Anda di halaman 1dari 2

Perkem By Hanniel Ginting

bangan
1. Rendahnya rasa percaya diri

Psikolo
Selama pubertas, para remaja bergelut dengan keinginan diterima dan mencoba masuk di kalangan teman – temannya.
Ketika tubuh mereka mulai berubah, mereka mungkin merasa berbeda dan menjadi sangat sadar pada perubahan ini.

gis
Ketidak puasan pada penampilan tubuh mereka bisa berakibat pada penurunan rasa percaya diri dan mereka akan semakin
rapuh pada tekanan teman sebaya. Pada tahap ini penting bagi remaja untuk memahami bahwa perubahan adalah sesuatu

Laki-
yang normal dan pada akhirnya semua orang akan mengalaminya juga.

2. Perubahan suasana hati


laki
Remaja dikenal dengan hormon yang liar dan perubahan suasana hati yang drastis. Suasana hati remaja yang sedang
mengalami pubertas bisa bervariasi antara antusias, marah, cemas dan depresi. Pada saat ini mungkin saja remaja akan
tampak sangat sering mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem dan mungkin sangat sulit diprediksi atau dipahami
oleh orang tuanya.

3. Menuntut kemandirian
Ketika anak mengalami peristiwa – peristiwa yang berhubungan dengan pubertas, mereka akan menyadari bahwa mereka
memasuki masa kedewasaan. Selama waktu ini, kebanyakan remaja akan merasakan keinginan kuat untuk mulai
memisahkan diri dari orang tuanya dan mendapatkan kemandirian mereka secara individual. Sangat umum bagi para remaja
untuk menjadi agak menjauh saat ini. Mereka ada pada tahap mengembangkan identitas yang unik  bagi dirinya dengan
melakukan eksperimen, mencari tahu kebutuhan dirinya dan apa yang terbaik untuk diri mereka. Beberapa perubahan
mental pada remaja laki – laki bahkan bisa muncul dalam bentuk pemberontakan atau perilaku tidak sehat.

4. Kesadaran seksual
Sebelum mencapai pubertas, remaja kurang dipengaruhi oleh peranan jenis kelamin dan perbedaannya. Ketika hormon
mereka berubah, mereka mulai melihat jenis kelamin yang berbeda dalam pandangan baru dan mulai mengembangkan
ketertarikan seksual. Selama waktu ini, normal untuk mulai terlibat dalam hubungan romantis dan bereksperimen dengan
perilaku fisik. Pada waktu yang bersamaan, perubahan mental pada remaja laki – laki juga akan dipengaruhi oleh peranan
sesuai jenis kelamin dan aktivitas yang lebih sesuai dengan jenis kelaminnya. Beberapa anak mungkin akan merasa malu
akan perubahan yang terjadi pada dirinya dan menarik diri dari keluarga serta teman.

5. Perubahan dalam ekspresi emosi


Dalam hubungannya dengan emosi yang mereka rasakan, kebanyakan remaja akan mengeksplorasi cara – cara berbeda
untuk mengekspresikan emosi mereka. Contohnya, anak yang tadinya senang menyapa dengan ceria dan memeluk bisa saja
berubah menjadi remaja yang hanya menyapa dengan tersenyum atau anggukan kepala saja. Begitu juga pelukan dan
ciuman untuk orang tuanya yang bisa saja berubah menjadi penolakan atau rasa malu ketika ibunya hendak menciumnya.
Penting untuk diingat bahwa, biasanya hal itu hanya berupa perubahan ekspresi emosi anak, dan bukannya perubahan pada
bagaimana perasaan mereka pada orang tua, keluarganya dan temannya.

6. Tindakan yang tidak konsisten


Sangat normal bagi para remaja untuk berubah sikap dari bahagia menjadi sedih atau dari merasa pintar hingga merasa
bodoh. Faktanya beberapa orang menyebut proses pubertas adalah masa kanak – kanak kedua. Pada satu saat mereka ingin
diperlakukan seperti anak kecil, namun pada saat lain mereka ingin dianggap sebagai orang dewasa. Pengaruh budaya
dalam perkembangan remaja, dan pengaruh gaya hidup terhadap remaja akan menentukan peran remaja dalam
pembangunan masyarakat.
7. Semakin sadar diri
Banyak remaja yang akan menjadi semakin sadar akan dirinya sendiri. Dan karena mereka mengalami drama perubahan
fisik dan emosional maka mereka akan menjadi sensitif. Mereka mungkin akan mengkhawatirkan mengenai kualitas
pribadinya atau kekurangan yang menjadi masalah besar bagi mereka, walaupun faktanya hampir tidak diketahui orang lain.
Misalnya, jerawat kecil yang tidak disadari siapapun di wajah mereka.

