................................................... 9
ii
4. Model Bimbingan Keagamaan .................................................................... 21
8. Tunarungu ................................................................................................... 30
I. Metode Penelitian............................................................................................ 35
iii
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama samawi, yaitu agama yang berasal dari
Allah swt. yang diturunkan melalui utusan-Nya, nabi Muhammad saw. Yang
ajarannya tertuang dalam al- Qur’an dan as- Sunnah, yaitu berupa petunjuk,
Agama Islam merupakan agama yang diajarkan oleh nabi dan rasul
Allah swt. dari nabi Adam as. hingga nabi Muhammad saw. Namun, yang
dimaksud agama Islam yakni agama yang masih murni keasliannya seusai
dengan apa yang diajarkan oleh nabi dan rasul. Di dalam agama Islam
terdapat perintah dari Allah swt. bahwa setiap umat manusia diperintahkan
agar menjalankan amal ma’ruf dan mencegah serta menjauhi dari yang
mungkar. Sehingga dalam konteks ini, kita sebagai umat muslim hendaknya
Dakwah berasal dari akar kata da’a- yad’u- da’watan yang berarti
menyeru atau mengajak. Secara istiah dakwah berarti mengajak atau menyeru
manusia agar menempuh kehidupan di dunia ini berada di jalan Allah swt.1
Sebagaimana yang terdapat pada firman Allah swt dalam surah An- Nahl ayat
125.
ٌَّ ِيم َربِّكَ بِ ْٲن ِح ْك ًَ ِت َو ْٱن ًَىْ ِعظَ ِت ْٱن َح َسَُ ِت ۖ َو ٰ َج ِذ ْنهُى بِٲنَّتِى ِه َى أَحْ َس ٍُ ۚ إ
ِ ِع إِنَ ٰى َسب
ُ ٱ ْد
1
Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis, (Bandung:
www.romeltea.com, 2013), h. 10.
1
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mengajak seseorang berada di jalan Allah swt. Akan tetapi dalam berdakwah
berada di jalan Allah bukanlah hal yang mudah dan juga memerlukan waktu
seorang ahli kepada orang lain atau beberapa orang agar seorang yang
orang, tentu saja orang yang akan dihadapi memiliki permasalahan ataupun
kondisi yang berbeda- beda. Karena dalam kehidupan di dunia ini, pasti kita
akan menemukan adanya perbedaan satu sama lain, baik dari kondisi fisik,
2
Sri Maullasari, “Metode Dakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat dan Implementasinya
dalam Bimbingan dan Konseling Islam”, (Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 38, No. 01, 2018), h. 173.
2
psikis, maupun spiritual. Oleh karena itu sebagai pembimbing atau dai
hendaknya bisa memahami kondisi madu atau klien yang akan dihadapi.
Mad’u adalah orang yang menerima pesan dakwah dari seorang dai
atau pendakwah. Madu disebut juga sebagai sasaran atau objek dakwah,
pendakwah yang tidak ada batasan usia, dan tidak ada ketentuan khusus baik
Ahl al- burhan, yaitu orang- orang yang dapan menangkap pesan-
yang termasuk dalam kategori ini ialah para pemuka agama yang umum
Ahl al- jidal, yaitu orang yang termasuk dalam kategori ini ialah orang
Orang yang termasuk dalam ketegori ini hanya mampu didekati dengan cara
mujadalah bil lati hiya ahsan (berdebat yang baik) atau berdialog.
