Anda di halaman 1dari 7

ANALISA KASUS

KONSELING KELUARGA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Keluarga:
Praktek Intervensi

Oleh :
ANNISA TRIANA JHONATHA
2267290150
Mayoring Pendidikan/ Kelas Malam

Dosen Pengampu : Dr. Evi Syafrida Nasution, M.Psi., Psikolog

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


FAKULTAS PSIKOLOGI
JAKARTA
2023
BEBERAPA CONTOH KASUS DI KELUARGA

Setiap individu sebagai anggota keluarga yang berperan sebagai anak, tentunya lahir, besar dan
pengalaman yang berbeda dari masing-masing selama proses awal pembentukan. Namun, dalam
perbedaan yang ada tetap saja ada benang merah yang dapat ditarik. Keunikan dari masing-masing
individu menjadi hal yang menarik untuk dibahas, dianalisis dengan memperhatikan beberapa contoh
pengalaman hidup. Masing-masing pribadi unik dan berbeda dalam latar belakang keluarga, pengalaman,
dan ada beberapa hal satu dengan lainnya sama, atau serupa tapi tidak sama.

Untuk lebih lengkapnya berikut pengalaman sebagai anggota keluarga, bagaimana mereka melewati masa
kanak-kanak yang tidak menyenangkan, masa remaja seperti mengalami tekanan karena sepertinya
tertolak dari keluarga, belum lagi aturan dan peraturan yang berlaku di keluarga begitu sulit untuk
dipahami dan keinginan untuk keluar dari aturan selalu muncul, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan perlawanan. Ada juga yang mendapat perhatian lebih, sehingga dimanja dan membuat dirinya
kurang memiliki tanggung jawab.

Berikut ini adalah ungkapan dari masing-masing individu dengan latar belakang, pengalaman dan
kehidupan maupun budaya yang sangat berbeda satu dengan lainnya.

Kasus 1

Sebagai anak tertua dari dua bersaudara, dengan pendidikan otoriter ala ABRI di keluarga: disiplin waktu,
aturan yang jelas, harus tepat waktu, jadwalnya sesuai dengan aturan keluarga yang berlaku. Saya sering
merasa tidak adil karena ruang gerak saya sangat terbatas. Belum lagi budaya dan tata krama dalam
budaya Jawa yang berlaku di keluarga yang sangat mengikat. Bertambah usia membuat saya memahami
kenapa orangtua memperlakukan kami begitu ketat, karena sayang dan perhatian mereka terhadap kami
putrinya yang disayangi.

Keterbukaan/komunikasi berlangsung di keluarga. Kejujuran, keterbukaan apa saja masalahnya, dan tetap
nampak ada protection dari keluarga, alasannya orangtua ingin saya berhasil sebagai anak tertua di
keluarga. Dua bersaudara. Ayah adalah putra tunggal. Ada rasa khawatir dari orangtua, karena saya
perempuan. Sekarang jauh lebih terbuka dibandingkan semasa SMP. Ada rasa khawatir. Adik merasa
tertekan.

Jawaban:

a. Identifikasi masalah yang sebenarnya terjadi


Adanya konflik batin anak terhadap pola asuh orangtua yang otoriter. Anak merasa tertekan
dengan pola asuh orangtuanya yang otoriter ala ABRI.

b. Skala prioritas untuk membantu mengatasi permasalahan yang terjadi secara individu
Untuk mengatasi permasalahan pada kasus diatas, menurut saya yang harus dilakukan adalah
mengatasi konflik batin dan memperbaiki cara berpikir si anak terlebih dahulu. Setelah itu
memberikan insight kepada orangtua terkait kelebihan dan dampak pola asuh otoriter.
c. Saran untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi atau menjalani kehidupannya
Bagaimanapun pola asuh orangtua pasti ada nilai positif yang bisa diambil. Contohnya saja pola
asuh yang seperti itu dapat melatih kedisiplinan si anak. Orangtua mendidik seperti itu pasti ingin
yang terbaik untuk anaknya. Si anak sebaiknya dapat terbuka dan menerima hal tersebut.
Menurut saya sudah benar pemikiran anak sulung, seiring bertambah usianya ia memahami
kenapa orangtuanya memperlakukan mereka begitu ketat yaitu karena sayang dan perhatian.
Dan untuk orangtua, sebaiknya memberikan kebebasan yang tergolong wajar kepada anak-
anaknya agar anak tidak merasa tertekan dan dapat bersosialisasi dengan baik.

