Anda di halaman 1dari 38

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua

2.1.1 Pengertian

Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model,

sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan kata asuh

mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat berdiri

sendiri. Orangtua adalah pendidik utama dan pertama sebelum anak

memperoleh pendidikan di sekolah, karena dari orangtua anak

pertama kali belajar. Pola asuh merupakan tata orangtua dalam

mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak

faktor. Pola asuh akan mempengaruhi perilaku dan pola tumbuh

kembang anak (Indra saputra, 2014). Orangtua merupakan salah satu

faktor terbesar dalam pembentukan karakter, anak akan mengikuti

atau meniru apa yang dilakukan atau diajarkan orangtuanya ketika ia

masih kecil. Jadi orangtua tidak hanya berfungsi sebagai penerus

keturunan saja, melainkan sebagai pembentuk kepribadian anak.

Menurut Kohn yang dikutip oleh Djhon Ismail (2011), pola asuh

merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya.

Sikap orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan,

8 hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya,

dan cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap


anaknya. Setiap orangtua memiliki cara sendiri dalam menerapkan

pola asuh yang diberikan kepada anak-anaknya. Pola asuh yang

diberikan merupakan salah satu sikap berinteraksi dalam mendidik,

mengasuh dan memimpin anaknya. Pola asuh orangtua juga dapat

diartikan sebagai proses pemenuhan kebutuhan anak, memberikan

perlindungan dan memberikan pendidikan yang baik. Berdasarkan

uraian di atas, dapat disimpulkan pola asuh orangtua adalah suatu

keseluruhan interaksi antara orangtua dengan anak yang bersifat

mendidik, mengasuh dan membimbing agar memiliki pribadi yang

baik.

2.1.2 Dimensi Pola Asuh Orang Tua

Menurut Singgih Krishendaryanto yang dikutip oleh Isti Nurwidayati

(2012: 10) terdapat beberapa dimensi yang muncul dari proses pola

asuh yang dilakukan orangtua, diantaranya adalah:

a. Penolakan terhadap anak Sikap penolakan akan mendorong

orangtua untuk cenderung tidak mengurusi anaknya atau lebih

bersikap keras dan kejam kepada anak. Penolakan orangtua akan

memberikan dampak yang buruk pada perkembangan dan proses

tingkah laku dikemudian hari. 9 Menurut Y. Singgih D Gunarsa

dan Singgih D Gunarsa (1985: 122) menyatakan bahwa, sikap

penolakan yang dilakukan oleh orangtua akan berakibat sebagai

berikut:
1) Anak merasa tidak aman serta tidak merasa bahwa dirinya

masuk dalam hitungan keluarga dan mengalami kecemasan

yang sangat.

2) Penolakan secara terang-terangan terhadap anak, akan

menjadikan anak agresif, menaruh dendam, mudah

tersinggung, berbohong, serta mencari perhatian dengan cara

yang aneh.

3) Penolakan yang diselubungi oleh sikap perlindungan yang luar

biasa akan mengakibatkan anak bertingkah laku patuh,

pemalu, suka menyindir, sukar bergaul dengan teman sebaya,

dan selalu ingin dipuji.

b. Pemanjaan berlebihan

Pemanjaan yang diberikan orangtua kepada anak merupakan salah

satu bagian hubungan antara orangtua dan anak yaitu dengan cara

memberikan kasih sayang dan perhatian. Namun jika pemanjaan

yang diberikan orangtua terlalu berlebihan, maka akan

mengakibatkan anak dapat mengalami gangguan dalam laju

pertumbuhan menuju kedewasaan nanti.

c. Hubungan hangat

Hubungan yang hangat sangat diperlukan oleh setiap anak dari

orangtuanya. Hubungan hangat ini merupakan perwujudan rasa


kasih sayang orangtua terhadap anaknya. Menurut Y. Singgih D

Gunarsa 10 dan Singgih D Gunarsa (1985: 35) menyatakan bahwa

hubungan yang hangat dan erat antara orangtua dan anak,

berbicara, memberikan tugas-tugas yang praktis merupakan

kegiatan intruktif yang dapat membantu memacu perkembangan

serta kemampuan anak. Hubungan hangat antara orangtua dan

anak akan menjadikan anak berkembang dengan baik.

d. Pilih kasih atau anak emas

Pilih kasih terjadi karena orangtua merasa anak yang satu

memiliki kelebihan dari anak yang lainya. Salah satu penyebab

terjadinya pilih kasih karena adanya gangguan emosional yang

menjadikan adanya anak favorit keluarga. Tanpa disadari,

perlakuan pilih kasih akan berakibat anak mengalami hambatan

dalam perkembangan jiwa terutama adanya kecemburuan, dan

mudah tersinggung. Pilih kasih dapat mempengaruhi

perkembangan mental anak. Anak yang mendapat kasih sayang

yang kurang akan menjadi pendiam dan mengalami hambatan

dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar.

