Meski begitu, pada usia ini anak masih akan menganggap orang dewasa
memiliki kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar.
Hal ini membuatnya masih akan mengikuti aturan dan prinsip yang ada di
dalam rumah.
Namun, Anda mungkin perlu mempersiapkan diri jika anak mulai
mepertanyakan setiap aturan yang diberlakukan di rumah.
Di saat yang bersamaan, pada perkembangan psikologi atau emosi remaja usia
11 hingga 13 tahun, ia mulai peduli dengan penampilan serta tubuhnya.
Hal ini biasanya terjadi karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya.
Namun apabila permasalahan ini tidak ditangani dengan baik, ada
kemungkinan ia mengalami masalah tertentu.
Jika ia tidak suka dengan tubuhnya, misalnya ia merasa tubuhnya terlalu
gemuk, ia bisa saja melakukan diet sembarangan sehingga bisa berujung pada
gangguan makan serta minder.
Pada perkembangan emosi remaja di fase ini, anak juga semakin menekankan
identitas dirinya. Ini bisa dilihat melalui pakaian yang digunakan, musik yang
didengarkan, film yang ditonton, atau buku yang dibaca.
Apabila dilakukan tanpa pengawasan, anak mungkin mulai berani mencontoh
apa yang dilihatnya berdasarkan rasa penasaran.
Berada di usia 12 hingga 13 tahun, Anda juga bisa melihat perkembangan
psikologi atau emosi remaja yang cukup signifikan.
Ini terlihat dari perubahan mood yang semakin menjadi-jadi. Satu waktu
merasa bisa menaklukkan segalanya, di waktu lain anak merasa telah
mengacaukan semuanya.
Perkembangan sosial
Pertemanan yang menguat dibuktikan dengan kesetiaan terhadap teman satu grup atau geng,
sehingga menjadi lebih solid.
Pada anak usia 10 tahun, perkembangan psikologi juga ditandai dengan sisi kompetitif yang
dimilikinya terhadap teman yang bukan termasuk di dalam perkumpulannya.
Di usia ini, anak perempuan akan lebih suka bermain dengan anak perempuan, begitu pula dengan
anak laki-laki yang lebih nyaman bermain dengan anak laki-laki.
Akan tetapi, anak akan mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis, meski belum terlalu
kentara.
Rasa ketertarikan itu bisa jadi pertanda dari masa puber. Dengan begitu, anak juga berpotensi
mengalami perubahan suasana hati yang tak menentu.
Hal ini juga didampingi dengan kepekaan terhadap bentuk tubuh dan penampilannya.
Semakin bertambah usia, anak Anda akan lebih suka menghabiskan waktu
bersama dengan teman dibanding dengan keluarga. Hal ini juga termasuk ke
dalam perkembangan psikologi anak usia 11 tahun.
Berada di usia 12 hingga 13 tahun, perkembangan sosialnya pun juga bisa
semakin terlihat ketika jiwa kepemimpinan anak mulai terbentuk.
Sebagai orangtua, cobalah untuk mendorong anak untuk lebih fokus
dengan cara membantunya membuat suatu keputusan dan mendukungnya
untuk berpartisipasi di komunitas atau kegiatan di sekolah.
Di usia ini Anda juga perlu mulai memberikan edukasi seks karena anak
mulai memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya.
Selain itu, di usia ini pula anak akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko,
sehingga Anda wajib mengajaknya berdiskusi mengenai hal-hal baru yang
diketahuinya.
Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau hendak
dilakukannya.
Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia mempunyai sudut
pandang berbeda.
Beberapa masalah ini misalnya gangguan tidur, gangguan citra tubuh, krisis
kepercayaan diri, sehingga berujung terjadinya depresi pada remaja.
Walaupun waktu Anda dengan anak menjadi lebih sedikit, tetap bangun
komunikasi sehingga ia tidak merasa kehilangan arah.
Perkembangan sosial
Lanjutkan Membaca
Sudah disinggung sedikit di atas kalau pada fase ini anak mempunyai
ikatan tersendiri dengan teman sebaya atau bahkan teman terdekatnya.
Tidak hanya itu saja, bukan hal aneh apabila remaja lebih nyaman
membicarakan masalah pada teman terdekatnya terlebih dahulu.
Hal ini pun berlanjut sampai di perkembangan anak usia 17 tahun karena ia
tetap menjaga hubungan baik dengan sahabat.
Namun, ada baiknya Anda tetap menjaga komunikasi agar hubungan tetap
terjaga sehingga anak akan tetap mencari orangtua ketika sangat
dibutuhkan.
Pada usia ini, perkembangan remaja sudah mencapai fase terakhir, yaitu
late. Biasanya, sifat impulsif yang mereka punya menjadi lebih terkendali
dibandingkan dengan usia sebelumnya.
Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi atau emosi
remaja di usia ini sudah lebih memikirkan risiko yang akan terjadi nantinya.
Perkembangan sosial
Tidak hanya itu saja, Anda juga sudah seharusnya mempersiapkan diri
karena ada kemungkinan remaja mempunyai hubungan yang lebih serius
dengan pacar.
Ini juga hal yang bisa terjadi pada perkembangan psikologi atau emosi
remaja di usia 18 tahun atau bahkan lebih muda.
Ada kalanya ia percaya sudah tak ada lagi pemecahan masalah yang bisa
dicapai selain memberontak atau melakukan kenakalan remaja.
Beberapa penyebab yang membuat perkembangan emosi remaja jadi
memberontak, seperti:
Hal ini bisa terjadi jika ia menjadi korban kekerasan anak, baik itu kekerasan
verbal, fisik, psikologis, atau seksual.
2. Masalah di sekolah atau lingkungan pergaulan
Bila terjadi bullying pada remaja di sekolah tapi tidak ada sosok yang bisa
membantunya, anak mungkin memilih untuk kabur.
Dengan begitu, anak bisa membolos tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh
orangtua.
Maka, ia pun memilih untuk memberontak seperti lari dari rumah daripada
harus menerima konsekuensi.
Selain itu, anak bisa merasa tidak dihargai karena orangtua memberikan
hukuman yang sangat berat atas kesalahannya.
Dalam kasus lainnya, anak yang merasa tidak mendapat cukup perhatian
dari orangtua juga mungkin “menguji” kasih sayang orangtua dengan cara
memberontak.
4. Tidak bijak menggunakan media sosial
Ada juga yang sampai terobsesi dengan hasil selfie sehingga berdampak
buruk bagi kesehatan mental remaja.
Tips menghadapi kondisi emosi remaja yang tidak
menentu
Kesabaran setiap orang memang ada batasnya. Namun, sebagai orangtua
Anda merupakan peran penting dalam kehidupan anak termasuk pada
perkembangan psikologi atau emosi remaja.
Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk melakukan hal-hal di bawah ini
untuk membangun hubungan emosional orangtua dengan anak, seperti:
Walaupun tidak semua, tetapi ada sebagian remaja yang cenderung acuh
tak acuh terhadap orangtua.
Anak jadi memiliki orang yang selalu bisa diajak berkeluh kesah soal apa
pun yang dialaminya.
Hal ini dimaksudkan agar anak bisa bertanggung jawab dan menaati
kesepakatan yang telah dibuat.
Berikan anak pemahaman bahwa peraturan yang adil dibuat agar ia juga
mempunyai kendali pada diri sendiri sekaligus belajar bertanggung jawab.