Anda di halaman 1dari 20

SENI BERKOMUNIKASI

OLEH:

KELOMPOK 3

KELAS 1.1

Ni KOmang Rikayanti (P07120019018)

Kadek Ayu Milda Sari (P07120019024)


Putu Erryca ( P07120019036)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Shang Hyang Widhi
Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Seni Berkomunikasi” ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini kami selaku penyusun tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
kami, memberi masukan-masukan yang bersifat membangun, serta membimbing
kami dalam mengerjakan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata “sempurna”, maka dari
itu kami mohon kritik dan saran dari dosen bidang studi “Pengembangan
Kepribadian” atau dari pembaca lainnya, demi menyempurnakan isi makalah ini
dan menjadi referensi untuk pembelajaran selanjutnya. “Tiada Gading Yang Tak
Retak”, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan serta kekeliruan dalam
penyusunan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

“Om Santih,Santih,Santih Om”

Denpasar, 17 Pebruari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum................................................................................ 2
2. Tujuan Khusus............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Efektif.................................................................................. 3


2.2 Etika Berkomunikasi................................................................................ 3
2.3 Teknik Mendengar................................................................................... 5
2.4 Gaya Komunikasi..................................................................................... 7
2.5 Menghadapi Orang Sulit.......................................................................... 10
2.6 Agenda Terselubung Diri Pribadi............................................................ 14

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan.................................................................................................. 20
3.2 Saran........................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan
hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia
secaraumum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita.
Kitasemua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.Komunikasi dapat
dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yangkompleks, dan teknologi kini telah
merubah cara manusia berkomunikasisecara drastis. Komunikasi tidak terbatas
pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman,
anggukan kepala yangmembenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan
perasaan yang sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci
dalam komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama,
maka yang terjadi adalah “dialog antara orang satu”.  Dengan penguasaan komunikasi
yang baik seseorang memiliki nilai tambah, baik dalam kehidupannya secara umum,
maupun dalam mengkontribusikan dirinya di lingkungan masyarakat.
Setiap orang pasti pernah merasa tidak percaya diri (grogi) untuk berbicara
di depan umum. Akibatnya, muncullah suatu persepsi bahwa untuk menjadi
seorang public speaking haruslah memiliki kemampuan mendasar yang
dinamakan softskill. Akan tetapi, masih banyak pulapublic speaking ternama yang
berkata bahwa dirinya selalu mengalami grogi sesaat sebelum berbicara di depan
para calon pendengarnya. Artinya, keterbatasan softskill bukanlah alasan bagi
seseorang untuk tidak mampu terampil berbiacara di depan orang banyak.
Ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang
mempersiapkan dirinya untuk tampil di depan publik, baik dari segi topik
pembicaraan, fisik, maupun mental.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana berkomunikasi yang efektif ?
2. Apa saja etika saat berkomunikasi ?
3. Bagaimana teknik mendengar saat berkomunikasi ?
4. Bagaimana gaa saat berkomunikasi ?

1
5. Bagaimana cara menghadapi oang sulit saat berkomunikasi ?
6. Apa saja agenda terselubung diri pribadi dalam berkomunikasi ?
1.3 Tujan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah
pengetahuan kita tentang Seni Berkomunikasi.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui bagaimana berkomunikasi yang efektif
2) Untuk mengetahui apa saja etika saat berkomunikasi
3) Untuk mengetahui bagaimana teknik mendengar saat berkomunikasi
4) Untuk mengetahui bagaimana gaa saat berkomunikasi
5) Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi oang sulit saat
berkomunikasi
6) Untuk mengetahui apa saja agenda terselubung diri pribadi dalam
berkomunikasi
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat
bermanfaat sebaik mungkin sehingga dapat memenuhi tugas
pengembangan kepribadian yang diberikan dan sebagai media
pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan dalam materi
seni berkomunikasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Efektif


