Anda di halaman 1dari 4

Parenting Orang Tua Penentu Kepribadian Anak

Oleh Ghadis Nur Fatimah

Terdapat permasalahan tentang bingungnya orang tua terhadap anak mereka


sendiri, khususnya pada anak umur 3 – 6 tahun. Para orang tua tidak sadar bahwa mereka
berdualah yang membentuk kepribadian anak. Namun, kurangnya edukasi membuat orang
tua malah terkadang memarahi si anak apabila tidak sesuai denga napa yang mereka
inginkan. Dikarenakan dampak dari pola pengasuhan orang tua, bisa jadi membuat anak
menolak untuk bersekolah. Sedangkan pada fase ini anak seharusnya sudah mulai untuk
berinteraksi dengan dunia sosial khususnya di dalam sekolah yang mana ini tidak sesuai
dengan tahapan perkembangan. Hal ini membuat anak bisa terlambat berkembang dari
teman sebayanya. Akibat dari anak yang tidak mau bersekolah ini, anak menjadi pribadi
yang sulit untuk mendapatkan teman karena kurangnya berinteraksi dengan lingkungannya.
Hal ini bisa menghambat perkembangan pada anak dalam perkembangan emosi, kognitif,
serta personal-sosialnya.
Jika dilihat dari dampak dan akibat yang ditimbulkan oleh pola pengasuhan orang
tua kepada anak, bisa jadi pengasuhan yang diberikan merupakan pola asuh yang
menekankan peraturan yang ketat serta menuntut agar anak memiliki sikap penurut. Selain
itu, tidak adanya komunikasi atau diskusi yang terbuka juga dapat menyebabkan anak
tumbuh sebagai pribadi yang penakut serta tidak memiliki inisiatif untuk bersosialisasi.
Permasalahan lainnya yang saya temukan adalah, ada anak yang kurang memiliki
rasa tanggung jawab apabila anak berada dalam lingkungan sosialnya. Contohnya seperti,
ketika anak meminjam mainan temannya maka si anak akan seenaknya sendiri hingga
merugikan temannya yang lain. Contoh lain seperti suka membantah guru dikelas, berontak,
tidak disiplin dan tidak mau diatur itu ada anak yang seperti itu. Hal ini menyebabkan si
anak akan semaunya sendiri, tidak melihat aturan - aturan atau norma yang berlaku dalam
lingkungan sosialnya.
Permasalahan diatas, menunjukkan bahwa ketika anak tumbuh dengan pola
pengasuhan dari orang tua yang tidak terlalu mengatur dan juga terlalu memberikan
kebebasan kepada anak. Bisa jadi orang tua yang sama - sama sibuk sehingga tidak bisa
selalu mengontrol anaknya setiap waktu atau bisa jadi juga orang tua menganggap bahwa
anak memiliki hak untuk tidak perlu ada campur tangan dari orang tua maupun orang lain.
Karena pola asuh tersebut, dalam perkembangannya anak menjadi pribadi yang semena-
mena, semaunya sendiri, dan tidak taat pada aturan yang berlaku. Ini adalah akibat dari pola
pengasuhan yang diberikan orang tua membebaskan anaknya dalam melakukan hal apapun.
Untuk itu orangtua perlu untuk membina dan mendidik anak agar kelak ketika
dewasa, si anak menjadi apa yang diinginkan oleh orang tua nya. Demi mewujudkan hal
tersebut, faktor yang akan menjadi penentu anak kedepannya adalah pola asuh yang akan
orang tua berikan. Masih banyak orangtua yang kurang edukasi tentang
Dalam pandangan psikologi secara umum, pola asuh adalah bentuk orang tua dalam
menjaga, merawat atau mendidik anak di masa tumbuh kembangnya demi mempersiapkan
hal – hal yang diperlukan seperti fisik, emosional, finansial dan intelektual serta kognitif
anak. Namun, yang perlu diperhatikan disini ialah tiap orang tua memiliki cara yang
