Pandangan diatas, jelas hanyalah isu belaka karena minimnya pengetahuan siswa
dan masyarakat tentang BK. Bimbingan dan konseling adalah suatu bantuan yang
diberikan oleh konselor kepada konseli agar mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dengan optimal sehingga
memungkinkan konseli tersebut dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Konselor
dibagi menjadi dua, yaitu konselor sekolah dan konselor sosial. Konselor sekolah atau
yang biasa disebut guru BK merupakan petugas profesional yang ditempatkan di
lembaga tertentu dengan seperangkat kompetensi yang diperlukan untuk bimbingan dan
konseling. Menjadi seorang konselor harus memiliki pribadi yang jujur, terbuka,
otentik, pendengar yang baik, berempati, dan dapat dipercaya.
Bimbingan dan konseling memiliki beberapa fungsi yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Fungsi yang pertama yaitu
fungsi pemahaman, bimbingan dan konseling akan menghasilkan pemahaman tentang
diri konseli di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan yang lebih
luas. Kedua, fungsi pencegahan yaitu terhindarnya konseli dari berbagai permasalahan
yang menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangannya. Ketiga, fungsi
pengentasan yaitu bimbingan dan konseling membantu mengentaskan berbagai masalah
yang dialami oleh konseli. Keempat, fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu
fungsi BK yang menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi
yang dimiliki konseli untuk mencapai perkembangannya. Kelima, fungsi advokasi yaitu
dalam bimbingan dan konseling berupaya memberikan bantuan (oleh konselor) untuk
membela konseli yang bersangkutan kembali memperoleh hak-haknya yang selama ini
dirampas, dihalangi, dihambat, dan dibatasi agar dapat melanjutkan pengembangan
konseli agar berjalan optimal.
Perlu diketahui bahwa guru BK yang ada di sekolah memiliki program yang
berbeda dengan program pembelajaran guru mata pelajaran. Sebelum menetapkan
program yang akan diterapkan pada peserta didik, guru BK terlebih dahulu melakukan
assessment untuk menggali kebutuhan peserta didik melalui kegiatan tertentu misalnya
wawancara, angket, observasi, maupun tes. Selanjutnya dari hasil assessment, dilakukan
pengukuran dan diinterpretasi. Setelah itu, menetapkan program yang akan
dilaksanakan kepada peserta didik. Untuk mengetahui apakah program tersebut dapat
berjalan dengan baik atau tidak, guru BK mengadakan evaluasi dan follow-up untuk
menindaklanjuti program yang telah dibuat.
Dengan demikian, tugas guru BK tidak hanya menangani siswa yang bermasalah.
Guru BK juga bukan polisi sekolah, akan tetapi membantu pengembangan potensi
siswa, membantu siswa dalam memahami dirinya, membina siswa untuk berperilaku
positif, dan merencanakan program-program BK yang dibutuhkan oleh warga sekolah
(siswa, guru, kepala sekolah dan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah). Oleh
karena itu, kesalahpahaman ini perlu untuk diberantas agar tujuan BK dapat tercapai
dengan maksimal.