Anda di halaman 1dari 9

Tahap Perkembangan Psikologi

Remaja Usia 10 – 18 Tahun

Salah satu perkembangan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan


psikologi. Memang benar, selain perkembangan fisik dan bahasa,
perkembangan yang mencakup emosi dan sosial termasuk salah satu kunci
tumbuh kembang seorang remaja. Lalu, bagaimana perkembangan
psikologi atau emosi remaja dari tahun ke tahun? Simak penjelasannya
berikut ini.

Perkembangan psikologi remaja


Dikutip dari Healthy Children, masa remaja dikategorikan sebagai masa transisi
yang dialami anak-anak untuk mencapai usia dewasa. Pada fase ini, akan
terjadi beberapa perubahan besar selain perkembangan pada fisik.
Salah satunya adalah perkembangan remaja yang mencakup sisi psikologis dan
dibagi menjadi dua kategori.
Kategori tersebut merupakan sisi emosional juga sosial yang perlu diketahui
orang tua sebagai cara mendidik anak remaja.
Hal ini berhubungan karena adanya perubahan hormon serta saraf sehingga
remaja tidak hanya berkembang secara kognitif.
Akan tetapi, juga memikirkan identitas diri serta hubungan sosial di sekitar.
Dilihat dari sisi psikologi, ada beberapa tahapan yang setidaknya perlu dicapai,
di antaranya adalah:
Terlihat menonjol serta mengembangkan identitas diri.
Bisa beradaptasi agar diterima di lingkungannya.
Mengembangkan kompetensi sekaligus mencari jalan untuk mendapatkannya.
Berkomitmen pada tujuan yang sudah dibuat.
Berikut adalah perkembangan psikologi yang dialami remaja seiring dengan
pertambahan usia.
Perkembangan psikologi remaja 10 – 13 tahun

Apabila dilihat dari fase perkembangan remaja, usia 10 hingga 13 tahun


merupakan fase early karena ia baru memasuki tahapan masa puber.
Maka dari itu, orangtua juga perlu mempersiapkan diri karena ia akan
mengalami perubahan suasana hati serta perilaku yang berbeda dari biasanya.
Beberapa perkembangan psikologi pada remaja di usia 10 hingga 13 tahun di
antaranya adalah:
Masih memperlihatkan kedekatan serta ketergantungan dengan orangtua.
Membuat kelompok bersama teman-teman terdekat.
Mulai mencari identitas diri dan memperlihatkan kemandirian.
Perkembangan emosional
Pada saat anak berusia 10 tahun, perkembangan psikologi atau emosi remaja
masih akan menunjukkan ketergantungannya pada orangtua. Namun,
kedekatannya dengan teman-teman sebaya akan semakin menguat.
Bahkan, tekanan dari lingkungan pertemanan yang dirasakannya akan semakin
besar. Begitu pula dengan identitas dirinya dalam sebuah pertemanan.

Meski begitu, pada usia ini anak masih akan menganggap orang dewasa
memiliki kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar.
Hal ini membuatnya masih akan mengikuti aturan dan prinsip yang ada di
dalam rumah.
Namun, Anda mungkin perlu mempersiapkan diri jika anak mulai
mepertanyakan setiap aturan yang diberlakukan di rumah.
Di saat yang bersamaan, pada perkembangan psikologi atau emosi remaja usia
11 hingga 13 tahun, ia mulai peduli dengan penampilan serta tubuhnya.
Hal ini biasanya terjadi karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya.
Namun apabila permasalahan ini tidak ditangani dengan baik, ada
kemungkinan ia mengalami masalah tertentu.
Jika ia tidak suka dengan tubuhnya, misalnya ia merasa tubuhnya terlalu
gemuk, ia bisa saja melakukan diet sembarangan sehingga bisa berujung pada
gangguan makan serta minder.
Pada perkembangan emosi remaja di fase ini, anak juga semakin menekankan
identitas dirinya. Ini bisa dilihat melalui pakaian yang digunakan, musik yang
didengarkan, film yang ditonton, atau buku yang dibaca.
Apabila dilakukan tanpa pengawasan, anak mungkin mulai berani mencontoh
apa yang dilihatnya berdasarkan rasa penasaran.
Berada di usia 12 hingga 13 tahun, Anda juga bisa melihat perkembangan
psikologi atau emosi remaja yang cukup signifikan.
Ini terlihat dari perubahan mood yang semakin menjadi-jadi. Satu waktu
merasa bisa menaklukkan segalanya, di waktu lain anak merasa telah
mengacaukan semuanya.