berbeda – beda tergantung prespektif orang tua mereka berhak menentukan cara yang
terbaik untuk mengasuh si anak.
Menurut pandangan psikologi khususnya mazhab psikoanalis milik Sigmund Freud
beranggapan bahwa kepribadian anak itu akan terbentuk tergantatung bagaimana pola asuh
serta stimulus yang diberikan kepada si anak. Freud menambahkan bahwa kepribadian anak
terbentuk saat mereka berumur 0 sampai 12 tahun. Setelah tahun itu berarti hanya
pengembangan dari masa 0 sampai 12 tahun tadi.
Bisa diambil contoh misalkan ketika orang tua menerapkan pola asuh yang keras
saat masih kanak – kanak, maka si anak akan tumbuh menjadi anak yang keras, agresif
bahkan cenderung tidak bisa mengontrol emosinya. Sebaliknya ketika orang tua
menerapkan pola asuh yang manja maka ketika dewasa si anak akan menjadi pribadi yang
manja bahkan bisa menyebabkan si anak tidak mandiri.
Ada berbagai macam tipe pola asuh yang diberikan oleh orang tua, dari banyaknya
pola asuh disini saya akan menggolongkan menjadi tiga tipe pola asuh antara lain:
1. Pola Asuh Otoriter atau authoritarian parenting
Pola asuh yang bisa dikatakan sebagai pola negasuhan orang tuang yang cenderung
seenaknya sendiri, menuntut serta mengatur anaknya sesuka hati tanpa melihat dari
sudut pandang dan keinginan si anak. Akibat dari pola asuh seperti ini bisa
membuat anak menjadi pribadi yang cenderung enggan untuk beraktivitas sosial,
menjadi penakut dalam mengambil keputusan dan tidak terbuka dengan kedua
orang tuanya. Ini disebabkan karena pola asuh sepihak sehingga anak tidak dapat
ruang untuk mengeluarkan opini nya untuk berdiskusi secara terbuka.
2. Pola Asuh Otoritatif atau authoritative parenting
Berbeda dengan yang sebelumnya, pola asuh ini tipe ini cenderung kepada dua
pihak. Membuat anak memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri namun
dalam hal ini orang tua juga memegang kendali penuh atas anak. Walaupun begitu,
pola pengasuhan ini merupakan pola pengasuhan yang dapat menimbulkan
keserasian pada tuntutan dari orang tua dan kehendak atau keinginan anak karena
pada pola pengasuhan ini hubungan antara anak dan orang tua masih terdapat
diskusi terbuka sehingga anak memiliki inisiatif dalam bertindak.
3. Pola Asuh Permisif atau permissive parenting
Pola asuh permisif berbanding terbalik dengan pola asuh otoriter, yang dimana
pada pola ini orang tua cenderung terlalu membebaskan si anak. Bahkan bisa
dibilang orang tua cuek serta acuh tak acuh kepada anaknya. Hal ini menyebabkan
si anak akan memiliki kepribadian yang cenderung tidak disiplin, tidak teratur
bahkan bisa menabrak peraturan – peraturan serta norma yang ada di masyarakat.

Menurut saya pola asuh yang paling tepat dan paling sedikit negatifnya ialah pola
asuh yang tetap memberikan dorongan kepada anak agar anak meliki kepribadian yang
mandiri namun pada hal ini masih terdapat batasan-batasan sehingga tingkah laku anak
masih bisa dikendalikan sesuai dengan usianya. Sebenarnya tidak ada pola pengasuhan yang
sepenuhnya salah dalam mendidik anak, setiap pola pengasuhan memiliki caranya sendiri
yang mana terdapat tujuan yang sama-sama baik untuk anak. Hanya saja dalam
penerapannya terkadang masih ada kesalahan.
Lampiran 1
Identitas diri

Nama : Ghadis Nur Fatimah


Nim : 202110230311142
Kelas :C
Fakultas : Psikologi
Jurusan : Psikologi
Email : gnrftmh@gmail.com
Asal : Samarinda

Anda mungkin juga menyukai