e. Kebebasan Aktivitas yang dilakukan oleh anak dapat dipengaruhi

oleh pola asuh orangtua yang diberikan. Kebebasan yang diberkan

orangtua kepada anaknya juga merupakan pembelajaran bagi anak


bagaimana bersosialisasi dengan orang lain maupun lingkungan

sekitar.

f. Kemandirian

Harapan orangtua terhadap anak salah satunya adalah agar kelak

anak dapat hidup mandiri. Proses dalam melatih kemandirian

dipengaruhi oleh pola asuh orangtua terhadap anaknya. Anak

sedikit banyak belajar dari kebiasaan orang disekitarnya terutama

orangtua sebangai orang terdekat dengan anak. Oleh karena itu

kemandirian anak banyak dipengaruhi oleh kebiasaan orangtua.

2.1.3 Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua Kepada Anak

Jenis-jenis pola asuh orangtua terhadap anak terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Pola Asuh Permissif

Pola asuh permissif adalah jenis pola pengasuhan yang tidak acuh

pada anak. pola asuh ini cenderung orangtua sang anak serba

membolehkan anak berbuat apa saja. Orangtua memiliki kehangatan

dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan dan

menuruti keinginan anak. Sedangkan menerima apa adanya akan

cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa

saja. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak agresif, tidak patuh

pada orangtua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri (Indra

Saputra). Menurut Hurlock yang dikutip oleh Djhon Izmail,


mengemukakan bahwa orangtua yang menerapkan pola asuh

permissif memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orangtua

cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak tanpa ada

batasan dan aturan dari orangtua, tidak adanya hadiah atau pujian

meski anak berperilaku baik, tidak ada hukuman meski anak

melakukan kesalahan. Orangtua memberikan kekuasaan penuh pada

anak, tanpa dituntut kewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol

terhadap perilaku anak dan hanya berperan sebagai pemberi

fasilitas. Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini

diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan,

kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan

mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi

materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan

berkembang dengan cara mereka sendiri.

b. Pola Asuh Otoriter

Pola pengasuhan Otoriter adalah pola asuh kepada anak yang

bersifat pemaksaan, keras, dan kaku dimana orangtua akan

membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi. Pola asuh otoriter

yaitu cara orangtua menentukan aturan-aturan dan batasan-batasan

yang mutlak harus ditaati olah anak. Anak harus patuh dan tunduk

serta tidak memiliki pilihan lain yang sesuai dengan kemauan atau

pendapatnya sendiri. Sikap keras dianggap sebagai sikap yang harus


dilakukan karena dengan sikap demikian anak menjadi

penurut(Singgih D. Gunarsa, 1985: 82).

Pola asuh ini menggunakan pendekatan yang memaksakan

kehendak orangtua. Anak harus menurut pada orangtua. Kemauan

atau perintah orangtua harus dituruti, anak tidak boleh

mengeluarkan pendapat. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak

menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang

adaptif, dan sebagainya. Namun dibalik itu biasanya anak akan

lebih mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orangtua, lebih

disiplin dan lebih bertanggung jawab dalam menjalani hidup.

c. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh Demokratis adalah pola asuh orangtua pada anak yang

memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi

berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan

dan pengawasan yang baik dari orangtua. Orangtua pada pola asuh

ini sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya

dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan. Pola asuh

ini dapat mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontrol diri dan

kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman

sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stress, mempunyai

minat terhadap hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa,

penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi.


2.1.4 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pola Asuh

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orangtua terhadap

anak, antara lain:

a. Usia orangtua

Rentang usia tertentu dapat mempengaruhi peran pengasuhan.

Apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat menjalankan

peran pengasuhan secara optimal karena diperlukan kekuatan

fisikdan psikososial.

b. Keterlibatan orangtua

Kedekatan hubungan ibu dan anak sama pentingnya dengan

kedekatan ayah dan anak, walaupun secara kodrati ada perbedaan.

Seorang ayah tidak hanya berperan dalam memberi nafkah, tetapi

juga perlu melibatkan diri dalam peran pengasuhan anak.

c. Pendidikan orangtua

Pendidikan orangtua berpengaruh terhadap pola pengasuhan

terhadap anak.

d. Pengalaman dalam pengasuhan anak

Orangtua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam

merawat anak akan lebih siap menjalankan pengasuhan.

e. Stres orangtua

Stres yang dialami orangtua anak mempengaruhi kemampuan

orangtua dalam menjalankan peran pengasuhannya. Orangtua


yang mengalami stres tidak dapat memberikan pengasuhan yang

optimal kepada anak.

f. Hubungan suami istri Hubungan yang kurang harmonis antara

suami dan istri akan berdampak pada kemampuan dalam

menjalankan perannya sebagai orangtua. Merawat serta mengasuh

anak dengan penuh rasa bahagia, serta satu sama lain saling

memberi dukungan dapat memberi nilai positif dalam hubungan

suami istri.

