Anda di halaman 1dari 4

Kenakalan Remaja

Masa remaja, adalah masa dimana seorang manusia sedang berada dalam
pencarian jati dirinya, ingin mengenal siapa dirinya sebenarnya. Seorang
manusia dikatakan remaja, jika ia sudah menginjak usia 17 tahun. Dan dalam
usia ini, seorang manusia mengalami masa yang dinamakan masa pubertas.

Saat pubertas, biasanya manusia ingin mencoba segala suatu yang baru
dalam hidupnya, muncul berbagai macam gejolak emosi, dan banyak timbul
masalah baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.

Banyak sekali bentuk kenakalan remaja, contohnya seperti tawuran, minum-


minuman keras, narkoba, meroko, pembullyan, dan obat-obatan terlarang.
Para remaja dapat terpengaruh oleh hal-hal terlarang seperti itu, biasanya
karena mereka tidak dapat mengembangkan jati dirinya dan selalu ingin
merasakan hal-hal yang baru. Kenakalan remaja pun merupakan wujud dari
konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun
pada saat remaja.

Kenakalan remaja adalah pelampiasan masalah yang dihadapi oleh kalangan


remaja yang tindakannya menyimpang.
Menurut Paul Moedikdo (Simandjuntak,1985: 50) mengemukakan kenakalan
remaja/juvenile delinquency adalah semua perbuatan yang dari orang dewasa
merupakan suatu kejahatan, bagi anak-anak merupakan delinquency, semua
perbuatan penyelewengan dari morma-normanorma kelompok tertentu yang
menimbulkan keonaran dalam masyarakat misalnya memakai celana jengki
yang tidak sopan, mode you can see dan sebagainya, dan semua perbuatan
yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi sosial, termasuk gelandangan
dan mengemis.

Penyebab Kenakalan Remaja


Penyebab kenakalan remaja disebabkan oleh dua faktor penting, yaitu dari diri
sendiri (internal) dan lingkungan keluarga maupun pertemanan (eksternal).
Dua faktor ini memiliki peran penting pada perkembangan pemikiran dan
kehidupan seorang remaja untuk masa depannya.

Faktor Internal
a. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya
perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya
identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
b. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka
yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun
tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai
dengan pengetahuannya.

Faktor Eksternal
1. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar
anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa
memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di
keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
4. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral
dan sosial
5. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah
terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.
6. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di
sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya)
7. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
8. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
9. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan
keluarga.
10. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
11. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dan figur
otoritas lain.
12. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain
atau lingkungan baru.
13. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat
terlarang atau melakukan kenakalan remaja.

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja


1. Mengendalikan Diri
Orang tua kerap kali kehilangan kendali menghadapi perilaku nakal remaja.
Jika ingin mengendalikan remaja, maka hal yang perlu dilakukan adalah
mengendalikan diri sendiri. Orang tua perlu tau kapan waktu berkomunikasi
yang tepat untuk nya dan untuk anak. JIka orang tua masih dalam keadaan
marah, maka disarankan untuk menunggu hingga kemarahan reda.

Salah satu ciri umum remaja adalah mereka senang memprovokasi orang tua
sehingga orang tua bereaksi negatif. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh
hilang kendali dan harus tenang  dalam menghadapi remaja.

2. Membangun Komunikasi Asertif


Pada masa remaja, individu lebih senang “curhat” atau mengungkapkan
perasaan dan menceritakan masalahnya kepada teman sebaya. Remaja
merasa khawatir dan tidak nyaman mengomunikasikan dengan orang tua
karena takut orang tua akan bereaksi negatif. Oleh karena itu, cara paling baik
agar remaja mau menceritakan tentang dirinya kepada orang tua adalah
dengan membangun komunikasi asertif.

Orang tua perlu mengajari remaja bahwa mengungkapkan perasaan, baik


positif maupun negatif kepada orang tua adalah hal yang tidak dilarang. Orang
tua dapat mengajak anak berbicara tentang kehidupan, rutinitas, hobi, dan
minat mereka. Ini adalah cara untuk menarik remaja ke dalam percakapan
yang lebih serius. Berikut adalah hal yang dapat dilakukan:

A. Orang tua dapat membuka percakapan dengan menawarkan minum


kopi atau teh bersama agar keduanya dapat berada dalam kondisi rileks
dan nyaman.
B. Menemukan kesamaan antara orang tua anak. Misalnya anak laki-laki
dan ayah sama-sama menyukai olahraga, dan anak perempuan dan ibu
menyukai film yang sama.
C. Mendengar tanpa menghakimi. Anak ingin merasa dimengerti dan
bernilai dihadapan orang tua oleh karena itu orang tua harus fokus dan
menunjukkan kontak mata ketika anak berbicara meskipun anak
berbicara menunduk atau menghadap ke arah lain. Ketika anak
berbicara, orang tua harus mendengarkan tanpa menghakimi,
menghina, menginterupsi, dan mengkritisi.

3. Membuat Batasan yang Jelas


Orang tua dan anak perlu duduk bersama membuat aturan dan batasan-
batasan jelas. Adapun batasan dan aturan tersebut harus masuk akal dan
dengan alasan yang dapat diterima. Membuat aturan bersama penting agar
anak belajar bagaimana berkomitmen atas apa yang telah dibuat dan
disetujuinya.

4. Memahami Kenapa Anak Terlibat dalam Kenakalan Remaja


Orang tua cenderung untuk marah dan menghakimi ketika anak berbuat
sesuatu yang melanggar norma, tanpa mengetahui alasan kenapa  anak
berbuat demikian. Sikap seperti ini tidak adil bagi anak. Oleh karena itu, orang
tua harus menelusuri penyebab anak menjadi nakal agar langkah dalam
mengatasi juga tepat.

Cara Mencegah Kenakalan Remaja


1. Membangun hubungan yang baik dengan anak, yaitu hubungan yang
suportif.
2. Memberikan wawasan dan pemahaman tentang perkembangan remaja,
terutama yang berkaitan dengan aspek-aspek psikologis.
3. Membuat aturan yang tegas, berikan penjelasan secara ramah dan jelas
kepada anak tentang peraturan tersebut. Dan jika anak berlaku tak
semestinya, berikan respon tegas tapi jangan berlebihan.
4. Ajarkan tanggung jawab dan berikan pujian padanya jika ia mau
mengakui kesalahannya. Remaja harus diajari untuk bertanggung jawab
atas apa yang mereka lakukan. Dan apabila mereka mau mengakui
kesalahan nya, jangan ragu untuk memberikan pujian padanya.
Diharapkan, anak dapat lebih baik lagi dan tidak mengulang
kesalahannya lagi.
5. Menjadi sosok panutan yang baik. Apabila orang tua ingin anak
remajanya berperilaku baik, maka berperilakulah baik pula. Hal ini dapat
menjadi salah satu cara mencegah kenakalan remaja.
6. Menjadi orang tua yang selalu ada untuk anak. Dengan cara ini, anak
dapat lebih terbuka dan dekat dengan orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai