Anda di halaman 1dari 12

Abstract:

Dunia remaja adalah dunia yang penuh warna dan unik. Dari sekian untaian
pertumbuhan dan perkembangan remaja, masa yang paling sering menjadi
per h a t i a n te nt u saj a ad al ah ke t i ka mas a pube r t as it u da t a ng. Je nj an g
pertumbuhan secara jasmani tersebut dapat dipakai sebagai ciri pertumbuhan
remaja di tingkat awal yang selanjutnya akan dilanjutkan dengan masa ketika
remaja mengalami fase penyesuaian diri antar-pribadi dan lingkungan sosial
yang lebih luas. Sejak itulah muncul berbagai kelompok remaja yang disebut
da l a m be r b a ga i is t i l ah . Di dal am ar t i k el in i , ter da pa t ur a i a n se pu t ar
perkembangan psikologi remaja, mulai dari masa perkembangan sampai dengan
aspek-aspek perkembangan remaja yang memaparkan tentang perubahan fisik,
kognisi dan social serta harapan-harapan terhadap remaja. Kesimpulannya anak
dan remaja adalah generasi penerus, mereka menjadi bakal atau calon yang
penting. yang akan menggantikan tugas-tugas para seniornya, yakni meneruskan
membangun bangsa dan negara. Tanpa mereka maka negara bukan apa-apa, maka
seyogyanya kita bisa memahami pesikologi, sikap dan kemauan-kemauan mereka
sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis yang bisa menjadikan remaja
menjadi generasi yang aktif dan produktif.
Herawati Setiawan
X KJIJ 1 / 16

Memahami Psikologi Remaja

Salah satu perkembangan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan psikologi.
Memang benar, selain perkembangan fisik dan bahasa, perkembangan yang
mencakup emosi dan sosial termasuk salah satu kunci tumbuh kembang seorang
remaja. Lalu, bagaimana perkembangan psikologi atau emosi remaja dari tahun ke
tahun? Simak penjelasannya berikut ini.

Perkembangan Psikologi Remaja


Dikutip dari Healthy Children, masa remaja dikategorikan sebagai masa transisi yang
dialami anak-anak untuk mencapai usia dewasa. Pada fase ini, akan terjadi beberapa
perubahan besar selain perkembangan pada fisik.

Salah satunya adalah perkembangan remaja yang mencakup sisi psikologis dan dibagi
menjadi dua kategori.Kategori tersebut merupakan sisi emosional juga sosial yang
perlu diketahui orang tua sebagai cara mendidik anak remaja.

Hal ini berhubungan karena adanya perubahan hormon serta saraf sehingga remaja
tidak hanya berkembang secara kognitif. Akan tetapi, juga memikirkan identitas diri
serta hubungan sosial di sekitar.

Dilihat dari sisi psikologi, ada beberapa tahapan yang setidaknya perlu dicapai, di
antaranya adalah:

 Terlihat menonjol serta mengembangkan identitas diri.


 Bisa beradaptasi agar diterima di lingkungannya.
 Mengembangkan kompetensi sekaligus mencari jalan untuk mendapatkannya.
 Berkomitmen pada tujuan yang sudah dibuat
.
Berikut adalah perkembangan psikologi yang dialami remaja seiring dengan
pertambahan usia.

Perkembangan Psikologi Remaja 10 – 13 tahun


Apabila dilihat dari fase perkembangan remaja, usia 10 hingga 13 tahun merupakan
fase early karena ia baru memasuki tahapan masa puber. Maka dari itu, orangtua juga
perlu mempersiapkan diri karena ia akan mengalami perubahan suasana hati serta
perilaku yang berbeda dari biasanya.

Beberapa perkembangan psikologi pada remaja di usia 10 hingga 13 tahun di


antaranya adalah:

 Masih memperlihatkan kedekatan serta ketergantungan dengan orangtua.


 Membuat kelompok bersama teman-teman terdekat.
 Mulai mencari identitas diri dan memperlihatkan kemandirian.

Perkembangan Emosional

Pada saat anak berusia 10 tahun, perkembangan psikologi atau emosi remaja masih
akan menunjukkan ketergantungannya pada orangtua. Namun, kedekatannya dengan
teman-teman sebaya akan semakin menguat.

