Powerpoint
5
Modul ke:
Teknik
Program Studi
Informatika
Membaca untuk Menulis
Pengertian Membaca
. Menurut Anderson dalam Alex A dan Achmad H.P.
(2010:74) membaca adalah proses untuk memahami
yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran
yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.
Berikutnya menurut Tarigan (2008:7) membaca
adalah suastu proses yang dilakukan dan digunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau media tertulis.
• Membaca adalah proses memahami pesan
tertulis yang menggunakan bahasa tertentu
yang disampaikan oleh penulis kepada
pembaca.
Sedangkan menurut Finochiaro dan Bonomo
dalam Alex dan Achmad H.P. (20010: 74)
membaca adalah memetik serta memahami
arti atau makna yang terkandung dalam bahan
tertulis.
• Dengan adanya beberapa definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa membaca pada
hakekatnya adalah suatu proses yang
dilakukan oleh pembaca untuk membangun
makna dari suatu pesan yang disampaikan
melalui tulisan.
• Dalam proses tersebut, pembaca
mengintegrasikan antara informasi atau pesan
dalam tulisan dengan pengetahuan atau
pengalaman yang telah dimiliki.
Tujuan Membaca
Tujuan membaca menurut Anderson dalam Alex A
dan Achmad H.P. (2010: 76) adalah:
1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui
penemuan-penemuan yang dilakukan oleh sang
tokoh.
2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu
merupakan topik yang baik dan menarik, masalah
yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari
atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang
dilakukan.
3. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa
yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang
terjadi mula-mula/pertama, dan untuk mengetahui
urutan atau susunan organisasi cerita.
4. Membaca untuk menemukan serta mengetahui
mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka
itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang
pengarang kepada para pembaca, dan kualitas-
kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil
atau gagal, Ini disebut membaca untuk menyimpulkan
atau membaca inferensi.
5. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-
apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang
tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita
itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca
untuk mengelompokan atau membaca untuk
mengklasifikasikan.
6. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh
berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu,
apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh
sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh. Ini
disebut membaca menilai atau membaca
mengevaluasi.
Membaca untuk menemukan bagaimana cara sang tokoh
berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari hidup yang
kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan,
dan bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.
Ini disebut membaca untuk membandingkan atau
mempertentangkan.
Sedangkan Nurhadi (1987: 11) mengungkapkan bahwa
secara umum, tujuan membaca adalah
(1)mendapatkan informasi,
(2)memperoleh pemahaman,
(3)memperoleh kesenangan.
Secara khusus, tujuan membaca adalah
(1)memperoleh informasi faktual,
(2)memperoleh keterangan tentang sesuatu yang
khusus dan problematis,
(3)memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis
seseorang,
(4)memperoleh kenikmatan emosi, dan
(5)mengisi waktu luang.
Jenis-jenis Membaca
Dari aspek kegiatannya, membaca dibagi menjadi lima macam,
yakni:
1. Membaca Keras
Membaca keras merupakan kegiatan membaca yang
menekankan pada ketepatan bunyi, irama, kelancaran,
perhatian terhadap tanda baca. Kegiatan membaca seperti ini
disebut juga sebagai kegiatan “membaca teknis”.
2. Membaca dalam Hati
• Membaca dalam hati merupakan kegiatan membaca yang
bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok
maupun rincian-rinciannya. Secara fisik membaca dalam hati
harus menghindari vokalisasi, pengulangan membaca,
menggunakan telunjuk/petunjuk atau gerakan kepala.
3. Membaca Cepat
Yaitu membaca yang tidak menekankan pada pemahaman
rincian-rincian isi bacaan, akan tetapi memahami pokok-
pokoknya saja. Membaca ini dapat dilakukan dengan
menggerakkan mata dengan pola-pola tertentu.
4. Membaca Rekreatif
Yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk membina minat
dan kecintaan membaca; biasanya bahan bacaan diambil dari
cerpen dan novel.
5. Membaca Analitik
Yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari
informasi dari bahan tertulis; menghubungkan satu kejadian
dengan kejadian yang lain, menarik kesimpulan yang tidak
tertulis secara eksplisit dalam bacaan.
