Anda di halaman 1dari 7

Kesehatan Mental Remaja

Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, usia
remaja juga dikenal dengan usia badai. Banyak perubahan yang terjadi pada usia remaja baik
perubahan fisik, mental, sosial maupun emosi. Perkembangan emosi dimasa remaja biasanya
memiliki energi yang besar dan emosi yang berkobar-kobar, sementara pengendalian diri
belum matang, sehingga tidak jarang remaja akhirnya mengalami ketidakseimbangan dalam
kejiwaan. Kondisi yang tidak seimbang ini apabila berlanjut dan tidak dapat terkontrol
dengan baik dapat memicu terjadinya masalah gangguan mental dan emosional pada remaja.
Kesehatan mental remaja merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan remaja di
sekolah, serta penentu masa depan mereka di masyarakat. Kondisi tersebut dipertimbangkan
karena remaja menghabiskan sebagian besar waktu mereka di sekolah. Hal ini menempatkan
sekolah menjadi tempat yang penting untuk melakukan deteksi dan promosi persoalan atau
kesulitan emosi dan perilaku yang mungkin dihadapi oleh remaja.
Berdasarkan hasil survei kesehatan mental dari Indonesia National Adolescent Mental
Health Survey (I-NAMHS) yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10-
17 tahun di Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah
kesehatan mental, sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental
dalam 12 bulan terakhir. Angaka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja. Remaja
dalam kelompok ini adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan
panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5) yang
menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia. Hasil survei ini juga
menunjukkan bahwa gangguan mental yang paling banyak diderita oleh remaja adalah
gangguan cemas (gabungan antara fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh) sebesar
3,7%, diikuti oleh gangguan depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), serta
gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(ADHD) masing-masing sebesar 0,5%).
Menurut World Health Organization (WHO, 2018), pravelensi orang dengan gangguan
mental emosional di dunia dalam rentang usia 10-19 tahun mencakup 16% dari beban
penyakit dan cedera global. Setengah dari semua kondisi kesehatan mental dimulai pada usia
14 tahun tetapi kasus tersebut tidak terdeteksi dan tidak diobati karena sejumlah alasan,
seperti kurangnya pengetahuan atau kesadaran tentang kesehatan mental, adanya stigma
negative sehingga mencegah remaja mencari bantuan, padahal hal tersebut dapat
meningkatkan kemungkinan perilaku berisiko dan mempengaruhi kesejahteraan, kesehatan
mental serta emosi pada remaja.
Menurut Hasto Wardoyo Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana Nasional,
(BKKBN) Aceh dan DIY memiliki prevalensi tinggi untuk remaja dengan gangguan emosi.
Kasus gangguan emosi pada remaja, disebut “setengah kopling” di Aceh dan DIY paling
tinggi, yakni 7 per seribu penduduk. Hasto juga mengatakan bahwa Remaja dengan gangguan
mental memiliki ciri sulit diajak bekerja, tidak bertanggung jawab dan sering bolos. Jika hal
tersebut terus berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan akan mempercepat jumlah remaja
yang terlibat napza, kekerasan di sekolah, seks bebas, gangguan jiwa dan perilaku negative
lainnya.
Remaja dengan gangguan mental mengalami gangguan atau kesulitan dalam melakukan
kesehariannya yang disebabkan oleh gejala gangguan mental yang dimiliki. Maka dari itu,
pentingnya deteksi dini (screening) dan edukasi kesehatan mental sebagai upaya preventif
serta promotif terjadinya gangguan mental pada remaja. Banyak masyarakat berpikir bahwa
screening atau pemeriksaan kesehatan mental hanya perlu dilakukan pada orang yang sudah
mengalami gangguan kesehatan mental. Tentunya anggapan tersebut salah karena screening
bisa dilakukan siapa saja tanpa harus menunggu munculnya gejala. Semakin cepat terdeteksi,
semakin baik pula efektivitas penanganan masalah kesehatan mental yang bisa diberikan oleh
professional, sehingga meminimalkan risiko terjadinya masalah yang lebih besar akibat
gangguan mental seperti penggunaan narkoba atau ide bunuh diri pada remaja. Selain itu,
peningkatan pemahaman remaja mengenai kesehatan mental juga perlu dilakukan agar
remaja memiliki kesadaran terhadap kondisi kesehatan mental diri sendiri maupun terhadap
orang lain.

