Seorang anak tak selamanya terus menjadi anak kecil. Seiring bertambahnya usia, mereka
akan tumbuh mulai dari bayi, anak-anak, remaja lalu dewasa. Nah bagaimana sih cara
mendidik anak usia remaja?
Remaja dalam bahasa aslinya adalah adolescence, yang berasal dari bahasa adolescare
yang artinya tumbuh atau tumbuh mencapai kematangan. Remaja merupakan suatu
perubahan baik pertumbuhan maupun perkembangan yang terjadi pada usia 12-22 tahun
dengan ditandai adanya pubertas bagi laki-laki dan menstruasi bagi perempuan. Remaja
menurut Mappiare (1982) berlangsung antara usia 12-21 tahun (bagi perempuan) dan 13-
22 tahun (bagi laki-laki).
Menurut Juhja (2011) masa remaja adalah masa datangnya pubertas sekitar usia 11/14
sampai 18 tahun. Masa remaja juga merupakan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa, masa ini merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tua, berikut
beberapa perkembangan masa remaja:
Setelah mengalami perkembangan, menurut Jahja (2011) remaja juga mengalami kesulitan
atau bahaya yang akan dirasakan dampaknya oleh remaja itu sendiri maupun orang
tuanya, dan hal ini normal terjadi pada masa-masa ini, antara lain:
1. Variasi kondisi kejiawaan, biasanya saya menyebut moodyan yaitu suatu keadaan
atau perasaan yang berubah-ubah kadang terlihat pendiam, pemarah, malu,
cemberut dan sebagainya. Pada masa remaja perilaku ini normal terjadi, tetapi
orang tua juga harus memperhatikan jika kondisi tersebut, apakah dia sedang ada
masalah dengan temannya atau lain sebagainya.
2. Rasa ingin tau seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ini akan
mengakibatkan timbulnya ketertarikan pada lawan jenis dan ini normal terjadi pada
remaja, sebagai orang tua harus membekali batasan-batasan mana yang boleh dan
mana yang tidak boleh dilakukan ketika bergaul dengan lawan jenisnya.
3. Membolos, tidak ada gairah untuk bersekolah dan belajar sehingga ia cenderung
membolos bersama teman-teman sebayanya.
4. Perilaku antisosial, seperti suka mengganggu, berbohong, agresif dan kejam.
Sebabnya bermacam-macam dan banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitranya.
5. Penyalahgunan obat bius, hal ini bisa dipengaruhi oleh lingkungan seperti teman
atau kontrol orang tua yang cenderung longgar. Karena salah satu karakteristik
remaja adalah rasa ingin tahu yang tinggi dan suka coba-coba, inilah salah satu
bahayanya jika orang tua tidak mengontrol dengan baik bagaimana ketika remaja
bergaul di luar rumah dan lagi ketika remaja salah memilih teman, itu akan
berakibat fatal.
Setelah beberapa kesulitan dan bahaya yang dialami di masa remaja lantas apa yang harus
dilakukan orang tua agar hal-hal buruk tersebut tidak terjadi pada anak-anak mereka?
Banyak orang tua yang seringkali merasa khawatir dengan pergaulan anak-anak mereka
diluar pengawasannya, salah satu solusi agar orang tua tetap bisa menjangkau pergaulan
anak-anak dengan menjadi seorang orang tua sekaligus seorang sahabat yang baik bagi
anak remajanya.
Berikut beberapa tips yang bisa di terapkan dalam mendidik anak remaja masa kini:
Biarkan kepercayaan anak terhadap orang tua tumbuh dengan sendirinya. Terkadang anak
remaja hanya membutuhkan Anda orang tua sebagai tempat untuk mendengarkan
berbagai keluh kesah, bukan tempat untuk mencari nasehat.
Di sisi lain, tahap remaja menjadi tahap perkembangan anak yang selalu menarik untuk
dibahas secara tuntas. Dalam dunia parenting, terdapat dua kategori masa remaja, yaitu
masa remaja usia awal dan masa remaja usia akhir.
Yang tergolong remaja awal usia berapa sajakah? Ketahuilah Moms, remaja usia awal
adalah anak-anak berusia 10 hingga 14 atau 15 tahun. Mereka sedang mengalami
perkembangan dari usia kanak-kanak (5 hingga 9 tahun) menjadi sosok yang lebih dewasa.
Remaja usia awal sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang pesat.
Perkembangan hormon dan karakteristik tubuh remaja usia awal juga mempengaruhi
perkembangan kognisi dan emosional mereka.
Membicarakan perkembangan anak usia remaja awal tidak akan lepas dari pembahasan
topik tentang perkembangan hormon yang akan memengaruhi perkembangan karakter
seks sekunder. Beberapa hormon yang akan bekerja lebih aktif adalah hormon
pertumbuhan, metabolisme, dan reproduksi. Perempuan dan laki-laki sedikit berbeda
cirinya.