Proses Membaca
Menurut beberapa ahli ada beberapa model pemahaman proses
membaca, di antaranya model bottom-up, top-down, dan model
interaktif.
Model botton-up menganggap bahwa pemahaman proses
membaca sebagai proses decoding yaitu menerjemahkan simbol-
simbol tulis menjadi simbol-simbol bunyi.
Pendapat itu menurut Harjasujana (1986: 34) sama dengan
pendapat Flesch (1955) yang mengatakan bahwa membaca
berarti mencari makna yang ada dalam kombinasi huruf-huruf
tertentu.
Begitu juga menurut pendapat Fries (dalam Harjasujana, 1986:34)
bahwa membaca sebagai kegiatan yang mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan merespon pada seperangkat pola yang
terdiri atas lambang-lambang grafis.
Pendapat-pendapat di atas ternyata ditentang oleh
Goodman (dalam Cox, 1998: 270) yang menyatakan
bahwa membaca sebagai proses interaksi yang
menyangkut sebuah transaksi antara teks dan
pembaca.
Pembaca yang sudah lancar pada umumnya
meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian
menguatkan atau menolak ramalannya itu
berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan,
membaca seperti itu disebut model top-down.
Kedua pendapat yang menyatakan model bottom-up
dan model top-down akhirnya dipersatukan oleh
Rumelhart dengan nama model interaktif. Rumelhart
(dalam Harris dan Sipay, 1980: 8) menyatukan dua
pendapat itu dengan alasan bahwa proses belajar
membaca permulaan bergantung pada informasi grafis
dan pengetahuan yang berada dalam skemata.
Membaca merupakan suatu proses menyusun makna
melalui interaksi dinamis di antara pengetahuan
pembaca yang telah ada dengan informasi itu telah
dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi
pembaca.
Periode Membaca
Prabaca
Menurut Burns, dkk. (1996: 224) siswa akan
terdorong memahami keseluruhan materi jika para
guru membiasakan kegiatan membaca dengan
aktivitas prabaca, saatbaca, dan pascabaca.
Tahap-tahap membaca itu tidak sama prosedurnya.
Tahap prabaca berbeda dengan tahap saat-baca dan
pascabaca, sebab tahap-tahap itu memerlukan teknik
pembelajaran yang berbeda pula.
Aktivitas pada tahap prabaca sangat
berguna bagi mahasiswa untuk
membangkitkan pengetahuan
sebelumnya.
Aktivitas tersebut menurut Burns, dkk.
(1996: 224) bisa berupa membuat
prediksi tentang isi bacaan, dan
menyusun pertanyaan tujuan.
Adapun Moore (1991: 22) menyarankan
kepada siswa agar pada prabaca, siswa
menganalisis judul bab, subjudul, gambar,
pendahuluan yang dilanjutkan dengan
menyusun pertanyaan.
Leo (1994:5) mempertegas pendapat Moore
bahwa sebelum kegiatan membaca, siswa
mensurve judul bab supaya bisa
mengembangkan membaca secara efektif, dan
bisa mengatur waktunya secara fleksibel.
Saat-baca
Aktivitas pada tahap saat-baca
merupakan kegiatan setelah prabaca.
Kegiatan ini dilakukan siswa untuk
memperoleh pengetahuan baru dari
kegiatan membaca teks bacaan. Dalam
membaca tersebut, siswa akan berusaha
secara maksimal memahami teks bacaan
dengan berbagai strategi.
Burns, dkk. (1996:229-236) mengemukakan
beberapa strategi dan aktivitas yang dapat
digunakan pada saat-baca untuk meningkatkan
pemahaman tersebut.
Strategi dan aktivitas yang dimaksud meliputi
strategi matakognitif, prosedur cloes dan
pertanyaan penuntun. Sedangkan Leo (1994:8)
lebih menekankan pada kegiatan membaca
dengan cara menandai bagian-bagian yang
dianggap penting dan atau membuat ikhtisar
bacaan tersebut.