Gejala atau Tanda Gangguan Mental yang Mungkin Terjadi pada Remaja :
1. Perubahan Perilaku
Ini merupakan tanda munculnya gangguan mental pada remaja yang tergolong
mudah untuk disadari, dapat diamati melalui aktivitas sehari-hari baik di rumah
maupun di sekolah. Ketika remaja menjadi lebih sering bertengkar, cenderung kasar,
hingga berkata kasar yang menyakitkan terhadap orang lain padahal sebelumnya
tidak, orangtua perlu curiga terhadap perubahan perilaku remaja. Tidak hanya itu saja,
orangtua juga mungkin melihat perubahan perilaku anak seperti menjadi lebih mudah
marah dan merasa frustasi.

2. Perubahan Mood
Tanda gangguan mental lainnya adalah mood atau suasana hati remaja yang
berubah secara tiba-tiba. Kondisi ini bisa berlangsung sebentar hingga dalam jangka
waktu yang tidak menentu. Tentunya, hal ini bisa mengakibatkan masalah pada
hubungan dengan keluarga serta teman sebaya. Ini merupakan gejala umum dari
depresi, ADHD, hingga bipolar.

3. Kesulitan Berkonsentrasi
Remaja yang mengalami gangguan mental cenderung sulit fokus atau
konsentrasi dalam waktu yang lama. Selain itu, remaja juga memiliki kesulitan
untuk duduk diam dan membaca. Tanda gangguan mental yang satu ini dapat
menyebabkan menurunnya performa di sekolah juga perkembangan otaknya.

4. Penurunan Berat Badan


Gangguan mental juga dapat memengaruhi kondisi fisik remaja, tidak hanya
karena penyakit fisik, berat badan yang menurun drastis juga bisa menjadi tanda
gangguan mental pada remaja. Gangguan makan, stres, hingga depresi dapat
menjadi penyebab remaja kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah yang
berkelanjutan.
5. Menyakiti Diri Sendiri
Perhatikan saat remaja sering mengalami kekhawatiran serta rasa takut
berlebih. Perasaan ini dapat berujung pada keinginannya untuk menyakiti diri
sendiri. Biasanya, ini menjadi akumulasi dari perasaan stres serta menyalahkan
diri sendiri karena gangguan mental juga mengakibatkan remaja sulit mengelola
emosi. Ini juga menjadi tanda gangguan mental pada remaja yang perlu orangtua
cermati karena tidak menutup kemungkinan berujung pada percobaan bunuh diri.

6. Masalah Kesehatan
Gangguan mental juga dapat ditandai dengan masalah pada kesehatan, misal
remaja mengalami sakit kepala dan sakit perut yang berkelanjutan.

7. Perasaan yang Intens


Remaja kadang menghadapi perasaan takut yang berlebihan tanpa alasan.
Tanda gangguan mental pada remaja ini seperti menangis, berteriak atau mual
disertai dengan perasaan sangat intens. Perasaan ini dapat menyebabkan efek
seperti kesulitan bernapas, jantung berdebar atau bernapas dengan cepat, yang
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Cinta dan dukungan serta hubungan yang kuat dengan keluarga dan orang-orang terdekat
dapat memiliki pengaruh langsung dan positif pada kesehatan mental remaja. Bahkan,
hubungan emosional yang baik dapat mengurangi kemungkinan remaja mengalami masalah
kesehatan mental

Upaya Orangtua Menjaga Kesehatan Mental bagi Remaja :


1. Tunjukkan cinta, kasih sayang, dan perhatian pada anak remaja
2. Tunjukkan bahwa orangtua tertarik dengan apa yang terjadi dalam kehidupan remaja.
Pujilah upaya anak remaja serta poin bagus dan prestasi mereka. Hargai ide dan
pendapatnya
3. Nikmati menghabiskan waktu bersama dengan anak remaja, dan juga sebagai sebuah
keluarga.
4. Dorong anak remaja untuk berbicara tentang perasaannya dengan orangtua. Penting
bagi remaja untuk merasa bahwa mereka tidak harus melalui segala sesuatunya
sendiri dan bahwa orangtua dapat bekerja sama untuk menemukan solusi untuk
masalah.
5. Ajarkan remaja untuk menangani segera masalah saat mereka muncul, daripada
membiarkannya menumpuk.
6. Ajak remaja untuk bicara dengan anggota keluarga terpercaya, teman, orang tua atau
guru lain jika anak remaja memiliki kekhawatiran. Jika merasa membutuhkan lebih
banyak bantuan, bicarakan dengan dokter umum atau profesional kesehatan lainnya
mengenai kondisi mental remaja.
Pergaulan Remaja Saat Ini