Bahkan, tekanan dari lingkungan pertemanan yang dirasakannya akan semakin besar.
Begitu pula dengan identitas dirinya dalam sebuah pertemanan.

Meski begitu, pada usia ini anak masih akan menganggap orang dewasa memiliki
kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar.

Hal ini membuatnya masih akan mengikuti aturan dan prinsip yang ada di dalam
rumah.Namun, Anda mungkin perlu mempersiapkan diri jika anak mulai
mepertanyakan setiap aturan yang diberlakukan di rumah.

Di saat yang bersamaan, pada perkembangan psikologi atau emosi remaja usia 11
hingga 13 tahun, ia mulai peduli dengan penampilan serta tubuhnya. Hal ini biasanya
terjadi karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya. Namun apabila
permasalahan ini tidak ditangani dengan baik, ada kemungkinan ia mengalami
masalah tertentu.

Jika ia tidak suka dengan tubuhnya, misalnya ia merasa tubuhnya terlalu gemuk, ia
bisa saja melakukan diet sembarangan sehingga bisa berujung pada gangguan makan
serta minder.

Pada perkembangan emosi remaja di fase ini, anak juga semakin menekankan
identitas dirinya. Ini bisa dilihat melalui pakaian yang digunakan, musik yang
didengarkan, film yang ditonton, atau buku yang dibaca.
Apabila dilakukan tanpa pengawasan, anak mungkin mulai berani mencontoh apa
yang dilihatnya berdasarkan rasa penasaran.

Berada di usia 12 hingga 13 tahun, Anda juga bisa melihat perkembangan psikologi
atau emosi remaja yang cukup signifikan. Ini terlihat dari perubahan mood yang
semakin menjadi-jadi. Satu waktu merasa bisa menaklukkan segalanya, di waktu lain
anak merasa telah mengacaukan semuanya.

Perkembangan Sosial

Pertemanan yang menguat dibuktikan dengan kesetiaan terhadap teman satu grup atau
geng, sehingga menjadi lebih solid.

Pada anak usia 10 tahun, perkembangan psikologi juga ditandai dengan sisi
kompetitif yang dimilikinya terhadap teman yang bukan termasuk di dalam
perkumpulannya.

Di usia ini, anak perempuan akan lebih suka bermain dengan anak perempuan, begitu
pula dengan anak laki-laki yang lebih nyaman bermain dengan anak laki-laki.

Akan tetapi, anak akan mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis, meski
belum terlalu kentara.

Rasa ketertarikan itu bisa jadi pertanda dari masa puber. Dengan begitu, anak juga
berpotensi mengalami perubahan suasana hati yang tak menentu. Hal ini juga
didampingi dengan kepekaan terhadap bentuk tubuh dan penampilannya.

Semakin bertambah usia, anak Anda akan lebih suka menghabiskan waktu bersama
dengan teman dibanding dengan keluarga. Hal ini juga termasuk ke dalam
perkembangan psikologi anak usia 11 tahun.

Berada di usia 12 hingga 13 tahun, perkembangan sosialnya pun juga bisa semakin
terlihat ketika jiwa kepemimpinan anak mulai terbentuk.

Sebagai orangtua, cobalah untuk mendorong anak untuk lebih fokus dengan cara
membantunya membuat suatu keputusan dan mendukungnya untuk berpartisipasi di
komunitas atau kegiatan di sekolah.

Perkembangan Psikologi Remaja 14 – 17 tahun


Apabila dibandingkan dengan perkembangan anak usia 10 tahun, Anda bisa melihat
ada perbedaan di perkembangan remaja fase middle ini.

Secara umum, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi remaja terlihat karena
mereka mulai membangun identitas diri.

Tidak hanya itu saja, di rentang usia ini remaja juga mulai memperlihatkan
kemandirian agar tidak terus bergantung pada orangtua.
Berikut beberapa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 14 hingga 17
tahun.

 Memperlihatkan kemandirian pada orangtua.


 Menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan orangtua.
 Mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis.
 Mempunyai kepedulian serta perhatian pada keluarga, teman, dan lawan jenis.
 Perubahan susasana hati yang tidak menentu.

Perkembangan Emosional

Pada perkembangan anak usia 14 tahun, emosi remaja pun masih tergolong naik turun.
Ia masih mempunyai suasana hati yang mudah berubah sehingga ada kalanya
orangtua kewalahan dengan hal ini.

Di usia ini Anda juga perlu mulai memberikan edukasi seks karena anak mulai
memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya.

Selain itu, di usia ini pula anak akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko, sehingga
Anda wajib mengajaknya berdiskusi mengenai hal-hal baru yang diketahuinya.
Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau hendak dilakukannya.

Seiring bertambahnya usia, perkembangan psikologi atau emosi remaja juga mulai
memperlihatkan kepedulian. Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia
mempunyai sudut pandang berbeda.

Perhatikan apabila ia memperlihatkan perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan


kebiasaan sehari-hari.

Bukan tidak mungkin apabila dalam perkembangan psikologi atau emosi remaja ia
mengalami beberapa gangguan.

Beberapa masalah ini misalnya gangguan tidur, gangguan citra tubuh, krisis
kepercayaan diri, sehingga berujung terjadinya depresi pada remaja.

Walaupun waktu Anda dengan anak menjadi lebih sedikit, tetap bangun komunikasi
sehingga ia tidak merasa kehilangan arah.

Perkembangan Sosial

Sudah disinggung sedikit di atas kalau pada fase ini anak mempunyai ikatan tersendiri
dengan teman sebaya atau bahkan teman terdekatnya.

Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan terutama ketika ia mempunyai kesukaan
yang sama.

Tidak hanya itu saja, bukan hal aneh apabila remaja lebih nyaman membicarakan
masalah pada teman terdekatnya terlebih dahulu.
Hal ini pun berlanjut sampai di perkembangan anak usia 17 tahun karena ia tetap
menjaga hubungan baik dengan sahabat.

Mungkin, hubungan orangtua dengan anak akan bergeser karena ini.

Namun, ada baiknya Anda tetap menjaga komunikasi agar hubungan tetap terjaga
sehingga anak akan tetap mencari orangtua ketika sangat dibutuhkan.

Perkembangan Psikologi Remaja usia 18 tahun


Pada usia ini, perkembangan remaja sudah mencapai fase terakhir, yaitu late.
Biasanya, sifat impulsif yang mereka punya menjadi lebih terkendali dibandingkan
dengan usia sebelumnya.

Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi atau emosi remaja di
usia ini sudah lebih memikirkan risiko yang akan terjadi nantinya.

Berikut beberapa perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun, di antaranya:

 Semakin membuka diri untuk memperluas pertemanan.


 Sudah memikirkan masa depan dan tujuan hidup.
 Mandiri dan membuat keputusan untuk diri sendiri.
 Mulai tertarik dan serius dalam hubungan lawan jenis.

Perkembangan Emosional

Sebagai orangtua, Anda perlu memahami apabila setiap anak mempunyai tahapan
perkembangannya masing-masing. Begitu juga dengan perkembangan psikologi atau
emosi remaja di usia 18 tahun ini.

Ada kemungkinan ia mulai sadar dan mengerti apa yang diinginkan. Apalagi,
emosinya sudah berangsur-angsur menjadi lebih stabil. Maka dari itu ia semakin
yakin untuk mempertahankan kemandirian sekaligus mencoba dunia baru yang sudah
lama diinginkan.

Perkembangan Sosial

Kalau di tahapan usia sebelumnya para remaja lebih suka menghabiskan waktu
bersama teman terdekat juga pacar, kini secara tidak sadar sudah mulai nyaman
dengan orangtua.

Hal ini karena keterbukaan untuk menerima pendapat serta berkompromi dengan
orang disekitar.

Tidak hanya itu saja, Anda juga sudah seharusnya mempersiapkan diri karena ada
kemungkinan remaja mempunyai hubungan yang lebih serius dengan pacar.