2.2 Hakikat Gizi

2.2.1 Pengertian Gizi

Gizi berasal dari bahasa Arab “giza” yang berarti zat makanan; dalam

bahasa inggris dikenal dengan istilah “nutrition” yang berarti bahan

makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Lebih

luas ilmu gizi diartikan sebagai suatu proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan,

penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan

dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga

(Djoko Pekik Irianto, 2006: 2).

Sedangkan menurut Winarno (1993: 41) arti istilah gizi sendiri adalah

suatu proses yang terjadi pada makhluk hidup, untuk mengambil dan

menggunakan zat yang ada dalam makanan dan minuman guna


mempertahankan hidup, pertumbuhan, berproduksi dan untuk

menghasilkan energi.

Menurut Sri Handayani (1994: 1) zat gizi adalah zat-zat yang

dimasukkan ke dalam tubuh sebagai makanan; diperlukan mutlak oleh

tubuh agar tetap hidup dalam keadaan sehat secara fisik, sosial dan

mental, bebas dari penyakit. Menurut Sunita Almatsier (2002: 3) zat

gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.

Menurut World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh

Soekirman (2000:6) menyatakan bahwa gizi merupakan pilar utama

dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang hidup. Sejak janin dalam

kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut,

makanan yang memenuhi syarat gizi merupakan kebutuhan utama

untuk pertahanan hidup, pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

prestasi kerja, kesehatan dan kesejahteraan. Dengan kata lain gizi bisa

diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi normal melalui proses pencernaan, penyerapan,

transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal

organ tubuh,serta menghasilkan tenaga.


2.2.2 Fungsi Gizi

Sunita Almatsier (2002: 8) menyatakan bahwa terdapat tiga fungsi zat

gizi dalam tubuh antara lain:

a. Memberi Energi Zat gizi yang dapat memberikan energi adalah

karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi dari zat-zat gizi ini dapat

menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan

kegiatan atau aktivitas sehari-hari.

b. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh Protein, mineral,

dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Zat-zat tersebut

diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan

mengganti sel-sel yang rusak.

c. Mengatur Proses Tubuh Protein, mineral, air dan vitamin

diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur

keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam

upaya memelihara netralitas tubuh. Dan membentuk atibodi

sebagai pangkal organisme yang bersifat intensif.

2.2.3 Karakter dan Manfaat Gizi

Irianto (2006) menyatakan karakter dan manfaat gizi adalah sebagai

berikut:

a. Karbohidrat

Karbohidrat adalah suatu atau beberapa senyawa kimia termasuk

gula, pati dan serat yang mengandung atom C, H, dan O dengan


rumus kimia Cn (H2O)n. Karbohidrat merupakan senyawa

sumber energi utama bagi tubuh manusia kira2 80% kalori yang

didapat tubuh berasal dari karbohidrat.Dalam tubuh manusia,

karbohidrat bermanfaat untuk berbagai keperluan, antar lain:

1) Sumber energi utama yang diperlukan untuk bergerak, 1

gram karbohidrat setara dengan 4 kilo kalori/Kkal.

2) Pembentuk cadangan energi dalam bentuk lemak.

3) Memberika rasa kenyang.

Adapun makanan yang menjadi sumber karbohidrat ada dua

macam, jenis padi-padian dan umbi-umbian. Makanan yang

berasal dari jenis padi-padian misalnya beras, gandum, jagung

dan cantel. Sedangkan yang berasal dari jenis umbi-umbian

misalnya kentang, singkong, ubi, dll.

b. Lemak Lemak adalah garam yang terbentuk dari penyatuan

asam lemak dengan alkohol organik yang disebut dengan

gliserol atau gliserin. Seperti halnya karbohidrat lemak tersusun

atas molekul C, H, dan O dengan jumlah atom yang lebih

banyak. Dalam tubuh lemak bermanfaat, sebagai berikut:

1) Sebagai sumber energi, 1 gram lemak menghasilkan 9

kalori.

2) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus.

3) Memperlama rasa kenyang.

4) Sebagai bantalan organ didalam tubuh.


Kelebihan makan dalam tubuh akan tersimpan dalam bentuk

lemak yang terdapat pada jaringan bawah kulit, sekitar otot,

jantung, paru-paru, ginjal dan organ tubuh lainnya. Lemak yang

terdapat disekitar organ tubuh bermanfaat sebagai bantalan

organ tubuh, mempertahankan tubuh dari gangguan luar seperti

pukulan atau zat kimia yang berbahaya yang dapat merusak.

Makanan sumber lemak diperoleh bukan hanya dari makana

hewani saja, melainkan terdapat pula dari tumbuhan. Berikut

makanan sumber lemak yang berasal dari tumbuhan misalnya

buah-buahan, biji-bijian, biji kemiri, zaitun, kelapa dan jagung.