Bagi laki-laki, hormon androgen dan testosteron menjadi lebih aktif. Produksi androgen
yang aktif ini dapat meningkatkan pembelahan nenek moyang sel sperma. Saat produksi
sperma meningkat, maka saat inilah sperma yang berlebih akan dibuang melalui peristiwa
mimpi basah. Mimpi basah menjadi indikator utama masuknya seorang anak lelaki ke
dalam masa remaja. Selain itu, peningkatan kerja hormon androgen membuat produksi
minyak meningkat sehingga jerawat dan bau badan menjadi satu ciri anak masuk usia
remaja awal. Bersamaan dengan itu, testosteron juga akan membantu perkembangan
karakter seks sekunder anak lelaki. Beberapa bagian yang dapat berkembang adalah testis
dan penis yang bertambah ukuran, tumbuhnya jakun sekaligus pembesaran suara, dan
tumbuhnya rambut di beberapa bagian tubuh seperti ketiak, kumis, dan jenggot.
Bagi anak perempuan di usia remaja awal, estrogen dan progesteron bekerja lebih aktif
yang berperan dalam terjadinya siklus menstruasi. Naik-turunnya hormon juga berdampak
pada naik-turunnya mood dan emosi anak. Estrogen juga memicu perkembangan karakter
seks sekunder wanita, seperti tumbuhnya payudara dan rambut di beberapa bagian. Suara
menjadi lebih halus, begitu pula kulit, dan rambut. Sebagaimana anak lelaki, minyak juga
menjadi masalah sehingga jerawat dan bau badan sering terjadi sehingga memerlukan
perawatan ekstra.
Pola asuh remaja yang tidak kalah penting adalah menerapkan kedisiplinan pada anak
dengan membuat aturan dan konsekuensinya. Agar anak dapat berperilaku baik, cobalah
untuk menerapkan perilaku yang dapat diterima dirinya. Berikan konsekuensi sesuai
dengan perilaku buruk yang dilakukannya
Ini Hal yang Wajib di Ketahui dalam Mengasuh Remaja Usia Awal
Bumbu utama dalam mengasuh remaja usia awal adalah memberi kepercayaan dan sedikit
melonggarkan 'cengkeraman'. Kemudian, terapkan 7 tips mengasuh remaja usia awal
seperti yang dijabarkan berikut ini.
Anak remaja usia awal sebenarnya adalah calon orang dewasa yang masih terjebak dalam
tubuh anak-anak. Kemampuan otak mereka menganalisis informasi dan mengambil
keputusan sudah lebih baik daripada anak-anak, namun masih jauh dari orang dewasa.
Bahkan, terkadang anak-anak muda ini terlalu percaya diri sehingga cengertung
mengeksplorasi dunia tanpa mempertimbangkan bahayanya. Pada akhirnya, keputusan
yang diambil seringkali kelihatan gegabah, terlalu terburu-buru, dan kurang bijaksana.
Ada pameo yang mengatakan, di masa pubertas inilah, biasanya anak masih akan merasa
'dunia ini aman-aman saja'. Karena pengalaman yang masih sedikit, mereka belum
menemukan berbagai bahaya yang mungkin membayangi mereka dalam perjalanan hidup
mereka. Kesadaran akan hal inilah yang membuat sebagian orangtua cenderung
overprotektif. Walaupun sebenarnya protektif boleh saja dilakukan orangtua, asalkan
pertimbangkan juga dengan baik dampak suatu larangan pada anak agar ia tetap bisa
mandiri.
Walau terlihat masih kecil, ternyata mereka mulai butuh privasi lho, Moms. Berikan
mereka waktu sendiri. Tapi ingat, berikan kepercayaan pada mereka untuk melakukan hal
baik dan tidak melanggar norma ketika sendiri. Beri tahu mereka hal-hal yang tidak boleh
dilakukan saat sendiri beserta alasan yang rasional dan jelas agar mereka tidak merasa
dikecewakan karena ternyata saat mendapatkan hal yang sudah lama diinginkan oleh anak,
tapi malah dilarang orangtuanya karena kurangnya komunikasi yang baik di keluarga.
Mereka kini bukan anak yang hobi bermain permainan sederhana. Pada tahap remaja, si
kecil sudah mulai bisa membuat suatu karya baru lho, Moms. Dukunglah mereka sesuai
dengan kemampuan finansial Moms. Bila belum bisa mewujudkannya dalam waktu dekat,
minimal, dengarkan mereka ketika mengungkapkan idenya. Jika Moms rasa ada yang
kurang tepat, koreksi dengan baik tanpa menjatuhkan harga diri mereka.
