Dunia remaja adalah dunia yang penuh warna dan unik. Dari sekian untaian
pertumbuhan dan perkembangan remaja, masa yang paling sering menjadi
per h a t i a n te nt u saj a ad al ah ke t i ka mas a pube r t as it u da t a ng. Je nj an g
pertumbuhan secara jasmani tersebut dapat dipakai sebagai ciri pertumbuhan
remaja di tingkat awal yang selanjutnya akan dilanjutkan dengan masa ketika
remaja mengalami fase penyesuaian diri antar-pribadi dan lingkungan sosial
yang lebih luas. Sejak itulah muncul berbagai kelompok remaja yang disebut
da l a m be r b a ga i is t i l ah . Di dal am ar t i k el in i , ter da pa t ur a i a n se pu t ar
perkembangan psikologi remaja, mulai dari masa perkembangan sampai dengan
aspek-aspek perkembangan remaja yang memaparkan tentang perubahan fisik,
kognisi dan social serta harapan-harapan terhadap remaja. Kesimpulannya anak
dan remaja adalah generasi penerus, mereka menjadi bakal atau calon yang
penting. yang akan menggantikan tugas-tugas para seniornya, yakni meneruskan
membangun bangsa dan negara. Tanpa mereka maka negara bukan apa-apa, maka
seyogyanya kita bisa memahami pesikologi, sikap dan kemauan-kemauan mereka
sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis yang bisa menjadikan remaja
menjadi generasi yang aktif dan produktif.
Herawati Setiawan
X KJIJ 1 / 16
Salah satu perkembangan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan psikologi.
Memang benar, selain perkembangan fisik dan bahasa, perkembangan yang
mencakup emosi dan sosial termasuk salah satu kunci tumbuh kembang seorang
remaja. Lalu, bagaimana perkembangan psikologi atau emosi remaja dari tahun ke
tahun? Simak penjelasannya berikut ini.
Salah satunya adalah perkembangan remaja yang mencakup sisi psikologis dan dibagi
menjadi dua kategori.Kategori tersebut merupakan sisi emosional juga sosial yang
perlu diketahui orang tua sebagai cara mendidik anak remaja.
Hal ini berhubungan karena adanya perubahan hormon serta saraf sehingga remaja
tidak hanya berkembang secara kognitif. Akan tetapi, juga memikirkan identitas diri
serta hubungan sosial di sekitar.
Dilihat dari sisi psikologi, ada beberapa tahapan yang setidaknya perlu dicapai, di
antaranya adalah:
Perkembangan Emosional
Pada saat anak berusia 10 tahun, perkembangan psikologi atau emosi remaja masih
akan menunjukkan ketergantungannya pada orangtua. Namun, kedekatannya dengan
teman-teman sebaya akan semakin menguat.
Bahkan, tekanan dari lingkungan pertemanan yang dirasakannya akan semakin besar.
Begitu pula dengan identitas dirinya dalam sebuah pertemanan.
Meski begitu, pada usia ini anak masih akan menganggap orang dewasa memiliki
kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar.
Hal ini membuatnya masih akan mengikuti aturan dan prinsip yang ada di dalam
rumah.Namun, Anda mungkin perlu mempersiapkan diri jika anak mulai
mepertanyakan setiap aturan yang diberlakukan di rumah.
Di saat yang bersamaan, pada perkembangan psikologi atau emosi remaja usia 11
hingga 13 tahun, ia mulai peduli dengan penampilan serta tubuhnya. Hal ini biasanya
terjadi karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya. Namun apabila
permasalahan ini tidak ditangani dengan baik, ada kemungkinan ia mengalami
masalah tertentu.
Jika ia tidak suka dengan tubuhnya, misalnya ia merasa tubuhnya terlalu gemuk, ia
bisa saja melakukan diet sembarangan sehingga bisa berujung pada gangguan makan
serta minder.
Pada perkembangan emosi remaja di fase ini, anak juga semakin menekankan
identitas dirinya. Ini bisa dilihat melalui pakaian yang digunakan, musik yang
didengarkan, film yang ditonton, atau buku yang dibaca.
Apabila dilakukan tanpa pengawasan, anak mungkin mulai berani mencontoh apa
yang dilihatnya berdasarkan rasa penasaran.
Berada di usia 12 hingga 13 tahun, Anda juga bisa melihat perkembangan psikologi
atau emosi remaja yang cukup signifikan. Ini terlihat dari perubahan mood yang
semakin menjadi-jadi. Satu waktu merasa bisa menaklukkan segalanya, di waktu lain
anak merasa telah mengacaukan semuanya.