Perkembangan sosial
Pertemanan yang menguat dibuktikan dengan kesetiaan terhadap teman satu grup atau geng,
sehingga menjadi lebih solid.
Pada anak usia 10 tahun, perkembangan psikologi juga ditandai dengan sisi kompetitif yang
dimilikinya terhadap teman yang bukan termasuk di dalam perkumpulannya.
Di usia ini, anak perempuan akan lebih suka bermain dengan anak perempuan, begitu pula dengan
anak laki-laki yang lebih nyaman bermain dengan anak laki-laki.
Akan tetapi, anak akan mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis, meski belum terlalu
kentara.
Rasa ketertarikan itu bisa jadi pertanda dari masa puber. Dengan begitu, anak juga berpotensi
mengalami perubahan suasana hati yang tak menentu.
Hal ini juga didampingi dengan kepekaan terhadap bentuk tubuh dan penampilannya.
Semakin bertambah usia, anak Anda akan lebih suka menghabiskan waktu
bersama dengan teman dibanding dengan keluarga. Hal ini juga termasuk ke
dalam perkembangan psikologi anak usia 11 tahun.
Berada di usia 12 hingga 13 tahun, perkembangan sosialnya pun juga bisa
semakin terlihat ketika jiwa kepemimpinan anak mulai terbentuk.
Sebagai orangtua, cobalah untuk mendorong anak untuk lebih fokus
dengan cara membantunya membuat suatu keputusan dan mendukungnya
untuk berpartisipasi di komunitas atau kegiatan di sekolah.

Perkembangan psikologi remaja 14 – 17 tahun

Apabila dibandingkan dengan perkembangan anak usia 10 tahun, Anda


bisa melihat ada perbedaan di perkembangan remaja fase middle ini.
Secara umum, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi remaja
terlihat karena mereka mulai membangun identitas diri.
Tidak hanya itu saja, di rentang usia ini remaja juga mulai memperlihatkan
kemandirian agar tidak terus bergantung pada orangtua.
Berikut beberapa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 14 hingga
17 tahun.
Memperlihatkan kemandirian pada orangtua.
Menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan orangtua.
Mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis.
Mempunyai kepedulian serta perhatian pada keluarga, teman, dan lawan jenis.
Perubahan susasana hati yang tidak menentu.
Perkembangan emosional

Pada perkembangan anak usia 14 tahun, emosi remaja pun masih


tergolong naik turun. Ia masih mempunyai suasana hati yang mudah
berubah sehingga ada kalanya orangtua kewalahan dengan hal ini.

Di usia ini Anda juga perlu mulai memberikan edukasi seks karena anak
mulai memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya.

Selain itu, di usia ini pula anak akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko,
sehingga Anda wajib mengajaknya berdiskusi mengenai hal-hal baru yang
diketahuinya.

Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau hendak
dilakukannya.

Seiring bertambahnya usia, perkembangan psikologi atau emosi remaja


juga mulai memperlihatkan kepedulian.

Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia mempunyai sudut
pandang berbeda.

Perhatikan apabila ia memperlihatkan perubahan perilaku yang tidak sesuai


dengan kebiasaan sehari-hari.

Bukan tidak mungkin apabila dalam perkembangan psikologi atau emosi


remaja ia mengalami beberapa gangguan.

Beberapa masalah ini misalnya gangguan tidur, gangguan citra tubuh, krisis
kepercayaan diri, sehingga berujung terjadinya depresi pada remaja.
Walaupun waktu Anda dengan anak menjadi lebih sedikit, tetap bangun
komunikasi sehingga ia tidak merasa kehilangan arah.

