Anda di halaman 1dari 5

1.

Ilustrasi Kasus:
Seorang siswi bernama Puji berusia 16 tahun, merupakan anak tunggal yang berasal dari
keluarga dengan ekonomi menengah. Ia merasa diabaikan oleh kedua orangtuanya yang sibuk
bekerja hingga malam. Puji seringkali dimarahi oleh kedua orangtuanya,karena melihat nilainilainya jelek.

Dirumah Puji merasa ada orangtua maupun tidak ada orangtua tidak ada

perbedaan, la selalu merasa kesepian. Suatu ketika Puji tidak masuk sekolah selama 3 hari
berturut-turut, bahkan tidak mengikuti ulangan harian, dan Anda sebagai Konselor diminta
untuk menuntaskan masalah Puji tersebut. Bagaimana penanganan yang dapat Anda Lakukan
sebagai Konselor di sekolahnya Puji ?

Pendekatan yang tepat dalam menangani kasus Puji adalah dengan menggunakan model
terapi multigenerasi Bowen.

Alasan saya memilih pendekatan Bowen karna dijelaskan dalam teori Bowen bahwa
Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem yang terdiri dari
berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak & saudara kandung (sibling)
dimana setiap subsistem tersebut dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi
gangguan pada salah satu subsistemya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian
lainnya bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat. Didalam
kasus ini saya melihat terdapat gangguan pada subsistem anatara orang tua dan anak
dimana anak merasa diabaikan oleh orang tuanya . Sehingga anak berprilaku
menyimpang.

Saya memilih pendekatan Bowen dengan konsep dasar Triangles (Segitiga)Konsep


hubungan segitiga merujuk kepada konfigurasi emosional dari 3 orang anggota keluarga
yang menghambat dasar pembentukan sistem keluarga.Triangles adalah penghalang dasar
pembentukkan sistem emosional. Jika ketegangan emosi pada sistem 2 orang melampaui
batas, segitiga tersebut adalah orang ketiga, yang membiarkan perpindahan ketegangan
ke orang ketiga tersebut. Suatu sistem emosional yang disusun secara seri pada hubungan
segitiga akan bertaut satu sama lain.Hubungan segitiga merupakan hubungan
disfungsional yang dipilih oleh keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui
pengalihan isu yang berkembang daripadamenyelesaikan konflik/ketegangan. Triangulasi

ini dapat terus berlangsung untuk jangka waktu yang tak terbatas dgn melibatkan orang di
luar keluarga termasuk terapis keluarga yang dianggap sebagai bagian dari keluarga
besar. Berdasarkan pendekatan yang saya pilih diatas saya berperan seperti ini dalam
menangani kasusn Puji daiatas:

Presession Membuat perjanjian pertemuan dan lamanya, bina hub saling percaya serta
kejujuran, merumuskan hipotesa berdasarkan masalah yang didapatkan,saya akan

membuat perjanjian pertemuan dengan Puji dan orang tuanya .


Session Testing & memperbaiki hipotesa berdasarkan 8 konsep Bowen dengan
memberikan beberapa intervensi terhadap keluarga,saya akan memberikan dan

memperbaiki masalahnya dengan meberi intervensi kepada Puji dan juga Orang tuanya.
Post-session- Analisa reaksi keluarga serta rencana sesi selanjutnya Atau Mengakhiri
Terapi ,saya akan menganalisa reaksi Puji maupun orang tuanya dan akan menanyakan
rencana sesi berikutnya apabila masalhnya sudah menemukan jaln keluar saya akan
mengakhiri terapi tersebut.

2. Ilustrasi Kasus:
Sepasang kekasih di SMA Biru ketahuan pacaran berlebihan di warnet pada saat jam sekolah.
Pihak sekolah memberikan sanksi tidak boleh ikut jam pelajaran selama seminggu, orangtua

merasa keberatan dengan hal tersebut,

Bagaimana peranan Anda sebagai Konselor dalam

menangani masalah tersebut?