Kasus 2

Saya anak kedua dari dua bersaudara, saya dididik dengan keras. Semasa SMP sudah mengenal teman
lawan jenis. Karena hal tersebut biasa di daerah dimana saya tinggal. Kejadian ini membuat orangtua
lebih keras dalam mendidik. Dan mengkondisikan saya untuk tetap sekolah. Orangtua saya menekankan
terlalu dini pacaran, jodoh akan datang kalau sudah waktunya. Lingkungan semasa saya remaja rata-rata
sudah mulai pacaran. Sekarang saya menyadari hal tersebut terlalu dini saya mengenal yang namanya
pacaran, karena saya sendiri tidak paham. Justru dengan keadaan ini membuat orangtua menyekolahkan
saya ke luar daerah dan membuat saya mandiri dan bertanggung jawab, bahwa pola asuh yang dilakukan
orangtua saya benar pada saat itu, hanya saja cara mengkomunikasikannya kurang tepat, sehingga kurang
interaksi satu dengan lainnya. Sekarang ini dengan dibatasi jarak dan tempat tinggal yang berbeda
komunikasi dengan orangtua.

Ayah meninggal sewaktu usia saya masih 5 tahun. Dari kecil sudah dibentuk untuk berwirausaha, ibu
sering tugas ke luar kota dan pekerja keras. Hidup bersama dengan kakak tertua, dan mengajarkan kami
anak-anaknya berwirausaha. Sejak usia 5 tahun, yang seharusnya bermain dan hidup penuh canda, saya
sudah belajar berwirausaha dan mencari uang. Saya melakukannya supaya dapat digunakan untuk ongkos
dan uang makan. Seringkali mendapat olok-olokan teman, tetapi saya tidak peduli. Ibu mendidik saya
dengan memberi kebebasan, diserahkan secara penuh kepada kami masing-masing. Saya melanjut ke
SMK karena rencananya mau bekerja karena awalnya ibu tidak terlalu mendukung untuk melanjutkan
studi, yang penting dapat cari uang. Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara tidak membuat saya
dimanja. Karena saya memiliki hobi membaca, membuat saya selalu berfikir positif dan setiap buku yang
saya baca membuat saya semakin termotivasi dalam menjalani hidup. Walaupun pernah merasakan
kesepian, tetapi hal itu tidak membuat saya surut untuk meraih prestasi. Kalau selama ini komunikasi
antara saya dengan ibu didominasi pertanyaan mengenai keuangan. Perlahan topik pembicaraan tidak lagi
melulu mengenai keuangan tetapi sudah mulai beralih ke pembicaraan lain. Dipengaruhi motivator,
bahwa kuliah itu penting, awalnya di support, dibantu orangtua untuk membiayai kuliah. Sekarang lebih
mandiri. Kadangkala lingkungan tidak memberikan dukungan positif, karena ibu pernah diisukan menjual
makanan tidak halal, hingga pernah harus makan nasi dan garam. Saya berusaha keras untuk meraih cita-
cita saya supaya pengalaman pahit tersebut tidak terulang lagi.
Jawaban:

a. Identifikasi masalah yang sebenarnya terjadi


Pada kasus anak kedua dari dua bersaudara : Adanya pengaruh lingkungan dan pergaulan
sekitar pada si anak, sehingga orangtua mendidiknya lebih keras. Orangtuanya mengkondisikan si
anak untuk tetap sekolah.

Pada kasus anak bungsu dari tiga bersaudara : Adanya beban hidup yang seharusnya belum
dialami pada anak seusianya. Si ibu memberikan kebebasan kepada anak-anaknya, dan si anak
sudah mandiri dari usia dini. Si ibu tidak terlalu mendukung untuk pendidikan anaknya karena
ekonomi, dan komunikasi antar mereka didominasi perihal keuangan.

b. Skala prioritas untuk membantu mengatasi permasalahan yang terjadi secara individu
Pada kasus anak kedua dari dua bersaudara: Menurut saya yang utama pada kasus ini adalah
terkait kontrol diri dari si anak. Bagaimana si anak tidak terpengaruh dengan lingkungan dan
pergaulan di sekitarnya, serta fokus pada tujuan dan cita-citanya.

