Anda di halaman 1dari 31

PSIKOLOGI REMAJA

Dunia psikologi sangatlah luas dan menarik untuk di kaji dan kembangkan, melihat dari sisi psikologi perkembangan remaja, terlintar pada pikiran kita tentang kenangan indah pada saat kita masih menjalaninya. Mulai dari kenakalan kita, cinta monyet waktu smu dll.dengan dasar itulah kali ini achmad moeklis sengaja membahas tentang psikologi perkembangan remaja. Semoga bermaanfaat. Psikologi perkembangan remaja dapat di pisahkan dengan pengkategorian melalui kesulitan kesulitan yang sering dialami oleh remaja,tuntutan psikologi untuk remaja serta periode pada saat kita remaja. Penjabarannya sebagai berikut : 1. sejumlah kesulitan yang dialami kaum remaja merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini. Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :

Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya periang dan berseriseri dan yakin. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Membolos Perilaku anti social, seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif Penyalahgunaan obat bius Psikosis

2. Tuntutan psikologis masa remaja


Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkanya secara efektif Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang lain Remaja mampu bergaul lebih matang dengann kedua jenis kelamin Mengetahu dan menerima kemampuan diri sendiri Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

3. Periodisasi perkembangan masa remaja Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam dua periode yaitu : 1. Periode masa puber usia 12-18 tahun a) Masa pra pubertas = peralihan dari masa kanak-kanak kemasa awal pubertas. Cirinya :

Anak mulai bersikap kritis Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi

2. Masa pubertas usia 14-16 tahun = masa remaja awal Cirinya :


Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya Memperhatikan penampilan Sikapnya tidak menentu/plin plan Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib Mulai adanya mimpi basah

3. Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun + peralihan dari masa pubertas kemasa adolesen. Cirinya :

Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria

4. Periode remaja adolesen usia 19-21 tahun (Merupakan masa akhir remaja) Beberapa sifat penting pada masa ini adalah :

Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis Mulai menyadari akan realita Sikapnya mulai jelas tentang hidup Mulai nampak bakat dan minatnya

Dengan kondisi tersebut, dapat disimpulakan bahwa masa remaja merupakan masa dimana seseorang atau manusia dalam proses menuju pencarian jati diri di masa awal kehidupan yang sebenarnya pada dirinya serta Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam pembentukan jati diri seseorang, oleh karenanya psikologi perkembangan remaja dapat dikatakan faktor yang sangat berperan di dalamnya.

Pertanyaan Terselesaikan
Lihat lainnya

JELASKAN TENTANG PERKEMBANGAN REMAJA TERUTAMA MASALAH JIWA DAN PIKIRANNYA?


KURASKAN HABIS2

3 tahun lalu Lapor Penyalahgunaan

Hasni

Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Penanya


Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Alasannya : 1. Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya. 2. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir. 3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi. 4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua. Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain : 1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya. 2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual. 3. Membolos 4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak-dan sering tidak ada sama sekali 5. Penyalahgunaan obat bius 6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.

Remaja adalah periode rawan gangguan kejiwaan


Banyak orang tua yang merasa kuatir tentang perkembangan anaknya, terutama anak usia remaja, pada usia ini, anak-anak mulai ingin diakui sebagai seseorang, mereka sedang mengalami transisi dari anak - anak menuju dewasa hal ini sering disebut dengan istilah Pencarian Jati Diri Remaja mulai Show Off, ingin menunjukan kepada Dunia kalau dirinya Ada. Hal ini bisa berakibat fatal, apabila para orang tua kurang mendekatkan diri dengan anaknya. Inilah yang sering kita sebut sebagai Anak Kurang Perhatian. Mereka biasanya akan mencari perhatian diluar rumah. Pada usia ini, mereka biasanya akan mencari perhatian, mereka akan mulai mencoba Dunia baru yang bisa mereka jajaki dan mereka anggap hebat contohnya, mereka akan mulai merokok, rokok akan menarik bagi mereka, karena menganggap bahwa rokok merupakan gerbang kedewasaan, karena biasanya orang tua yang merokok melarang anaknya merokok, dengan dalih, rokok hanya boleh untuk orang dewasa. Maka anak akan merasa sudah dianggap dewasa, jika mulai bisa merokok.! ini kesalahan orang tua perokok dalam memberi pandangan soal rokok pada anaknya. Mengendari mobil secara diam-diam, mencuri kesempatan untuk meyogok sopir yang mengantarnya, agar mau melepaskan mobil untuk dikendarainya. kenapa hal ini terjadi.? Bagi remaja pemula yang sering dihandrik sebagai belum dewasa jika belum berumur tujuh belas tahun, yaitu batas seorang anak untuk mempunyai KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan SIM (Surat Izin Mengemudi), maka dengan mahirnya dia mengendarai mobil dan berhasil mendapatkan SIM, hal ini sebagai pengukuhan dirinya sudah dewasa. Di Indonesia minuman beralkohol yang resmi (legal) dapat diperoleh setelah seseorang berusia 17 tahun, tetapi ada beberapa peraturan contohnya di beberapa negara bagian di Amerika Serikat, seseorang baru diperbolehkan mengkonsumsi minuman beralkohol bila telah berusia 21 tahun, karena dengan usia dewasa anda dianggap telah dapat mempertimbangkan dan bertanggung jawab atas diri pribadi dan apa yang dilakukan. Anak yang ingin segera dianggap dewasa, akan mengkonsumsi minuman beralkohol, hal ini lebih diperparah setelah anak menjadi ketagihan atas efek minuman beralkohol tersebut.! Disaat ini juga, bahaya narkotika mulai mengincar untuk masuk dalam kehidupan anak remaja yang sedang mencari jati diri tersebut. Setelah merasa mendapat pengukuhan sebagai orang dewasa karena sudah mempunyai KTP, SIM dan bisa merokok, juga mampu menegak minum beralkohol, satu hal lagi yang membuat dirinya merasa sudah benar-benar menjadi orang adalah bisa melakukan hubungan seks.!. Saat inilah orang tua harus benar-benar menjadi teman terpercaya untuk anaknya. Banyak orang tua di Indonesia sangat mentabukan untuk membicarakan masalah seks dengan anaknya, sampai-sampai seorang anak membicarakan alat kelamin saja, sudah dihardik sebagai perkataan kotor, tidak pantas.! sehingga anak semakin bingung dan mendapat kesan bahwa hubungan kelamin itu sesuatu misteri, sudah menjadi sifat manusia, apa yang ditabukan, apa yang dianggap misteri, malah menarik perhatian lebih untuk mencoba dan mencari tahu. Seorang teman yang tinggal di Jerman, ketika berkunjung kerumah saya, kebetulan meyaksikan