Pergaulan bebas yang terjadi pada remaja sekarang ini menjadikannya eksploitasi seksual
di media sekitar lho! Sebagai seorang remaja, apakah kamu pernah berpikir bahwa
lingkungan sosial di sekitar kamu terkadang memaksamu untuk mengikutinya? Kita sering
mendengar ungkapan "Masa Remaja adalah masa yang labil, emosional dan ekspresif"
memang benar bukan? Nah, Masa Remaja diartikan sebagai masa dari masa kanak – kanak
menuju dewasa. Menurut WHO, batas usia remaja adalah 12 hingga 24 tahun. Terutama
untuk siswa SMA atau sederajat yang berusia kurang lebih 17 tahun.
Mendengar atau membaca kata pergaulan remaja sudah tidak asing lagi di telinga kita, ini
merupakan masalah yang tidak ada habisnya dikalangan masyarakat yang meresahkan
masyarakat bahkan merugikan masyarakat. Pergaulan remaja di zaman kita sudah menjadi
salah satu di kalangan remaja, mereka berpikir belum tentu jika mereka belum bebas,
pemikiran seperti itu membawa mereka pada pergaulan bebas.
Pergaulan Remaja adalah pergaulan antar remaja, disini salah satunya dari masa kanak-
kanak ke jenjang yang lebih tinggi, orang tua harus menjaga mengawasi anaknya agar tetap
pergaulan sehat. banyak kasus remaja sekarang ini yang sering kita jumpai antara lain
merokok di bawah umur, konsumsi alkohol, ikut serta dalam tawuran seperti tawuran antar
geng motor, antar perguruan persilatan dan masih banyak lagi tawuran yang dilakukan remaja
sekarang ini. Pergaulan memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk kepribadian
seseorang, karena pergaulan yang terjadi akan mencerminkan kepribadian, baik pergaulan
positif maupun pergaulan negatif. Salah satu dampak positif dari pergaulan bebas adalah
remaja lebih banyak berteman, baik dalam kelompok usia maupun di masa dewasa. Mereka
mudah bersosialisasi dan dapat beradaptasi dengan hal baru.
Hal paling mendasar yang harus dilakukan setiap Orang Tua terhadap anak – anaknya agar
tidak jatuh ke dalam perangkap adalah meminjamkan setiap lingkaran teman anak dan
bertukar cerita dengan ini itu yang dialami anak, membuat anak lebih terbuka dan kita lebih
mudah mengetahui keadaan lingkungan sekitar anak kita. Sudah banyak artikel yang banyak
korbannya menghapus pengalaman seksual remaja di Indonesia orang yang produktif dalam
hal-hal positif dan pandai memilih lingkaran sehingga mereka menjadi pertemanan yang baik
sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak akan terjadi.
Penyebab umum kenakalan pada remaja karena pengaruh lingkungan, keluarga atau
sekolah. Seorang remaja akan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan, ia menemukan
sesuatu yang baru dan ingin mencoba. Teman yang kurang baik juga berpengaruh, biasanya
mereka diminta melakukan apa yang diminta teman, karena penasaran, remaja secara sadar
akan melakukannya. Selain faktor keluarga ini juga berpengaruh, mulai dari perceraian orang
tuanya, mereka sangat terpukul karena hal ini biasanya terjadi karena hal yang tak terduga.
Bahkan remaja yang umumnya ceria bisa umumnya remaja yang tenang akan menjadi
menjadi pendiam dan pemberontak.
TUGAS BAHASA INDONESIA
MENULIS ESAI

PERGAULAN REMAJA SAAT INI

Penulis Esai :
Iqlima Siti Nur Rahmah
XII MIPA 2

SMA NEGERI 2 KUNINGAN


Jalan Aruji Kartawinata 16, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, 45511
TAHUN AJARAN 2023/2024
TUGAS BAHASA INDONESIA
MENULIS ARTIKEL

KESEHATAN MENTAL REMAJA

Penulis Artikel :
Iqlima Siti Nur Rahmah
XII MIPA 2

SMA NEGERI 2 KUNINGAN


Jalan Aruji Kartawinata 16, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, 45511
TAHUN AJARAN 2023/2024

Anda mungkin juga menyukai