Pada kasus anak bungsu dari tiga bersaudara: Menurut saya yang lebih utama pada kasus ini
adalah pemahaman si ibu terkait pendidikan, bukan hanya perihal ekonomi atau keuangan saja.
Karena anak juga berhak atas pendidikan. Lalu si anak harus selalu di support untuk menggapai
cita-citanya.

c. Saran untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi atau menjalani kehidupannya
Pada kasus anak kedua dari dua bersaudara: Menurut saya, sebaiknya si anak lebih
meningkatkan kontrol dirinya terhadap lingkungan dan pergaulan sekitar. Tidak masalah
orangtuanya sedikit lebih keras atau disiplin lebih tepatnya, agar si anak tetap sekolah dengan
baik dan fokus pada cita-citanya.

Pada kasus anak bungsu dari tiga bersaudara: Menurut saya, sebaiknya si ibu juga
memperhatikan hak si anak untuk mendapatkan pendidikan, tidak hanya terlalu memperdulikan
keuangan saja. Si anak juga butuh perhatian dan kasih sayang dari ibunya. Si anak harus tetap di
support agar tetap semangat menggapai cita-citanya. Karena jika si anak sudah bekerja, mandiri,
dan sukses, itu juga akan berdampak pada keluarganya. Sebaiknya juga didukung dengan quality
time bersama keluarga agar menumbuhkan kedekatan yang lebih antar anggota keluarga, dan si
ibu bisa memperbaiki komunikasi dengan anaknya sehingga tidak hanya membahas perihal
ekonomi.

Kasus 3

Sebagai putra bungsu dari dua bersaudara, dididik secara keras cenderung otoriter, dengan ekonomi
sederhana boleh dikatakan pas untuk kehidupan sehari-hari. Ayah mendidik dengan sangat disiplin, setiap
peraturan yang berlaku di rumah harus dijalankan, jika dilanggar ada konsekuensinya walaupun kecil.
Ayah melakukan ini sebagai warisan cara mendidik dari kakek. Di usia lima tahun yang harusnya
bermain, hampir tidak pernah saya nikmati, satu saat saya lupa dan bermain, lupa waktu akan mendapat
punishment dari ayah. Ayah saya meninggal dalam usia muda. Sekarang ini saya menyadari bahwa
pengalaman ini membentuk saya, sehingga seperti sekarang ini. Saya hidup dengan disiplin. Tidak pernah
menikmati masa senang dalam proses pertumbuhan. Pengalaman ini membuat saya jadi tegar, hidup
mandiri dan mulai bekerja untuk dapat membiayai hidup. Karena tidak mungkin untuk mengharapkan ibu
membiayai kuliah saya sekarang ini.

Pengalaman hidup memotivasi saya, jangan pernah kerja dua kali dan jangan pernah menunda. Ada
kerinduan terhadap ibu, masa kecil membentuk saya seperti saat ini. Pengalaman dan tekanan yang
didapat membentuk hidup saat ini, bermain dan mengikuti kegiatan di sekolah dan kegiatan religious
membuat saya semakin berfikir positif dalam menjalani kehidupan. Saya merasa beruntung saat ini.

Jawaban:

a. Identifikasi masalah yang sebenarnya terjadi


Adanya pola asuh yang disiplin dari orangtua, di mana pola asuh ini merupakan pola asuh yang
diturunkan dari kakek si anak, dan si anak merasa waktu masa kecilnya tidak sesuai dengan
seusianya, si anak merasa tidak menikmati masa bermainnya di waktu kecil. Hingga dewasa pun
si anak berpikir tidak menikmati masa senang dalam proses pertumbuhannya.

b. Skala prioritas untuk membantu mengatasi permasalahan yang terjadi secara individu
Untuk mengatasi permasalahan pada kasus diatas, menurut saya yang harus dilakukan adalah
perihal pemikiran si anak yang merasa tidak menikmati masa bermain di waktu kecil hingga tidak
menikmati masa senang dalam proses pertumbuhannya tersebut. Bagaimana si anak bisa legowo
dan tetap berpikir positif terhadap masa lalunya.

