Anda di halaman 1dari 4

perasaan remaja belum menentu, sehingga sering menimbulkan sikap murung, sedih, marah

tetapi terkadang juga menimbulkan perasaan senang. 3. Aspek konatif Aspek konatif atau perilaku dalam
struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan sikap yang di hadapinya. Remaja yang sudah mampu berperilaku yang tidak
hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi sudah meningkat pada tahap psikologis yaitu rasa di terima, di
hargai, dan penilaian positif dari orang lain. 14 Jadi, dalam memahami perilaku seorang remaja, kita
dapat melihat dari latar belakang atau dasar yang memotivasi perilaku itu muncul. Contohnya: remaja
berperilaku kasar dengan saudaranya ketika keinginannya tidak di penuhi. Dari beberapa pengertian di
atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa perilaku adalah reaksi seseorang yang muncul karena
adanya pengalaman proses pembelajaran dan rangsangan dalam lingkungannya yang terdiri dari aspek
kognitif, afektif, dan konatif. 14. www. Belajarpsikologi.com. di askes pada tanggal 20 april

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikososial Remaja Perlakuan negatif pada remaja
dapat terjadi karena di sebabkan pemahaman yang kurang tepat atas perilaku. Perilaku remaja yang
disebabkan oleh gangguan penyesuaian diri muncul karena dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri remaja
(internal) dan faktor dari luar diri (aksternal). 15 Faktor internal meliputi: a. Masalah psikologis dan sosial
yang di hadapi. Menghadapi masa remaja yang penuh tantangan membuat remaja sering menghadapi
tekanan, akibatnya dapat muncul persoalan psikologis seperti stress dan depresi. b. Kontrol diri yang
lemah: remaja yang tidak terbiasa mengendalikan diri dan mempertahankan usaha untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi, cenderung mudah terlena untuk mendapatkan kenikmatan instant dengan
melakukan perilaku beresiko, yang justru pada akhirnya dapat menambah persoalan baru. Beberapa
faktor eksternal di antaranya adalah: 1. Keluarga Pendidikan nilai yang salah di dalam keluarga, problem
komunikasi antara anggota keluarga, atau perselisihan keluarga dapat memicu perilaku negatif pada
remaja. Remaja yang di besarkan dalam keluarga yang kurang harmonis dan otoriter, di mana anak tidak
mendapatkan kepuasan Perkembangan Psikososial Masa Remaja Awal.com. Di askes tanggal 17 april

14 yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari: a.
Kurang adanya saling pengertian. b. Kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua atau
saudara. c. Kurang mampu berkomunikasi secara sehat kurang mampu mandiri. d. Kurang mampu
memberi dan menerima sesama saudara, kurang mampu bekerja sama. e. Kurang mampu mengadakan
hubungan yang baik. Hal ini membuat remaja sulit

. menghadapkan individu dengan krisis yang harus dihadapinya. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah
bencana tetapi merupakan titik balik dari kepekaan yang meningkat dan potensi yang bertambah.
Semakin berhasil individu mengatasi konflik, semakin sehat berkembangan individu tersebut. 4 Dalam
penulisan ini, penulis akan menjelaskan lima tahap perkembangan psikososial dari tahun pertama
kehidupan sampai remaja yang menjadi landasan dari teori Erik Erikson
Banyak sekali factor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja di Desa
Burno Kecamatan senduro Kabupaten Lumajang. Tapi yang menonojol
adalah keadaan sosio ekonomi yang rendah. Banyaknya anak-anak yang
putus sekolah akibat keterbatasan ekonomi. Seperti halnya yang
diungkapkan ibu STM bahwa anaknya lebih baik bekerja daripada sekolah
tidak punya biaya. Dan orang tua dari anak remaja ini menerapkan pola asuh
permisif karena membiarkan anaknya berjudi dan menganggap hal tersebut
sepele tanpa memikirkan akibat terhadap anak remajanya tersebut.

Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak
dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Dari hasil studi
pendahuluan diatas peneliti menilai bahwa orang tua menerapkan pola asuh
permisif, pola asuh otoriter, dan pola asuh otoritatif.. Orang tua yang
menerapkan pola asuh permisif, karena mereka berfikir anak remaja mereka
sudah besar yang bisa membedakan perbuatan baik dan buruk dan masih
labil yang kemudian nantinya akan berubah lebih baik kalau setelah dewasa.
Alasan lain mereka menerapkan pola asuh permisif karena mereka sudah
capek membimbing mereka tetapi anaknya tetap saja nakal dan juga ada
karena mereka tidak mau sakit hati karena dilamak oleh anaknya sendiri jadi
mereka membebaskan anaknya melakukan apapun dan mereka berenggapan
nanti akan tidak nakal lagi setelah dia dewasa atau bahkan setelah menikah.
Dan selanjutnya karena mereka berenggapan kalau orang tua mengekang
anaknya menjadikan anak lebih nakal dan brutal dan membiarkan anak
berkembang sesuai fasenya. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter
di Desa Burno bernggapan pergaulaan anak remaja sekarang cenderung
sangat bebas dan tidak ingin anak remajanya terpengaruh dan terjerumus
dalam hal-hal yang negatif sehingga ada orang tua memang sengaja
memasukkan anaknya ke suatu pondok pesantren dan sengaja tidak diberi
ijin memegang handphone karena memang mereka takut anaknya
meyalahgunakan handphone tersebut dan terpengaruh oleh teman-teman
yang nakal.keluarga yang satu dengan yang lain berbeda-beda dalm
menerapkan pola asuhnya. Banyak sekali dampak buruk yang diakibatkan
karena kenakalan remaja oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana Pola asuh orang tua terhadap anak remaja yang berperilaku
nakal.

Anak-anak remaja yang berperilaku nakal Alasan peneliti menggunakan


teknik purposive adalah karena pertama peneliti sudah tahu fenomena yang
akan diteliti, kedua peneliti sudah mengenal informan primer.

Pola Asuh Otoriter Dalam pola asuh ini orang tua menerapkan
seperangkat peraturan kepada anaknya secara ketat dan sepihak, cenderung
menggunakan pendekatan yang bersifat dictator, menonjolkan wibawa,
menghendaki ketaatan mutlak. Anak harus tunduk dan patuh terhadap
kemauan orang tua.

Pola Asuh Permisif Pola asuh ini memperlihatkan bahwa orang tua
cenderung memberikan banyak kebebasan kepada anaknya dan kurang
memberikan kontrol. Orang tua banyak membiarkan apa saja yang
dilakukan anak. Orang bersikap damai dan selalu menyerah pada anak,
untuk menghindari konfrontasi. Orang tua kurang memberikan bimbingan
dan arahan kepada anak.

Pola Asuh Otoritatif Dalam pola asuh ini, orang tua memberi kebebasan
yang disertai bimbingan kepada anak. Orang tua memberi masukan-
masukan dan arahan apa yang dilakukan anaknya. Orang tua bersifat
obyektif, perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak. Dalam banyak hal
orang tua sering berdialog dan berembuk dengan anak tentang berbagai
keputusan, Menjawab pertanyaan anak dengan bijak dan terbuka. Orang tua
cenderung menganggap sederajat hak dan kewajiban anak dibanding dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

https://news.okezone.com/read/2016/09/14/512/1489315/solo-juara-dalam-peredaran-dan-
penggunaan-narkoba

diakses pada 25 mei 2021

http://etheses.uin-malang.ac.id/16945/1/13210065.pdf

https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2465/peraturan-pengasuhan-anak-dalam-
keluarga-perlu-aturan-hukum-yang-jelas

Anda mungkin juga menyukai