Anda di halaman 1dari 3

Parameter Keberhasilan Syiar

Apa saja yang menjadi parameter untuk menilai syiar yang dilakukan telah berlangsung dengan baik ?

Mulai saat ini kita akan memulai segala sesuatu dengan parameter keberhasilan untuk mengukur sejauh mana
agenda yang telah dilakukan memenuhi target yang dibutuhkan. Parameter keberhasilan ini adalah turunan
atau pengewejantahan dari strategi dan program yang akan dijalankan. Dalam kontek dakwah kampus yang
profeional parameter keberhasilan adalah sebuah input yang sangat penting dalam evaluasi dakwah
kedepannya. Parameter ini perlu didukung dengan indikasi tertentu untuk mempermudahkan menilaian.

Syiar adalah proses menyampaikan risalah Islam kepada umat dengan metode yang tepat. Berbagai agenda
syiar yang kita kenal seperti talkshow, outbound, camping, wisata rohani, bakti sosial, dan sebagainya telah
banyak kita jalankan. Akan tetapi, pada beberapa kampus saya mengamati agenda syiar setiap tahunnya tidak
jauh berbeda, bahkan, sama lebih tepatnya. Ini menandakan tidak ada proses evaluasi yang dijalankan setiap
tahunnya dan menyebabkan lembaga dakwah tidak hayawi (baca: dinamis).

Dalam menentukan parameter keberhasilan syiar ada point of view yang bisa diamati. Pertama dari sisi
samawi, dan yang kedua dari sisi ardhi.

Samawi Point of View

Ini merupakan pola pandang dari sisi fana. Yakni tidak bisa dilihat langsung oleh kasat mata. Hanya Anda
sebagai pribadi dan Allah yang bisa menilai apakah parameter ini sudah terpenuhi atau belum. Poin turunan
dari pola pandang ini ada dua, yakni ;

a. Kedekatan kader ( subjek dakwah ) kepada Allah, Anda coba evaluasi diri dan minta kader Anda
untuk mengevaluasi diri apakah setelah menjalankan sebuah agenda dakwah. Ia semakin dekat
dengan Allah, apakah keyakinannya pada Islam meningkat, apakah ibadah hariannya semakin
berkualitas dan semakin mendekati seorang yang berjiwa rabbani. Walau hal ini tidak bisa dinilai
langsung, akan tetapi faktor kedekatan kader pada Allah adalah syarat mutlak keberhasilan
dakwah dan kemudahan pertolongan Allah dalam perjuangan dakwah kita semua. Oleh karena itu
perlu kiranya seorang pemimpin selalu mengingatkan kadernya untuk selalu menjaga niat karena
Allah dan menjaga kualitas ibadahnya.

b. Tercerahkannya objek dakwah. Tercerahkan dalam hal ini adanya perubahan secara individu dari
objek dakwah. Perubahan ini tidak bisa dievaluasi langsung, dan bukan sekedar berapa banyak
yang hadir dalam sebuah agenda dakwah. Akan tetapi perubahan yang terjadi, seperti seorang
yang tidak pernah sholat, setelah mengikuti sebuah kajian, ia menjadi rutin sholat, atau seorang
yang biasanya tidak pernah puasa di bulan Ramadhan berubah menjadi menjalankan puasa
Ramadhan. Ini yang saya maksud dengan tercerahkan.

Ardhiy point of view

Ini adalah pola pandang dari sisi duniawi, yang bisa dilihat dengan kasat mata, dan lebih mudah untuk di
evaluasi. Pada pola pandang ini lebih menekankan pada kualitas manajemen organisasi dakwah. Pola pandang
ini merupakan pola pandang yang dirumuskan oleh Kepala Sektor Syiar dan Pelayanan Kampus GAMAIS ITB
Albaz Rosada. Pola pandang yang digunakan yakni ;