Ahl al- khittab, yaitu orang yang belum mampu menerima pesan
dakwah hanya dengan cara dialog. Karena orang- orang yang termasuk dalam
kategori ini adalah orang yang memiliki tingkat pemahaman agamanya yang
rendah. Dan orang- orang yang termasuk ke dalam kategori ini adalah
3
Pada hakikatnya, mad’u adalah manusia, baik yang terlahir sempurna
ataupun yang memiliki keterbatasan yang dapat menerima pesan dakwah dari
seorang dai ataupun orang lain yang mampu mengajak atau menyeru orang
Tidak hanya manusia normal saja yang harus dibimbing agar berada
di jalan Allah. Akan tetapi manusia yang memiliki keterbatasan pun juga
harus dibimbing agar berada di jalan Allah. Karena tujuan manusia hidup di
dunia ini yaitu hanya menyembah kepada Allah swt. sebagaimana yang
terdapat dalam firman Allah pada surah Adz- Dzariyat ayat 56.
keterbatasan, seperti mengalami gangguan pada salah satu panca indera yaitu
satu panca indera, yaitu telinga. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam
4
dapat dilakukan dengan cara komunikasi non- verbal, yaitu dengan
diciptakan oleh Allah yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Jika
seseorang tidak bisa mendengar, maka ia tidak dapat mendengar suara azan
khusus seperti bisa berbahasa isyarat. Karena hanya dengan itulah tunarungu
hanya penyandang tunarungu yang dari daerah Banjarmasin saja, akan tetapi
dari luar Banjarmasin pun juga ikut belajar agama Islam di Rumah Belajar
Kita tersebut.
Rumah Belajar Kita (RBK) ini hanya dikelola oleh sepasang suami
istri yang menjadi pembimbing bagi ratusan penyandang tunarungu yang dari
5
berbagai macam usia, daerah, serta tingkat ketunarunguan. Oleh karena itu,
B. Fokus Masalah
2. Apa saja yang menjadi faktor- faktor pendukung dan penghambat dalam
C. Tujuan Penelitian
6
D. Signifikansi Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
bagi Rumah Belajar Kita agar ke depannya bisa lebih baik lagi.
penyandang tunarungu.
7
E. Definisi Operasional
1. Bimbingan Keagamaan
3
Norhaanah, Inspirasi Luqman Dalam Konteks Membimbing Keagamaan Anak Telaah
Surah Luqman, (Banjarmasin: BILDUNG, 2020), h. 18.
4
H.M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977), h. 46.
8
2. Tunarungu
atau telinga.5
“tuna” dan “rungu”. Tuna yang berarti kurang dan rungu berarti
pendengaran. Jadi tunarungu adalah istilah lain dari kata tuli yaitu tidak
istilah bagi orang yang kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam hal
mendengar, baik dari yang ringan sampai yang berat. Dengan demikian
yang disingkat dengan RBK pada penilitian ini adalah suatu wadah atau
tempat belajarnya anak- anak, teman- teman, saudara- saudara kita yang
5
Ardhi Wijaya, Memahami Tuna Rungu, (Yogyakarta: Relasi Inti Media, 2019), h. 1
6
Ahmad Wasita, Seluk- Beluk Tunarungu dan Tunawicara Serta Strategi Pembelajarannya,
(Jogjakarta: Javalitera, Cetakan Kedua, 2013), h. 17.
9
memiliki kebutuhan khusus yaitu kesulitan pada salah satu panca indera
F. Penelitian Terdahulu
karya tulis ilmiah yaitu berupa skripsi pada tahun- tahun sebelumnya
(BPI).
a. Persamaan
bimbingan keagamaan.
b. Perbedaan
10
sasarannya lebih spesifik yaitu pada penyandang tunarungu dan
a. Persamaan
b. Perbedaan
a. Persamaan
11
Persamaan dari kedua penelitian ini yaitu penelitian yang
b. Perbedaan
keagamaan.
G. Sistematika Penulisan
yang terdiri dari lima bab dan di dalam masing- masing bab terdapat beberapa
akan diteliti sebagai gambaran- gambaran umum yang dibahas meliputi; latar
BAB II : KAJIAN TEORI, pada bab ini membahas tentang hal- hal
yang menjadi landasan teori dalam penelitian yang terdiri dari kerangka teori
yaitu teori model bimbingan dan kerangka konsep yang meliputi pengertian
metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, subjek
12
dan objek penelitian, lokasi penelitian, data, sumber data, teknik
dan saran.