8. Merasa tidak dimengerti


Perasaan sensitif itulah yang akan membuat anak remaja merasa bahwa dirinya sendirian dan tidak ada orang lain yang
mengalami hal yang sama dengan dirinya. Ia akan merasa bahwa dirinya tidak dimengerti oleh siapapun khususnya
keluarganya. Kepercayaan salah semacam ini bisa menghasilkan perasaan kesepian dan terisolasi. Fokus kepada diri sendiri
semacam ini juga bisa menimbulkan dampak pada hubungan dengan keluarga dan teman.

9. Perkembangan berpikir abstrak


Anak yang lebih muda perlu belajar untuk melihat dan menyentuh benda – benda agar dapat diyakinkan bahwa benda
tersebut nyata. Pada masa remaja, fakta psikologi remaja yang terjadi dalam perubahan mental pada remaja laki – laki,
mereka menjadi mampu berpikir melalui satu masalah dan melihat konsekuensinya dari berbagai sudut pandang dan
tindakan. Untuk pertama kalinya, mereka bisa berpikir mengenai apa yang mungkin akan terjadi daripada berpikir mengenai
apa yang terjadi.
10. Pembentukan identitas
Perubahan mental pada remaja laki – laki akan memungkinkan remaja untuk mempertimbangkan siapa diri mereka dan
mereka akan menjadi sosok yang seperti apa. Proses ini disebut pembentukan identitas dan merupakan aktivitas besar pada
masa remaja menjelang kedewasaan. Kebanyakan remaja akan mengeksplorasi rentang identitas yang memungkinkan
dalam peranan remaja dalam meningkatkan jati diri. Mereka akan melewati fase yang bagi orang tua merupakan masa tidak
akan berakhir, namun bagi remaja yang tidak melewatinya, kemungkinan mengalami masalah psikologis khususnya depresi
akan meningkat ketika dewasa.
11. Menyadari peranan dirinya
Seperti orang dewasa yang memiliki lebih banyak pengalaman dan kematangan kognitif namun tetap bisa mengalami
pergulatan pada peranan yang berbeda, remaja akan bergulat dengan pengembangan mengenai siapa diri mereka. Remaja
akan mulai menyadari bahwa mereka memegang peranan berbeda dengan orang – orang yang berbeda, sebagai anak, teman,
teman sekelas, murid, pekerja dan lain sebagainya.

12. Pikiran yang menyamai orang dewasa


Remaja muda mungkin sudah bisa berpikir seperti orang dewasa, akan tetapi masih belum memiliki pemahaman dan
pengalaman mengenai apa yang dibutuhkan untuk bertindak seperti orang dewasa. Hasilnya perilaku mereka bisa saja tidak
sejalan dengan ide – ide mereka. Untuk itu, orang tua perlu banyak – banyak memberi contoh mengenai bagaimana
berperilaku dewasa yang konsisten antara pikiran dan perbuatan, juga menangani pengaruh perkembangan fisik remaja
dalam proses belajarnya.
13. Mudah emosi
Perubahan hormon yang berfluktuasi dan kebingungan remaja akan identitas dirinya bisa menyebabkan dirinya menjadi
mudah marah dan kurang sabaran. Apabila tahap ini ditangani dengan tepat melalui bantuan orang tua, maka anak akan
melaluinya dengan baik dan tidak membawa kemarahannya hingga dewasa. Sebaliknya apabila anak tidak mendapatkan
pengarahan yang baik untuk mengatasi faktor perilaku agresif pada remaja, perilaku semacam ini akan mengakar dan
terbawa hingga ia menjadi orang dewasa yang pemarah. Pengaruh lingkungan terhadap emosi remaja juga perlu
diperhatikan orang tua.
14. Membentuk kelompok teman baru
Sejalan dengan keyakinan baru dan perasaan baru yang dimiliki pada perubahan mental pada remaja laki – laki, biasanya
anak laki yang sedang tumbuh akan membentuk lingkaran pertemanan baru. Ini akan menjadi periode untuk eksperimen,
petualangan dan kesalahan. Disinilah peran orang tua dalam pembinaan anak remaja untuk menyediakan lingkungan rumah
yang stabil, memberikan bantuan dan dukungan ketika dibutuhkan, dan membimbing dengan pikiran yang masuk akal serta
memberikan pengharapan melalui perilaku.

Anda mungkin juga menyukai