Sebagai anak yang mulai tumbuh menjadi dewasa kecil, ajaklah mereka berdiskusi tentang
fenomena dunia, minimal yang sama-sama dilihat di sosial media atau televisi. Jika mereka
bertanya, jangan tanggapi dengan heboh. Misal, salah satu kasus populer yang harus
diketahui remaja dan orangtuanya adalah darurat pendidikan seks. Saat mengajari seks
pada anak, biasanya mereka akan bertanya lebih rinci atau memberikan pertanyaan yang
tak terduga akibat apa yang didengarnya di pergaulannya. Namun ingatlah, Moms adalah
tempat bertanya yang lebih baik daripada Google. Jika Moms tidak mampu menjawab,
dampingi ia mencari informasi berdua. Jangan biarkan ia mencarinya sendiri, berdiskusi
secara terbuka akan membuka wawasan mereka dari sisi yang lebih bijak.
Selain kemampuan kognitif, Moms bisa mulai melatih softskill mereka. Softskill yang
dianjurkan untuk dilatih adalah kemampuan komunikasi, kemampuan mendengarkan,
kejujuran, dan kemampuan empati. Remaja yang tumbuh dengan setidaknya empat
kualitas tersebut dapat menjadi orang yang lebih sukses di masa depan. Keempat kualitas
ini adalah sifat yang membuat seseorang dapat dipercaya tanpa membuat ia merasa
tertekan.
Masa remaja adalah masa yang sangat tepat untuk menanamkan kecintaan pada Sang
Pencipta. Anak mungkin bukan lagi mereka yang bisa didoktrin. Saat ini mereka berada
dalam tahap belajar yang lebih advanced. Moms bisa mengajak mereka diskusi,
menjelaskan mereka tentang kuasa Tuhan dan maksud dari suatu perintah, larangan, dan
hikmah. Dengan begitu, si kecil akan menjadi lebih religius dan patuh kepada perintah
Tuhannya dengan potensi tersesat yang minim di kemudian hari.
Remaja masa kini mudah terpapar dengan paham atau ragam hal aneh karena mudahnya
akses informasi. Seringkali informasi ini luput dari proteksi sehingga anak terlanjur
mengetahuinya. Untuk melindungi anak, jangan larang anak untuk mengeksplorasi. Temani
mereka, informasi yang akurat mengenai realita ada. Maka dari itu, sebelum hal ini terjadi,
sebaiknya update dengan kondisi kekinian
Mengenal anak sejak dini menjadi hal penting dalam proses mendidik anak. Dekat
dengan anak menjadi salah satu syarat agar anak bisa terbuka kepadaorangtua, bercerita
tentang apa yang mereka alami dan rasakan tanpa ada rasa canggung kepada orang tua.
Tak jarang anak usia remaja menjaga jarak, terutama terkait privasi aktifitas sehari-hari
yang mereka anggap penting, namun justru berdampak besar bagi masa depan.
Menjelang masa remaja awal (13-16 tahun), anak-anak akan mengalami kondisi di
mana kehidupan terasa bebas, rasa penasaran tinggi terhadap hal-hal baru, meningkatnya
fungsi seksualitas dan dorongan emosi tidak stabil. Terhadap hal tersebut, peran orang tua
menjadi sangat penting terutama sebagai agent of control bagi perilaku anak. Ada beberapa
hal yang dapat dilakukan orangtua untuk menyikapi anak menjelang masa remaja awal,
yaitu:
1. Jalin komunikasi dua arah Sebagai orangtua, kita tidak selamanya tahu apa yang
anak inginkan dan lakukan pada pergaulan. Namun kita tidak usah hawatir tentang
hal tersebut, menjalin komunikasi dua arah adalah solusi terbaik mengetahui
sebagian besar hal tentang mereka. Berilah kesempatan anak bercerita dan
mencurahkan isi hati, karena remaja cenderung suka bercerita dibanding
mendengarkan. Nah, setelah anak bercerita, orangtua sebagai pendengar bisa
sedikit demi sedikit memberikan masukan dengan nada bercerita pula. Hal itu agar
mereka tidak merasa seperti dihakimi atau dinasihati.
2. Bekerja sama dengan guru Bagi orangtua yang mempunyai sedikit waktu untuk bisa
berkomunikasi intensif dengan anak, guru di sekolahan menjadi solusi.
Artinya ,orang tua bisa memberikan otoritas kepada sekolah untuk bisa mendidik
dan mengarahkan anak dengan kesepakatan tertentu. Dengan adanya kesepakatan
antara orang tua dan guru, maka pihak sekolah atau guru akan lebih leluasa
mengatur dan mengontrol perilaku anak.