H. Kajian Teori
1. Bimbingan Keagamaan
a. Pengertian Bimbingan
guidance. Kata guidance merupakan kata yang berasal dari kata kerja
terdapat dalam istilah bahasa Arab yaitu berasal dari akar kata
istilah bahasa Arab, maka boleh jadi bimbingan merupakan salah satu
7
Ibid., h. 20.
8
Samsul Amin Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 3.
13
surah An-Nahl ayat 125 yang menjelaskan tentang bagaimana cara
yang baik.
Qur’an surah Ali Imran ayat 104 yang berbunyi sebagai berikut :
9
Muhammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), h.2.
14
ِ َو ْنتَ ُكٍ ِّيُ ُك ْى أُ َّيتٌ يَ ْذ ُعىٌَ إِنَى ْٱنخَ ي ِْر َويَأْ ُيرُوٌَ بِ ْٲن ًَ ْعر
ۚ ُوف َويَ ُْهَىْ ٌَ ع ٍَِ ْٱن ًُُ َك ِر
َٰٓ
ٌََوأُو ٰنَئِكَ هُ ُى ْٱن ًُ ْفهِحُى
individu selamat.
b. Pengertian Keagamaan
berasal dari bahasa Sansakerta yang berasal dari perpecahan kata “a”
yang berarti tidak dan “gama” berarti pergi atau kocar- kacir.
15
Maksudnya ialah agama bersifat tetap yang diwarisi secara turun-
temurun.
semua itu berasal dari bahasa Latin yaitu : Relegare, to treat carefully
Adapun dalam bahasa Arab kata agama disebut dengan al- din
dan akhirat. Kata “diin” disebutkan sebanyak 79 kali dalam al- qur’an
salah satunya adalah terdapat pada surah Al- Kafirun ayat 6 yang
berbunyi :
10
R. Abuy Sodikin, “Konsep Agama dan Islam”, Banten: Al- Qalam, Vol. 20 No. 97 (2003):
h. 2.
16
Berdasarkan ayat tersebut bahwa kata agama tidak hanya
digunakan untuk umat muslim akan tetapi kata agama juga dapat
pikiran misterius yang dapat menguasai dunia dan diri yang dia sadari,
adalah ikatan yang harus dipegang dan dipenuhi manusia. Ikatan yang
dimaksud adalah kekuatan yang lebih tinggi dari manusia yang tidak
11
Ridwan Lubis, Sosiologi Agama: Memahami Perkembangan Agama dalam Interaksi
Sosial, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 86.
12
Muhammad Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), h. 209.
13
Emile Durkheim, The Elementary Forms Of The Religous life, (Jogjakarta: IRCiSoD,
Cetakan Pertama, 2011), h. 56.
14
H. Nur Zazin, Psikologi Agama, (Banjarbaru: Zukzez Express, 2016), h. 3.
17
Ada pula pengertian agama yang dikemukakan oleh Husain
Ismail yaitu agama adalah suatu jalan atau cara yang bersumber dari
sebuah bangunan yang kuat. Tanpa adanya fondasi yang kuat, maka suatu
dasar bimbingan keagamaan terdapat pada Al- Qur’an dan Hadis yang
yang baik kepada individu lainnya, sebagaimana yang terdapat pada surah
18
dalam keadaan fitrah yang telah beragama. Sosok pembimbing dituntut
tidak mendapatkan cahaya dari nilai- nilai agama dalam diri mereka
dan murni. Yang dimaksud dalam keadaan fitrah pada konteks ini yaitu
Allah Swt. adalah tuhannya. Sehingga tujuan yang ingin dicapai melalui
bimbingan keagamaan adalah agar fitrah yang ada dalam setiap individu
15
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2012), h.61.