Sedangkan yang berasal dari hewan misalnya mentega, susu,

keju, dan kuning telur.

c. Protein

Protein merupakan senyawa kimia yang mengandung asam

amino yang tersusun dari atom C, H, O dan N. Protein dianggap

sebagai makanan paling penting dan memiliki khasiat istimewa.

Protein merupakan bahan utama pembentuk sel tumbuhan,

hewan dan mausia. Tubuh manusia memerlukan protein untuk

menjalankan berbagai fungsi antara lain:

1) Membangun sel tubuh.

2) Mengganti sel tubuh.

3) Membuat air susu, enzim dan hormon.


4) Membuat protein darah, untuk mempertahankan stabilitas

tekanan osmose struktur darah.

5) Menjaga keseimbangan asam basa cairan tubuh, untuk

mengikat kelebihan asam atau basa.

6) Pemberi kalori, protein menyediakan energi yang

diperlukan, terutama dalam keadaan memaksa. Satu gram

protein menghasilkan energi 4 kalori.

d. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh

dalam jumlah sedikit untuk mengatur fungsi-fungsi tubuh

spesifik seperti pertumbuhan normal, memelihara kesehatan dan

reproduksi. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, sehingga

dihasilkan oleh bahan makanan. Vitamin bekerja sebagai

biokatalisator, yaitu berperan untuk memperlancar reaksi-reaksi

dalam tubuh, misalnya vitamin B6 membantu pemecahan asam

amino menjadi glikogen. Selain itu vitamin berperan sebagai

anti oksidan, yakni zat untuk menghindarkan terjadinya radikal

bebas. Jenis vitamin yang termasuk zat anti oksidan adalah

vitamin A, C dan E. e. Mineral Mineral adalah zat organik yang

diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk membantu

reaksi fungsional tubuh, misalnya untuk memelihara keteraturan


metabolisme. Kurang lebih 4% berat tubuh manusia terdiri dari

mineral. Secara umum mineral berfungsi sebagai berikut:

1) Menyediakan bahan sebagai komponen penyusun tulang

dan gigi

2) Membantu fungsi organ, memelihara irama jantung,

kontraksi otot, konduksi syaraf dan keseimbangan asam

basa.

3) Memelihara keteraturan metabolisme seluler

e. Air

Air merupakan komponen terbesar dalam struktural tubuh

manusia. Kurang lebih 60-70% berat badan orang dewasa

berupa air sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh, terutama

bagi mereka yang melakukan olahraga atau kegiatan berat.

Sebagai komponen terbesar, air memiliki manfaat yang sangat

penting, yaitu:

1) Sebagai media transportasi zat-zat gizi, membuang sisa-sisa

metabolisme, hormon ke organ sasaran (target organ).

2) Mengatur temperatur tubuh terutama selama aktifitas fisik.

3) Mempertahankan keseimbangan volume darah. Dari

beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa zat gizi

merupakan zat yang sangat penting untuk dikonsumsi oleh

tubuh untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan


fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan energi

atau tenaga.

2.3 Konsep Status Gizi

2.3.1 Pengertian

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara

asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang

diperlukan untuk metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan

asupan zat gizi yang berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada

usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, dan

berat badan (Par’I, Holil M. dkk, 2017).

2.3.2 Indikator Status Gizi

Menurut Permenkes Nomor 2 Tahun 2020, indikator status gizi adalah

pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Indikator Status Gizi

Indikator Status Gizi Z-Score


BB/U anak usia 0 – Berat badan sangat
< -3,0 SD
60 bulan kurang (severely
underweight)
Berat badan kurang -3,0 SD s/d < -2,0
(underweight) SD

Berat badan normal -2,0 SD s/d 1,0 SD

Risiko berat badan > 1,0 SD


lebih
Sangat Pendek < -3,0SD
(severely stunted)
-3,0 SD s/d < -2,0
Pendek (stunted)
TB/U anak usia 0 – SD
60 bulan
Normal -2,0SD s/d 3 SD

Tinggi >3,0 SD

Gizi buruk (severely < -3,0SD


wasted)
-3,0 SD s/d < -2,0
Gizi kurang (wasted)
SD

Gizi baik (normal) -2,0 SD s/d 1,0 SD


BB/TB anak usia 0 –
60 bulan Berisiko gizi lebih
(possible risk of >1,0 SD s/d 2,0 SD
overweight)
Gizi lebih
> 2,0 SD s/d 3,0 SD
(overweight)

Obesitas (obese) > 3,0 SD

Gizi buruk (severely


<-3,0 SD
wasted)
-3,0 SD s/d <-
Gizi kurang (wasted)
2,0SD

Gizi baik (normal) -2,0 SD s/d 1,0 SD


IMT/U anak usia 0 –
60 bulan Berisiko gizi lebih
(possible risk of >1,0 SD s/d 2,0 SD
overweight)
Gizi lebih
> 2,0 SD s/d 3,0 SD
(overweight)

Obesitas (obese) > 3,0 SD

Sumber: Permenkes Nomor 2, Tahun 2020

2.3.3 Penilaian Satus Gizi


Penilaian status gizi adalah pengukuran terhadap aspek yang dapat

menjadi indikator penilaian status gizi, kemudian dibandingkan

dengan standar baku yang ada.

a. Penilaian secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Adapun penilaian dari masing-masing adalah sebagai berikut

(Supariasa, et all, 2012):

1) Antropometri

Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri

gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat

umur dan tingkat gizi. Parameter yang diukur antara lain BB,

TB, LLA, Lingkar kepala, Lingkar dada, Lemak subkutan.