berita-berita pembunuhan mahasiswi yang dilatar belakangi perbuatan seks mereka, dia mengatakan : jika para orang tua gadis di Indonesia masih saja ketakutan dengan para play boy yang akan membuat hamil putri-putri mereka, maka orang tua model begini, belum siap menjadi orang tua, karena putri-putri mereka masih bodoh pengetahuan tentang seksnya, sebab orang tuanya tidak membekalinya ilmu bela diri, ilmu perlindungan diri untuk bahaya seks.! Seperti telah kita ketahui bahwa pada usia 12 tahun (wanita) dan usia 14 tahun (bagi pria), organ-organ reproduksi beserta hormon-hormonnya mulai berkembang. Hal ini memberikan sensasi baru bagi putra-putri anda yaitu keinginan seksual. Di Negara maju, pengetahuan soal seks sudah diajarkan dari sejak sekolah dasar, dan orang tua juga sangat terbuka untuk membicarakan seks dengan anak-anaknya. sehingga pengetahuan seks, anak mendapatkan secara benar dan dari sumber yang bisa dipercaya. Kelemahan budaya kita, sebagai orang timur masih banyak orangtua yang enggan memberikan informasi-informasi yang menyangkut masalah seksualitas. Hal ini yang mendorong anak remaja mencari akses informasi lain. Akses untuk mendapatkan informasi melalui situs-situs porno di internet, majalah-majalah dan video-video pornografi, bahkan sekarang telepon genggampun bisa menjadi sarana penyebaran. Sudah saatnya orang tua menjadi teman terpercaya anak-anaknya, termasuk urusan seks.! jaman sudah berkembang secara pesat, akses internet membuka pintu dunia pengetahuan secara mudah. Bukan hanya anak-anak yang mengambil manfaat untuk memperoleh pengetahuan kedewasaannya, tetapi orang tuapun diharapkan berlaku demikian.! cobalah ambil pengetahuan dari banyak web dan berita tentang kemajuan dunia, agar tidak tertinggal sehingga menyulitkan komunikasi dengan anak-anaknya. Sebagai orang tua, tentu saja kita menginginkan mempunyai anak-anak yang baik, dan menjadi kebanggaan orang tua. Kita tidak menginginkan kegagalan dalam perkembangan anak-anak, Maka suatu kewajiban bagi kita sebagai orang tua untuk memberikan bekal informasi yang benar, juga membekali mereka dengan pendidikan moral dan agama, agar terbentuk menjadi manusia yang berakhlak dan berbudi luhur selain berilmu tinggi, karena keduanya tidak dapat terlepaskan. Kita melihat, nasihat Albert Einstein (1879-1955) sebagai berikut: Religion without science, is lame, Science without religion is blind. (Agama tanpa ilmu pengetahuan akan lumpuh Ilmu pengetahuan tanpa agama, akan buta) maka penting bagi kita orang tua membekali puta-putri dengan akhlak yang baik, karena dengan pengetahuan dan ilmu yang tinggi, seseorang bisa menjadi manusia jenius.!

PROSES PENCARIAN JATI DIRI REMAJA


Kamis, 24 Mei 2012
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak. Masa ini merupakan masa yang labil. Perkembangan dari masa kanak-kakak menuju masa remaja melewati garis-garis yang berganda. Manusia adalah organisme yang pada waktu lahir adalah makhluk biologis, akan berubah atau berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang. Didalam perkembangan ini, peranan orang tua dan lingkungan tempat anak tumbuh akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian dimasa mendatang. Tingkah laku individu secara bertahap menjadi semakin kurang memadai sampai dengan berkembanganya kesadaran tentang diri.