19
Tujuan bimbingan agama menurut Drs. H. M. Arifin, M.Ed yaitu
sebagai berikut :
agama yang dianut individu dalam hal ini yaitu agama Islam yang disertai
ibadah.17
16
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 39.
17
Fiqih Amalia, Skripsi: “Bimbingan Keagamaan Dalam Upaya Mengatasi Perilaku
Bullying Anak Di Panti Asuhan Surya Mandiri Way Halim Bandar Lampung”, (Lampung: UIN Raden
Intan Lampung, 2018), h. 41.
20
4. Model Bimbingan Keagamaan
kegiatan.18
sebagai pola, contoh, acuan, ragam, dari sesuatu yang akan dibuat
18
Makrim Tabe, Model Pembentukan Akhlak Mulia Pada Mahasantri Pondok Shabran,
Naskah Artikel Publikasi, (Surakarta: 2015), h. 3.
21
membantu dan membimbing individu atau kelompok dalam mengatasi
2) Model Keteladanan
19
Mubasyaroh, “Model Bimbingan Agama Anak Jalanan di Jalur Pantura”, Jawa Tengah:
Jurnal Penelitian, Vol. 8, No. 1 ( 2014): h. 116.
20
Suhardi Suwaroyo, Internalisasi Nilai- Nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik (Studi Kasus di MTs Sunan Kalijogo Malang),
(Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017), h. 55.
22
Hal yang paling terpenting dalam mendidik adalah
kepada orang lain, akan tetapi juga menyangkut berbagai hal yang
َّ َو َر َك َر
ٱَّللَ َكثِيرً ا
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
3) Model Pembiasaan
23
dengan fokus pada konsekuensi perilaku tertentu yang dilakukan
4) Model Nasihat
yang terdapat dalam surah An- Nahl ayat 125 yang didalamnya
5. Metode Bimbingan
a. Metode Langsung
1) Metode Individual
21
Ica Efilia Natasya, “Pengaruh Penerapan Teori Belajar Operant Conditioning Dalam Mata
Pelajaran PPKN Terhadap Perbaikan Perilaku Peserta Didik di SMP Negeri 6 Kayuagung”, Jurnal
Bhinneka Tunggal Ika, Vol. 2, No. 1: (2015), h. 61.
24
a. Percakapan pribadi, yakni pembimbing mengadakan dialog
disuluh
lingkungannya.
2) Metode Kelompok
teknik-teknik:
sebagai forumnya.
(psikologis).
25
d. Psikodrama, yakni bimbingan yang dilakukan dengan cara
(psikologis).
kelas-kelas belajar.
1) Metode Individual
c. Melalui brosur
e. Melalui televisi.
26
Metode dan teknik mana yang dipergunakan dalam
antara lain :
1) Metode Individu
langsung.
2) Metode Kelompok
22
Tohari Muammar, Dasar- Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islami, (Yogyakarta:
UII PRESS, 1992), h. 51.
27
Metode yang dilakukan yaitu dengan cara pembimbing
4) Metode Pencerahan
mengerti dan memahami sudut pandang baru serta posisi baru di mana
dia berada.23
namanya materi agar dapat mewujudkan tujuan yang ada pada bimbingan
23
Norhasanah, Inspirasi Luqman Dalam Konteks Membimbing Keagamaan Anak Telaah
Surah Luqman, (Banjarmasin: BILDUNG, 2020), h. 17- 18.
28
a. Akidah
atau percaya kepada Allah, malaikat- malaikat, kitab dan rasul- rasul-
b. Syariah
Inti dari ajaran ini adalah terdapat pada rukun Islam. Syariah
yang nantinya akan berbuah imbalan dari Allah baik secara langsung
seperti; salat, puasa, serta ibadah- ibadah lain yang meliputi; sabar,
c. Akhlak
24
Al Musthafa Amin, Aqidah Islam Menurut Ibnu Taimiyah, (Bandung: PT al- Ma’arif,
1982), h. 7.
