OLEH :
KELOMPOK 3
KELAS CD
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
ANGGOTA :
Dzulkifli 1910311043
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji beserta syukurkita kehadirat Allah SWT, karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Pedoman, Penghayatan, Pengalaman, Pancasila (P4) ”.
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila di
bawah bimbingan ibu Yulia Hanoselina, S.IP, M.AP semester 1 Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Andalas Tahun Akademik 2019-2020. Selain itu juga,tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan kita mengenai nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila pancasila, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Kami berharap untuk kedepannya, makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kita. Kami juga menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca semuanya
demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II Penutup......................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana arti pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila ?
2. Bagaimana sejarah pembentukan P4 ?
3. Apa butir-butir pendidikan P4?
4. Bagaimana pola pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan sejarah pembentukan P4
2) Menjelaskan arti P4
3) Menjelaskan butir-butir pendidikan P4
4) Mendeksripsikan pola pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) atau Eka Prasetya
Pancakarsa adalah sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan
bernegara semasa Orde Baru. Panduan P4 dibentuk dengan Ketetapan MPR
no.II/MPR/1978.Ketetapan MPR no.II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa
menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai
pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Saat ini produk hukum ini tidak berlaku
lagi karena Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 telah dicabut dengan Ketetapan MPR no
XVIII/MPR/1998 dan term asuk dalam kelompok Ketetapan MPR yang sudah bersifat
final atau selesai dilaksanakan menurut Ketetapan MPR no. I/MPR/2003Dalam
perjalanannya 36 butir pancasila dikembangkan lagi menjadi 45 butir oleh BP7.Tidak
pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan
dalam keseharian warga Indonesia.
4
Dalam rangka mengantisipasi gerakan globalisasi yang melanda dunia dan dalam
mempersiapkan diri memasuki millennium ke-3, serta menghadapi tinggal landas
pembangunan, penataran P-4 perlu ditingkatkan. Terbitlah Instruksi Presiden No 2
tahun 1994 tentang Peningkatan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila disingkat P2-P4. Intinya adalah bagaimana Pancasila sebagai ideologi terbuka
mampu mengantisipasi tantangan zaman, dan bagaimana usaha untuk meningkatkan
kesadaran warganegara akan hak dan kewajibannya sebagai pribadi, makhluk Tuhan
Yang Maha Esa, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga bangsa serta warga
dunia.
5
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia, karena itu kembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
6
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.
Sejak tahun 2003, berdasarkan TAP MPR no. I/MPR/2003, 36 butir pedoman
pengamalan Pancasila telah diganti menjadi 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila.
IV. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaran / perwakilan
Sebagai masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
1. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
3. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
4. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
8
5. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
6. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
7. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
8. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
9. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
9
2.2.4 Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
Untuk melaksanakan P4 perlu usaha yang dilakukan secara berencana dan terarah,
berdasarkan suatu pola. Tujuannya dalah agar Pancasila sungguh-sungguh dihayati
dan diamalkan oleh segenap warga negara, baik dalam kehidupan seorang maupun
dalam kehidupan kemasyarakatan. Masalah pembinaan insan Pancasila lebih banyak
menyangkut bidang pendidikan. Sasaran pelaksanaan P4 adalah perorangan, keluarga
dan masyarakat, baik di lingkungan tempat tinggal masing-masing maupun di
lingkungan tempat bekerja.
Langkah pertama adalah dengan penataran pegawai Republik Indonesia karena
mereka adalah abdi negara dan abdi masyarakat yang pertama-tama harus menghayati
dan mengamalkan Pancasila. Langkah selanjutnya ialah menyebarluaskannya kepada
seluruh lapisan masyarakat dengan menggunakan berbagai jalur dan penciptaan
suasana yang menunjang, antara lain:
A. Jalur – Jalur yang Digunakan
a. Jalur Pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengamalan
Pancasila, baik pendidikan formal (sekolah-sekolah) mapun pendidikan
nonformal (di keluarga dan lingkungan masyarakat), keduanya sangat erat
kaitanya dengan kehidupan manusia. Dalam pendidikan formal semua tindak-
perbuatannya haruslah mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam
pendidikan keluarga pengamalan Pancasila harus ditanamkan dan
dikembangkan sejak anak-anak masih kecil, sehingga proses pendarah-
dagingan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan menuntut suasana keluarga
yang mendukung.