Komunikasi Efektif adalah saling bertukar informasi, ide, kepercayaan,
perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan
harapan. Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-
sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan.Dalam bahasa asing
orang menyebutnya “the communication is in tune", yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti isi pesan yang disampaikan. Jalaluddin
(2012) dalam menyebutkan komunikasi yang efektif ditkitai dengan adanya
pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, memengaruhi sikap, meningkatkan
hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan.
Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah:
a. Menciptakan suasana yang menguntungkan.
b. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
c. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak
komunikan.
d. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat
menguntungkannya.
e. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak
komunikan.
Berbicara tentang minat di pihak komunikan, danat dikemukakan bahwa
minat akan timbul jika terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
a.Tersedianya suatu hal yang menarik minat.
b. Terdapat kontras, yaitu perbedaan antara hal yang satu dengan lainnya
sehingga hal yang menonjol itu menumbuhkan perhatian.
c.Terdapat harapan untuk mendapat keuntungan atau mungkin gangguan dari
hal yang dimaksudkan.
2.2 Etika Berkomunikasi
Etika dalam berkomunikasi sudah merupakan hal yang wajib adanya,
sebagai komunikator kita perlu memahami perasaan atau psikologis dari lawan

3
bicara kita. Adanya rasa pemahaman dan rasa penghargaan maka komunikasi
akan terjalin lebih mudah, dan jika komunikasi telah terjalin dengan mudah maka
proses transaksi informasi pun akan lebih efektif.
Pentingnya etika dapat dilihat saat seseorang berkomunikasi, kita tentu
lebih menghargai orang yang berbicara dengan sopan dari pada orang yang
berbicara dengan kasar atau tidak sopan. Seorang komunikan akan ragu untuk
terbuka dengan orang yang memiliki kredibilitas yang rendah, penyampaian pesan
yang tidak valid juga akan menyulitkan seorang komunikan dalam menangkap
pesan. Maka dari itu kita perlu mengetahui etika yang perlu kita patuhii sebelum
berkomunikasi.
Ada beberapa hal pokok selaku komunikator yang perlu dilakukan dan
perlu diaplikasikan dalam kehidupan antara lain:
1. Fokus pada lawan bicara
Fokus dalam berkomunikasi merupakan kunci agar informasi yang
disampaikan komunikator kepada kita berjalan lebih efektif. Orang yang
cenderung tidak memperhatikan lawan bicaranya biasanya kehilangan
beberapa potong informasi yang disampaikan dan terjadi kesenjangan
antara kedua belah pihak. Biasanya pihak yang menyampaikan informasi
(komunikator) secara perasaan akan tersinggung dengan kita dan secara
otomatis kesalahan fatal informasi (informasi yang salah) yang masuk
dapat berdampak langsung dengan pengaplikasian kita.
2. Fokus pada masalah
Dalam beberapa kasus komunikasi beberapa individu melupakan
pokok permasalah yang ingin dibicarakan. Hal ini terjadi karena informasi
yang seharusnya disampaikan terlalu melenceng dari yang dibicarakan
(basa-basi). Perlu adanya penyusunan konsep sebelum berbicara dengan
orang lain. Komunikasi ini biasanya disebut dengan komunikasi yang
tidak efisien karena informasi yang dimiliki tidak sesuai dengan hal yang
dibicarakan komunikator. Maka dari itu perlu adanya fokus masalah, yaitu
tidak mencampur adukkan masalah lain yang tidak memiliki kaitan dengan
informasi tersebut.
3. Jangan menimpali pembicaraan