2) Klinis

Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal

tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,

rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

3) Biokimia
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja,

darah beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot.

4) Biofisik

Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi, khususnya

jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.

b. Penentuan Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu:

survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi

(Supariasa, et all 2012).

1) Survei Konsumsi Makanan Adalah suatu metode penentuan

status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan

jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Berdasarkan jenis data yang diperoleh, pengukuran konsumsi

makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif.

a) Metode Kualitatif

Metode ini biasanya untuk menggambarkan frekuensi makanan,

frekuensi konsumsi menurut jenis bahan bahan makanan dan


menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta

cara-cara memperoleh bahan makanan.

(1) Metode riwayat makanan (dietary history)

(2) Metode frekuensi makan (food frequency)

(3) Metode telepon

(4) Metode pendaftaran makanan (food list)

b) Metode Kuantitatif Metode ini digunakan untuk mengetahui

jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dihitung konsumsi

zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

Makanan (DKBM). Metode tersebut antara lain :

(1) Metode recall 24 jam

(2) Perkiraan makanan (estimation food records)

(3) Penimbangan makanan (food weighing)

(4) Metode food account

(5) Metode inventaris (inventory method)

2) Statistik Vital

Statistik vital Adalah dengan cara menganalisis data beberapa

statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,

angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan

data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3) Faktor ekologi

Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa

malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi


beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.

Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan

ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

2.3.4 Penilaian Status Gizi

Dalam pengukuran status gizi terdapat bermacam-macam indikator

indeks, masing-masing indeks mempunyai keunggulan dan kelemahan

(Supariasa, 2016). Jenis, keunggulan dan kelemahan masing-masing

indeks dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Keunggulan Dan Kelemahan Indeks Pengukuran Status Gizi

Indeks Keunggulan Kelemahan


Baik untuk Interpretasi keliru jika
mengukur status gizi terdapat edema
akut/kronis Berat maupun asites
badan dapat Memerlukan data
berfluktuasi Sensitif umur yang akurat
BB/U terhadap perubahan Sering terjadi
Dapat mendeteksi kesalahan dalam
kegemukan pengukuran seperti
pengaruh pakaian dan
gerakan anak.
Masalah sosial budaya
Baik untuk menilai Tinggi badan tidak
status gizi masa cepat naik
lampau Ukuran Pengukuran relatif
panjang dapat dibuat sulit dan
TB/U sendiri, murah dan membutuhkan 2 orang
mudah dibawa untuk melakukannya
Ketepatan umur sulit
didapat, terutama di
daerah terpencil
BB/TB Tidak memerlukan Membutuhkan 2
data umur Dapat macam alat ukur
membedakan Pengukuran relative
proporsi tubuh lama Sering terjadi
(gemuk, normal dan kesalahan dalam
kurus) Tidak dapat pembacaan hasil
memberikan pengukuran
gambaran apakah
anak tersebut pendek
Indikator yang baik Hanya dapat
untuk menilai KEP mengidentifikasi KEP
berat Alat ukur berat Sulit
murah, ringan, dan menentukan ambang
LILA/U dapat dibuat sendiri batas Sulit digunakan
Alat dapat diberi untuk melihat
kode warna untuk pertumbuhan anak
menentukan tingkat karena perubahan
keadaan gizi tidak tampak nyata
Sumber : (Supariasa, 2016)

2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu :

a. Faktor Langsung

Pada faktor langsung dipengaruhi oleh dua macam keadaan , yaitu

infeksi dan asupan makanan.

1) Defisiensi gizi sering dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa

dihubungkan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara

yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan

kehilangan bahan makanan karena diare atau muntah

mempengaruhi metabolisme makanan dan banyak cara lain

lagi. Secara umum, defisiensi gizi merupakan awal dari

gangguan sistem kekebalan. Gizi kurang dan infeksi, kedua-

duanya dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan tidak

sehat dengan sanitasi yang buruk.Selain itu juga diketahui


bahwa infeksi menghambat reaksi immunologis yang normal

dengan menghasilkan sumber-sumber energi tubuh. Gangguan

gizi dan infeksi sering bekerja sama dan jika bekerja sama

akan memberikan prognosis yang lebih buruk jika

dibandingkan dengan jika kedua faktor tadi bekerja sendiri-

sendiri. Infeksi memperburuk taraf gizi dan sebaliknya,

gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk

mengatasi penyakit infeksi. Kuman-kuman yang kurang

berbahaya bagi anak-anak dengan status gizi naik, bisa

menyebabkan kematian pada anak-anak dengan status gizi

yang buruk (Kemenkes RI, 2013).