Lingkungan masyarakat juga turut menentukansehingga harus dibina
dengan sungguh-sungguh supaya menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan
pengamalan Pancasila. Melalui pendidikan inilah anak-anak didik menyerap
nilai-nilai moral Pancasila. Penyerapan nilai-nilai moral Pacasila diarahkan
berjalan melalui pemahaman dari pemikiran dan dan pengamalan secara
pribadi.
b. Jalur Media Massa
Peranan media massa sangat menjanjikan karena pengaruh media massa
dari dahulu sampai sekarang sangat kuat, baik dalam pembentukan karakter
10
yang positif maupun karakter yang bersifat negatif, sasaran media massa
sangat luas mulai dari anak-anak hingga orang tua. Sosialisasi melalui media
massa begitu cepat dan menarik sehingga semua kalangan bisa menikmati baik
melalui pers, radio, televisi dan internet.
Hal itu membuka peluang besar golongan tertentu menerima sosialisasi
yang seharusnya belum saatnya mereka terima dan juga masuknya sosialisasi
yang tidak bersifat membangun. Media massa adalah jalur pendidikan dalam
arti luas dan peranannya begitu penting sehingga perlu mendapat penonjolan
tersendiri sebagai pola pedoman pengamalan Pancasila. Sehingga dalam
menggunakan media massa tersebut harus dijaga agar tidak merusak mental
bangsa dan harus seoptimal mungkin penggunaannya untuk sosialisasi
pembentukan kepribadian bangsa yang berdasarkan Pancasila. Dalam media
massa ditekankan pentingnya media tradisional seperti pewayangan serta
bentuk-bentuk seni rakyat lainnya. Dalam menggunakan komunikasi modern
ini perlu dijaga agar siaran-siaran yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan
P4 dapat dihindari
c. Jalur Organisasi Sosial Politik
Pengamalan Pacansila harus diterapkan dalam setiap elemen bangsa dan
negara Indonesia. Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-pemimpin
bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan keahlian, peran dan
tanggung jawabnya sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi sosial
politik seperti para pegawai Republik Indonesia mengikuti pedoman
pengamalan Pancasia agar tercermin jiwa yang berkepribadian Pancasila.
Semua angggota Partai Politik hendaklah berusaha sekuat tenaga ikut serta
dalam melaksanakan P4 sehingga Pancasila lestari.
11
Pancasila dalam segi kehidupan bangsa dan negara. Dalam hubungan ini aspek
sanksi atau penegakan hukum perlu mendapat penekanan khusus
b. Aparatur Negara
Rakyat hendaklah berpartisipasi aktif di dalam menciptakan suasana dan
keadaan yang mendorong pelaksanaan P4. Aparatur pemerintah sebagai
pelaksana dan pengabdi kepentingan rakyat harus memahami dan mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan pengamalan Pacasila perlu disediakan dan
memfungsikan lembaga-lembaga kenegaraan, khususnya lembaga penegak
hukum dalam menjamin hak-hak warga negaranya dan melindungi dari
perbutan-perbuatan tercela.
c. Kepemimpinan dan Pemimpin Masyarakat
Peranan kepemimpinan dan pemimpin masyarakat, baik pemimpinformal
maupun informal sangat penting dalam pelaksanaan P4. Mereka dapat
menyampaikan bagaimana pelaksanaan P4 kepada masyarakat sekitar dengan
bahasa yang mudah dipahami. Pemimpin atau pejabat harus bisa menjangkau
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bangsa Indonesia mempunyai Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia, nilai dan norma yang terkandung di dalamnya merupakan
keinginan dari bangsa Indonesia yang harus diamalkan. Pengamalan Pancasila harus
di lakukan dalam berbagai bidang kehidupan di negara Indonesia agar Pancasila
benar-benar berperan sebagaimana fungsi dan kedudukannya serta supaya tujuan serta
cita-cita bangsa Indonesia terwujud. Perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus
menerus serta terpadu demi terlaksananya penghayatan pengamalan Pancasila.
Dengan demikian masyarakat Indonesia menjamin kelestarian dan kelangsungan hdup
Negara Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, serta penuh semangat
membangun masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur.
3.2 Saran
Dewasa ini pengamalan-pengamalan Pancasila semakin memudar terlebih lagi di
era globalisasi, sehingga mengancam mental dan kepribadian bangsa Indonesia. Hal
ini harus segera ditangani dengan cara meningkatkan penanaman pengamalan
Pancasila melalui pendidikan yang seutuhnya, jadi tidak sebatas teori tetapi juga
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perlu adanya kesadaran dari
setiap warga negara akan pentingya pengamalan pancasila dan mempertahankannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14