Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH RIVIEW FILM BERTEMA KORUPSI YANG BERJUDUL

“ KPK: KORUPSI SUMBER DAYA ALAM, KORUPSI


MASA DEPAN BANGSA”
Disusun oleh:
Kelompok 3
- Annisa Savira 16510207
- Andreas Martin 16510247
- Atiska Surwahardita Lubis 16510177
- Della Anggraini 16510151
- Denny Lestari Siahaan 16510110
- Khairul Imam 16510221
- Lisa Fadillah Ramadani 16510194
- Musdalifah 16510175
- Muhammad Yuda Pratama 19524078
- Nabila Kabbani 16510081
- Nanda Adella 16510161
- Nova Sagita Matondang 16510028
- Rizky Hidayat 16510141
- Serli Juwita 16510212
- Sintaria Sibarani 16510090
- Sri Indah Lestari 16510138
- Suci Arsy Mulyo 16510150
- Widya Chairani 16510238
- Ya Cinta Efendi 16510142

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ) dibentuk berdasarkan Undang–
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK).
KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional,
intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara yang bersifat
independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun.
KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi
dari lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Penjelasan undang-undang
menyebutkan peran KPK sebagai trigger mechanism, yang berarti mendorong
atau sebagai stimulus agar upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga
yang telah ada sebelumnya menjadi lebih efektif dan efisien.
KPK sebagai lembaga negara yang bertugas memberantas korupsi
melakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah kasus-kasus korupsi salah
satunya dengan membuat film – film pendek yang bertemakan tindakan korupsi
dan menguploadnya di chanel youtube KPK RI, dalam film – film yang dibuat
oleh KPK, KPK menyajikan cerita tentang contoh-contoh tindakan korupsi dan
dampaknya jika melakukan tindakan korupsi. Film – film tersebut digunakan
KPK untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk bertindak jujur dan
amanah dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya dan untuk mengurangi jumlah
kasus- kasus korupsi yang ada di Indonesia karena salah satu cara untuk
mengurangi / mencegah tindakan korupsi adalah memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang bahaya tindakan korupsi.
Adapun Film “ KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan
Bangsa” menceritakan tentang tindakan penyelewengan yang dilakukan oleh salah
seorang bupati dengan menerima suap dari seorang pengusaha untuk
memudahkan dan menerima semua tindakan yang dilakukan di desa tersebut
tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang akan terjadi setelah hutan didesa
tersebut ditebang habis, selain itu bupati desa tersebut juga menyuap para
warganya untuk tidak melakukan aksi protes atas apa yang dilakukan oleh
pengusaha tersebut. Film tersebut mencoba menyajikan kasus yang terjadi
disekitar masyarakat khususnya yang berada di daerah dekat hutan.
Adapun nilai – nilai yang diangkat dalam cerita film ini adalah nilai
akuntabilitas yaitu pemerintah daerah seharusnya jika ingin menerima salah satu
proyek pembukaan lingkungan baru atau perkebunan baru seharusnya menyuruh
pengusaha/ pemborong yang melakukan proyek tersebut melakukan AMDAL
( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dengan begitu dapat diketahui apa saja
dampak yang akan terjadi jika lingkungan tersebut diubah salah satunya
penebangan pohon dihutan, bukan hanya menerima proyek begitu saja serta bagi
masyarakat juga seharusnya lebih objektif dalam menyikapi setiap tindakan yang
dilakukan pemerintah daerah jangan hanya diam saja dan menerima suap dalam
bentuk uang yang diberikan oleh pemerintah daerah, sedangkan lingkungan yang
ditempatinya terancam bahaya karena terus – menerus dieksploitasi tanpa adanya
alternatif untuk menanggulangi bencana alam yang mungkin akan terjadi.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian
yang lebih mendalam terhadap film “ KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi
Masa Depan Bangsa”, penelitian lebih mendalam ini dilakukan untuk mengetahui
dan memahami pesan – pesan yang ingin disampaikan oleh KPK kepada
masyarakat melalui film ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakanng masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Apa nilai – nilai dan pesan moral yang