2) Asupan Makan Tujuan memberi makan pada anak adalah

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang cukup dalam

kelangsungan hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah sakit,

untuk aktivitas pertumbuhan dan perkembangan. Dengan

memberikan makan anak juga didik agar dapat menerima,

menyukai makanan yang baik serta menentukan jumlah

makanan yang cukup dan bermutu (Santoso, 2009). Makanan

sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua

zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.

Sebaliknya, jika makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh

akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu.


Konsumsi aneka ragam makanan merupakan salah satu cara

untuk mencukupi zat-zat gizi yang kurang di dalam tubuh

(Almatsier, 2010).

b. Faktor Tidak Langsung

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gizi secara tidak

langsung antara lain : pola asuh, pendidikan, pengetahuan,

ketersediaan pangan, sikap, perilaku, sanitasi lingkungan dan

pelayanan kesehatan.

1) Pola Asuh Pola asuh adalah praktek di rumah tangga yang

diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan

kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup,

pertumbuhan dan perkembangan anak (LIPI, 2000 ).

Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau

pengasuh lain dalam hal hakekatnya dengan anak, memberikan

makan, merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan

sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu

dalam hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan

umum, pengetahuan dan keterampilan, tentang pengasuhan

anak yang baik, peran dalam keluarga atau di masyarakat, sifat

pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga dan masyarakat,

dan sebagainya dar si ibu atau pengasuh anak (Soekirman,

2000).
Dalam WNPG (LIPI, 2000) terdapat beberapa aspek kunci

dalam pola asuh anak meliputi : (a) Perawatan dan

perlindungan bagi ibu (b) Praktek menyusui dan pemberian

MP- ASI (c) Pengaruh psiko – sosial (d) Penyiapan makanan

(e) Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan (f) Praktik

kesehatan di rumah dan pola pencarian pelayanan kesehatan

2) Pengetahuan

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk

menetapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan

penyebab terjadinya gangguan gizi (Suhardjo, 2003). Ibu yang

mempunyai pengetahuan gizi dan kesadaran gizi yang tinggi

akan melatih kebiasaan makan yang sehat sedini mungkin

kepada semua putra-putrinya. Selain itu tingkat pengetahuan

ibu sebagai pengelola rumah tangga akan berpengaruh juga

pada macam bahan makanan dalam konsumsi keluarga sehari-

hari. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan

memperhatikan kebutuhan gizi anaknya agar dapat tumbuh

dan berkembang secara optimal. Pengetahuan ibu memberi

makan anak sering menghadapi kesulitan dan juga

pengetahuan ibu tentang cara memperlakukan bahan pangan

dalam pengelolaan sehingga zat gizi yang terkandung di


dalamnya tidak rusak atau salah masih perlu dikaji di

pedesaan.

3) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo,

1993).

Suatu sikap belum dapat otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (over behaviour). Banyak factor yang dapat

mempengaruhi penentuan sikap secara utuh seperti

pengetahuan, berfikir, berkeyakinan, dan emosi itu semua

memegang peranan sangat penting. Sedangkan untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain

adalah fasilitas.

4) Perilaku Komponen perilaku atau komponen konatif dalam

struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Azwar,

1997).
Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan

perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya,

bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan

terhadap stimulus tertentu. Kecenderungan berperilaku secara

konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini

membentuk sikap individual. Karena itu, adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang akan dicerminkannya

dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek (Azwar, 1997).

2.4 Kerangka Konsep

POLA ASUH ORANG TUA STATUS GIZI ANAK

Skema 2.1 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap status gizi anak usia

prasekolah (4-5 tahun) di TK Mawaddah Banjarmasin


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional. Jenis penelitian

analitik korelasional merupakan penelitian yang bertujuan menganalis

hubungan dua variabel yang diduga berhubungan. Variabel bebas

penelitian ini ialah pola asuh orang tua yang diduga mempengaruhi

variabel terikat yakni status gizi anak usia prasekolah (4-5 tahun)

sehingga perlu dilakukan analisis mengenai hubungan dua variabel

tersebut.

3.1.2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah cross sectional yaitu jenis rancangan

penelitian yang menekankan pengukuran variabel bebas dan terikat

hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini

variabel bebas adalah pola asuh orang tua dan variabel terikatnya

adalah status gizi anak usia prasekolah (4-5 tahun) di TK Mawaddah

Banjarmasin
3.2. Definisi Operasional

Definisi Operasional pada penelelitian ini dapat di lihat pada tabel 3.1

dibawah ini :

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Kategori


Oprasional

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Independen

1. Pola Asuh Bimbingan Pola Asuh Kuesioner Ordinal 1. Permissif


Orang Tua aqtau asuhan Orang Tua: 2. Otoriter
yang dilakukan 1) Permissif
2) Otoriter 3. Demokratis
orangtua yang 3) Demokratis
bertujuan untuk
mendidik dan
mengasuh anak
yang
mempunyai
potensi untuk
dikembangkan.