Pascabaca
Aktivitas pada tahap pascabaca, menurut
Burns, dkk. (1996:237) digunakan untuk
membantu siswa memadukan informasi baru
yang dibacanya ke dalam skemata yang telah
dimilikinya sehingga diperoleh tingkat
pemahaman yang lebih tinggi.
Strategi yang bisa digunakan dalam pascabaca
dapat berupa pembelajaran pengayaan,
pertanyaan, representasi visual, teater
pembaca, penceritaan kembali dan aplikasi.
Teknik-teknik Membaca Cepat
1. Membaca Scanning
Membaca tatap (scanning) atau disebut juga
membaca memindai adalah membaca sangat
cepat.
Ketika seseorang membaca memindai, dia
akan melampaui banyak kata.
Menurut Mikulecky & Jeffries dalam Farida
Rahim (2005: 18) membaca memindai penting
untuk meningkatkan kemampuan membaca.
Teknik membaca ini berguna untuk mencari
beberapa informasi secepat mungkin.
• Biasanya kita membaca kata per kata dari
setiap kalimat yang dibacanya.
Dengan berlatih teknik membaca memindai,
seseorang bisa belajar membaca untuk
memahami teks bacaan dengan cara yang
lebih cepat.
Tetapi, membaca dengan cara memindai ini
tidak asal digunakan.
Jika untuk keperluan membaca buku teks,
puisi, surat penting dari ahli hukum, dan
sebagainya, perlu lebih detil membacanya.
Scanning atau membaca memindai berarti
mencari informasi spesifik secara cepat dan
akurat.
Memindai artinya terbang di atas halaman-
halaman buku.
Membaca dengan teknik memindai artinya
menyapu halaman buku untuk menemukan
sesuatu yang diperlukan.
Scanning berkaitan dengan menggerakan mata
secara cepat keseluruh bagian halaman tertentu
untuk mencari kata dan frasa tertentu.
Teknik membaca memindai (scanning)
adalah teknik menemukan informasi dari
bacaan secara cepat, dengan cara
menyapu halaman demi halaman secara
merata, kemudian ketika sampai pada
bagian yang dibutuhkan, gerakan mata
berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-
loncat, dan tidak melihat kata demi kata.
Langkah-langkah Scanning:
K B
c. 60 .....Kpm
Wd SI
Keterangan:
K = Jumlah kata yang dibaca
Wm = Waktu tempuh baca dalam satuan menit
Wd = waktu tempuh baca dalam satuan detik
B = Skor dari jawaban yang benar
SI = Skor ideal/skor maksimal
Kpm = Kata permenit
KEM, Tujuan Membaca, dan Karakteristik Bacaan
Pembaca yang efisien mempunyai kecepatan baca yang fleksibel
sesuai dengan bahan bacaan yang dihadapinya serta tujuan
membacanya. Berikut ini disajikan rincian rata-rata kecepatan
membaca yang disesuaikan dengan keperluan baca.
Kecepatan 100 kpm atau lebih digunakan pada saat membaca
skimming atau scanning, manakala pembaca hendak mengenal
bahan bacaan yang akan dibaca, mencari jawaban atas
pertanyaan tertentu, mengetahui struktur organisasi bacaan,
mencari gagasan pokok, mendapatkan kesan umum suatu
bacaan, dan lain-lain.
Kecepatan antara 500-800 kpm (tinggi) digunakan untuk
membaca bahan bacaan yang mudah/ringan atau yang sudah
dikenal, antara lain membaca novel, cerpen untuk mengetahui
jalan ceritanya.
Kecepatan antara 350-500 kpm (cepat) digunakan untuk
membaca bacaan yang mudah yang bersifat deskriptif,
informatif dan bacaan fiksi yang agak sulit untuk
menikmati keindahan sastranya, atau mengantisipasi
akhir cerita.
Kecepatan antara 250-350 kpm (rata-rata) digunakan
untuk membaca fiksi yang kompleks guna menganalisis
watak tokoh dan jalan cerita atau bahan-bahan nonfiksi
yang agak sulit untuk mendapatkan detil informasi,
mencari hubungan atau membuat evaluasi terhadap ide
penulisnya.