terkandung dalam film “ KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan
Bangsa”?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai – nilai dan pesan moral yang
terkandung dalam film “ KPK : korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan
Bangsa”
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi).
A. Sejarah KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi)
KPK berdiri pada tahun 2002 dan didirikan oleh Presiden Megawati
Soekarnoputri. Adapun pembentukan KPK ini didasari karena Presiden RI pada
waktu itu melihat institusi kepolisian dan kejaksaan dinilai terlalu kotor,
karenanya untuk menangkap para koruptor dirasa tidak sanggup. Selain itu, polisi
dan jaksa sulit untuk dibubarkan sehingga terbentuklah KPK. Gagasan awal
berdirinya KPK sendiri sudah muncul sejak era pemerintahan BJ Habibie yang
telah mengeluarkan peraturan Undang-Undang No.28 pada tahun 1999 mengenai
Penyelenggaraan Negara yang bebas dan bersih dari KKN. BJ Habibie selanjutnya
mulai membentuk berbagai badan/komisi baru seperti KPPU/ Lembaga
Ombudsman, dan KPKPN.
Untuk lebih serius menangani kasus pemberantasan korupsi di Indonesia,
Presiden RI selanjutnya yakni Abdurrahman Wahid (Gus Dur) telah membentuk
TGPTPK (Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).Lembaga
tersebut dibentuk sesuai Keputusan Presiden yang dipimpin oleh Hakim Agung
Andi Andojo dan masa Jaksa Agung Marzuki Darusman. Namun, ditengah-tengah
semangat yang menggebu untuk memberantas tindakan korupsi anggota tim,
lewat judicial review MA (Mahkamah Agung), akhirnya TGPTPK pun
dibubarkan.
Sesudah Gus Dur lengser, digantikan oleh Megawati Soekarno Putri. Di
era Presiden Megawati inilah semangat untuk upaya pemberantasan korupsi
kembali menggebu. Sehingga munculah Undang-Undang No. 30 Tahun 2002
mengenai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berhasil diwujudkan di
masa pemerintahan Megawati. Bahkan berhasil menelurkan 5 pendekar
pemberantasan korupsi yang pertama.
B. Pengertian KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi)
KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. Dalam
pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian
hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas.
KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara
terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK.
   KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang
ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota.
Kelima pimpinan KPK tersebut merupakan pejabat negara, yang berasal dari
unsur pemerintahan dan unsur masyarakat. Pimpinan KPK memegang jabatan
selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan.
Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.
Pimpinan KPK membawahkan empat bidang, yang terdiri atas
bidang pencegahan, penindakan, informasi dan data, serta pengawasan Internal
dan pengaduan masyarakat. Masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh
seorang deputi. KPK juga dibantu Sekretariat Jenderal yang dipimpin seorang
Sekretaris Jenderal  yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik
Indonesia, namun bertanggung jawab kepada pimpinan KPK.Ketentuan mengenai
struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan
masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam aktivitas dan langkah-langkah
yang dilakukan KPK. Dalam pelaksanaan operasional, KPK mengangkat pegawai
yang direkrut sesuai dengan kompetensi yang diperlukan.

C. Tugas dan Wewenang KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi)


Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:
1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi.
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi
berwenang :
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
kepada instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi.

2.2. Hutan

A. Pengertian Hutan dalam UU. No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan


dan Pemberantasan Perusakan Hutan
Dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 18 Tahun 2013 tentang pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan disebutkan bahwa:
“hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas
alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan
yang lainnya.”