Status masa remaja dalam kisaran umur 17-25 tahun merupakan status yang memerlukan pembinaan dan pemupukan jati diri, sebagai wahana untuk menumbuhkan nilai, persepsi, dan sikap yang positif serta produktif dalam menjalani lintasan kehidupan selanjutnya. Bagi sebagian besar remaja, selama mengalami status ini dinamika kehidupan modernitas telah mewarnai mereka dengan gaya hidup, atribut kelompok yang menjadi panutan, dan perilaku konsumsi produksi / jasa yang menjadi ikon ekspresi diri. Selama masa remaja ini berlangsung, di kalangan remaja akan muncul banyak masalah yang mengincar kehidupan para remaja. Permasalahan remaja itu tergolong permasalahan yang paling kompleks di dunia. Mulai dari masalah pacar, masalah sekolah, masalah pergaulan, masalah penampilan dan lain sebagainya. Namun, permasalahan tersebut sebenarnya adalah sebuah proses pencarian jati diri yang nantinya bakal menjadi sebuah sebab dari kedewasaan. Pada masa pencarian jati diri, setiap individu berusaha menemukan dan menanyakan identitas dirinya. Seorang remaja harus berkaca pada dirinya sendiri. Selain itu, remaja diusia ini harus belajar dan memilih ideologi yang benar dari berbagai ideologi yang telah disodorkan padanya. Selain untuk proses mengenal diri, masa remaja juga merupakan proses untuk mengenal Sang Pencipta. Di masa remaja, seseorang dapat mengarungi tangga kehidupan dengan mudah dan energik, maka perlu berpikir

sebelum bertindak dan bermusyawarah orang penyayang serta berpandangan luas hingga ia tidak tergelincir dalam pencarian jati dirinya. Karena remaja yang tidak berhasil menemukan jati dirinya dengan baik, maka pada masa dewasa kelak tidak semua orang dewasa mencapai kematangan penuh. Ada individu yang sudah dewasa, namun tingkah lakunya masih bersifat kekanak-kanakan. Tidak semua orang dewasa bertingkah laku mengikuti prinsip hidup yang jelas dan rasional. B. Identifikasi Masalah 1. Pengertian jati diri. 2. Cara mendapatkan jati diri yang baik. 3. Pengembangan jati diri remaja. 4. Psikologi perkembangan remaja. 5. Kritis jati diri remaja. 6. Peran orangtua. C. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan jati diri? 2. Bagaimana cara mendapatkan jati diri yang baik? 3. Bagaimana pengembangan jati diri remaja? 4. Apa penyebab kritis jati diri? 5. Apa peran orangtua dalam proses pencarian jati diri? D. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah memberi pengetahuan dan informasi kepada para pembaca, khususnya remaja mengenai proses pencarian jati diri, agar mereka menemukan jati diri yang baik. E. Manfaat Penulisan Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada remaja bahwa jati diri itu penting untuk dibangun karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya. Selain itu, karya ilmiah ini juga memberikan pengetahuan, peran orangtua sangat penting dalam proses pencarian jati diri remaja.

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Jati Diri Masa remaja adalah masa dimana mereka melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa

pencarian identitas adalah masalah yang sangat penting, dan dalam masa ini melibatkan peran dari banyak orang. Secara singkat, arti jati diri adalah kamu yang sebenarnya. Ada beberapa pengertian secara luas, yaitu sebagai berikut : 1. Jati diri adalah kepribadian yang muncul pada diri seseorang secara alami dengan kronologi tertentu. 2. Jati diri adalah suatu proses penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai luhur yang terpancar dari hati nurani melalui mata hati. 3. Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita sebenarnya. 4. Jati diri adalah ciri-ciri atau gambaran seseorang yang dilihat dari jiwa dan daya gerak dari dalam. Menurut psikologi anak dan remaja dari Empati Development Center, istilah konsep diri. Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, jati diri adalah ekspresi batin mengenai tempat dan peran kita di dunia ini, guna menemukan arti kehidupan yang hakiki, sebagai tuntunan hidup dalam menemukan kebahagiaan sejati di hidup kita. Dra. Roslina Verauli, MPsi, Identitas diri sebetulnya cara bagaimana seseorang melihat dirinya, identitas diri juga dikenal dengan

B. Cara Mendapatkan Jati Diri yang Baik Supaya remaja dapat memahami jati dirinya dengan benar dan menemukan hakikat yang didambakannya serta tercerahkan dalam sistem pendidikan yang tepat, maka hendaknya ia memperhatikan hal-hal berikut ini : 1. Belajar Menuntut ilmu merupakan kewajiban mutlak bagi setiap remaja. Ilmu yang luas merupakan mutiara yang paling berharga bagi pemuda yang dapat membantunya dalam mengarungi kehidupan yang benar. Pengetahuan adalah instrumen penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, membaca kitabkitab agama adalah jalan untuk menambah dan memantapkan akidah. Manusia yang kurang pengetahuan tidak akan mampu mengetahui tugas dan kewajiban yang Tuhan bebankan padanya dan pada akhirnya ia tidak dapat memahami makna kehidupan yang hakiki. 2. Berfikir Ilmu adalah alat untuk memahami banyak hal, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kemampuan memahami dan menjawab problematika kehidupan sangat tergantung kepada kadar pemikiran seseorang. Dengan kata lain, kekuatan dan keluasan berpikir seseorang akan