• Kecepatan antara 100-125 kpm (lambat) digunakan untuk
mempelajari bacaan yang sukar, bahan bacaan ilmiah yang
bersifat teknis, analisis nilai sastra klasik, memecahkan
persoalan yang dirujuk oleh bacaan yang bersifat instruksional
(petunjuk).
• Kecepatan rata-rata di atas hendaknya disertai dengan minimal
70% pemahaman isi bacaan. Karena kecepatan rata-rata
tersebut masih merupakan kecepatan kasar yang belum
menyertakan pemahaman isi bacaan. Berdasarkan hasil studi
para ahli membaca di Amerika, kecepatan yang memadai
untuk siswa tingkat akhir Sekolah Dasar, kurang lebih 200 kpm,
siswa tingkat sekolah lanjutan pertama 200-250 kpm, siswa
tingkat sekolah lanjutan atas antara 250-325 kpm. Sedangkan
tingkat mahasiswa antara 325-400 kpm dengan pemahaman
isi minimal 70%.
Dengan demikian, bila dihitung KPM-nya masing-masing akan menjadi
sebagai berikut:
1. Tingkat SD : 200 X 70% = 140 kpm
2. Tingkat SMTP : 200 X 70% s.d. 250 X 70% = 140 – 175 kpm
3. Tingkat SLTA : 250 X 70% s.d. 325 X 70% = 175 – 245 kpm
4. Tingkat PT : 325 X 70% s.d. 400 X 70% = 245 – 280 kpm
Tingkat Sekolah dan KEM yang Standar
1. SD = 80 s.d. 140 Kpm
2. SMP = 140 s.d. 175 Kpm
3. SMTA = 175 s.d. 245 Kpm
4. PT = 245 s.d. 280 Kpm
Berbagai Hambatan dalam Membaca Cepat
1. Rendahnya Motivasi
Sering kali saat membaca, kita tidak memiliki motivasi yang
kuat atas bahan bacaan. Motivasi yang kurang ini secara
mental akan membuat kita membaca dengan lambat dan otak
tidak dirangsang untuk bekerja dan memahami apa yang kita
baca.
Kunci untuk mengatasi hambatan ini adalah: selalu tanyakan
pada diri kita sendiri AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku?) saat
membaca satu bacaan. Pakailah 5W+1H untuk mematok target
kapan bahan bacaan itu akan diselesaikan.
2. Sulit berkonsentrasi
Ketika kita tidak berkonsentrasi, informasi yang diterima oleh
mata yang diteruskan ke otak tidak mendapat perhatian yang
cukup sehingga kita kehilangan pemahaman atas bahan
bacaan dan harus mengulangnya berkali-kali. Pengulangan ini
disebut sebagai regresi.
Kunci untuk mengatasi hambatan ini adalah mencari suasana
yang menyenangkan dan nyaman saat membaca, yang jauh
dari kebisingan dan mempunyai cahaya penerangan yang
cukup. Agar bisa menyerap informasi dengan maksimal, posisi
alfa (posisi duduk tegak, rileks, dengan kedua telapan kaki
menyentuh lantai) saat membaca sangat dianjurkan.
3. Hambatan dalam Membaca Cepat dan Cara Mengatasinya
a. Vokalisasi (membaca dengan bersuara)
Yakni mengucapkan kata demi kata secara lengkap, bisa
dengan bersuara lantang, ataupun dengan suara samar/tidak
jelas (menggumam).
Untuk mengetahui apakah kita mengucapkan kata-kata atau
tidak, letakkan tangan di leher ketika membaca. Bila getaran
terasa di jakun, itu berarti kita membaca dengan bersuara.
Tips Mengatasinya:
Lakukan gerakan seperti meniup (bibir bersiul) pada saat
membaca, dan letakkan tangan di leher.
Gerakan Bibir
Menggerakkan bibir pada saat membaca, walaupun tanpa bersuara, juga
akan membuat kecepatan baca menjadi melambat empat kali
dibandingkan jika membaca dengan diam/tanpa bersuara.
Tips Mengatasinya:
Rapatkan bibir kuat-kuat. Tekanlah lidah ke langit-langit atas.
