Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RIZKI RAHMADHANI

PERMASALAHAAN KENAKALAN REMAJA YANG TERJADI DI MASYARAKAT


KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN

Di era globalisasi, selain mendapatkan banyak keuntungan dimana masyarakat dapat


memperoleh segala sesuatunya dengan mudah, tetapi juga telah banyak menimbulkan kerugian
seperti prilaku atau perbuatan-perbuatan menyimpang yang telah dilakukan akibat dari
globalisasi itu sendiri. misalnya perbuatan-perbuatan atau prilaku menyimpang yang dlakukan
oleh remaja, atau yang lebih sering kita sebut dengan kenakalan remaja. Ada berbagai macam
faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja baik dari dalam maupun luar, dan contoh-contoh
dari kenakalan remaja itupun sudah sering kita lihat, bahkan bisa kita lihat di kehidupan sehari-
hari kita di sekolah.
Pada desa padang luas kecamatan langgam kabupaten pelalawan sendiri mempunyai
permasalahan yang mengusik warga sekitar, yaitu tentang kenakalan remaja, Yang sangat
disayangkan pelaku dari kenakalan remaja ini kebanyakan masih berusia belasan tahun dan
masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama ataupun Sekolah Menengah Atas. Bahkan
ketika di bangku SMP sudah banyak siswa yang berani melakukan hal-hal yang sudah jelas
dilarang di sekolah maupun di kehidupan bermasyarakat seperti merokok, mencuri,
merampok, tawuran, berkelahi, merusak fasilitas umum, minum-minuman keras,
menggunakan narkoba, balapan liar, berhubungan seks diluar nikah, bahkan ada yang telah
melakukan aborsi.
Hal ini tentu menjadi permasalahan yang sangat menganggu dan merusak nama baik desa, telah
dilakukan berbagai upaya dengan memberikan pengertian kepada yang bersangkutan dengan
orang tuanya sekaligus namun para remaja remaja ini tetap saja masih berprilaku hal yang
sama.
Dari permasalahan di desa padang luas dapat saya temukan beberapa faktor yang
mempengaruhi para remaja disana, yaitu :
1. Kondisi keluarga, sikap Orang tua sangat memperngaruhi terhadap sikap dan prilaku
anaknya, dan orangtualah yang memegang kendali akan menjadi seperti apakah anak
itu nantinya. Jika orang tua salah memberikan pengarahan atau tidak mau tahu menahu
dengan urusan anaknya, maka hal itu akan kembali merugikan orang tua anak tersebut.
Karena kebanyakan remaja yang melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut
kebanyakan berusia belasan tahun atau dibawah tujuh belas tahun, otomatis yang
bertanggung jawab atas prilaku anak tersebut adalah orang tuanya, seperti menanggung
hukuman atas kejahatan yang dilakukan anaknya, menanggung kerugian akibat
kerusakan yang telah dilakukan oleh anaknya, dan kebanyakan anak anak yang
melakukan kenakalan remaja tersebut adalah dari keluarga yang kurang harmonis.
2. Teman sebaya, Pergaulan remaja juga akan mempengaruhi tingkat kenakalan remaja
karena di usia belasan tahun ini, anak-anak cenderung lebih dekat dengan teman
sebayanya daripada dengan keluarga atau orang tua mereka. Saat mereka lebih sering
menghabiskan waktu dengan teman sebaya mereka, lama-kelamaan kebiasaan teman
mereka itu akan tertular dengan anak itu sendiri. Apalagi tingkat keingintahuan, rasa
penasaran dan rasa ingin tahu yang sangat besar ditambah dengan teman pergaulan
yang akan mengajak kita melakukan perbuatan yang tidak baik, akan membuat kita
menjadi lebih mudah terpengaruh dengan kenakalan remaja.

PROBLEM SOLVING
Secara umum, seluruh kenakalan remaja baik itu tingkat wajar ataupun tingkat
berat adalah pendidikan agama yang kuat yang perlu diterapkan sejak dini, apabila
sudah terlanjur, taubat adalah kesempatan yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Hal
ini dapat dilakukan secara internal dari remaja tersebut, ataupun dari eksternal
lingkungan sekitarnya. Secara eksternal dapat dilakukan oleh lingkungan terdekatnya,
yaitu keluarga, guru, dan teman-teman di sekelilingnya. Peran penting tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
1. Pendidikan agama yang harus diterapkan terutama di rumah dan di sekolah, tidak
hanya itu sekolah ataupun mahasiswa yang akan membantu masalah tersebut dapat
membuatkan acara sosialisasi tentang kenakalan remaja, dan jika ada suatu
masalah kenalan remaja yang sudah tidak terkontrol lagi maka remaja yang
melakukan hal tersebut segera melakukan tindakan untuk merehabilitasi remaja
tsb.

2. Pengawasan dan perhatian yang teratur dan tepat. Apabila pengawasan dilakukan
secara berlebihan, remaja hanya akan memberontak karena ia merasa tertekan dan
malah berakibat buruk baginya, namun apabila pengawasan dan perhatian kurang,
ia akan merasa diacuhkan dan dibiarkan sehingga ia mencari perhatian dengan
melakukan kenakalan tertentu. Disinilah bagaimana orangtua harus berperan
secara tepat di waktu dan kondisi yang tepat, agar anak tersebut tidak salah dalam
menerima kasih sayang yang diberikan dengan bahasa yang berbeda. Pengawasan
tersebut dapat dilakukan dengan cara :
 Marah. Terkadang marah diperlukan bagi remaja tertentu yang terbiasa
diperlakukan secara manja. Marah ini dimaksudkan untuk ‘shock therapy’ agar
ia dapat mandiri dan berpikir secara benar dan tidak merasa selalu benar serta
mengurangi egosentrisnya. Marah ini tentu tidak harus dengan emosi, banyak
orangtua yang memarahi anaknya, padahal ia menangis dalam hatinya dengan
tujuan yang baik agar anaknya memperbaiki diri.
 Kasih sayang, hal ini tepat dilakukan bagi remaja yang kesepian. Ia memiliki
orangtua, tetapi orang tuanya sibuk dengan urusannya sendiri (missal : bisnis),
walaupun tentu niat orangtuanya baik. Namun hal ini berefek buruk bagi
anaknya karena ia merasa tidak diperhatikan dan diacuhkan, sehingga ia
menyalurkannya melalui kenakalan tertentu. Maka, sebagai orang tua harus
menyadari bahwa anak tersebut perlu dikasihi dan diperhatikan.

3. Dukungan dari guru dan teman-teman. Kadang seorang remaja butuh motivasi dan
pencitraan yang disampaikan oleh guru dan teman-temannya. Remaja yang sudah
terlanjur memiliki citra yang buruk di sekolah maupun di rumah, akan terus
bertindak sesuai citranya karena ia merasa sudah terlanjur buruk di mata
lingkungannya. Namun, apabila guru dan teman-temannya memberikan motivasi
dan dukungan bahwa ia dapat berubah, dan ia pada dasarnya memiliki kebaikan,
akan memberi energy tersendiri baginya untuk mencoba lebih baik ke depannya.
Seluruh pemecahan secara eksternal di atas, tidak dapat terwujud, apabila
pribadi remaja itu sendiri tidak menyadari. Karena bagaimanapun, perubahan
dilakukan oleh keinginan diri sendiri, bukan orang lain, pemecahan eksternal
tersebut hanyalah pendukung yang memicu kencenderungan manusia yang memiliki
nurani untuk berbuat baik.

Anda mungkin juga menyukai