menempatkannya pada posisi yang mulia. Jadi, berpikir secara sehat adalah pembimbing ideal dalam mengatasi setiap kejadian dan problematika kehidupan. 3. Iman Yang dimaksud dengan iman adalah keyakinan hati terhadap keberadaan pencipta alam semesta dan menerima serta mentaati segala perintah dan firman-Nya. Semakin kuat keimanan seseorang, maka manifestasinya semakin jelas dalam berbagai dimensi wujud manusia. Oleh karena itu, barangsiapa yang dalam kehidupannya menempatkan Tuhan sebagai pengawasnya maka ia semakin percaya diri, termotivasi dan memiliki pelindung. 4. Berbuat baik Berbuat baik menjadikan manusia mudah dalam meraih tujuan dan cita-citanya sebagaimana disinggung dalam Al Quran bahwa perbuatan baik menyebabkan perkembangan dan penyempurnaan berbagai potensi orang mukmin yang terpendam. Kita mengetahui dengan baik bahwa pendidikan agama memiliki pengaruh kuat terhadap perbuatan baik dan juga terhadap ilmu serta iman. Karena untuk itu, perbuatan yang terbaik adalah mengamalkan kewajiban agama kita, dan hendaknya kita memotivasi orang lain untuk berbuat baik dan mencegah dari perbuatan amoral. Dengan meningkatkan dasar iman, kiranya dapat menjadi modal penting bagi seseorang untuk mendapatkan jalan yang benar dalam menghadapi berbagai perubahan penting kehidupan dengan tawakal kepada Allah sehingga ia berhasil meraih tujuannya.

C. Pengembangan Jati Diri Remaja Ada beberapa pokok pemikiran yang melandasi perlunya pembinaan dan pengembangan jati diri remaja, antara lain : 1. Jati diri remaja selaku generasi muda penerus bangsa, jati diri ini penting untuk dibangun karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai insan bangsa. Rasa memiliki kebangsaan yang terpatri dikalangan remaja akan menumbuhkan persepsi dan sikap berbangsa yang tangguh atas pentingya menjunjung martabat keberadaan bangsanya sendiri dihadapkan pada atmosfir globalisasi yang diwarnai dengan persaingan antar bangsa di dunia, yang merambah tanpa sekat. Kepekaan dan kewaspadaan atas potensi infiltrasi budaya dan perilaku yang dapat merusak jati diri bangsa, melemahkan daya saing bangsa, dan bahkan cenderung mengeksploitasi sumber daya bangsa, harus dapat dipahami oleh remaja. 2. Jati diri remaja selaku insan muda yang sepatutnya memiliki percaya diri untuk membangun masa depan yang gemilang. Kegamangan dan kegelisahan remaja yang muncul sebagai akibat mengikuti arus gaya

hidup, kelompok panutan, dan konsumerisme harus dapat digantikan dengan kesadaran mempersiapkan dan menumbuhkan kompetensi diri sehingga timbul keyakinan diri mampu dan membentuk kehidupan masa depan bangsa yang lebih baik. 3. Jati diri remaja selaku insan muda yang sepatutnya memiliki kepekaan sosial dan gagasan untuk melakukan rekayasa sosial masyarakat di lingkungannya. Kepekaan sosial merupakan elemen jati diri yang penting untuk dibina dan dikembangkan bagi remaja, bahkan sepatutnya kepekaan sosial ini harus diasah dan ditumbuhkan sejak dini, dalam membentuk tatanan hidup bermasyarakat dan berbangsa yang bermartabat. D. Psikologi Perkembangan Remaja Dunia psikologi sangatlah luas dan menarik dikaji dan dikembangkan, melihat dari sisi psikologi perkembangan remaja. Psikologi perkembangan remaja dapat dipisahkan dengan pengkategorian melalui kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh remaja, tuntutan psikologi untuk remaja serta periode pada saat kita remaja. Penjabarannya sebagai berikut : 1. Sejumlah kesulitan yang dialami kaum remaja merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini. Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain : a. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia akan terlihat perdiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, yaitu periang dan berseri-seri. b. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. c. Membolos. d. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam, dan agresif. e. Penyalahgunaan obat bius. f. Psikosis. 2. Tuntutan psikologis masa remaja a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkan secara efektif. b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang lain. c. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin. d. Mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri. e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma. 3. Periodisasi perkembangan masa remaja Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam dua periode yaitu : a. Periode masa puber usia 12-18 tahun 1) Masa pra pubertas = peralihan dari masa kanak-kanak ke masa awal pubertas Cirinya :

- Anak mulai bersikap kritis. - Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi. 2) Masa pubertas usia 14-16 tahun = masa remaja awal Cirinya : - Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya - Memperhatikan penampilan. - Sikapnya tidak menentu / plin plan. - Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib. - Mulai adanya mimpi basah. 3) Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun + peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen Cirinya : - Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya. - Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal daripada remaja pria. 4) Periode masa remaja adolesen usia 19-20 tahun (merupakan masa akhir remaja) Cirinya : - Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis. - Mulai menyadari akan realita. - Sikapnya mulai jelas tentang hidup. - Mulai nampak bakat dan minatnya. Dengan kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa masa remaja, merupakan masa dimana seseorang atau manusia dalam proses menuju pencarian jati diri di masa awal kehidupan yang sebenarnya pada akhirnya serta masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam pembentukan jati diri seseorang, oleh karenanya psikologi perkembangan remaja dapat dikatakan faktor yang sangat berperan di dalamnya.