Perkembangan Sosial
Pertemanan yang menguat dibuktikan dengan kesetiaan terhadap teman satu grup atau
geng, sehingga menjadi lebih solid.
Pada anak usia 10 tahun, perkembangan psikologi juga ditandai dengan sisi
kompetitif yang dimilikinya terhadap teman yang bukan termasuk di dalam
perkumpulannya.
Di usia ini, anak perempuan akan lebih suka bermain dengan anak perempuan, begitu
pula dengan anak laki-laki yang lebih nyaman bermain dengan anak laki-laki.
Akan tetapi, anak akan mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis, meski
belum terlalu kentara.
Rasa ketertarikan itu bisa jadi pertanda dari masa puber. Dengan begitu, anak juga
berpotensi mengalami perubahan suasana hati yang tak menentu. Hal ini juga
didampingi dengan kepekaan terhadap bentuk tubuh dan penampilannya.
Semakin bertambah usia, anak Anda akan lebih suka menghabiskan waktu bersama
dengan teman dibanding dengan keluarga. Hal ini juga termasuk ke dalam
perkembangan psikologi anak usia 11 tahun.
Berada di usia 12 hingga 13 tahun, perkembangan sosialnya pun juga bisa semakin
terlihat ketika jiwa kepemimpinan anak mulai terbentuk.
Sebagai orangtua, cobalah untuk mendorong anak untuk lebih fokus dengan cara
membantunya membuat suatu keputusan dan mendukungnya untuk berpartisipasi di
komunitas atau kegiatan di sekolah.
Secara umum, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi remaja terlihat karena
mereka mulai membangun identitas diri.
Tidak hanya itu saja, di rentang usia ini remaja juga mulai memperlihatkan
kemandirian agar tidak terus bergantung pada orangtua.
Berikut beberapa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 14 hingga 17
tahun.
Perkembangan Emosional
Pada perkembangan anak usia 14 tahun, emosi remaja pun masih tergolong naik turun.
Ia masih mempunyai suasana hati yang mudah berubah sehingga ada kalanya
orangtua kewalahan dengan hal ini.
Di usia ini Anda juga perlu mulai memberikan edukasi seks karena anak mulai
memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya.
Selain itu, di usia ini pula anak akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko, sehingga
Anda wajib mengajaknya berdiskusi mengenai hal-hal baru yang diketahuinya.
Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau hendak dilakukannya.
Seiring bertambahnya usia, perkembangan psikologi atau emosi remaja juga mulai
memperlihatkan kepedulian. Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia
mempunyai sudut pandang berbeda.
Bukan tidak mungkin apabila dalam perkembangan psikologi atau emosi remaja ia
mengalami beberapa gangguan.
Beberapa masalah ini misalnya gangguan tidur, gangguan citra tubuh, krisis
kepercayaan diri, sehingga berujung terjadinya depresi pada remaja.
Walaupun waktu Anda dengan anak menjadi lebih sedikit, tetap bangun komunikasi
sehingga ia tidak merasa kehilangan arah.
Perkembangan Sosial
Sudah disinggung sedikit di atas kalau pada fase ini anak mempunyai ikatan tersendiri
dengan teman sebaya atau bahkan teman terdekatnya.
Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan terutama ketika ia mempunyai kesukaan
yang sama.
Tidak hanya itu saja, bukan hal aneh apabila remaja lebih nyaman membicarakan
masalah pada teman terdekatnya terlebih dahulu.
Hal ini pun berlanjut sampai di perkembangan anak usia 17 tahun karena ia tetap
menjaga hubungan baik dengan sahabat.
Namun, ada baiknya Anda tetap menjaga komunikasi agar hubungan tetap terjaga
sehingga anak akan tetap mencari orangtua ketika sangat dibutuhkan.
Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi atau emosi remaja di
usia ini sudah lebih memikirkan risiko yang akan terjadi nantinya.
Sebagai orangtua, Anda perlu memahami apabila setiap anak mempunyai tahapan
perkembangannya masing-masing. Begitu juga dengan perkembangan psikologi atau
emosi remaja di usia 18 tahun ini.
Ada kemungkinan ia mulai sadar dan mengerti apa yang diinginkan. Apalagi,
emosinya sudah berangsur-angsur menjadi lebih stabil. Maka dari itu ia semakin
yakin untuk mempertahankan kemandirian sekaligus mencoba dunia baru yang sudah
lama diinginkan.
Perkembangan Sosial
Kalau di tahapan usia sebelumnya para remaja lebih suka menghabiskan waktu
bersama teman terdekat juga pacar, kini secara tidak sadar sudah mulai nyaman
dengan orangtua.