Mengunyah permen karet
Bibir dalam posisi bersiul, tapi tanpa suara.
Gerakan Kepala
Saat masa kanak-kanak, jangkauan penglihatan kita tidak memungkinkan
menguasai penampang bacaan (dari kiri hingga kanan). Karena itulah kita
menggerakkan kepala dari kiri dan kanan untuk membaca baris-baris
bacaan secara lengkap. Saat dewasa, jangkauan penglihatan kita telah
mampu menguasai penampang tersebut secara optimal, sehingga
seharusnya mata saja yang bergerak.
Namun demikian, karena kebiasaan masa kecil, kita masih sering
menggerak- gerakkan kepala dengan menggesernya.
Tips Mengatasinya:
Letakkan telunjuk jari ke pipi dan sandarkan siku tangan ke meja selama
membaca. Apabila terasa tangan terdesak oleh gerakan kepala, itu berarti
Anda masih menggerakkan kepala dalam membaca. Usahakanlah untuk
menghentikannya.
Tangan memegang dagu, seperti memegang jenggot. Bila kepala Anda
bergerak, terasa dagu Anda juga bergeser. Usahakanlah untuk
menghentikan gerakan itu.
• Letakkan ujung Jari di hidung. Bila kepala anda bergerak, anda akan
menyadarinya. Berusahalah untuk menghentikannya.
Menunjuk Dengan Jari
Kebiasaan ini timbul karena saat masih belajar membaca, kita selalu
menunjuk kata demi kata dengan jari, agar tak ada kata yang terlewati.
Kebiasaan ini sering dipertahankan hingga dewasa, padahal sangat
menghambat kecepatan baca, Karena gerakan tangan lebih lambat dari
pada gerakan mata.
1. Tips mengatasinya:
Memasukkan tangan ke saku ketika membaca
Memegang buku selama membaca
Regresi
Dalam membaca, mata bergerak dari kiri ke kanan untuk menangkap kata-
kata yang terletak berikutnya. Namun sering mata bergerak kembali ke
belakang untuk membaca ulang suatu kata atau beberapa kata
sebelumnya. Kebiasaan inilah yang disebut dengan regresi. Hal ini
kebanyakan dilakukan karena merasa kurang yakin dalam memahami kata
atau kalimat sebelumnya.
Tips mengatasinya:
Menanamkan kepercayaan diri pada saat membaca. Jangan terpaku pada
detail.
Bila Anda merasa ada yang terlewati, biarkan saja.
Berkonsentrasilah dalam membaca, jangan sampai melamun.
Subvokalisasi
Yakni melafalkan kata-kata dalam batin/pikiran. Kebiasaan ini
juga menghambat karena konsentrasi akan lebih terfokus pada
‘bagaimana melafalkan dengan benar’, dan bukannya
‘memahami ide’ yang terkandung dalam kata-kata tersebut.
Tips mengatasinya:
Memperlebar jangkauan pandangan mata (fiksasi), sehingga
mata dapat menangkap beberapa kata sekaligus. Dengan cara
ini, otak akan menyerap informasi berdasarkan ide ‘garis
besar’nya yang terdiri dari gabungan kata, dan tak terpaku
pada pelafalannya.
Kiat Meningkatkan Kecepatan Membaca
1. Membaca tanpa bersuara, gerak bibir, atau gelengan kepala
2. Jangan berhenti membaca pada satu kata atau bagian yang
sulit
3. Jangan mengulang bacaan
4. Jangan membaca kata demi kata.
5. Jangan membaca bergumam
6. Jangan berhenti lama di awal baris
7. Membaca per satuan makna atau fungsi kalimat
8. Jangan menggunakan telunjuk tangan
9. Berlatih konsentarsi dengan mengatur pernafasan dan
pemfokusan bacaan
Semoga bermanfaat
Latihan
Bagaimana Kiat Meningkatkan Kecepatan Membaca
menurut Saudara?
Judul Sub Bahasan
Template Modul
Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul
yang digunakan dalam perkuliahan
Terima Kasih
Sukirno, S.S., M.Pd.