E. Krisis Jati Diri Saat ini, banyak sekali para remaja yang mengalami krisis jati diri. Mereka tidak tahu harus bersikap, berprinsip, berharap dan berbuat apa di tengah arus kehidupan yang mewarnai mereka dengan keragaman pola pikir yang menawarkan sebuah kebenaran mereka masing-masing. Banyak sekali para remaja hanyut dalam apa yang mereka sebut pencarian jati diri, tanpa memahami benuk jati

diri itu sendiri dalam kehidupan. Hasilnya, beberapa dari mereka malah kehilangan jati diri mereka dan terus tersesat didalamnya. Krisis jati diri seringkali disebabkan oleh : 1. Merasa hidupnya selalu diatur Seringkali kita merasa hidup kita selalu dijalani dengan aturan yang dibuat oleh orang lain, entah itu orang tua kita, guru kita, norma masyarakat dan agama. Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan tersebut, dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri kita mengatakan tidak pada semua aturan itu. Padahal hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari aturan yang ada, sembari menimbang kembali proporsi antara hak dan kewajiban kita dalam sistem kehidupan yang kita jalani sekarang. 2. Mengejar penghargaan dari lingkungan Pendapat bahwa jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi bumerang bagi yang mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum tentu menemukan jati diri mereka. Yang benar, lingkungan menawarkan sebentuk pola pikir yang sering hadir dikehidupan seseorang, sosial jati diri seseorang, itu menolaknya atau mengikuti pola pikir lingkungan. Itulah yang mengubah pola pikir seseorang. Jadi, lebih tepat untuk dikatakan bahwa lingkungan memberikan sebuah pertanyaan untuk dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal menjawabnya dengan cara yang baik, maka orang tersebut akan mengalami krisis jati diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang belum tentu telah menemukan jati dirinya seumur hidupnya. 3. Memiliki pandangan sempit dan terbatas dalam kehidupan Ini adalah penyebab krisis jati diri paling krusial untuk diberantas. Tidak jarang kita hanya menerima kehidupan dalam 3 golongan, yaitu hidup enak, tidak enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah sepenuhnya salah, akan tetapi perameter yang digunakannya sering kali menyesatkan, yaitu harta. Jadi, cara paling cepat untuk menemukan jati diri adalah dengan mencari kebenaran yang tanpa cacat, bukan hanya terlihat baik saat ini, tapi juga nanti, sampai kita keliang lahat sekalipun. Dan kunci untuk menuntun kita pada jati diri adalah dengan membiarkan nurani kita hidup, dan jangan pernah berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita. F. Peran Orangtua Masa remaja adalah masa di mana mereka melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa pencarian identitas diri adalah masa yang sangat penting. Untuk itu peran orangtua sangat penting membantu mereka menghadapi masa-masa ini dengan membantu mereka mengenali dirinya secara mendalam.

Peran orangtua bisa dilakukan dengan memberikan stimulasi, menemukan dan mengenali bakat serta potensi anak. Orangtua juga bisa membantu anak mengenali temperamen dan kepribadiannya agar ia bisa beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu memecahkan masalah. Anak juga dituntut mulai menyadari bakat yang dimilikinya, menyadari bahwa ia akan punya tujuan hidup berupa cita-cita. Orangtua bisa membantunya dengan mengenalkan model atau tokoh idolanya. Orangtua juga harus memberi nilai-nilai kehidupan (living values) yang positif. Umumnya, yang terjadi di masa ini adalah anak memperoleh pemahaman tentang seperti apa dirinya, melalui aktivitas yang ia lakukan, prestasi yang ia capai, pengembangan diri yang ia lalui, hingga hubungan bersama orang lain disekitarnya. Misalnya saja seperti apa dirinya menurut teman-teman dan orang disekitarnya. Menurut praktisi emotional intelligence parenting, Hanny Muchtar Darta El PSYCH-K SET dari Radani Emotional Intellegence Center, Peran orangtua dalam masa-masa pencarian jati diri anak adalah sebagai pendukung (supporter) atau pemberi motivasi (motivator) serta sebagai pelatih. Di masa remaja, anak-anak sedang senang bereksperimen, dan orangtua hanyalah mengarahkan bukan menentukan anak. Bantu anak mengenali diri dan berikan pemahaman bahwa setiap orang memiliki kualitas positif dalam dirinya yang tinggal menunggu untuk ditemukan akan dikembangkan.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 1. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu kegiatan mengamati, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpilkan apa adanya tanpa ada perlakuan ataupun dalam proses penelitiannya. 2. Studi pustaka yaitu penilitiaan dengan menggunakan bahan bacaan sebagai sumbernya. B. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini, saya mengambil populasi siswa kelas XI SMA N 1 Sewon. Sampel yang saya ambil adalah kelas XI IPA 1 sampai dengan XI IPA 5 yang masing-masing kelas diambil dua orang siswa. C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuisioner, yaitu dengan daftar pertanyaan berupa angket.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada proses pencarian jati diri ini, para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Namun, berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan pencarian jati diri pada remaja, kebanyakan remaja tidak memiliki rasa percaya diri saat berada di depan umum. Ini dikarenakan para remaja belum mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri. Dengan rasa yang tidak percaya diri ini, para remaja akan merasa bahwa dirinya tidak ada artinya dimata orang lain. Padahal, sesungguhnya dalam diri mereka mempunyai bakat yang sangat dibutuhkan oleh orang lain. Hanya saja para remaja masih dalam proses untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang ia miliki. Karena semua orang itu pasti punya bakat-bakat tertentu. Mulai dari sekarang para remaja harus belajar meyakini diri sendiri bahwa mereka mampu dan bisa menjadi orang yang lebih berguna. Selain itu, peningkatan rasa percaya diri ini bertujuan agar para remaja tidak mudah terpengaruh oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama terhadap hal-hal buruk. Karena kunci untuk menuntun kita pada jati diri yang baik adalah dengan membiarkan nurani kita hidup dan jangan pernah berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Mulai masalah pacar, sekolah sampai dengan masalah pergaulan. Namun, pada umumya para remaja tidak mau cerita kepada orangtuanya ketika mereka mempunyai suatu masalah, baik masalah pacar ataupun sekolah. Akibatnya, para remaja berusaha mencari solusi sendiri untuk memecahkan masalahnya, tanpa tahu yang dilakukannya itu benar ataukah masih salah. Selain itu, para remaja lebih memilih memendam masalahnya rapat-rapat dalam hati. Padahal, cara yang seperti itu malah akan membuat hidupnya terasa tidak nyaman dan gelisah. Pada masa remaja ini, pertumbuhan fisik memang sudah mulai matang, akan tetapi kedewasaan psikologinya masih belum tercapai sepenuhnya. Oleh karena itu, diperlukan saran orangtua untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi remaja. Namun, kebanyakan remaja malu dan gengsi untuk bercerita tentang masalah asmara. Padahal, orangtua disamping sebagai ayah dan ibu kita, mereka juga bisa dijadikan sebagai sahabat yang baik untuk bercerita.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Jati diri adalah suatu proses untuk menemukan siapa dirinya yang sebenarnya. Pada masa ini, para remaja ditutut untuk memiliki percaya diri agar mereka tidak terpengaruh oleh prinsip orang-orang di sekitar mereka. Masa remaja adalah masa penuh pergolakan pemikiran, namun Karena pondasi dasar pemikiran disaat itu belum begitu kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman dan maslah. Masa remaja merupakan masa-masa yang sangat sensitif dan penuh gelora yang disertai perubahan serta perkembangan jasmani, pemikiran, kejiwaan, pengalaman baru, suka menyendiri dan juga ingin bebas. Maka, ragu-ragu, was-was dan kritis terhadap berbagai masalah penting dalam kehidupan merupakan hal yang sangat alami dan positif bagi orang-orang yang baru berkembang alias para remaja, dimana mereka ingin memantapkan dan membangun pondasi keyakinannya berdasarkan argumentasi. Agar para remaja mendapatkan jati diri yang baik, maka mereka harus memperhatikan hal-hal berikut ini : 1. Belajar. 2. Berpikir. 3. Iman. 4. Berbut baik. 5. Rasa percaya diri. Jati diri remaja adalah hal penting untuk dibangun, karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai generasi penerus bangsa. Dan rasa percaya diri itu faktor penting untuk membangun masa depan yang gemilang.