4
Komunikan yang baik adalah komunikan yang mau mendengarkan
dengan bijaksana perkataan dari komunikator. Menghargai hal yang
dikatakannya dan tidak menimpali atau menyela perkataannya sebelum
selesai.
4. Saling menghargai
Biasanya dalam proses ini dua individu (komunikan dan
komunikator) perlu saling memahami satu sama lain dalam model
komunikasi dipaparkan dalam konsep field experience yaitu konsep
kesamaan. Tingkat efektifitas komunikasi akan terjalin lebih tinggi jika
dua individu memiliki kesamaan yang besar. Contoh seorang kolektor
barang antik tentu akan lebih canggung berkomunikasi dengan seorang
pecinta ayam hias dari pada seorang kolektor lainnya. Meski demikian jika
kita dan orang lain tidak memiliki faktor kesamaan, kita harus tetap
menjaga etika dengan menghargai tiap ucapan orang tersebut dengan
menyimak dan mendengarkan hal yang dikatakannya. Rasa penghargaan
akan timbul pula dari orang yang kita hargai tersebut.
5. Selingi dengan Humor
Ada kalanya dalam berkomunikasi kita merasa bosan dengan
informasi yang disampaikan tentu ini bukan kesalahan pendengar namun
dalam proses penyampaian informasi tersebut kurang bumbu yang
menarik pendengar. Dalam hal ini kita perlu menyelinginya dengan
ckitaan atau gurauan agar para pendengar atau komunikan tidak merasa
bosan dengan hal yang kita sampaikan.
2.3 Teknik Mendengar
Dalam proses komunikasi, di satu pihak menjadi pembicara dan pihak
lainnya menjadi pendengar. Menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah dan ada
beberapa tekniknya. Menurut sejumlan peneliti, 75% dari seluruh waktu hidup
manusia adalah digunakan untuk berkomunikasi. Perhatikan orang-orang di suatu
organisasi atau tempat kerja setiap harinya, yaitu memberikan instruksi, motivasi
karyawan, presentasi, menulis surat, menjawab telepon, menegur bawahan, rapat,
dan lain sebagainya.

5
Berikut ini beberapa prinsip dasar yang dapat dijadikan sebagai panduan
pada saat kita mendengarkan seseorang berbicara:
1. Mendengarkan dan berbicara secara bersamaan tidak dapat dilakukan. Hal
ini merupakan prinsip dasar dari mendengarkan efektif. Seseorang
cenderung menambahkan ide pada saat orang sedang berbicara. hal ini
akan menjadi persoalan besar apabila lawan bicara belum selesai bicara,
sehingga ia merasa terganggu. Pihak pendengarpun akan kehilangan
konsentrasi.
2. Mencoba memahami pokok pikiran atau ide utama pambicara. Seorang
pendengar yang baik akan selalu mencoba untuk memahami intisari dari
suatu pembicaraan. Oleh karena itu, ketika kita berkomunikasi usahakan
mencari atau fahami inti dari pembicaraan tersebut.
3. Hindari gangguan dari lingkungan sekitar. Pendengar yang baik akan
selalu memfokuskan diri pada pembicaraan. Oleh karena itu penting sekali
untuk memperhatikan lingkungan sekitar kita dan usahakan sekondusif
mungkin.
4. Mencoba untuk mengendalikan emosi. Pendengar yang baik akan
mencoba untuk mengenyampingkan perasaan atau emosinya. Sehingga ia
dapat menerima pesan dari pembicara dengan jernih.
5. Membuat catatan jelas dan singkat. Buatlah catatan-catatan yang sekiranya
penting tanpa mengurangi konsentrasi pada saat sedang mendengarkan.
Perlu diketahui bahwa kita tidak dapat mengerjakan dua tugas sekaligus
tanpa mengurangi keefektifan salah satu tugas diantaranya.
6. Mencoba untuk bersikap empati. Pendengar yang baik akan selalu
berusaha untuk menghargai posisi pembicara, sehingga kita mendengarkan
penuche dan tidak mendengatkan hal yang ingin kita dengar saja. Berilah
sikap empati seperti fokus perhatian dan memberi senyuman yang baik
pada lawan bicara saat berkomunikasi.
7. Coba untuk memahami prinsip-prinsip komunikasi non-verbal. Tataplah
lawan bicara dengan penuh empati dan perhatikan bahasa tubuhnya.
Kadang sering terjadi pemahaman terhadap suatu pesan lebih mudah
dengan cara memperhatikan raut muka atau gerakan tubuk si pembicara.

6
Sebagai pendengar yang baik, kita juga perlu memperhatikan bahasa tubuh
yang kita tampilkan saat mendengarkan, seperti posisi duduk, raut muka,
anggukan kepala, dan lain sebagainya
8. Mendengarkan yang selektif. Sering kali dalam suatu proses komunikasi,
pembicara menyampaikan pesan atau informasi yang sangat penting.
Kadang-kadang pesan atau informasi tersebut tersembunyi di dalam
konteks pembicaraan. Sebagal pendengar yang baik, kita diharapkan bisa
memilah-milah pesan ataupun informasi tersebut yang sesuai dengan
kebutuhan pendengar saja
9. Bertanya pada tempatnya. Sebagai pendengar yang baik, Kita wajib
menunda pertanyaan yang ingin di utarakan saat pembicara belum selesai
menyampaikan pesan atau informasinya. Usahakan bertanya pada saat
pembicara selesai bertanya, dan usahakan pertanyaannya itu penting dan
dapat mendorong pembicara untuk memperjelas hal yang kurang
diketahui.
10. Memberikan umpan balik. Memberi umpan balik tentunya sudah menjadi
kewajiban lawan bicara. Memberi umpan balik kepada pembicara dengan
harapan kita bisa menangkap materi dari semua pembicaraan yang
disampaikan oleh pembicara.
2.4 Gaya Komunikasi
Efendi (2001) menyatakan gaya komunikasi (communication style)
sebagai seperangkat perilaku pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam
suatu situasi tertentu antar (a specialized set of intexpersonal behaviors that are
used in a given situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari
sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau
tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya
komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan
harapan dari penerima (receiver). Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah
sebagai berikut:
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditkitai dengan
adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan

7
mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator
yang dilakukan satu arah atau one-way communications. Pihak-pihak yang
memakai menggunakan controlling style of communication ini, lebih
memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upava mereka
untuk berharap adanya pesan. Mereka tidak mempunyai Tidak rasa
ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau
feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para
komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pkitangan negatif
orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan
kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pkitangan-pkitangannya.
Pesan-pesan yang berasal dari komunikator satu arah ini, tidak
berusaha menjual gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada
usaha menjelaskan kepada orang lain hal yang dilakukannya. The
controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi
orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya
dalam bentuk kritik. Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini,
tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain membern
respons atau tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian Style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya Ikitasan kesamaan.
The equalitarian style of communication ini ditkita dengan berlakunya
arus penyebaran pesan-pesan verbal secae lisan maupun tertulis yang
bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam gaya
komunikasi ini, aksi komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya setiap
anggota organisası dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat
dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang
demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan
dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang

8
tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain
baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The
equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam
organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja
sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota
dalam suatu organisasi.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, ditkitai dengan berlakunya
arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang
bersifat dua arah Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi
tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku
dalam organisasi tersebut.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif,
karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic
style of communication ini sering dinakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawa para wira niaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gava komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau
merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih
baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan bawahan
mempunyai atau persyaratan bahwa karyawan kemampuan yang cukup
untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima
saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, dari pada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak
untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam

9
gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang
bekerja sama dengan orang-orang luas, yang berpengetahuan
berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua
tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adaa melemahnya
tindak komunikasi. Artinya tidak ada keinginan orang-orang yang
memakai gaya ini untuk berkomunikasi deng orang lain, karena ada
beberapa persoalan ataupun kesulitan pribadi yang dihadapi oleh orang-
orang tersebut. Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang
mengatakan: "Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini". Pernyataan
ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab,
tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari
berkomunikasi dengan orang lain. Gaya ini tidak layak dipakai dalam
konteks komunikasi organisasi.
2.5 Menghdapi Orang Sulit
Sebagian besar dari kita pasti mengenal satu orang yang sepertinya selalu
membuat situasi sulit dan tidak nyaman. Akan tetapi, menuding bahwa mereka
sulit dan terlalu menuntut tidak akan bermanfaat apa-apa, kemungkinan besar
mereka justru tidak melihat hal itu sebagai masalah. Apapun penyebab yang
membuat mereka berlaku demikian, gangguan kepribadian ataukah masalah
mendasar lainnya. Kita dapat memelajari cara yang tepat untuk berinteraksi
dengan orang-orang yang sulit dan memelihara kewarasan diri sendiri.
1. Sadari bahwa kemungkinan kita tidak akan bisa berbicara baik- baik
dengannya. Pembicaraan masuk akal dengan orang yang sulit cenderung
tidak mungkin dilakukan paling tidak untuk kita. Ingatlah setiap kali kita
mencoba berdiskusi dengan kepala dingin tentang hubungan kita dengan
orang tersebut, kemungkinan justru Kita yang disalahkan.Cara terbaik:
a. Sikapi dengan diam atau cobalah berckita dengannya kapan pun
memungkinkan. Ketahui bahwa kita tidak dapat "meluruskan" orang yang
sulit. Mereka tidak bisa dan tidak mau mendengar akal sehat.

10
b. Hindari situasi yang akan memojokkan kita berdua dalam perdebatan.
Jangan menghadapinya satu lawan Sarankan untuk mengundang pihak
ketiga, jika dia menolak. tuntutlah sampai dia mau.
2. Jangan defensif. Tetap tenang, dan sadari bahwa kita tidak akan pernah
menang dalam argumen dengan orang yang sulit. Dia dikatakan "sulit"
karena ada alasan khusus. Dalam pikiran orang yang sulit,kitalah
masalahnya, dan tidak ada satu pun yang kita katakan dapat meyakinkan
dia untuk mendengar cerita dari sisi kita. Dia merasa bahwa opini kita
tidak penting karena kitalah yang salah. Pikirkan hal yang akan kita
katakan sebelum mengatakannya dan tetapkan tujuan kita berbicara
dengannya. Jangan bereaksi impulsif karena dia akan menyinggung kita.
Tidak harus membela diri dari orang ini. Gunakan pemyataan "aku",
bukan "kamu". Contoh jangan mengatakan "kamu salah". Cobalah kata-
kata seperti "aku rasa pernyataanmu tidak benar".
3. Menjauhlah, tenangkan diri, dan redakan ketegangan. Sikap yang tetap
tenang saat situasi memanas adalah kendali diri yang paling tinggi.
Menumpahkan kata-kata penuh amarah atau bereaksi dengan emosi
ekstrem seperti menangis hanya akam mendorong dia untuk bersikap lebih
sulit. Jangan tersinggung dengan reaksinya, dan jangan biarkan diri kita
tersulut emosi saat menanggapinya.
a. Lepaskan diri kita secara emosional dari situasi tersebut, dan lakukan
dengan sikap seolah kita tidak peduli. Tujuannya adalah berusaha
jangan sampai kita terlibat dalam percakapan penuh emosi, menjaga
jarak dan membiarkan kata-katanya membuat perasaan kita tidak tidak
senang.
b. Ubah situasi atau pembicaraan ke arah yang lebih positif dengan
berfokus pada hal lain yang tidak memicu perdebatan. Bicarakan
tentang cuaca, memancing, atau keluarganya apapun yang akan
mengalihkan perdebatan ke arah lain yang tidak menyebabkan konflik
lebih lanjut.
c. Pertimbangkan fakta bahwa apapun yang kita lakukan atau katakan
saat marah dapat digunakan untuk melawan kita. Jangan ditanggapi,

11
kecuali jika kita tidak keberatan mendengar dia mengungkit komentar
marah yang pernah kita keluarkan selama bertahun-tahun kemudian.
Seseorang yang sulit ingin mendengar kita mengatakan sesuatu yang
membuktikan bahwa kita orang yang bermasalah.
d. Jangan menghakimi apakah dia benar atau salah walaupun dia bersikap
tidak rasional. Sikap menghakimi kemungkinan hanya membuat
perasaan kita semakin tidak enak.
4. Hindari perdebatan, jika memungkinkan, jangan berdebat dengan orang
yang sulit. Cari cara untuk setuju atau abaikan saja. Perdebatan hanya akan
membuat kita terlibat secara emosional dan memicu respons kita untuk
melawan daripada harus kalah. Ini akan mempersulit usaha kita untuk
berpikir jernih dan memberi respons yang tepat.
5. Orang yang sulit umumnya ingin mencari perhatian, jadi begitu dia
menyadari bahwa kita tidak akan memberi perhatian yang dia inginkan,
dia akan berpindah kepada orang lain yang akan bereaksi sesuai
keinginannya. Menjauhlah dari urusannya, dari jalannya dan hindari bicara
dengan atau tentang dia. Ledakan emosi orang yang sulit sama seperti
amukan anak kecil. Jangas hiraukan dia, kecuali jika ledakan emosinya
menghancurkan berbahaya atau mengancam keselamatan. Usahakan untuk
menghindari orang sulit yang sedang marah atau beri dia alasan untuk
meredakan emosinya.
6. Ajukan pertanyaan yang memprovokasi pikiran. Mengajukan pertanyaan
yang merujuk pada suatu masalah kepada orang yang sulit atau kelompok
yang kita hadapi seperti pernyataan "Ada masalah apa?" atau "Mengapa
kamu berpikiran seperti itu?" bisa menolong. Pernyataan seperti itu
menunjukkan bahwa kita terlibat aktif dalam pembicaraan dan bersedia
mencari hal yang menjadi sumber perdebatan. Kita dapat membantu
seseorang yang sulit dengan menata ulang posisinya dan menyoroti
ketidakrasionalan yang ja lakukan. Ketahui bahwa individu yang sulit
mungkin menanggapi pertanyaa tersebut dengan berusaha membuat
masalah lebih rumit denga cara mengumpat, menyalahkan, mengganti
topik pembicaraa atau berperilaku lain.

12
7. Tenangkan diri, jika percakapan dengan orang ini sudah menguji
kesabaran terakhir kita. Menjauhlah dari situasi tersebut. Dia mungkin
hanya ingin menyulut emosi kita. Jadi tunjukkan bahwa perilakunya tidak
berpengaruh apa-apa. Sebaiknya kita menjauh atau mengerjakan hal lain
untuk menenangkan diri.
a. Jika perlu, hitung sampai sepuluh dalam hati.
b. Jika dia masih bersikap sulit, abaikan saja. Nantinya dia akan diam
sendiri setelah menyadari bahwa dia tidak bisa memicu reaksi keras dari
kita.
8. Sesuaikan strategi. Saat kita tidak bisa menjauh, anggap pembicaraan
tersebut seperti permainan. Pelajari strategi orang tersebut, dan buat
strategi yang berlawanan sebelum konflik terjadi. Lama-kelamaan kita
akan mengetahui strategi yang berhasil dan yang tidak, ditambah lagi kita
akan merasa lebih baik karena mengambil tiga langkah lebih awal untuk
mengunggulinya disetiap perdebatan. Ingatlah bahwa tujuan akhir kita
adalah membebaskan diri secara mental, bukan menjadi lebih unggul.
a. Saat dia menghampiri kita di depan orang banyak dan membisikkan
sesuatu yang menurutnya tidak akan kita tanggapi demi menghindari
drama, jawab dengan suara lantang, "Apa kamu benar-benar ingin
membahas masalah itu di sini?" Ini mungkin akan membuat dia terkejut
dan akhirnya enggan menunjukkan kenegatifan di depan banyak orang.
b. Pertimbangkan konsekuensi potensial dari tindakan kita ini jika rencana
semula tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kita juga dapat
mempersiapkan hal yang tidak terduga. Manakala dia berhasil memancing
reaksi kita dengan cara terjadi dan kembangkan strategi yang lebih baik
untuk kesempatan berikutnya. lain, jangan terlalu dipikirkan. Ingat-ingat
saja apa yang terjadi dan kembangkan strategi yang lebih baik untuk
kesempatan berikutnya.
c. Orang yang sulit dihadapi tidak akan terlalu sulit bila kita dapat
memprediksi sesuatu yang akan dia katakan atau lakukan selanjutnya.
9. Perhatikan balhasa tubuh kita. Sadari posisi tubuh, cara berjalan dan
ekspresi wajah kita ketika berada di dekat orang ini, Kita mengungkapkan

13
banyak emosi melalui komunikasi non verbal Jangan sampai kita
mengungkapkan perasaan tanpa sadar. tubuh kontrol bahasa akan
membantu Selain itu, mempertahankan ketenangan, dan dalam prosesnya
menimbulkan efek menenangkan pada diri orang sulit ini.
a. Bicaralah dengan suara halus, gerakkan tubuh setenang mungkin.
b. Hindari bahasa tubuh konfrontatif, seperti kontak mata dalam jangka
waktu lama, gerakan agresif, menunjuk atau berdiri tepat di depan
wajahnya. Pertahankan ekspresi wajah netral, jangan menggelengkan
kepala dan jangan berdiri terlalu dekat.
2.6 Agenda Terselubung Diri Pribadi
1. Privasi teritorialitas dan ruang personal Johary Window.

ST STT

OT ST-OT STT-OT

OTT ST-OTT STT-OTT

Altman (1975) menyatakan Privacy adalah proses pengontrolan yang


selektif terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain.
Merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mengendalikan
interaksi mereka dengan orang lain baik secara visual, audial, maupun olfaktori
untuk mendapatkan yang diinginkan.
2. Ruang personal
Ruang pribadi merupakan kawasan sekitarnya seseorang yang mereka
anggap sebagai psikologis mereka. Invasi ruang pribadi sering menyebabkan
ketidaknyamanan, kemarahan, atau kecemasan pada pihak korban. Altman (1975)
menyatakan ruang personal adalah daerah disekeliling seseorang dengan batas-
batas yang tidak jelas yang seseorang tidak boleh memasukinya.Ruang personal
sebagai jarak atau daerah disekitar individu, dengan memasuki daerah orang lain,
menyebabkan orang lain tersebut merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang,
dan kadang- kadang menarik diri. Altman (1975) mengemukakan beberapa
karakteristik ruang personal.

14
a. Batas diri yang tidak boleh dimasuki orang lain.
b. Ruang personal itu tidak berupa pagar yang tampak mengelilingi
seseorang dan terletak disuatu tempat tetapi batas itu melekat pada diri dan
dibawa kemana-mana.
c. Ruang personal adalah batas kawasan yang dinamis yang berubah ubah
besarnya sesuai dengan waktu dan situasi.
d. Pelanggaran ruang personal ini akan dirasakan sebagai ancaman sehingga
daerah ini dikontrol dengan kuat.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Jadi dari makalah ini dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam kehidupan
organisasi, namun dalam kehidupan manusia secaraumum. Komunikasi
merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kitasemua berinteraksi dengan
sesama dengan cara melakukan komunikasi.Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yangkompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia
berkomunikasisecara drastis. Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang
terucap belaka, melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala
yangmembenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang
sama. Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam
komunikasi. Di dalam seni berkomunikasi terdapat beberapa hal-hal penting yang
harus kita perhatikan seperti komunikasi yang efektif, etika berkomunikasi, teknik
mendengar, gaya komunikasi, menghadapi orang sulit, dan agenda terselubung
diri pribadi.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat berkomunikasi efektif dan lebih peka dengan
urgensi kemampuan berbicara di depan public. Mahasiswa sebaiknya mendalami
dengan sendirinya kemampuan komunikasi public.

16
DAFTAR PUSTAKA

I Wayan Candra, I G A Harini, I Nengah Sumirta. 2018. Pengembangan


Kepribadian, Denpasar: Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan
Keperawatan: Penerbit Perpustakaan Nasional

17

Anda mungkin juga menyukai