B.Tujuan UU. No. 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan


Pemberantasan Perusakan Hutan
Adapun tujuan dari dibentuknya Undang – Undang ini adalah:
a. memberikan payung hukum yang lebih tegas dan lengkap bagi aparat
penegak hukum untuk melakukan pemberantasan perusakan hutan
sehingga mampu memberi efek jera bagi pelakunya;
b. meningkatkan kemampuan dan koordinasi aparat penegak hukum dan
pihak-pihak terkait melalui lembaga pencegahan dan pemberantasan
perusakan hutan dalam upaya pemberantasan perusakan hutan.
c. meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan terutama
sebagai bentuk kontrol sosial pelaksanaan pemberantasan perusakan hutan;
d. mengembangkan kerja sama internasional dalam rangka pemberantasan
perusakan hutan secara bilateral, regional, ataupun multilateral; dan
e. menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan dengan tetap menjaga
kelestarian dan tidak merusak lingkungan serta ekosistem sekitarnya guna
mewujudkan masyarakat sejahtera.

C. Ketentuan Perbuatan Perusakan Hutan Dalam UU. No. 18 Tahun


2013.
Dalam Pasal 11 UU. No. 18 Tahun 2013 ditetapkan jenis – jenis perbuatan
perusakan hutan yaitu :
1. Perbuatan perusakan hutan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini meliputi kegiatan pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan
secara tidak sah yang dilakukan secara terorganisasi.
2. Perbuatan perusakan hutan secara terorganisasi merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh suatu kelompok yang terstruktur, yang terdiri atas 2 (dua)
orang atau lebih, dan yang bertindak secara bersama-sama pada waktu
tertentu dengan tujuan melakukan perusakan hutan.
3. Kelompok terstruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak termasuk
kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar
kawasan hutan yang melakukan perladangan tradisional dan/atau
melakukan penebangan kayu di luar kawasan hutan konservasi dan hutan
lindung untuk keperluan sendiri dan tidak untuk tujuan komersial.
4. Masyarakat yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan
hutan yang melakukan penebangan kayu di luar kawasan hutan konservasi
dan hutan lindung untuk keperluan sendiri dan tidak untuk tujuan
komersial harus mendapat izin dari pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Ketentuan mengenai penebangan kayu di luar kawasan hutan konservasi
dan hutan lindung untuk keperluan sendiri dan tidak untuk tujuan
komersial diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Didalam pasal 12 UU. No. 18 tahun 2013 juga dijelasakan hal-hal yang tidak
boleh dilakukan terhadap hutan yaitu :
a. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai
dengan izin pemanfaatan hutan;
b. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah;
d. memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau
memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin;
e. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak
dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan;
f. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong,
atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang
berwenang;
g. membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut
diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan
hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;
h. memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan
liar;
i. mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan, atau
udara;
j. menyelundupkan kayu yang berasal dari atau masuk ke wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia melalui sungai, darat, laut, atau udara;
k. menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima titipan, dan/atau
memiliki hasil hutan yang diketahui berasal dari pembalakan liar;
l. membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil hutan kayu yang berasal
dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah; dan/atau
m. menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan,
dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang
diambil atau dipungut secara tidak sah.

