1. Pengertian
Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak bersifat
relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak, dari segi negatif
maupun positif. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda, hal ini tergantung
Menurut Baumrind (dalam Syamsu Yusuf, 2005) terdapat empat macam pola asuh
Adalah pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-
ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua yang demokratis
memandang sama kewajiban hak orang tua dan anak, bersikap rasional dan selalu mendasari
1) Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
2) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu
tindakan.
cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya disertai dengan
ancaman-ancaman. Bentuk pola asuh ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol
yang ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan. Jadi orang tua yang
otoriter sangat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaan tertinggi serta mengharuskan
anak patuh pada perintah-perintahnya. Secara umum pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
2) Orang tua cenderung bersikap mengomando (mengharuskan atau memerintah anak untuk
3) Bersikap kaku.
sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk
bertanggung jawab dan tidak banyak kontrol oleh orang tua. Secara umum ciri-ciri pola asuh
1) Orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya
2) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginannya.
3) Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur perilaku anak, meskipun
1) Orang tua lebih mementingkan kepentingan sendiri misalnya terlalu sibuk, tidak peduli
bahkan tidak tahu anaknya dimana atau sedang dengan siapa, dan lain sebagainya.
Dari hasil penelitian di Firlandia, ternyata anak dengan pola asuh orang tua penelantar
berperilaku lebih agresif, impulsif, pemurung dan kurang konsentrasi pada suatu kegiatan
penyimpangan kepribadian dan perilaku anti sosial lebih tampak pada pola asuh
(Prasetyo, 2003).
Gejala-gejala perilaku negatif tersebut semakin tampak pada anak usia 8-12 tahun.
Bahkan pada anak dengan pola asuh penelantar kecenderungan perilaku negatif sering kali
mengarah pada perilaku negatif orang dewasa seperti merokok, minum-minuman beralkohol,
seks bebas atau melacur dan tidak jarang terlibat tindakan kriminal (Prasetyo, 2003).
Karakterisik anak sesuai dengan masing-masing pola asuh orang tua menurut
a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat
mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres,
mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang lain.
b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak penakut, pendiam, tertutup, tidak
berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan
menarik diri.
c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak impulsif, agresif, tidak
patuh, manja, kurang madiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang
sosial.
d. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak moody, impulsif, agresif,
kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, harga diri rendah, sering bolos dan
Untuk dapat menjalankan peran pengasuhan anak dengan baik, ada beberapa faktor
untuk siap secara fisik maupun psikososial dalam membentuk rumah tangga dan menjadi
orang tua. Walaupun demikian, rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran
pengasuhan. Apabila terlalu muda atau terlalu tua, maka tidak akan dapat menjalankan peran-
peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.
Pendekatan mutakhir yang digunakan dalam hubungan ayah dan bayi yang baru lahir,
sama pentingnya dengan hubungan antara ibu dan bayi sehingga dalam proses persalinan, ibu
dianjurkan ditemani suami dan begitu bayi lahir, suami diperbolehkan untuk menggendong
langsung setelah ibunya mendekap dan menyusuinya. Dengan demikian, kedekatan hubungan
antara ibu dan anaknya sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan
ada perbedaan, tetapi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut. Pada beberapa
ayah yang tidak dapat terlibat secara langsung pada saat bayi baru dilahirkan maka beberapa
hari atau minggu kemudian dapat melibatkan dalam perawatan bayi seperti mengganti popok,
bermain dan berinteraksi sebagai upaya untuk terlibat dalam perawatan anak.
Bagaimanapun pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan
mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan. Untuk menjadi lebih siap
dalam menjalankan peran pengasuhan adalah dengan terlibat aktif dalam setiap upaya
pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak, menjaga
kesehatan anak dengan secara regular memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi,
pencegahan kecelakaan, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak dan menilai
Hasil riset menunjukkan bahwa oang tua yang telah mempunyai pengalaman
sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan peran pengasuhan dan lebih
relaks. Selain itu, mereka akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan
Stres yang dialami oleh ayah atau ibu atau keduanya akan mempengaruhi kemampuan
orang tua dalam menjalankan peran pengasuhan, terutama dalam kaitannya dengan strategi
koping yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan anak. Walaupun demikian, kondisi
anak juga dapat menyebabkan stres pada orang tua, misalnya anak dengan tempramen yang
kemampuan mereka dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan merawat serta
mengasuh anak dengan penuh rasa bahagia karena satu sama lain dapat saling memberi
Clemes, Harris., 2001, Mengajarkan Disiplin Kepada Anak, Jakarta: Mitra Utama
Gunarsa, Singgih., 2002, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung Mulia
Hall, S., 2003, Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga
Hurlock, Elizabeth B., 1995, Psikologi Perkembangan Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga
Soetjiningsih, dkk., 2002, Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta: Sagung
Seto