Perkembangan sosial

Lanjutkan Membaca
Sudah disinggung sedikit di atas kalau pada fase ini anak mempunyai
ikatan tersendiri dengan teman sebaya atau bahkan teman terdekatnya.

Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan terutama ketika ia mempunyai


kesukaan yang sama.

Tidak hanya itu saja, bukan hal aneh apabila remaja lebih nyaman
membicarakan masalah pada teman terdekatnya terlebih dahulu.

Hal ini pun berlanjut sampai di perkembangan anak usia 17 tahun karena ia
tetap menjaga hubungan baik dengan sahabat.

Mungkin, hubungan orangtua dengan anak akan bergeser karena ini.

Namun, ada baiknya Anda tetap menjaga komunikasi agar hubungan tetap
terjaga sehingga anak akan tetap mencari orangtua ketika sangat
dibutuhkan.

Perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun

Pada usia ini, perkembangan remaja sudah mencapai fase terakhir, yaitu
late. Biasanya, sifat impulsif yang mereka punya menjadi lebih terkendali
dibandingkan dengan usia sebelumnya.
Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi atau emosi
remaja di usia ini sudah lebih memikirkan risiko yang akan terjadi nantinya.

Berikut beberapa perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun, di


antaranya:

 Semakin membuka diri untuk memperluas pertemanan.


 Sudah memikirkan masa depan dan tujuan hidup.
 Mandiri dan membuat keputusan untuk diri sendiri.
 Mulai tertarik dan serius dalam hubungan lawan jenis.
Perkembangan emosional

Sebagai orangtua, Anda perlu memahami apabila setiap anak mempunyai


tahapan perkembangannya masing-masing.

Begitu juga dengan perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 18


tahun ini.

Ada kemungkinan ia mulai sadar dan mengerti apa yang diinginkan.


Apalagi, emosinya sudah berangsur-angsur menjadi lebih stabil. Maka dari
itu ia semakin yakin untuk mempertahankan kemandirian sekaligus
mencoba dunia baru yang sudah lama diinginkan.

Perkembangan sosial

Kalau di tahapan usia sebelumnya para remaja lebih suka menghabiskan


waktu bersama teman terdekat juga pacar, kini secara tidak sadar sudah
mulai nyaman dengan orangtua.

Hal ini karena keterbukaan untuk menerima pendapat serta berkompromi


dengan orang disekitar.

Tidak hanya itu saja, Anda juga sudah seharusnya mempersiapkan diri
karena ada kemungkinan remaja mempunyai hubungan yang lebih serius
dengan pacar.

Maka dari itu, penting untuk membangun komunikasi serta memberikan


pendidikan seksual sejak dini.
Penyebab remaja mulai memberontak
Pertengkaran orangtua dengan anak bisa berujung pada keinginan kabur
dari rumah karena ia sedang berada dalam fase pemberontakan.

Ini juga hal yang bisa terjadi pada perkembangan psikologi atau emosi
remaja di usia 18 tahun atau bahkan lebih muda.

Ada kalanya ia percaya sudah tak ada lagi pemecahan masalah yang bisa
dicapai selain memberontak atau melakukan kenakalan remaja.
Beberapa penyebab yang membuat perkembangan emosi remaja jadi
memberontak, seperti:

1. Merasa tidak aman di rumah

Anak bisa saja merasa bahwa situasi di rumah benar-benar menakutkan


sehingga mengakibatkan perkembangan psikologisnya terganggu.

Hal ini bisa terjadi jika ia menjadi korban kekerasan anak, baik itu kekerasan
verbal, fisik, psikologis, atau seksual.
2. Masalah di sekolah atau lingkungan pergaulan

Bila terjadi bullying pada remaja di sekolah tapi tidak ada sosok yang bisa
membantunya, anak mungkin memilih untuk kabur.
Dengan begitu, anak bisa membolos tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh
orangtua.