c. Saran untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi atau menjalani kehidupannya
Pola pengasuhan orangtua yang keras dan cenderung otoriter tersebut pasti ada sisi positifnya.
Tujuannya hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Si anak sebaiknya dapat terbuka dan
menerima hal tersebut. Salah satu sisi positifnya yaitu membuat si anak disiplin. Hal itu bisa jadi
bekal yang baik untuk kehidupannya ke depan kelak. Si anak seharusnya bisa melihat sisi positif
tersebut. Dengan ikut kegiatan religious itu juga sangat membantu agar kita bisa selalu berfikir
positif untuk kehidupan yang juga positif.

Kasus 4

Saya individu yang sejak usia masih usia bermain telah bekerja untuk membantu orangtua. Kerja di kebun
karet dengan jam kerja malam hari membuat saya hidup atau tidur tidak teratur. Saya mandiri, ada teman
akrab yang mengerti saya dan cenderung tertutup.

Anak ke dua dari tiga bersaudara. Kelas 3 pindah dari Siantar ke Mentawai. Pindah mengikuti orangtua
bekerja di perusahaan kayu. Sering berpindah sekolah selama SD. SMP tinggal di asrama, lalu kos dengan
kakak. Sebelum dilepas, sudah tahu apa yang harus dilakukan, dan tahu dampak dari apa yang dilakukan.
Menjelang ujian pindah/tinggal dengan nenek supaya lebih dekat. Menjelang SMA kembali ke kos,
karena tidak mungkin setiap hari melewati laut untuk sekolah. Orangtua memberikan kepercayaan, bisa
menjaga diri walaupun jauh dari orangtua. Masih ada komunikasi dengan orangtua, walaupun tidak setiap
saat, karena sulitnya jaringan komunikasi. Tidak suka kumpul dengan keluarga, karena menghabiskan
waktu, tidak senang kebisingan. Tidak diizinkan sekolah SMA, jika tidak berubah, tidak semangat. Dari
SMP suka olahraga. Hanya untuk menghilangkan suntuk. Sejak ada motor, antar ibu untuk bekerja,
kurang lebih 40 km dilakukan pp. Jadi kurang bergaul, karena sudah ada tugas untuk antar orangtua.
Membantu mobilitas keluarga. Tujuan utama ke Jakarta untuk menghindar dari tanggung jawab karena
tugas untuk mengantar ibu dan kakak menjadi tugas yang sangat berat. Ada perubahan dalam diri ayah
saya, dari semester III orangtua berharap saya baik-baik saja, kurang bergaul.

Jawaban:

a. Identifikasi masalah yang sebenarnya terjadi


Adanya beban kerja yang kurang pantas dengan seusianya terhadap si anak, apalagi kerja tersebut
di malam hari yang harusnya itu adalah jam istirahat untuk anak. Si anak menjadi kurang bergaul
dan tidak suka berkumpul dengan keluarga karena dari kecil sudah tidak ada waktu dan tidak
dibiasakan kumpul dengan keluarga. Kurangnya komunikasi antara anak dan orangtua.
Si anak menghindar dari beban tugas dan tanggung jawab karena merasa tugas yang diberikan
sangat berat.

b. Skala prioritas untuk membantu mengatasi permasalahan yang terjadi secara individu
Untuk mengatasi permasalahan pada kasus diatas, menurut saya yang harus dilakukan adalah
perihal komunikasi dan interaksi keluarga.

c. Saran untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi atau menjalani kehidupannya
Menurut saya, si anak tidak seharusnya melarikan diri dari tanggung jawab dan beban tugas. Si
anak sebaiknya mengkomunikasikan perihal tersebut kepada orangtuanya, apa yang bisa ia
lakukan, dan apa yang tidak bisa ia lakukan.
Dan untuk orang tua sebaiknya tidak memberikan beban kerja yang berlebihan kepada anak.
Karena anak juga memiliki hak waktu untuk menjalani kehidupan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Orangtua sebaiknya juga mendiskusikan perihal tersebut kepada anaknya, mana
yang mampu dilakukan mana yang tidak. Karena semua akan baik-baik saja dan harmonis apabila
ada diskusi dan keterbukaan dari masing-masing anggota keluarga.