Maka dari itu, penting untuk membangun komunikasi serta memberikan pendidikan
seksual sejak dini.
Peranan Orang Tua Terhadap Remaja
Orang tua adalah orang yang paling dekat hubungan kekerabatan dengan remaja.
Tetapi banyak ditemukan fakta dilapangan bahwa antara orang tua dan remaja sering
kali berbeda pandanagan, seringkali mereka lebih memenitingkan teman bermain
daripada kepentingan orang tua atau keluarganya. Hal ini dikarenakan kurangnya
komunikasi dari hati ke hatiantara remaja dengan orang tuanya.

Abu ahmadi dan Munawar Sholeh (1991:98-990) mengatakan bahwa, sebagai orang
tua hendaknya kita berusaha, agar apa yang merupakan kewajiban anak-anak dan
tuntutan kita sebagai orang tua mereka kenal dan laksanakan, sesuai dengan
kemampuan mereka dan kemampuan kita sebagai orang tua. Jika hal ini dapat kita
kerjakan, maka konflik dan frustasi pada kedua belah pihak dapat dihindarkan atau
paling sedikit diselesaikan.

Peranan orang tua dapat diterapkan pada hal-hal berikut ini:

a. Children learn what they live


Hendaknya orang tua berusaha menjadi contoh kepribadian yang hidup atas nilai-nilai
yang tinggi, dan hendaknya kehidupan keluarga “condusive” yang membantu
pembentukan kepribadiankepribadian yang kita inginkan sebagai otang tua.

b. Prestasi belajar
Kita menghendaki dan menuntut bahwa anak-anak kita belajar denan tekun, serta
berprestasi sebaik mungkin. Kebiasaan belajar yang baik, disiplin diri harus sedini
mungkin kita tanamkan karena kedua hal ini secara mutlak harus dimiliki anak-anak
kita kebutuahan untuk berprestasi tinggi (‘n-achievement) harus selekas mungkin kita
tanamkan pada diri anak dengan jalan meng-expose mereka pada “standar of
excellen” karena hanya dengan n-achievement yang tinggi kita kembangkan jiwa dan
sikap “entrepreneur”, kepribadian yang mau bekerja keras serta berani menghadapi
kesulitan dan jika perlu kesalahan, demi keberhasilan proyek-proyek yang besar.

Yang dibutuhkan anak, dalam keadaan ini adalah pengertian dan waktu dari pihak kita
serta pujian, bila anak menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh ia tetap tidak
berhasil. Pujian dalam keadaan anak seperti ini merupakan vitamin yang harus kita
berikan tanpa takut “over dose”. Janganlah kita menambah frustasi anak, ini hanya
akan dan memberatkan persoalnnya.

c. Kegemaran membaca
Untuk membina kegemaran membaca, hendaknya kita sendiri menunjukkan
kegemaran itu, misalnya: dengan membaca surat kabar setiap pagi, buku majalah
yang bermutu kemudian mendiskusikannya.

d. Makan bersama
Makan bersam hendaknya dijadikan suatu peristiwa atau kebiasaan yang
menyenangkan, yang ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga. Makan bersama ini
hendaknya merupakan satu-satunya keesempatan yang dapat digunakan anak untuk
dengan bebas dan secara spontan menceritakan pangalaman pangalamannya di
sekolah, di jalanan dan dengan teman-temannya, orang tua hendaknya mau belajar
mendengar segala curahan hati anaknya.
e. Hoby
Jika kita menghendaki bahwa anak-anak kita mempunyai hobi, hendaknya kita
membantu meraka dalam melaksanakan hobi tersebut, sehingga hobi itu benar-benar
berkembang. Hendaknya orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk berada
bersama-sama dengan teman-teman. Jika hubungan orang tua dan anak bersifat
terbuka, dan banyak pengertian dan inteese pada pihak orang tua, tidak perlu para
orang tua merasa terlalu khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

f. Mereka bukan lagi anak-anak


Orang tua hendaknya mengakui hal ini. Kepada remaja hendaknya sudah dapat
diberikan kebebasan untuk, dalam hal-hal tertentu, mengambil keputusan atas
tanggung jawab sendiri.