Hal ini karena keterbukaan untuk menerima pendapat serta berkompromi dengan
orang disekitar.
Tidak hanya itu saja, Anda juga sudah seharusnya mempersiapkan diri karena ada
kemungkinan remaja mempunyai hubungan yang lebih serius dengan pacar.
Maka dari itu, penting untuk membangun komunikasi serta memberikan pendidikan
seksual sejak dini.
Peranan Orang Tua Terhadap Remaja
Orang tua adalah orang yang paling dekat hubungan kekerabatan dengan remaja.
Tetapi banyak ditemukan fakta dilapangan bahwa antara orang tua dan remaja sering
kali berbeda pandanagan, seringkali mereka lebih memenitingkan teman bermain
daripada kepentingan orang tua atau keluarganya. Hal ini dikarenakan kurangnya
komunikasi dari hati ke hatiantara remaja dengan orang tuanya.
Abu ahmadi dan Munawar Sholeh (1991:98-990) mengatakan bahwa, sebagai orang
tua hendaknya kita berusaha, agar apa yang merupakan kewajiban anak-anak dan
tuntutan kita sebagai orang tua mereka kenal dan laksanakan, sesuai dengan
kemampuan mereka dan kemampuan kita sebagai orang tua. Jika hal ini dapat kita
kerjakan, maka konflik dan frustasi pada kedua belah pihak dapat dihindarkan atau
paling sedikit diselesaikan.
b. Prestasi belajar
Kita menghendaki dan menuntut bahwa anak-anak kita belajar denan tekun, serta
berprestasi sebaik mungkin. Kebiasaan belajar yang baik, disiplin diri harus sedini
mungkin kita tanamkan karena kedua hal ini secara mutlak harus dimiliki anak-anak
kita kebutuahan untuk berprestasi tinggi (‘n-achievement) harus selekas mungkin kita
tanamkan pada diri anak dengan jalan meng-expose mereka pada “standar of
excellen” karena hanya dengan n-achievement yang tinggi kita kembangkan jiwa dan
sikap “entrepreneur”, kepribadian yang mau bekerja keras serta berani menghadapi
kesulitan dan jika perlu kesalahan, demi keberhasilan proyek-proyek yang besar.
Yang dibutuhkan anak, dalam keadaan ini adalah pengertian dan waktu dari pihak kita
serta pujian, bila anak menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh ia tetap tidak
berhasil. Pujian dalam keadaan anak seperti ini merupakan vitamin yang harus kita
berikan tanpa takut “over dose”. Janganlah kita menambah frustasi anak, ini hanya
akan dan memberatkan persoalnnya.
c. Kegemaran membaca
Untuk membina kegemaran membaca, hendaknya kita sendiri menunjukkan
kegemaran itu, misalnya: dengan membaca surat kabar setiap pagi, buku majalah
yang bermutu kemudian mendiskusikannya.
d. Makan bersama
Makan bersam hendaknya dijadikan suatu peristiwa atau kebiasaan yang
menyenangkan, yang ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga. Makan bersama ini
hendaknya merupakan satu-satunya keesempatan yang dapat digunakan anak untuk
dengan bebas dan secara spontan menceritakan pangalaman pangalamannya di
sekolah, di jalanan dan dengan teman-temannya, orang tua hendaknya mau belajar
mendengar segala curahan hati anaknya.
e. Hoby
Jika kita menghendaki bahwa anak-anak kita mempunyai hobi, hendaknya kita
membantu meraka dalam melaksanakan hobi tersebut, sehingga hobi itu benar-benar
berkembang. Hendaknya orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk berada
bersama-sama dengan teman-teman. Jika hubungan orang tua dan anak bersifat
terbuka, dan banyak pengertian dan inteese pada pihak orang tua, tidak perlu para
orang tua merasa terlalu khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
g. Pendidikan seks
Dalam periode ini anak-anak dan remaja kita sudah memerlukan pendidikan seks,
pendidikan tersebut adalah pendidikan yang berhubungan dengan perubahan fisik dan
biologis yang dialami dalam periode ini. Kita memberikan pengertian kepada mereka,
bahwa mereka harus dapat menerima, memelihara dan menghormati keadaan tubuh
mereka dan bahwa perubahan-perubahan ini akan menyebabkan adanaya “sex
impulse”, suatu “dorongan dari dalam” yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
h. Pendidikan agama
Dalam pendidikan agama hendaknya diusahakan agar ajaran ajaran agama tidak
hanya diketahui tetapi juga agar benar-benar difahami dan dihayati sehingga dapat
menimbulkan keinginan besar unruk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan Yang
Maha Esa.