Dependen

2. Status gizi - Midline Ordinal Indeks Status Gizi :


keadaan tubuh Parameter
- Microtoi 1. BB/U :
yang pengukuran
se - Berat badan
diakibatkan oleh status gizi : sangat
< -3,0 SD
- Timbang kurang
status 1. Umur (severely
an BB underweight)
keseimbangan 2. Berat Badan - Berat badan
- Pita -3,0 SD
kurang
antara jumlah 3. Tinggi (underweight
s/d < -2,0
LILA SD
)
asupan zat gizi Badan
- Lembar - Berat badan -2,0 SD
dan jumlah yang 4. LILA
normal s/d 1,0 SD
NCHS
dibutuhkan
dari - Risiko berat
oleh tubuh badan lebih > 1,0 SD
WHO

2. TB/U
Sangat
Pendek < -3,0SD
(severely
stunted)
-3,0 SD
Pendek
s/d < -2,0
(stunted)
SD
-2,0SD
Normal
s/d 3 SD

Tinggi >3,0 SD

3. TB/BB
Gizi buruk
< -3,0SD
(severely
wasted)
-3,0 SD
Gizi kurang
s/d < -2,0
(wasted)
SD
-2,0 SD
Gizi baik
s/d 1,0
(normal)
SD
Berisiko gizi
lebih >1,0 SD
(possible risk s/d 2,0
of SD
overweight)
> 2,0 SD
Gizi lebih
s/d 3,0
(overweight)
SD
Obesitas
> 3,0 SD
(obese)

4. LILA/ U
Gizi buruk
< -3,0SD
(severely
wasted)
Gizi
-3,0 SD s/d
kurang
< -2,0 SD
(wasted)
Gizi baik -2,0 SD s/d
(normal) 1,0 SD
Berisiko
gizi lebih
(possible >1,0 SD
risk of s/d 2,0 SD
overweight
)
Gizi lebih
> 2,0 SD
(overweig
s/d 3,0 SD
ht)
Obesitas
> 3,0 SD
(obese)

5. IMT/U
Gizi buruk
(severely <-3,0 SD
wasted)
Gizi -3,0 SD s/d
kurang
<-2,0SD
(wasted)
Gizi baik -2,0 SD s/d
(normal) 1,0 SD
Berisiko
gizi lebih
(possible >1,0 SD
risk of s/d 2,0 SD
overweight
)
Gizi lebih
> 2,0 SD
(overweig
s/d 3,0 SD
ht)
Obesitas
> 3,0 SD
(obese)

3.3. Populasi dan sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua murid di TK Mawaddah

Banjarmasin yang berjumlah 66 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua murid di TK Mawaddah

yang berusia 4-5 tahun yaitu sebanyak 66 orang.

3.3.3. Teknik sampling

Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel yang akan digunakan

peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling dengan

pendekatan Sampling Accidental yaitu teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel (Sugiyono, 2012).


3.4. Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan rencana lokasi yang akan diteliti oleh

peneliti. Penelitian dilaksanakan di TK Mawaddah Banjarmasin

3.4.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian diperhitungkan mulai pengajuan judul proposal

sampai dengan selesainya penelitian yang diperkirakan pada bulan

Desember 2021

3.5. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Instrumen pengumpulan data.

Alat yang digunakan untuk mengukur variable pola asuh orang tua

adalah dengan menggunakan Parental Authority Quesionnare (PAQ)

yang dikembangkan oleh Buri (dalam Riberio, 2009). PAQ di desaain

berdasarkan pengukuran tiga pola pengasuhan Baumrind yaitu Pola

asuh otoriter, deokratis, dan permissive. PAQ terdiri atas 30 item

dimana masing-masing memiliki 10 item yang digunakan untuk

mengukur pola asuh orang tua. PAQ memiliki 4 alternatif jawaban

yaitu Sangat Setuju=SS, Setuju=S, Tidak Setuju= TS, dan Sangat

Tidak Setuju = STS

Sementara itu, untuk mengukur variable status gizi anak peneliti

menggunakan alat ukur seperti midline untuk mengukur lingkar


kepala, microtice untuk mengukut tinggi badan anak, timbangan berat

badan untuk mengetahui berat badan anak, dan pita LILA untuk

mngetahui lingkar lengan atas anak. Setelah mengukur semuanya,

peneliti menghitung IMT anak. Dan kemudian menentukan status gizi

anak dengan menggunakan lembar HNCS dari WHO.