29
merupakan perbuatan yang buruk, maka perilaku tersebut disebut
8. Tunarungu
a. Karakteristik Tunarungu
1) Segi Fisik
2) Segi Bahasa
25
Anas Ismail Abu Dawud, Bekal Seorang Dai, (Sukahajo: Insan Kamil Solo, Cetakan I,
2018), h. 218.
30
b) Memiliki kesulitan dalam mengartikan kata- kata yang
mengandung ungkapan.
3) Segi Intelektual
berikut :
26
M.Gusnur Wahid, Pembelajaran Artikulasi Huruf Hijaiyah untuk Anak Tunarungu (Teori,
Aplikasi, dan Penanganannya), (Majalengka: CV. Setia Media Penerbit, Cetakan I, 2019), h. 10.
31
Adapula karakteristik yang sering ditemukan pada penyandang
dalam beradaptasi.
b. Klasifikasi Tunarungu
1) Klasifikasi Umum
27
Ahmad Wasita, Seluk- Beluk Tunarungu dan Tunawicara Serta Strategi
Pembelajarannya, (Jogjakarta: Javalitera, Cetakan Kedua, 2013), h. 25.
32
90 dB dan termasuk dalam penyandang tunarungu berat dan
sangat berat.
2) Klasifikasi Khusus
a) Tunarungu Ringan
b) Tunarungu Sedang
berhadapan.
c) Tunarungu Berat
33
antara 71- 90 dB. Individu yang mengalami tunarungu berat,
ada.28
c. Penyebab Tunarungu
yang besar.
28
Ardhi Wijaya, Memahami Tuna Rungu, (Yogyakarta: Relasi Inti Media, 2019), h. 18- 20.
29
Ibid., h. 23- 34
34
e) Kekurangan oksigen (anoxia).
a) Infeksi.
I. Metode Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
kata- kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.
yang didapatkan berupa data kualitatif, yaitu hanya berupa kata- kata
35
b. Jenis Penelitian
melakukan penelitian.
a. Subjek Penelitian
b. Objek Penelitian
3. Lokasi Penelitian
Kita (RBK) tepatnya di Jalan Ratu Zaleha, Gang. Pandan Sari, Nomor. 69
36
4. Data dan Sumber Data
a. Data
Data yang digali dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder.
Kita Banjarmasin.
b. Sumber Data
37
diteliti atau sumber data pelengkap yang berfungsi sebagai
jurnal atau karya tulis lainnya, baik yang berupa cetakan ataupun
a. Pengolahan Data
30
Adnan Mahdi, Mujahidin, Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun Skripsi, Tesis, dan
Disertasi, (Bandung: ALFABETA, Cetakan I, 2014), h. 132.
38
bimbingan keagamaan terhadap penyandang tunarungu di rumah
berdasarkan jenisnya.
b. Analisis Data
39
7. Pengecekan Keabsahan Data
dokumentasi.
40
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Dawud, Anas Ismail Abu. Bekal Seorang Dai, Sukahajo: Insan Kamil Solo,
Cetakan I. 2018.
Durkheim, Emile. The Elementary Forms Of The Religous life. Jogjakarta: IRCiSoD,
Cetakan Pertama. 2011.
Munir, Samsul Amin. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah. 2010.
Natasya, Ica Efilia. “Pengaruh Penerapan Teori Belajar Operant Conditioning Dalam
Mata Pelajaran PPKN Terhadap Perbaikan Perilaku Peserta Didik di SMP
Negeri 6 Kayuagung”. Jurnal Bhinneka Tunggal Ika, Vol. 2, No. 1. 2015.
41
Sodikin, R. Abuy. “Konsep Agama dan Islam”, Banten: Al- Qalam, Vol. 20 No. 97.
2003.
42
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
No Handphone : 087740770077
E-mail : sitisarahapriani.cnms@gmail.com
Riwayat Pendidikan
43