B. Saran Membentuk dan membangun jati diri merupakan hal yang sangat sulit dan penuh resiko.Untuk itu peran orang tua sangat diperlukan untuk pembentukan jati diri remaja yang baik. Pemahaman yang diberikan orangtua di masa pengembangan diri ini, kelak akan membantu anak mengenali dirinya, beradaptasi dengan lingkungan serta menghadapi tantangan kehidupan berupa tantangan karier dan

lain sebagainya. Selain itu, orangtua harus berperan sebagai pendukung (supporter) dan pemberi motivasi (motivator).

DAFTAR PUSTAKA

http://psikologi-anaknakal.blogspot.com/2011/05/kalau-ngomongin-soal-remaja-kayaknya.html. http://psikonseling.biospot-com/2009/03/psikologi-perkembangan-pada-remaja.html. http://gnupi.com/krisis-jati-diri-dan-penyebabnya.html. http://www.taqrib.info.

Isu dan Permasalahan Perkembangan Remaja SMA


ISU DAN PERMASALAHAN PERKEMBANGAN REMAJA SMA
1. PENGERTIAN MASA REMAJA

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002). Sedangkan menurut Paget (1211) dengan mengatakan : Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak..Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.Termasuk juga perubahan intelektual yang mecolok.Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga

bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti.
1. DIMENSI DIMENSI MASA REMAJA

Untuk dapat memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi dimensi tersebut. Adapun beberapa dimensi yang menjadi tolak ukur pada masa remaja, yaitu:
1. Dimensi Biologis

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormone tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dan lain lain. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
1. Dimensi Kognitif

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu

mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. Penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
1. Dimensi Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap pemberontakan remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika lingkungan baru memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
1. Dimensi Psikologis

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood senang luar biasa ke sedih luar biasa, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan hebat. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan anganangan mereka dengan kenyataan. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai seseorang yang baru; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para idolanya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinankemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya, aktivitas sosial yang bergantiganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997). Alasan perilaku yang mengundang resiko adalah bermacammacam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik (conterphobic dynamic), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.