3.5.2. Teknik pengumpulan data

Untuk teknik pengumpulan data peneliti akan meminta surat izin

dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Ilmu

Keperawatan dan Ilmu Kesehatan tentang rekomendasi melakukan

penelitian, selanjutnya menyerahkan surat rekomendasi untuk

mendapatkan persetujuan.

Setelah itu peneliti meminta izin kepada Kepala Sekolah TK

Mawaddah Banjarmasin untuk mendapatkan izin melakukan

penelitian. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji

etik terlebih dahulu di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan. Penelitian

dilakukan oleh peneliti sendiri dengan sebelumnya memberikan

penjelasan kepada orang tua / wali murid tentang maksud dan

tujuan penelitian dan perlakuan apa yang akan diberikan lalu

dilanjutkan dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi

responden.
Kemudian apabila orang tua / wali murid setuju dengan

menandatangani lembar persetujuan, peneliti akan memberikan

kuisioner/angket kepada orang tua / wali murid. Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,

atau hal-hal yang ia ketahui.kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah

disediakan jawabannya sehingga orang tua / wali murid tinggal

memilih Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal

membutuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai, peneliti

juga melakukan pengukuran status gizi kepada semua siswa-siswi

TK. Mawaddah Banjarmasin

Setelah itu hasil jawaban kuesioner dari responden akan di

kumpulkan dan kemudian di analisis/di olah dengan bantuan

aplikasi komputer (SPSS).

3.6. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

3.6.1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan sebagai berikut:

3.6.1.1. Editing Data


Data yang diperoleh akan dilihat lagi. Jika terdapat data data

yang kurang jelas atau keliru maka akan diklarifikasi lagi

kepada narasumber yang bersangkutan sehingga data yang

akan dimasukkan benar benar valid.

3.6.1.2. Koding Data

Koding data adalah proses pemberian kode terhadap data data

yang ada untuk mempermudah proses tabulasi dan analisis

data.

3.6.1.3. Tabulasi data

Data yang telah diberi kode akan dimasukan ke dalam tabel

distribusi frekuensi.

3.6.2. Teknik Analisis Data

3.6.2.1. Analisis Univariat

Data yang di peroleh akan dianalisis dengan menggunakan

analisis univariat yaitu sebuah cara yang biasanya digunakan

untuk menganalisis data data dari variable tunggal sehingga

dapat memberikan gambaran tentang variabel yang diteliti

dalam bentuk angka persen atau distribusi frekuensi. Analisis

univariat memberikan gambaran tentang pengaruh pola asuh

orang tua terhadap status gizi anak usia pra sekolah (4-5 tahun)

di TK Mawaddah Banjarmasin.
3.6.2.2. Analisis Bivariat

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

spearman rho. Rumus uji statistik Spearman Rho menurut

2
6∑ d
rs = 1 −
Alimul Hidayat (2010) adalah: n (n2 − 1)

Keterangan :

rs = nilai korelasi Spearman Rho

d2 = selisih setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan untuk Spearman

Hasil uji spearman rho adalah berupa nilai p value akan

dibandingkan dengan α 0.05. apabila nilai p value > α 0.05

maka hipotesis ditolak diinterpretasikan bahwa tidak ada

pengaruh pola asuh orang tua terhadap status gizi anak usia

prasekolah 4-5 tahun) di TK Mawaddah Banjarmasin. Namun

apabila nilai p value < α 0.05 maka hipotesis diterima

diinterpretasikan bahwa ada pengaruh pola asuh orang tua

terhadap status gizi anak usia prasekolah 4-5 tahun) di TK

Mawaddah Banjarmasin.

Interpretasi nilai r. Colton (1974, dalam Hastono 2010)

mengelompokkan nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tabel r


No nilai r interpretasi kekuatan hubungan
1 0,0-0,25 tidak ada hubungan
2 0,25-0,50 Rendah
3 0,50-0,75 Sedang
4 >0,75 Kuat
3.7. Etika penelitian

Semua penelitian yang erat kaitannya dengan manusia sebagai objek harus

mempertimbangkan etika. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

kesehatan seringkali terdapat masalah etik. Penelitian ini mengacu pada

pedoman Nasional Etika Penelitian Kesehatan (KNEPK- Depkes RI, 2004),

antara lain:

3.7.1. Menghormati martabat subjek penelitian

Penelitian yang dilakukan harus menjunjung ringgi martabat

seseorang (subjek penelitian) peneliti mempertimbangkan hak-hak

subjek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan

jalan penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan

bebas dari paksaan untuk berpartispasi dalam kegiatan penelitian

(autonomy).

3.7.2. Asas kemanfaatan

Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat dan

resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila

manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada resiko/dampak negatif

yang akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh

membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.

3.7.3. Berkeadilan
Dalam melakukan penelitian, setiap orang diberlakukan sama berdasar

moral martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti

maupun subjek juga harus seimbang.

Anda mungkin juga menyukai