a. Cash flow. Dalam perencanaan keuangan pada agenda syiar haruslah berpegang pada nilai balance
cashflow atau bahkan surplus cashflow. Pendanaan yang baik akan membuat syiar kita tidak terkesan
dipaksakan dan bisa optimal. Syiar yang baik tidaklah harus mahal. Akan tetapi cocok dan sesuai
dengan kebutuhan objek dakwah. disinilah perencanaan syiar harus memikirkan dana, jangan sampai
dana yang ada terlalu besar. Walau memang dengan rencana anggaran yang besar, bisa menjadikan
kader dakwah kreatif dalam menggalang dana. Sebuah lembaga dakwah kampus seharusnya bisa
menghasilkan uang dalam jumlah besar. kebebasan finansial membuat sebuah Lembaga dakwah bisa
mandiri serta independen dari semua pihak. Jika memungkinkan dibangun sebuah paradigma bahwa
event syiar bukanlah momen untuk menghabiskan uang, akan tetapi sebagai momen untuk
menghasilkan uang. Kita bisa menggunakan perangkat pendukung akuntansi untuk memudahkan
pembukuan anggaran.

b. Appreciation. Maksudnya adalah tanggapan atau respon dari semua stakeholder yang terkait dengan
agenda yang di adakan. Apresiasi pertama tentu dilihat dari perserta atau objek dri agenda yang
dibuat. Apakah mereka puas dan senang dengan agenda yang disusun. karena tujuan syiar ini adalah
mentransformasi objek dakwah yang masi belum tau menjadi tau. Penilaian termudah dalam melihat
apresiasi adalah dengan adanya orang-orang yang tergabung dalam simpatisan dakwah. dalam hal ini
peran data sangat penting untuk di gunakan dan berdungsi dalam melihat evaluasi agenda dakwah.
Stake holder lainnya seperti pengisi acara, pihak yang diajak kerjasama dana, donatur, dan sebagainya.
Apresiasi dari mereka sangat penting karena tanpa mereka agenda dakwah ini tidaklah akan berjalan
dengan lancar. Perangkat untuk menilai hal ini dengan observasi langsung saja terhadap stakeholder
terkait.

c. Participation. Partisipasi dari massa kampus atau objek dakwah akan agenda kita, bisa dilihat dari cara
mereka merespon dan mendukung agenda kita. Apakah hanya sebagai pengunjung atau juga
memberikan dukungan lainnya, ataukah ada kesediaan untuk mengikuti pembinaan dari lembaga
dakwah. Perangkat angket atau kuesioner bisa digunakan untuk menilai partisipasi massa sudah
optimal.

d. Value. Selalu ada pemikiran yang akan disampaikan dalam setiap syiar kita. Penyebaran pemikiran
risalah Islam ini menjadi sebuah misi dalam dakwah kita. Selain itu nilai yang kita maksudkan sejatinya
bisa menjadi corong opini dan mengubah pola pikir dari objek dakwah kita. Dengan selalu berpegang
pada value yang akan disampaikan, dakwah ini akan senantiasa selalu pada asholahnya. Pentingnya
penentuan value juga harus diperhatikan. Jangan sampai nilai atau pesan yang disampaikan
kontraproduktif, karena tidak sesuai dengan kebutuhan objek dakwah. Perangkat angket bisa menilai
apakah objek dakwah sudah mendapatkan pesan yang ingin kita sampaikan.

e. Documentation. Dokumentasi menjadi hal yang sangat mahal. kebiasaan diantara kita semua
dokumentasi seringkali terlupakan. sehingga tidak ada hal yang bisa diturunkan ke penerus kita di
lembaga dakwah. Ada dua hal yang haru terdokumentasi dengan baik. pertama dokumentasi data
seperti notulensi rapat,proposal, ide-ide, dan lain-lain. Kedua dokumentasi foto dan film kegiatan.
penyimpanan data ini juga harus terorganisir dengan baik sehingga bisa jadi warisan penting bagi
penerus dakwah kita di masa yang akan datang. Perangkat pendukung bisa dengan sebuah database
yang dikoordinir oleh tim data lembaga dakwah.

Anda mungkin juga menyukai