Kasus 5

Anak pertama dari tiga bersaudara, di keluarga dididik dengan keras. Saya dibesarkan dari keluarga
Minahasa, karena merasa dididik keras sampai SMA tidak dekat dengan orangtua, khususnya dengan
orangtua pria ada jarak. Tiap hari kena marah, jika tidak mengerjakan yang sesuai dengan aturan yang
berlaku yang ditentukan oleh ayah. Mulai SMA saya mencari kebebasan, dilakukan dengan cara masuk
pagi pulang malam, atau sebaliknya, masuk siang pulang pagi, hanya untuk menghindar dari ayah. Satu
saat saya menyadari tidak mungkin hanya menyalahkan orangtua, sewaktu SMP dua kali dikeluarkan dan
dua kali tidak naik, menyelesaikan pendidikan SMP ikut paket C. Nakal, memberontak. Karena ingin
bebas dan ingin diakui oleh banyak orang karena di rumah merasa tidak dihargai. Mencari pengakuan
dengan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma. Setelah SMA bekerja di beberapa
perusahaan model kontrak (outsourcing), tiba saatnya menyadari bahwa kalau tidak melanjutkan sekolah,
jadinya bagaimana, ternyata kelakuan saya yang membuat saya tidak disukai oleh orangtua. Orangtua
mendapat pendidikan yang keras, yang ditularkan sewaktu mendidik anak-anaknya. Menyadari kesalahan
dan berdamai dengan orangtua, khususnya dengan ayah. Ada perubahan sikap dan nada keakraban
dengan orangtua, ada gengsi dari diri sendiri, untuk mengakui kelemahan dari diri saya. Orangtua
melakukan.

Jawaban:

a. Identifikasi masalah yang sebenarnya terjadi


Adanya pemberontakan anak terhadap pola asuh yang keras dari orangtua khususnya dari ayah.
Anak merasa ingin bebas dan tidak dihargai. Anak menjadi mencari pengakuan dengan
melakukan tindakan yang menyimpang. Si ayah yang mendapat didikan keras juga melakukan
didikan yang seperti itu kepada anaknya.

b. Skala prioritas untuk membantu mengatasi permasalahan yang terjadi secara individu
Untuk mengatasi permasalahan pada kasus diatas, menurut saya yang harus dilakukan adalah
perihal cara didikan (pola asuh) si ayah terlebih dahulu. Berikan pemahaman terlebih dahulu pada
si ayah. Lalu dilanjutkan ke perihal bentuk pemberontakan si anak. Pada intinya kembali ke
komunikasi antar keluarga.

c. Saran untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi atau menjalani kehidupannya
Menurut saya, si ayah sebaiknya dapat menimbang-nimbang didikannya pada anak. Dengan pola
asuh yang tidak/ kurang baik sebelumnya, kalau si ayah tetap menjalankan pola asuh yang seperti
itu, maka kemungkinan besar anaknya nanti juga akan melakukan pola asuh yang sama ke
anaknya di masa depan. Sebaiknya si ayah lebih terbuka dan memberikan kepercayaan pada si
anak agar anak juga merasa dihargai.
Dan untuk si anak, tidak seharusnya ia melarikan diri dan melakukan tindakan menyimpang. Si
anak sebaiknya mengkomunikasikan perihal tersebut kepada orangtuanya dengan baik-baik.
Tidak ada salahnya si anak dengan besar hati meminta maaf kepada orangtuanya dan memaafkan
kesalahan orangtuanya. Juga bisa didukung dengan melakukan quality time bersama anggota
keluarga agar meningkatkan kedekatan antar anggota keluarga, khususnya si anak dan si ayah.

Soal:

Dari masing-masing kasus di atas,

a. Identifikasilah masalah yang sebenarnya terjadi.


b. Buat skala prioritas untuk membantu mengatasi permasalahan yang terjadi secara individu!
c. Apa saran anda untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi atau menjalani kehidupannya
pada masing-masing kasus?

Jawaban: (ada di masing-masing kasus)

Anda mungkin juga menyukai