g. Pendidikan seks
Dalam periode ini anak-anak dan remaja kita sudah memerlukan pendidikan seks,
pendidikan tersebut adalah pendidikan yang berhubungan dengan perubahan fisik dan
biologis yang dialami dalam periode ini. Kita memberikan pengertian kepada mereka,
bahwa mereka harus dapat menerima, memelihara dan menghormati keadaan tubuh
mereka dan bahwa perubahan-perubahan ini akan menyebabkan adanaya “sex
impulse”, suatu “dorongan dari dalam” yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

h. Pendidikan agama
Dalam pendidikan agama hendaknya diusahakan agar ajaran ajaran agama tidak
hanya diketahui tetapi juga agar benar-benar difahami dan dihayati sehingga dapat
menimbulkan keinginan besar unruk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan Yang
Maha Esa.

i. Sikap positif terhadap kerja


Orang atua hendaknya menanamkan sikap positif terhadap pekerjaan rumah tanpa
menggurui sehinnga anak dengan sendirinya melaksanakan pekerjaan rumah.
Akhirnya bila iklim dan suasan rumah kita hangat dan di dalamnya dapat dirasakan
adanya perhatian, pengakuan, pengertian, penghargaan, kasih sayang , saling percaya
dan waktu disediakan oleh orang tua bagi anak-anak. Maka mereka akan berusaha
untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang kita junjung tinggi.

Penyebab Rremaja Mulai Memberontak


Pertengkaran orangtua dengan anak bisa berujung pada keinginan kabur dari rumah
karena ia sedang berada dalam fase pemberontakan.

Ini juga hal yang bisa terjadi pada perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia
18 tahun atau bahkan lebih muda. Ada kalanya ia percaya sudah tak ada lagi
pemecahan masalah yang bisa dicapai selain memberontak atau melakukan kenakalan
remaja.

Beberapa penyebab yang membuat perkembangan emosi remaja jadi memberontak,


seperti:

1. Merasa tidak aman di rumah


Anak bisa saja merasa bahwa situasi di rumah benar-benar menakutkan sehingga
mengakibatkan perkembangan psikologisnya terganggu.

Hal ini bisa terjadi jika ia menjadi korban kekerasan anak, baik itu kekerasan verbal,
fisik, psikologis, atau seksual.

2. Masalah di sekolah atau lingkungan pergaulan


Bila terjadi bullying pada remaja di sekolah tapi tidak ada sosok yang bisa
membantunya, anak mungkin memilih untuk kabur.

Dengan begitu, anak bisa membolos tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh orangtua.

Hal lain yang mengakibatkan psikologis remaja terganggu adalah ketika terlibat
masalah tertentu tapi ia tidak berani menganggung akibat atau hukumannya. Maka, ia
pun memilih untuk memberontak seperti lari dari rumah daripada harus menerima
konsekuensi.

3. Merasa tidak dihargai


Salah satu kasus pemberontakan yang bisa mengganggu psikologi atau emosi remaja
adalah anak merasa cemburu dengan kakak atau adiknya.

Ia merasa kurang dihargai dan berpikiran bahwa orangtua lebih menyayangi kakak
atau adiknya. Selain itu, anak bisa merasa tidak dihargai karena orangtua memberikan
hukuman yang sangat berat atas kesalahannya.

Dalam kasus lainnya, anak yang merasa tidak mendapat cukup perhatian dari orangtua
juga mungkin “menguji” kasih sayang orangtua dengan cara memberontak.

4. Tidak bijak menggunakan media sosial


Media sosial adalah tempat bagi sebagian besar remaja untuk mengekspresikan diri
mereka, lewat kata-kata maupun foto.

Di antara semua jenis media sosial, instagram cukup mendapat banyak perhatian bagi
anak remaja. Melalui instagram, ia bisa mengunggah hasil jepretan foto terbaiknya
dan mendapat feedback, berupa like atau komentar.

Namun, tidak semua mendapatkan efek positif sehingga memengaruhi perkembangan


psikologi atau emosi remaja. Ada juga yang sampai terobsesi dengan hasil selfie
sehingga berdampak buruk bagi kesehatan mental remaja.