2.3 Bentuk – Bentuk Korupsi


Menurut Centre of International Crime Prevention (CILP) dari UN Office for
Drug Control and Crime Prevention (UN-ODCP), sebagaimana dikutip oleh
Rocky Marbun (2010), ada 10 bentuk “korupsi”  sebagai berikut :
1. Pemberian Suap/Sogok (Bribery)
Pemberian dalam bentuk uang, barang, fasilitas, dan janji untuk melakukan
atau tidak melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan yang akan berakibat
membawa untung terhadap diri sendiri atau pihak lain, yang berhubungan dengan
jabatan   yang dipegangnya pada saat itu.
2. Penggelapan (Embezzlement)
Perbuatan mengambil tanpa hak oleh seseorang yang telah diberi kewenangan,
untuk mengawasi dan bertanggung jawab penuh terhadap barang milik negara,
oleh pejabat publik atau swasta.
3. Pemalsuan (Fraud)
Suatu tindakan atau perilaku untuk mengelabui orang lain atau organisasi,
dengan maksud untuk kepentingan dirinya sendiri ataupun orang lain.
4. Pemerasan (extotertion)
Memaksa seseorang untuk membayar atau memberikan sejumlah uang atau
barang, atau bentuk lain, sebagai ganti dari seorang pejabat publik untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu. Perbuatan tersebut dapat diikuti dengan ancaman fisik
dan kekerasan.
5. Penyalahgunaan jabatan atau wewenang (Abuse of discretion)
Mempergunakan kewenangan yang dimiliki untuk melakukan tindakan yang
memihak atau pilih kasih kepada kelompok atau perseorangan, sementara
bersikap diskriminatif terhadap kelompok atau perseorangan lainnya.
6. Pertentangan kepentingan/memiliki usaha sendiri (Internal trading)
Melakukan transaksi publik dengan menggunakan perusahaan milik pribadi
atau keluarga, dengan cara mempergunakan kesempatan dan jabatan yang
dimilikinya untuk memenangkan kontrak pemerintah.
7. Pilih kasih (Favoritism)
Memberikan pelayanan yang berbeda berdasarkan alasan hubungan keluarga,
afiliasi partai   politik, suku, agama, dan golongan, yang bukan alasan objektif,
seperti kemampuan, kualitas, rendahnya harga, dan profesionalisme kerja.
8. Menerima komisi (Commision)
Pejabat publik yang menerima sesuatu yang bernilai, dalam bantuan uang,
saham, fasilitas, barang, dll., sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan atau
hubungan bisnis dengan pemerintah.
9. Nepotisme (Nepotism)
Tindakan untuk mendahulukan sanak keluarga, kawan dekat, anggota partai
politik yang sepaham, dalam penunjukan atau pengangkatan staf, panitia
pelelangan, atau pemilihan pemenang lelang.
10. Kontribusi atau sumbangan ilegal (Ilegal Contribution)
Hal ini terjadi apabila partai politik atau pemerintah yang sedang berkuasa
pada waktu itu menerima sejumlah dana sebagai konstribusi dari hasil yang
dibebankan kepada kontrak-kontrak pemerintah.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum
A. Profil Film Komisi Pemberantasan Korupsi
Film KPK terdiri dari film pendek yang terinspirasi dari laporan pemeriksaan
KPK. Tema yang diangkat dalam film pendek ini adalah kasus-kasus
penyelewengan di sektor sumber daya alam yang sudah pernah terjadi. Film ini
menggambarkan tentang penerimaan suap dan penyalagunaan jabatan atau
wewenang. Film KPK berjudul KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa
Depan Bangsa. Film KPK ini berdurasi 9 menit yang dipublikasikan pada tanggal
11 Februari 2019 di channel Youtube KPK RI.
B. Sinopsis Film KPK
Film KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan Bangsa
Film ini bercerita tentang keluarga Sandi yang menolak menerima suap dari
bupati Desa Wadung Sari tempat ia tinggal. Uang suap yang diberikan Bupati
tersebut berasal dari pemilik perusahaan PT Bumi Sejahtera. Bupati Wadung Sari
menerima suap dari pemilik PT Bumi Sejahtera untuk memudahkan perusahaan
tersebut untuk melakukan penebangan hutan secara besar-besaran tanpa ada yang
menghalangi kegiatan perusahaan tersebut akan tetapi Bupati tersebut tidak
memikirkan dampak buruk dari kegiatan tersebut bagi Desa Wadung Sari.