ISU DAN PERMASALAHAN PADA REMAJA SMA

Proses perkembangan perilaku dan pribadi individu dipengaruhi oleh tiga faktor dominan, yaitu faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor tersebut mungkin dapat menguntungkan atau menghambat atau membatasi laju proses pekembangan tersebut. Perkembangan masa remaja bergantung atas variasi salah satu atau beberapa ketiga faktor tersebut. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik, misalnya perkembangan ukuran tinggi dan berat badan yang kurang proporsional dapat membuat ekses psikologis, perubahan suara dan peristiwa menstruasi dapat juga menimbulkan gejala-gejala emosional, dan matangnya organ-organ reproduksi. 2. Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif, misalnya terjadi ketidakselarasan antara keinginan atau minat seseorang dengan bakat khusus, sering membawa kesulitan dalam memilih program, sehingga banyak kegagalan studi yang mungkin bersumber pada pilihan yang kurang tepat. 3. Masalah yang timbul bertalian dengan pekembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan, misalnya keterikatan hidup dengan gang yang tidak terbimbing mudah menimbulkan kenakalan remaja, konflik dengan orang tua, dan melakukan perbuatan yang justru bertentangan dengan norma masyarakat dan agama. 4. Masalah yang timbul bertalian dengan perilaku afektif, konatif dan kepribadian, misalnya mudah digerakan untuk melampiaskan ketegangan instutif emosionalnya meskipun ia tidak tahu

maksudnya, ketidakmampuan menegakan kata hatinya membawa akibat sukar terintegrasi dan sintesis fungsi-fungsi psikofisiknya.

Ada beberapa isu dan permasalahan yang penulis jelaskan dalam makalah ini, khususnya permasalahan yang terjadi di usia remaja ( SMA ). Banyak sekali isu dan permasalahan yang terjadi pada anak di usia remaja ini, yang apabila dibiarkan terusmenerus permasalahan tersebut dapat mengancam kehidupan remaja di masa depan. Berikut ini adalah beberapa isu dan permasalahan remaja yang terjadi di lingkungan sekitar kita, yaitu:
1. 1. Merokok

Di masa modern saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sudah tidak asing lagi. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisap dan penghirupnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok diantaranya, yaitu:
1. Mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), 2. Untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan 3. menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive beliefs/ fasilitatif) (Joewana, 2004).

Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya. Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan lagi bahwa penyebab seorang remaja menjadi perokok dapat dipengaruhi oleh keinginan dari diri pribadinya sendiri tetapi dapat juga di pengaruhi oleh faktor faktor luar, yaitu:
1. Pengaruh Orangtua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anakanak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
1. Pengaruh Teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau

bahkan teman teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurangkurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).
1. Faktor Kepribadian.

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson, 1999).
1. Pengaruh Iklan.

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
1. Penyimpangan Seks

Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka tidak kuper dan jomblo yang biasanya jadi anak mama. Banyak teman maka banyak pengetahuan. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji, benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah, karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagaim individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumbersumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab

kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
1. Remaja dan HIV/AIDS

Penularan virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di kalangan remaja dan kaum muda. Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, yaitu sebanyak 2.112(58%) kasus. Dari beberapa penelitian terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah usia 18 tahun yang sudah melakukan hubungan seks. Cara penularan lainnya adalah melalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba, dan melalui transfusi darah. FKUl-RSCM melaporkan bahwa lebih dari 75% kasus infeksi HIV di kalangan remaja terjadi di kalangan pengguna narkotika. Jumlah ini merupakan kenaikan menyolok dibanding beberapa tahun yang lalu. Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah:
1. Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lain-lain. Sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS. Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba. Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media cetak atau elektronik. Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan. Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat. Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah mengenai HIV/AIDS. Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan reproduksi dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya remaja yang terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol.

2.

3. 4. 5. 6.

7.

1. Penyalahgunaan Narkoba dan Minuman Keras

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia sangatlah banyak, di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun. Narkoba ( Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja. 2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine,Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabushabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahanbahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistem syaraf pusat, seperti alkohol. Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Nama yang populer : minuman keras (miras), kamput, tomi (topi miring), cap tikus , balo dll.
1. AKIBAT DARI ISU DAN PERMASALAHAN REMAJA SMA 2. Merokok

Merokok merupakan hal yang biasa bagi sebagian besar remaja khususnya siswa SMA, mereka seolah mengabaikan semua dampak yang akan ditimbulkan oleh aktivitas berbahaya tersebut. Aktivitas tersebut tidak saja membahayakan untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orangorang di sekitarnya. Berikut ini adalah beberapa efek samping dari merokok untuk orang lain:
1. Menggangu kenyamanan dan kesehatan orang lain, karena menurut sebuah survey mengatakan bahwa perokok pasif jauh lebih berbahaya akibatnya ketimbang perokok aktif; 2. Merusak lingkungan, karena asapnya menyebabkan menumpuknya karbonmonoksida di udara yang kita hirup sehari-hari;

3. Mengotori dan merusak fasilitas-fasilitas umum, karena biasanya para perokok tak menghiraukan adanya tempat khusus yang telah disediakan dan biasanya mereka membuang puntung rokok yang telah dihisap secara sembarangan. 4. Dapat menghancurkan hutan, ini biasanya terjadi di hutan-hutan kering ketika musim kemarau karena biasanya siswa-siswa SMA dengan seenaknya saja membuang bekas puntung rokoknya ke semak-semak dekat jalan sehingga menyebabkan kebakaran hutan.