Tips Menghadapi Kondisi Emosi Remaja yang Tidak Menentu


Kesabaran setiap orang memang ada batasnya. Namun, sebagai orangtua Anda
merupakan peran penting dalam kehidupan anak termasuk pada perkembangan
psikologi atau emosi remaja.

Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk melakukan hal-hal di bawah ini untuk
membangun hubungan emosional orangtua dengan anak, seperti:

1. Menjaga komunikasi dengan anak


Walaupun tidak semua, tetapi ada sebagian remaja yang cenderung acuh tak acuh
terhadap orangtua. Kadang anak merasa sudah cukup besar sehingga memperlihatkan
sikap seperti tidak membutuhkan peran Anda.

Namun, tetap jaga komunikasi dengan cara apapun. Misalnya, menanyakan apa saja
yang ia lakukan dan bagaimana perasaannya di hari itu. Lalu, Anda juga bisa
meluangkan waktu melakukan hal yang menyenangkan misal menonton film bersama.

Dengan begitu, lama-lama ia tahu dan berpikir bahwa secuek apa pun ia, orangtuanya
tetap peduli padanya.

Menjaga komunikasi dengan anak juga penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
depresi pada remaja. Anak jadi memiliki orang yang selalu bisa diajak berkeluh kesah
soal apa pun yang dialaminya.

2. Saling menghargai pendapat


Di masa remaja, ada kalanya ia memiliki pandangan yang berbeda dengan Anda.

Jangan langsung menarik urat, pasalnya semakin dewasa anak Anda, pemikirannya
pun akan semakin berkembang

Ketimbang berdebat kusir, coba diskusikan dan cari solusi yang menguntungkan di
kedua belah pihak. Coba dengarkan pandangan anak, begitu pun anak akan
mendengarkan apa yang Anda pikirkan.

Saling mendengarkan dan menghargai pendapat akan membuat ikatan anak dan
orangtua menjadi semakin erat.

3. Melibatkan anak dalam membuat peraturan


Saat hendak membuat peraturan tertentu di rumah, libatkan anak dalam diskusi. Hal
ini dimaksudkan agar anak bisa bertanggung jawab dan menaati kesepakatan yang
telah dibuat.

Berikan anak pemahaman bahwa peraturan yang adil dibuat agar ia juga mempunyai
kendali pada diri sendiri sekaligus belajar bertanggung jawab.

Harapan Terhadap Remaja

Abu ahmadi dan Munawar Sholeh (1991:96-98) berpendapat bahwa, anak dan remaja
adalah generasi junior (penerus), yakni mereka menjadi bakal atau calon yang akan
menggantikan tugas-tugas para seniornya. Untuk itu harapan-harapan apa saja
terhadap mereka?:

a) Memiliki nilai-nilai keimanan yang kuat, yakni, mereka mempunyai pedoman atau
pegangan (prinsip hidup dan agama) sehingga mereka tidak terjerumus ke hal-hal
yang dapat merugikan mereka (seks bebas dan narkotika).
b) Bertata karma yang baik dan berbudi luhur terhadap sesama (saling menghormati,
suka menolong)
c) Belajar dengan giat dan tekun, agar segera dapat menyelesaikan studinya dan dapat
ikut serta dalam pembangunan bangsa
d) Berprestasi, dengan ini orang lain dapat mengakui dan mmenghargai bakat serta
kemampuan mereka.
e) Banyak membaca. Yakni, membaca literatur yang sehat dan bermutu, agar dapat
memperluas horison dan cakrawala mereka dan tidak gagap terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga mereka dapat bersaing di era globalisasi seperti
ini
f) Mempunyai hoby dan kegiatan bermanfaat untuk mengisi waktu luang disamping
kegiatan belajar (menjahit, melukis) dan juga dapat menjadikan usaha untuk
meningkatkan ekonomi mereka.
g) Bertanggung jawab atas setiap seuatu yang mereka lakukan
h) Disiplin dalam setiap hal
i) Dapat membagi waktu dengan baik antara beribadah, belajar, bermain dan
berkumpul bersama keluarga.
j)Dapat melaksanakan hak dan kewajiban mereka dengan seimbang

Anda mungkin juga menyukai