Penebangan hutan secara liar yang dilakukan oleh PT Bumi Sejahtera
mengakibatkan bencana banjir di Desa Wadung Sari. Pak Sandi menolak
menerima uang suap tersebut karena ia memiliki pendirian yang kuat bahwa
tindakan tersebut tidak baik dan tercela.
Kemudian keesokan harinya Pak Sandi menemui sesorang dan menceritakan
kejadian tersebut kemudian seseorang tersebut melaporkan kerjasama antara
Bupati dengan pemilik perusahaan tersebut kepada KPK melalui form pengaduan
KPK. Akhirnya, pada saat mereka melakukan serah terima uang tersebut KPK
datang untuk menangkap mereka. Tindakan Pak Sandi menolak suap tersebut
dilihat dan dicontoh oleh anaknya yang bernama Rama ketika ia sudah besar dan
menjadi seorang Bupati.
3.2 Bentuk Korupsi
Menurut analisis bentuk korupsi dalam film ini adalah penerimaan suap oleh
Bupati Desa Wadung Sari dan penyalagunaan jabatan oleh Bupati Wadung Sari.
3.3 Dampak Korupsi
Adapun dampak dari penerimaan suap dan penyalah gunaan jabatan yang
dilakukan oleh Bupati Wadung Sari jika PT. Bumi Sejahtera melakukan
penebangan hutan secara terus menerus dapat mengakibatkan bencana alam di
Desa Wadung Sari seperti banjir.
3.4 Penyebab Korupsi
Dalam cerita film ini, tindakan suap terjadi karena pemilik PT. Bumi
Sejahtera ingin melakukan kegitannya tanpa adanya halangan dari pihak
manapun, dan juga Bupati Desa Wadung Sari yang serakah terhadap uang.
3.5 Cara Antisipasi Kecurangan
Berdasarkan dari cerita Film ini cara mengantisipasi kecurangan adalah
dengan memberikan contoh perbuatan yang baik seperti tidak menerima suap
dalam bentuk apapun dan jangan pernah menjadi pembohong kepada anak – anak,
sehingga sampai dewasa jiwa jujur sudah tertanam didalam dirinya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari cerita film KPK: Korupsi Sumber Daya Alam, Korupsi Masa Depan
Bangsa dapat disimpulkan bahwa, penyalagunakan jabatan yang dilakukan oleh
Bupati sebagai kepala daerah, ia diberikan kepercayaan untuk mengurus Sumber
Daya Alam disekitar Desa yang dipimpinnya akan tetapi karena keserakahannya
terhadap uang ia menerima suap dari suatu perusahaan kemudian perusahaan
tersebut merusak hutan dan alam di Desa tersebut yang mengakibatkan Desa
tersebut terjadi banjir dan alam di Desa tersebut rusak. Menerima uang suap untuk
menutup tindakan yang buruk adalah perbuatan yang tidak baik dilakukan karena
tindakan yang buruk tersebut dapat berakibat buruk bagi orang banyak.
Pesan yang ingin disampaikan KPK ialah agar masyarakat dan pejabat
tidak mudah menerima suap untuk menutupi perbuatan buruk orang lain, serta
agar masyarakat dan para pejabat selalu berperilaku jujur dalam melakukan
pekerjaannya. Film ini mencoba menyajikan kasus-kasus yang sering terjadi
disektor Sumber Daya Alam yang jika sering terjadi akan berdampak buruk bagi
alam dan masa depan bangsa. Nilai-nilai yang diangkat dalam cerita film ini
adalah nilai akuntabilitas yang harus dimiliki para pejabat dan peran masyarakat
yang harus melaporkan jika ada tanda-tanda penyelewengan yang dilakukan oleh
pejabat kepada KPK.
4.2 Saran
Sebaiknya KPK terus menerus membuat film-film pendek tentang tindakan
korupsi dan dampaknya untuk mengedukasi masyarakat bahwa tindakan korupsi
itu salah satu perbuatan tidak baik dan merugikan banyak orang. Karena salah satu
upaya dalam memberantas korupsi adalah dengan memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
- https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-18-2013-pencegahan-
pemberantasan-perusakan-hutan#:~:text=Undang%2DUndang
%20Republik%20Indonesia%20Nomor,dunia%2C%20khususnya
%20dalam%20mengurangi%20dampak
- https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/93-tentang-
kpk/fungsi-dan-tugas/31-fungsi-dan-tugas
- https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/sekilas-komisi-pemberantasan-
korupsi
- http://pendidikan-antikorupsi.blogspot.com/2015/02/bentuk-bentuk-
korupsi.html

Anda mungkin juga menyukai