Anda di halaman 1dari 3

MASALAH kesehatan mental belum banyak menjadi perhatian masyarakat.

Faktanya, banyak
anak muda yang memiliki masalah ini. Sebut saja para remaja seperti Justin Bieber, Selena
Gomez, hingga influencer Awkarin, yang mengaku memiliki masalah k

Kita jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya dimaksud dengan k? Apa yang membedakan
mental yang sehat dan tidak?

Secara umum, kondisi mental yang baik adalah yang tumbuh dan didasari motivasi kuat untuk
mengaktualisasikan diri menjadi lebih baik, baik dalam kehidupan keluarga, kerja, maupun sisi
kehidupan lainnya, juga memiliki kematangan secara emosional.

Isu kesehatan mental masih terdengar asing dibandingkan isu kesehatan fisik. Pemberian
imunisasi atau suntik untuk menangani sakit secara fisik lebih nyata dilakukan sehingga orang
awam mudah mengenalinya.

Sedangkan, sifat gangguan mental yang lebih mudah disembunyikan dan tidak selalu tampak jelas
dari luar atau dampaknya tidak terlalu terasa secara langsung membuat isu ini menjadi isu
sekunder atau tidak terlalu penting.

Namun, hal itu tidak berarti kesehatan mental tidak sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Gangguan kesehatan mental dapat menyerang siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Sayangnya,
pengetahuan mengenai penanggulangan gangguan kesehatan mental masih minim di kalangan
masyarakat, terutama remaja.

Salah satu kasus yang baru terjadi adalah bunuh diri yang dilakukan seorang gadis berumur 16
tahun di Malaysia. Dia melompat dari atap gedung setelah membuat jajak pendapat di Instagram
untuk followers-nya.

Jajak pendapat itu berisi pilihan apakah dia harus hidup atau mati, dan mayoritas followers -nya
memilih mati. Ada pula serial film 13 Reasons Why yang berkisah tentang remaja yang bunuh
diri, yang diduga menjadi penyebab meningkatnya keinginan remaja di Amerika Serikat untuk
bunuh diri.

Ini hanya sedikit contoh dari maraknya remaja yang terkena gangguan mental. Data World Health
Organization (WHO) menyebutkan, sekitar 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental.

Jenis masalah kesehatan mental yang umum terjadi adalah depresi dan kecemasan. WHO
menyatakan bahwa 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24
tahun atau rentang usia remaja.

Dalam berbagai kasus, bunuh diri dan self harm (menyakiti diri sendiri) merupakan akibat
permasalahan gangguan kesehatan mental tersebut. Di Indonesia, berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan data rutin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan, jumlah orang yang mengalami gangguan kesehatan mental terus meningkat di
Indonesia.

Menurut data tersebut, sekitar 14 juta orang (6%) yang berusia di atas 15 tahun mengalami
gangguan kemosional berupa gejala depresi dan kecemasan. Jumlah ini ada pada kisaran 3% dari
450 juta penderita gangguan kesehatan mental di seluruh dunia berdasarkan data WHO.

.................

Faktanya, menjadi remaja tidaklah semudah yang terlihat

Sebagai periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, masa remaja tidak
jarang menjadi waktu yang sulit bagi remaja. Dengan emosional yang belum matang, mereka
cenderung memberontak pada apa yang mereka tidak sukai atau setujui –sehingga mereka tidak
jarang mengalami gejolak emosi.

Mengapa remaja mengalami depresi?

Kehidupan sosial, seperti hubungan keluarga, pertemanan, percintaan atau persoalan akademis di
sekolah tidak jarang membuat remaja merasa tertekan. Bahkan, hal tersebut dapat menjadi sumber
stres ringan remaja –yang jika dibiarkan dapat berlangsung lama dan menyebabkan terjadinya
depresi. Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab depresi pada remaja di antaranya adalah:

Faktor genetik
Perubahan hormon
Faktor biologis, depresi karena faktor biologis terjadi jika neurotransmitter yang merupakan bahan
kimia otak alami terganggu
Trauma yang terjadi saat masa kanak-kanak, seperti pelecehan fisik atau emosional, kehilangan
orangtua
Kebiasaan berfikir negatif
Apa saja ciri remaja mengalami depresi?

Ketika remaja mengalami depresi, remaja akan kehilangan motivasi dan semangat dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan terhadap apa yang ia sukai. Mereka juga akan menyendiri,
mengurung diri di kamar selama beberapa waktu untuk menenangkan pikiran dan perasaan.

Remaja yang mengalami depresi juga akan kehilangan nafsu makan, kesulitan tidur, kesulitan
konsentrasi, kesulitan mengingat, apatis, merasa sedih, cemas, putus asa, cenderung melakukan
hal negatif, bahkan memiliki keinginan untuk bunuh diri.
Membedakan depresi pada remaja dan perasaan sedih biasa

Perasaan sedih, kecewa, atau putus asa adalah hal yang wajar dialami oleh remaja, dan bukan
berarti remaja tersebut menderita depresi. Sehingga untuk membedakan antara perasaan sedih dan
depresi, kita harus mengajak mereka berbicara, untuk mengetahui apakah mereka mampu atau
tidak mampu dalam mengelola perasaan mereka.

Namun, jika perasaan sedih tersebut berlangsung lama atau mulai mengganggu kehidupan remaja,
maka pergi ke dokter untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan penanganan yang tepat.

Yang harus dilakukan orangtua untuk membantu remaja yang depresi

Pelajari tentang depresi. Langkah pertama adalah dengan mempelajari depresi agar membantu
Anda mengetahui tentang tanda atau gejala, pengobatan, dan perawatan anak yang mengalami
depresi.
Perhatikan tanda atau peringatan. Setelah Anda mengetahui tentang gejala depresi, Anda harus
lebih peka terhadap apa yang anak Anda tunjukkan kepada Anda –baik perasaan dan perilakunya.
Mengetahui tanda depresi lebih awal dapat mengurangi risiko terjadinya depresi yang lebih buruk.
Komunikasi dengan anak. Ketika Anda melihat anak Anda memiliki tanda-tanda depresi, cobalah
ajak anak Anda berkomunikasi untuk mengetahui apa yang anak Anda sedang rasakan dan
fikirkan. Hal tersebut membuat anak Anda merasa tidak sendirian dalam mengalami masa-masa
sulit.
Bantu anak Anda melewati masa-masa sulit. Ketika anak Anda mengalami depresi, anak Anda
akan mengalami beberapa gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, Anda
harus membantu anak Anda melewati masa-masa sulit, salah satunya dengan membantu anak
Anda berperilaku hidup sehat –yang dapat mengurangi depresi.
Ikuti pengobatan dan perawatan dengan teratur. Anda juga harus memastikan anak Anda
mengikuti pengobatan dan perawatan dari dokter –termasuk memastikan anak Anda minum obat
yang dianjurkan oleh dokter.
Cara mencegah depresi pada remaja

Beberapa cara yang dapat dilakukan remaja untuk mencegah depresi adalah sebagai berikut:

Jaga hubungan pertemanan. Hubungan pertemanan yang positif dapat membuat remaja percaya
diri dan membantunya tetap terhubung dengan lingkungannya.
Tetap aktif. Kegiatan sekolah atau pekerjaan atau berolahraga dapat membuat Anda fokus pada
hal-hal positif –sehingga menghindari Anda fokus pada hal-hal yang negatif.
Berfikir positif. Dengan berfikir positif, ramaja akan terhindar dari pikiran negatif yang akan
membuatnya sedih atau kecewa.

Anda mungkin juga menyukai