Hal lain yang mengakibatkan psikologis remaja terganggu adalah ketika


terlibat masalah tertentu tapi ia tidak berani menganggung akibat atau
hukumannya.

Maka, ia pun memilih untuk memberontak seperti lari dari rumah daripada
harus menerima konsekuensi.

3. Merasa tidak dihargai

Salah satu kasus pemberontakan yang bisa mengganggu psikologi atau


emosi remaja adalah anak merasa cemburu dengan kakak atau adiknya.

Ia merasa kurang dihargai dan berpikiran bahwa orangtua lebih


menyayangi kakak atau adiknya.

Selain itu, anak bisa merasa tidak dihargai karena orangtua memberikan
hukuman yang sangat berat atas kesalahannya.

Dalam kasus lainnya, anak yang merasa tidak mendapat cukup perhatian
dari orangtua juga mungkin “menguji” kasih sayang orangtua dengan cara
memberontak.
4. Tidak bijak menggunakan media sosial

Media sosial adalah tempat bagi sebagian besar remaja untuk


mengekspresikan diri mereka, lewat kata-kata maupun foto.

Di antara semua jenis media sosial, instagram cukup mendapat banyak


perhatian bagi anak remaja.

Melalui instagram, ia bisa mengunggah hasil jepretan foto terbaiknya dan


mendapat feedback, berupa like atau komentar.
Namun, tidak semua mendapatkan efek positif sehingga memengaruhi
perkembangan psikologi atau emosi remaja.

Ada juga yang sampai terobsesi dengan hasil selfie sehingga berdampak
buruk bagi kesehatan mental remaja.
Tips menghadapi kondisi emosi remaja yang tidak
menentu
Kesabaran setiap orang memang ada batasnya. Namun, sebagai orangtua
Anda merupakan peran penting dalam kehidupan anak termasuk pada
perkembangan psikologi atau emosi remaja.

Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk melakukan hal-hal di bawah ini
untuk membangun hubungan emosional orangtua dengan anak, seperti:

1. Menjaga komunikasi dengan anak

Walaupun tidak semua, tetapi ada sebagian remaja yang cenderung acuh
tak acuh terhadap orangtua.

Kadang anak merasa sudah cukup besar sehingga memperlihatkan sikap


seperti tidak membutuhkan peran Anda.

Namun, tetap jaga komunikasi dengan cara apapun. Misalnya, menanyakan


apa saja yang ia lakukan dan bagaimana perasaannya di hari itu.

Lalu, Anda juga bisa meluangkan waktu melakukan hal yang


menyenangkan misal menonton film bersama.
Dengan begitu, lama-lama ia tahu dan berpikir bahwa secuek apa pun ia,
orangtuanya tetap peduli padanya.

Menjaga komunikasi dengan anak juga penting dilakukan untuk mencegah


terjadinya depresi pada remaja.

Anak jadi memiliki orang yang selalu bisa diajak berkeluh kesah soal apa
pun yang dialaminya.

2. Saling menghargai pendapat

Di masa remaja, ada kalanya ia memiliki pandangan yang berbeda dengan


Anda.

Jangan langsung menarik urat, pasalnya semakin dewasa anak Anda,


pemikirannya pun akan semakin berkembang

Ketimbang berdebat kusir, coba diskusikan dan cari solusi yang


menguntungkan di kedua belah pihak.

Coba dengarkan pandangan anak, begitu pun anak akan mendengarkan


apa yang Anda pikirkan.

Saling mendengarkan dan menghargai pendapat akan membuat ikatan


anak dan orangtua menjadi semakin erat.

3. Melibatkan anak dalam membuat peraturan

Saat hendak membuat peraturan tertentu di rumah, libatkan anak dalam


diskusi.

Hal ini dimaksudkan agar anak bisa bertanggung jawab dan menaati
kesepakatan yang telah dibuat.

Berikan anak pemahaman bahwa peraturan yang adil dibuat agar ia juga
mempunyai kendali pada diri sendiri sekaligus belajar bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai