MASA DEPAN BANGSA” Disusun oleh: Kelompok 3 - Annisa Savira 16510207 - Andreas Martin 16510247 - Atiska Surwahardita Lubis 16510177 - Della Anggraini 16510151 - Denny Lestari Siahaan 16510110 - Khairul Imam 16510221 - Lisa Fadillah Ramadani 16510194 - Musdalifah 16510175 - Muhammad Yuda Pratama 19524078 - Nabila Kabbani 16510081 - Nanda Adella 16510161 - Nova Sagita Matondang 16510028 - Rizky Hidayat 16510141 - Serli Juwita 16510212 - Sintaria Sibarani 16510090 - Sri Indah Lestari 16510138 - Suci Arsy Mulyo 16510150 - Widya Chairani 16510238 - Ya Cinta Efendi 16510142
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN 2020 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ) dibentuk berdasarkan Undang– Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK). KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang-undang menyebutkan peran KPK sebagai trigger mechanism, yang berarti mendorong atau sebagai stimulus agar upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya menjadi lebih efektif dan efisien. KPK sebagai lembaga negara yang bertugas memberantas korupsi melakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah kasus-kasus korupsi salah satunya dengan membuat film – film pendek yang bertemakan tindakan korupsi dan menguploadnya di chanel youtube KPK RI, dalam film – film yang dibuat oleh KPK, KPK menyajikan cerita tentang contoh-contoh tindakan korupsi dan dampaknya jika melakukan tindakan korupsi. Film – film tersebut digunakan KPK untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk bertindak jujur dan amanah dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya dan untuk mengurangi jumlah kasus- kasus korupsi yang ada di Indonesia karena salah satu cara untuk mengurangi / mencegah tindakan korupsi adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya tindakan korupsi. Adapun Film “ KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan Bangsa” menceritakan tentang tindakan penyelewengan yang dilakukan oleh salah seorang bupati dengan menerima suap dari seorang pengusaha untuk memudahkan dan menerima semua tindakan yang dilakukan di desa tersebut tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang akan terjadi setelah hutan didesa tersebut ditebang habis, selain itu bupati desa tersebut juga menyuap para warganya untuk tidak melakukan aksi protes atas apa yang dilakukan oleh pengusaha tersebut. Film tersebut mencoba menyajikan kasus yang terjadi disekitar masyarakat khususnya yang berada di daerah dekat hutan. Adapun nilai – nilai yang diangkat dalam cerita film ini adalah nilai akuntabilitas yaitu pemerintah daerah seharusnya jika ingin menerima salah satu proyek pembukaan lingkungan baru atau perkebunan baru seharusnya menyuruh pengusaha/ pemborong yang melakukan proyek tersebut melakukan AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dengan begitu dapat diketahui apa saja dampak yang akan terjadi jika lingkungan tersebut diubah salah satunya penebangan pohon dihutan, bukan hanya menerima proyek begitu saja serta bagi masyarakat juga seharusnya lebih objektif dalam menyikapi setiap tindakan yang dilakukan pemerintah daerah jangan hanya diam saja dan menerima suap dalam bentuk uang yang diberikan oleh pemerintah daerah, sedangkan lingkungan yang ditempatinya terancam bahaya karena terus – menerus dieksploitasi tanpa adanya alternatif untuk menanggulangi bencana alam yang mungkin akan terjadi. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap film “ KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan Bangsa”, penelitian lebih mendalam ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami pesan – pesan yang ingin disampaikan oleh KPK kepada masyarakat melalui film ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakanng masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa nilai – nilai dan pesan moral yang terkandung dalam film “ KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan Bangsa”? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai – nilai dan pesan moral yang terkandung dalam film “ KPK : korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan Bangsa” BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi). A. Sejarah KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi) KPK berdiri pada tahun 2002 dan didirikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Adapun pembentukan KPK ini didasari karena Presiden RI pada waktu itu melihat institusi kepolisian dan kejaksaan dinilai terlalu kotor, karenanya untuk menangkap para koruptor dirasa tidak sanggup. Selain itu, polisi dan jaksa sulit untuk dibubarkan sehingga terbentuklah KPK. Gagasan awal berdirinya KPK sendiri sudah muncul sejak era pemerintahan BJ Habibie yang telah mengeluarkan peraturan Undang-Undang No.28 pada tahun 1999 mengenai Penyelenggaraan Negara yang bebas dan bersih dari KKN. BJ Habibie selanjutnya mulai membentuk berbagai badan/komisi baru seperti KPPU/ Lembaga Ombudsman, dan KPKPN. Untuk lebih serius menangani kasus pemberantasan korupsi di Indonesia, Presiden RI selanjutnya yakni Abdurrahman Wahid (Gus Dur) telah membentuk TGPTPK (Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).Lembaga tersebut dibentuk sesuai Keputusan Presiden yang dipimpin oleh Hakim Agung Andi Andojo dan masa Jaksa Agung Marzuki Darusman. Namun, ditengah-tengah semangat yang menggebu untuk memberantas tindakan korupsi anggota tim, lewat judicial review MA (Mahkamah Agung), akhirnya TGPTPK pun dibubarkan. Sesudah Gus Dur lengser, digantikan oleh Megawati Soekarno Putri. Di era Presiden Megawati inilah semangat untuk upaya pemberantasan korupsi kembali menggebu. Sehingga munculah Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berhasil diwujudkan di masa pemerintahan Megawati. Bahkan berhasil menelurkan 5 pendekar pemberantasan korupsi yang pertama. B. Pengertian KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi) KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK. KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota. Kelima pimpinan KPK tersebut merupakan pejabat negara, yang berasal dari unsur pemerintahan dan unsur masyarakat. Pimpinan KPK memegang jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial. Pimpinan KPK membawahkan empat bidang, yang terdiri atas bidang pencegahan, penindakan, informasi dan data, serta pengawasan Internal dan pengaduan masyarakat. Masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang deputi. KPK juga dibantu Sekretariat Jenderal yang dipimpin seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia, namun bertanggung jawab kepada pimpinan KPK.Ketentuan mengenai struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam aktivitas dan langkah-langkah yang dilakukan KPK. Dalam pelaksanaan operasional, KPK mengangkat pegawai yang direkrut sesuai dengan kompetensi yang diperlukan.
C. Tugas dan Wewenang KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi)
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas: 1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. 2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. 3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. 4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan 5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang : 1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi; 2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; 3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait; 4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan 5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
2.2. Hutan
A. Pengertian Hutan dalam UU. No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Perusakan Hutan Dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 18 Tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan disebutkan bahwa: “hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya.”
B.Tujuan UU. No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan Adapun tujuan dari dibentuknya Undang – Undang ini adalah: a. memberikan payung hukum yang lebih tegas dan lengkap bagi aparat penegak hukum untuk melakukan pemberantasan perusakan hutan sehingga mampu memberi efek jera bagi pelakunya; b. meningkatkan kemampuan dan koordinasi aparat penegak hukum dan pihak-pihak terkait melalui lembaga pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan dalam upaya pemberantasan perusakan hutan. c. meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan terutama sebagai bentuk kontrol sosial pelaksanaan pemberantasan perusakan hutan; d. mengembangkan kerja sama internasional dalam rangka pemberantasan perusakan hutan secara bilateral, regional, ataupun multilateral; dan e. menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian dan tidak merusak lingkungan serta ekosistem sekitarnya guna mewujudkan masyarakat sejahtera.
C. Ketentuan Perbuatan Perusakan Hutan Dalam UU. No. 18 Tahun
2013. Dalam Pasal 11 UU. No. 18 Tahun 2013 ditetapkan jenis – jenis perbuatan perusakan hutan yaitu : 1. Perbuatan perusakan hutan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi kegiatan pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah yang dilakukan secara terorganisasi. 2. Perbuatan perusakan hutan secara terorganisasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompok yang terstruktur, yang terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih, dan yang bertindak secara bersama-sama pada waktu tertentu dengan tujuan melakukan perusakan hutan. 3. Kelompok terstruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan yang melakukan perladangan tradisional dan/atau melakukan penebangan kayu di luar kawasan hutan konservasi dan hutan lindung untuk keperluan sendiri dan tidak untuk tujuan komersial. 4. Masyarakat yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan hutan yang melakukan penebangan kayu di luar kawasan hutan konservasi dan hutan lindung untuk keperluan sendiri dan tidak untuk tujuan komersial harus mendapat izin dari pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Ketentuan mengenai penebangan kayu di luar kawasan hutan konservasi dan hutan lindung untuk keperluan sendiri dan tidak untuk tujuan komersial diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Didalam pasal 12 UU. No. 18 tahun 2013 juga dijelasakan hal-hal yang tidak boleh dilakukan terhadap hutan yaitu : a. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan hutan; b. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang; c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah; d. memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin; e. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan; f. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; g. membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; h. memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar; i. mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan, atau udara; j. menyelundupkan kayu yang berasal dari atau masuk ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui sungai, darat, laut, atau udara; k. menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima titipan, dan/atau memiliki hasil hutan yang diketahui berasal dari pembalakan liar; l. membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah; dan/atau m. menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.
2.3 Bentuk – Bentuk Korupsi
Menurut Centre of International Crime Prevention (CILP) dari UN Office for Drug Control and Crime Prevention (UN-ODCP), sebagaimana dikutip oleh Rocky Marbun (2010), ada 10 bentuk “korupsi” sebagai berikut : 1. Pemberian Suap/Sogok (Bribery) Pemberian dalam bentuk uang, barang, fasilitas, dan janji untuk melakukan atau tidak melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan yang akan berakibat membawa untung terhadap diri sendiri atau pihak lain, yang berhubungan dengan jabatan yang dipegangnya pada saat itu. 2. Penggelapan (Embezzlement) Perbuatan mengambil tanpa hak oleh seseorang yang telah diberi kewenangan, untuk mengawasi dan bertanggung jawab penuh terhadap barang milik negara, oleh pejabat publik atau swasta. 3. Pemalsuan (Fraud) Suatu tindakan atau perilaku untuk mengelabui orang lain atau organisasi, dengan maksud untuk kepentingan dirinya sendiri ataupun orang lain. 4. Pemerasan (extotertion) Memaksa seseorang untuk membayar atau memberikan sejumlah uang atau barang, atau bentuk lain, sebagai ganti dari seorang pejabat publik untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Perbuatan tersebut dapat diikuti dengan ancaman fisik dan kekerasan. 5. Penyalahgunaan jabatan atau wewenang (Abuse of discretion) Mempergunakan kewenangan yang dimiliki untuk melakukan tindakan yang memihak atau pilih kasih kepada kelompok atau perseorangan, sementara bersikap diskriminatif terhadap kelompok atau perseorangan lainnya. 6. Pertentangan kepentingan/memiliki usaha sendiri (Internal trading) Melakukan transaksi publik dengan menggunakan perusahaan milik pribadi atau keluarga, dengan cara mempergunakan kesempatan dan jabatan yang dimilikinya untuk memenangkan kontrak pemerintah. 7. Pilih kasih (Favoritism) Memberikan pelayanan yang berbeda berdasarkan alasan hubungan keluarga, afiliasi partai politik, suku, agama, dan golongan, yang bukan alasan objektif, seperti kemampuan, kualitas, rendahnya harga, dan profesionalisme kerja. 8. Menerima komisi (Commision) Pejabat publik yang menerima sesuatu yang bernilai, dalam bantuan uang, saham, fasilitas, barang, dll., sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan atau hubungan bisnis dengan pemerintah. 9. Nepotisme (Nepotism) Tindakan untuk mendahulukan sanak keluarga, kawan dekat, anggota partai politik yang sepaham, dalam penunjukan atau pengangkatan staf, panitia pelelangan, atau pemilihan pemenang lelang. 10. Kontribusi atau sumbangan ilegal (Ilegal Contribution) Hal ini terjadi apabila partai politik atau pemerintah yang sedang berkuasa pada waktu itu menerima sejumlah dana sebagai konstribusi dari hasil yang dibebankan kepada kontrak-kontrak pemerintah. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum A. Profil Film Komisi Pemberantasan Korupsi Film KPK terdiri dari film pendek yang terinspirasi dari laporan pemeriksaan KPK. Tema yang diangkat dalam film pendek ini adalah kasus-kasus penyelewengan di sektor sumber daya alam yang sudah pernah terjadi. Film ini menggambarkan tentang penerimaan suap dan penyalagunaan jabatan atau wewenang. Film KPK berjudul KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan Bangsa. Film KPK ini berdurasi 9 menit yang dipublikasikan pada tanggal 11 Februari 2019 di channel Youtube KPK RI. B. Sinopsis Film KPK Film KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan Bangsa Film ini bercerita tentang keluarga Sandi yang menolak menerima suap dari bupati Desa Wadung Sari tempat ia tinggal. Uang suap yang diberikan Bupati tersebut berasal dari pemilik perusahaan PT Bumi Sejahtera. Bupati Wadung Sari menerima suap dari pemilik PT Bumi Sejahtera untuk memudahkan perusahaan tersebut untuk melakukan penebangan hutan secara besar-besaran tanpa ada yang menghalangi kegiatan perusahaan tersebut akan tetapi Bupati tersebut tidak memikirkan dampak buruk dari kegiatan tersebut bagi Desa Wadung Sari. Penebangan hutan secara liar yang dilakukan oleh PT Bumi Sejahtera mengakibatkan bencana banjir di Desa Wadung Sari. Pak Sandi menolak menerima uang suap tersebut karena ia memiliki pendirian yang kuat bahwa tindakan tersebut tidak baik dan tercela. Kemudian keesokan harinya Pak Sandi menemui sesorang dan menceritakan kejadian tersebut kemudian seseorang tersebut melaporkan kerjasama antara Bupati dengan pemilik perusahaan tersebut kepada KPK melalui form pengaduan KPK. Akhirnya, pada saat mereka melakukan serah terima uang tersebut KPK datang untuk menangkap mereka. Tindakan Pak Sandi menolak suap tersebut dilihat dan dicontoh oleh anaknya yang bernama Rama ketika ia sudah besar dan menjadi seorang Bupati. 3.2 Bentuk Korupsi Menurut analisis bentuk korupsi dalam film ini adalah penerimaan suap oleh Bupati Desa Wadung Sari dan penyalagunaan jabatan oleh Bupati Wadung Sari. 3.3 Dampak Korupsi Adapun dampak dari penerimaan suap dan penyalah gunaan jabatan yang dilakukan oleh Bupati Wadung Sari jika PT. Bumi Sejahtera melakukan penebangan hutan secara terus menerus dapat mengakibatkan bencana alam di Desa Wadung Sari seperti banjir. 3.4 Penyebab Korupsi Dalam cerita film ini, tindakan suap terjadi karena pemilik PT. Bumi Sejahtera ingin melakukan kegitannya tanpa adanya halangan dari pihak manapun, dan juga Bupati Desa Wadung Sari yang serakah terhadap uang. 3.5 Cara Antisipasi Kecurangan Berdasarkan dari cerita Film ini cara mengantisipasi kecurangan adalah dengan memberikan contoh perbuatan yang baik seperti tidak menerima suap dalam bentuk apapun dan jangan pernah menjadi pembohong kepada anak – anak, sehingga sampai dewasa jiwa jujur sudah tertanam didalam dirinya. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari cerita film KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan Bangsa dapat disimpulkan bahwa, penyalagunakan jabatan yang dilakukan oleh Bupati sebagai kepala daerah, ia diberikan kepercayaan untuk mengurus Sumber Daya Alam disekitar Desa yang dipimpinnya akan tetapi karena keserakahannya terhadap uang ia menerima suap dari suatu perusahaan kemudian perusahaan tersebut merusak hutan dan alam di Desa tersebut yang mengakibatkan Desa tersebut terjadi banjir dan alam di Desa tersebut rusak. Menerima uang suap untuk menutup tindakan yang buruk adalah perbuatan yang tidak baik dilakukan karena tindakan yang buruk tersebut dapat berakibat buruk bagi orang banyak. Pesan yang ingin disampaikan KPK ialah agar masyarakat dan pejabat tidak mudah menerima suap untuk menutupi perbuatan buruk orang lain, serta agar masyarakat dan para pejabat selalu berperilaku jujur dalam melakukan pekerjaannya. Film ini mencoba menyajikan kasus-kasus yang sering terjadi disektor Sumber Daya Alam yang jika sering terjadi akan berdampak buruk bagi alam dan masa depan bangsa. Nilai-nilai yang diangkat dalam cerita film ini adalah nilai akuntabilitas yang harus dimiliki para pejabat dan peran masyarakat yang harus melaporkan jika ada tanda-tanda penyelewengan yang dilakukan oleh pejabat kepada KPK. 4.2 Saran Sebaiknya KPK terus menerus membuat film-film pendek tentang tindakan korupsi dan dampaknya untuk mengedukasi masyarakat bahwa tindakan korupsi itu salah satu perbuatan tidak baik dan merugikan banyak orang. Karena salah satu upaya dalam memberantas korupsi adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang korupsi. DAFTAR PUSTAKA - https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-18-2013-pencegahan- pemberantasan-perusakan-hutan#:~:text=Undang%2DUndang %20Republik%20Indonesia%20Nomor,dunia%2C%20khususnya %20dalam%20mengurangi%20dampak - https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/93-tentang- kpk/fungsi-dan-tugas/31-fungsi-dan-tugas - https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-komisi-pemberantasan- korupsi - http://pendidikan-antikorupsi.blogspot.com/2015/02/bentuk-bentuk- korupsi.html