3. Hilangkan persepsi “pacaran penyemangat belajar” Maraknya perilaku pacaran
berlebihan di kalangan pelajar seringkali karena alasan, “pacaran adalah
penyemangat belajar”. Sebenarnya tidak ada sejarah yang mengatakan “pelajar
sukses berkat pacaran di sekolah”, mungkin yang relevan adalah “pelajar stress
berkat pacaran di sekolah”. Mengapa demikian? Pacaran di sekolah bukannya
membuat semangat si anak, hal itu malah justru akan membuat mereka tidak fokus
pelajaran karena terlalu memikirkan si pacar. Apalagi jika keduanya pada suatu saat
memutuskan hubungan, semua bisa menjadi berantakan
4. Memperkenalkan ajaran, norma dan nilai agama Memperkenalkan norma dan nilai
agama menjadi hal penting dalam membentengi remaja dari pergaulan melampaui
batas. Dalam agama, ada batasan-batasan mengatur bagaimana etika bergaul dan
bersosialisasi dengan orang lain, terutama lawan jenis. Memperkenalkan anak pada
ajaran agama dapat memberikan kegiatan positif seperti rajin salat, mengaji dan
berorganisasi sosial keagamaan. Sedangkan memperkenalkan mereka pada norma
dan nilai agama dapat membatasi mereka dalam berperilaku.
5. Awasi penggunaan HP, tablet dan televisi. Maraknya acara televisi tidak mendidik
menjadi tantangan besar orang tua. Ditambah lagi, kemudahan akses dunia maya
memberikan peluang besar bagi para remaja melakukan hal negatif. Saat ini sudah
tidak mungkin lagi bagi remaja untuk bisa mengakses konten dewasa yang
seharusnya bukan konsumsi mereka. Bahkan tanpa harus dicari, tawaran-tawaran
konten-konten dewasa sudah banyak bertebaran. Hal tersebut menjadi kewajiban
tambahan orang tua untuk selalu memberikan pengawasan bagi anak remaja
mereka (termasuk mengecek penggunaan media sosial), terutama terkait konten
yang mereka tonton dan komunikasikan dengan orang lain di dunia maya.
Prinsip dan Cara Mendidik Anak Remaja yang Wajib Dipegang Orangtua
Remaja menjadi masa di mana anak mengalami peralihan usia. Di usia penuh tantanga ini,
orangtua perlu pintar-pintar memberikan arahan agar anak tak salah langkah. Berikut
berbagai tips atau cara bijak dalam menuntun serta mendidik anak remaja Anda di rumah
yang bisa dilakukan orangtua. Perkembangan setiap anak tentunya tidak bisa
disamaratakan. Hal ini karena remaja mempunyai perkembangan emosi serta kognitif yang
berbeda.Masa perkembangan remaja menjadi hal yang cukup menantang bagi keluarga
karena ada kemungkinan terjadinya pergolakan. Hubungan anak dengan orangtua pun bisa
saja berubah karena ada perdebatan saat anak berada di fase ini. Namun, sudah menjadi
hal yang wajib pula bagi orangtua memberikan pengertian mengenai nilai-nilai kehidupan
untuk bekalnya kelak. Walaupun akan ada fase anak sulit untuk dihadapi dan diajak
berkomunikasi, perlu dimengerti karena memang ini adalah masa-masa anak bertumbuh.
Adapun beberapa cara mendidik remaja yang bisa dilakukan orangtua, seperti:
1. Jadilah pendengar yang baik
Di usia remaja biasanya anak mulai mengalami berbagai gejolak dalam dirinya, dari
masalah pubertas hingga pergaulannya. Ada banyak hal yang mungkin ingin
disampaikannya untuk sekadar bertanya atau mengutarakan berbagai kegelisahan
dan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Untuk itu, orangtua wajib menjadi
pendengar yang baik. Jangan sampai anak justru mencari pelampiasan lain yang
negatif seperti melakukan kenakalan remaja hanya karena merasa tidak didengar
dan tidak punya teman bicara. Selain itu, hindari menyalahkan anak terhadap apa
yang dia ceritakan. Pasalnya, hal ini dapat membuat anak enggan bercerita kembali.
Alih-alih menyalahkan lebih baik diskusikan penyelesaian terbaik jika anak
mengalami masalah. Selain itu, ketika orangtua menjadi pendengar yang baik, anak
juga akan melakukan sebaliknya ketika Anda yang berbicara atau memberi saran.
Pertimbangkan menundanya jika anak tampak belum mahir, belum mendapatkan surat ijin
mengemudi dan kondisi emosi yang tidak stabil. Setiap tingkatan kehidupan memiliki
pengalaman tersendiri. Mulai dari masa kanak-kanak dengan rasa ingin tahu yang tinggi,
masa remaja dengan kelincahan dan pemberontakannya, serta masa dewasa dengan
mobilitas kegiatan yang tinggi. Di setiap tahap kehidupan inilah, bermacam pula cara
mendampingi dan mengasuh anak yang menjadi acuan orangtua dalam mendidik anak
kesayangannya.