Berikut adalah beberapa penyakit dan gangguan kesehatan pada organ tubuh yang disebabkan oleh kebiasaan merokok:
1. Kanker: Paru-paru (lung cancer), Oral cavity, Pharynx, Larynx, Oesophagus (squamous cell carcinoma), Oesophagus (adenocarcinoma), Pancreas, Urinary bladder, Renal pelvis, Kidney (renal cell carcinoma), Stomach, Uterine cervix, Granulocytic cells of bone marrow (myeoloid leukaemia), Nasal cavities, Nasal sinuses, dan Liver. 2. Sistem Pernafasan: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD), Acute respiratory illnesses including pneumonia, Premature onset of and an accelerated decline in lung function, All major respiratory symptoms in adults, including coughing, phlegm, wheezing & dyspnoea, Poor asthma control. 3. c. Sistem Kardiovaskular: Coronary heart disease (CHD), Cerebrovascula disease, Aortic aneurysm, Peripheral arteria. 4. d. Penyakit Lainnya: Gastric ulcer, Cataract, Periodontitis, Duodenal ulcer, Adverse surgical outcomes related to wound healing and respiratory complications, Hip fracture, Reduced fertility in females, Crohns disease. Age-related macular degeneration, Tobacco amblyopia, Osteoporosis. 5. e. Gangguan Pernafasan khusus pada Bayi/Anak yang Ibunya Merokok: Impaired lung growth, Early-onset of lung function decline, Respiratory symptoms including coughing, phlegm, wheezing dyspnoea, Asthma-related symptoms (wheezing). 6. f. Sistem Reproduksi Wanita: Pregnancy complications, Preterm delivery and shortened gestation, Foetal growth restrictions and low birth weight, Sudden infant death syndrome (SIDS).

1. Penyimpangan Seks

Pergaulan yang begitu bebas saat ini memang menjadi masalah bagi remaja saat ini, saat ini pacaran dianggap lumrah, video porno dianggap tontonan wajar dan berhubungan seksual menjadi hal yang biasa saja. Sebagian remaja yang menganggap hal itu biasa tidak mempedulikan apa yang akan diakibatkan dari hal yang mereka lakukan itu akan berakibat fatal di masa depan, berikut beberapa hal yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan diatas:
1. Pacaran menjadikan kebiasaan mereka bermesraan di depan umum (melanggar norma-norma yang ada); 2. Kecanduan dengan video porno, sehingga banyak hal-hal negatif yang terjadi dari hal tersebut (diantaranya terjadinya pemerkosaan); 3. Hubungan seksual pra-nikah banyak sekali dampak negatifnya, diantaranya adalah terjangkitnya penyakit kelamin, HIV/AIDS, kerusakan pada alat kelaminnya yang secara biologis belum matang, kehamilan (ini yang paling ditakutkan oleh semua pihak, karena kalau wanita yang

melakukan hubungan pra-nikah tersebut hamil maka selain akan di cemooh oleh masyarakat, juga akan terjadi praktek aborsi illegal yang membahayakan bagi sang Ibu dan bayinya). 4. Remaja dan HIV/AIDS

Banyak remaja sekarang meremehkan penyakit yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas tanpa kontrol seperti merokok, meminum minuman keras, menonton video porno, memakai narkoba dan melakukan hubungan seksual pra-nikah. Padahal dari merokok itu bisa berlanjut untuk mencoba minum-minuman keras, kemudian memakai narkoba, lalu menonton video porno dan akhirnya melakukan hubungan seksual pra-nikah. Mereka berdalih bahwa itu semua sudah biasa dilakukan oleh remaja zaman sekarang, padahal itu bisa mengakibatkan virus yang sampai saat ini belum ditemukan penawarnya yaitu HIV/AIDS yang bisa ditularkan dari jarum suntik (dari narkoba yang terkontaminasi pengidap HIV/AIDS) dan hubungan seksual dan kebanyakan itu yang dilakukan sebelum resmi menjadi suamu-istri (pra-nikah).
1. Penyalahgunaan Narkoba dan Minuman Keras

Beberapa akibat penggunaan obat-obat terlarang seperti Narkoba dan zat adiktif lainnya serta meminum minuman keras, diantaranya :
1. Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisamembuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Contoh yang popular sekarang adalah Putaw. 2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabushabu dan Ekstasi. 3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. 4. Banyak tindak kriminal yang disebabkan oleh orang yang mengkonsumsi zat-zat tersebut serta meminum minuman keras. 1. MENANGGULANGI ISU DAN PERMASALAHAN REMAJA

Selain keempat masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dan lain lain. Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remajalah masa depan bangsa ini digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
1. Peran Orangtua :

Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita Membekali anak dengan dasar moral dan pendidikan agama sejak dini Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua anak Menjalin kerjasama yang baik dengan guru Menjadi tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat 6. Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak 7. Hindarkan anak dari NAPZA dan pergaulan bebas tetapi jangan terlalu mengekang si anak. 2. Peran Guru : 1. Menjadi guru yang bisa bersahabat dengan siswa; 2. Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman untuk siswa belajar; 3. Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler, seperti Paskibra, PMR, maupun ekstrakurikuler olahraga dan kesenian; 4. Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga; 5. Meningkatkan peranan, pelayanan dan pemberdayaan guru BP; 6. Meningkatkan disiplin sekolah dan sanksi yang tegas serta mendidik; 7. Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain; 8. Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat dan mewaspadai adanya provokator; 9. Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah; 10. Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial serta meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA. 3. Peran Pemerintah dan masyarakat : 1. Menghidupkan dan memberdayakan kembali kurikulum budi pekerti; 2. Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga, bermain, dan kesenian serta keterampilan lainnya; 3. Menegakkan hukum, sanksi dan disiplin yang tegas serta dapat memberikan keteladanan bagi masyarakat khususnya para remaja; 4. Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumanya secara tegas; 5. Pemilihan lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan. 4. Peran Media : 1. Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesuai usia); 2. Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif); 3. Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja.

1. 2. 3. 4. 5.

Anda mungkin juga menyukai