Pendekatan yang tepat untuk menangani kasus diatas adalah dengan Pendekatan
Struktural.

Alasan saya memilih pendekatan struktutal karna dalam teori pendekatan strktural
Minuchin (1974) beranggapan bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur
kaluarga dan pola transaksi yang dibangunn tidak tepat. Pola keluarga diatas dan
transaksi yang dibangu tidak tepat karna orang tua yang jelas mengetahui kesalahan
anaknya malah masih membela anaknya struktur keluarga di kasus yang kedua harus
diperbaiki terlebih dahulu.

Masalah dalam kasus ini akan saya selesaikan dengan pendekatan struktural dengan cara
merombok struktur yang ada di dalam keluarga tersebut,lalu saya akan menyusun
kembali keutuhan keluarganya. Karna struktur keluarganya tidak berfungsi makanya
remaja tersebut berprilaku menyimpang dengan cara berpacaran berlebihan di
warnet.Serta saya akan meberitahu keluarganya dengan peran yang sebenarya.Serta
memperbaiki pola hubungan anatara orang tua dan anak agar tidak terjadi lagi hal seperti
kasus ini .

3. Ilustrasi Kasus :
Doli seorang anak di sekolah dasar mengalami masalah dalam belajar, tidak hanya itu di
usianya yang 11 tahun, ia kurang mampu bersosialisasi, cenderung menyendiri dan tidak suka
bergabung dengar teman-temannya pada saat jam istirahat. suat saat la cabut dari sekolah pada

saat jam pelajaran, dan diketahui selama ini la menjadi korban Bully oleh teman-temannya,
namun la tidak berani bilang karena rasa takut, selain itu ia memiliki ayah yang cukup keras
dalam mendidik anak(otoriter). Bagaimana peranan Anda sebag Konselor dalam menangani
masalah ini ?

Pendekatan yang saya pilih dalam menangani kasus Doli adalah terapi Eksperiensial

Alasan saya memilih pendekatan eksperensial karna menurut teori , keluarga


eksperiensial menekankan pada proses pertumbuhan alamiah dalam keluarga untuk
meningkatkan rasa memiliki keluarga dan memberikan kebebasan sebagai individu dalam
keluarga agar memiliki pengalaman dalam mengekspresikan emosi. Didalam kasus diatas
anak atau Doli tidak dibebaskan dalam keluarga sehingga dia tidak memiliki pengalaman
dalam mengekspresikan emosi. Doli juga merupakan korban Bully sehingga dirinya
benar-benar tidak ada pengalam dalam mengekspresikan emosi dari sinilah timbulnya
masalah belajar,tidak dapat bersosialisasi,dan bersifat introvert serta didikan dari ayah

sangat keras diluar rumah dan didalam rumah sama-sama mebuat Doli merasa terbully.
Menyelesaikan masalah ini dengan terapi eksperiensial ,yang pertama akan saya lakukan
yaitu dengan memberi empati yang tinggi kepada Doli. Setelah memberi empati saya
melakukan teknik permainan peran. Dalam melakukan permainan peran ini ayah diminta
untuk memerankan peran Doli,agar ayah merasakan apa yang dirasakan doli.Harapannya
dengan teknik bermain peran ayah dapat berubah dalam mendidik Doli tidak menerapkan
pola asuh otoriter lagi.Doli juga mengalami masalah tidak mampu bersosialisasi
cenderung menyendiri dan tidak suka bergabung dengar teman-temannya karna rasa takut
tadi .Rasa takut tersebut timbul karna pola asuh ayahnya,jadi saya sebagai konselor ingin
meberi gambaran kepada ayah apabila dirinya di posisi doli serta member empati
sehingga masalah doli tadi dapat terselesaikan.

UAS BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

Disusun oleh :

AZLIA FEBRINA DWINANDA

1413052015

Program Studi Bimbingan Konseling


Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
2016

Anda mungkin juga menyukai