Ini juga hal yang bisa terjadi pada perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia
18 tahun atau bahkan lebih muda. Ada kalanya ia percaya sudah tak ada lagi
pemecahan masalah yang bisa dicapai selain memberontak atau melakukan kenakalan
remaja.
Hal ini bisa terjadi jika ia menjadi korban kekerasan anak, baik itu kekerasan verbal,
fisik, psikologis, atau seksual.
Dengan begitu, anak bisa membolos tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh orangtua.
Hal lain yang mengakibatkan psikologis remaja terganggu adalah ketika terlibat
masalah tertentu tapi ia tidak berani menganggung akibat atau hukumannya. Maka, ia
pun memilih untuk memberontak seperti lari dari rumah daripada harus menerima
konsekuensi.
Ia merasa kurang dihargai dan berpikiran bahwa orangtua lebih menyayangi kakak
atau adiknya. Selain itu, anak bisa merasa tidak dihargai karena orangtua memberikan
hukuman yang sangat berat atas kesalahannya.
Dalam kasus lainnya, anak yang merasa tidak mendapat cukup perhatian dari orangtua
juga mungkin “menguji” kasih sayang orangtua dengan cara memberontak.
Di antara semua jenis media sosial, instagram cukup mendapat banyak perhatian bagi
anak remaja. Melalui instagram, ia bisa mengunggah hasil jepretan foto terbaiknya
dan mendapat feedback, berupa like atau komentar.
Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk melakukan hal-hal di bawah ini untuk
membangun hubungan emosional orangtua dengan anak, seperti:
Namun, tetap jaga komunikasi dengan cara apapun. Misalnya, menanyakan apa saja
yang ia lakukan dan bagaimana perasaannya di hari itu. Lalu, Anda juga bisa
meluangkan waktu melakukan hal yang menyenangkan misal menonton film bersama.
Dengan begitu, lama-lama ia tahu dan berpikir bahwa secuek apa pun ia, orangtuanya
tetap peduli padanya.
Menjaga komunikasi dengan anak juga penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
depresi pada remaja. Anak jadi memiliki orang yang selalu bisa diajak berkeluh kesah
soal apa pun yang dialaminya.
Jangan langsung menarik urat, pasalnya semakin dewasa anak Anda, pemikirannya
pun akan semakin berkembang
Ketimbang berdebat kusir, coba diskusikan dan cari solusi yang menguntungkan di
kedua belah pihak. Coba dengarkan pandangan anak, begitu pun anak akan
mendengarkan apa yang Anda pikirkan.
Saling mendengarkan dan menghargai pendapat akan membuat ikatan anak dan
orangtua menjadi semakin erat.
Berikan anak pemahaman bahwa peraturan yang adil dibuat agar ia juga mempunyai
kendali pada diri sendiri sekaligus belajar bertanggung jawab.
Abu ahmadi dan Munawar Sholeh (1991:96-98) berpendapat bahwa, anak dan remaja
adalah generasi junior (penerus), yakni mereka menjadi bakal atau calon yang akan
menggantikan tugas-tugas para seniornya. Untuk itu harapan-harapan apa saja
terhadap mereka?:
a) Memiliki nilai-nilai keimanan yang kuat, yakni, mereka mempunyai pedoman atau
pegangan (prinsip hidup dan agama) sehingga mereka tidak terjerumus ke hal-hal
yang dapat merugikan mereka (seks bebas dan narkotika).
b) Bertata karma yang baik dan berbudi luhur terhadap sesama (saling menghormati,
suka menolong)
c) Belajar dengan giat dan tekun, agar segera dapat menyelesaikan studinya dan dapat
ikut serta dalam pembangunan bangsa
d) Berprestasi, dengan ini orang lain dapat mengakui dan mmenghargai bakat serta
kemampuan mereka.
e) Banyak membaca. Yakni, membaca literatur yang sehat dan bermutu, agar dapat
memperluas horison dan cakrawala mereka dan tidak gagap terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga mereka dapat bersaing di era globalisasi seperti
ini
f) Mempunyai hoby dan kegiatan bermanfaat untuk mengisi waktu luang disamping
kegiatan belajar (menjahit, melukis) dan juga dapat menjadikan usaha untuk
meningkatkan ekonomi mereka.
g) Bertanggung jawab atas setiap seuatu yang mereka lakukan
h) Disiplin dalam setiap hal
i) Dapat membagi waktu dengan baik antara beribadah, belajar, bermain dan
berkumpul bersama keluarga.
j)Dapat melaksanakan hak dan kewajiban mereka dengan seimbang