Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MENDENGAR AKTIF
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi dalam Praktek
Kebidanan
Dosen Pengampu Ibu Euis Nurhayati, S.ST., M.Kes

Disusun oleh:

Neli Marlina 029B.A21.014


Putri Padilah Ayu Andini 029B.A21.016
Rina Vivil Puzawati 029B.A21.019
Yunita Anggreani K 029B.A21.030

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena
i
atas ridho Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, dan kita tahu semua walaupun manusia
merupakan makhluk yang sempurna ciptaan Allah SWT dari makhluk lainnya,
tetapi tak ada satupun manusia yang tak luput dari kesalahan, jadi apabila ada
kesalahan dalam makalah ini saya mohon maaf sebesar-besarnya. Kritik dan saran
yang mendukung untuk kebaikan makalah ini sangat kami harapkan, semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua, amin.

Sukabumi, 28 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mendengar Aktif.....................................................................3
2.2 Tips Mendengar Aktif...............................................................................5
2.3 Jenis-Jenis Pertanyaan...............................................................................5
2.4 Bertanya Efektif.........................................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterampilan dalam observasi dalam komunikasi tentu dipengarui
beberapa faktor yang dapat mendukung ataupun menghambat jalanya
komunikasi, baik dari bidan sebagai konselor maupun klien. Salah satu point
sebagai konselor yang mempengarui dalam keterampilan observasi adalah
mendengarkan aktif.
Mendengarkan (attentive listening), Seorang petugas kesehatan yang
mendengarkan klien tidak saja memakai telinganya tetapi seluruh dirinya. Ia
memfokuskan seluruh perhatiannya tidak hanya pada apa yang disampaikan
klien tetapi bagaimana klien menyampaikannya. Melalui sikap tubuh dari
konselor, klien bisa merasa apakah konselor siap dan berminat untuk
mendengarkannya.
Dengan adanya keterampilan mendengar, harapannya akan
mempermudah bidan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan keluhan
klien, keluhan – keluhan tersebut dapat diamati dari jenis pertanyaan yang
diajukan oleh klien kepada konselor. Namun tidak semua bidan sebagai
konselor mampu mendengarkan secara aktif, sehingga tergerak hati kami
untuk menguraikan melalui makalah tentang “keterampilan mendengar
aktif”, dengan harapan dapat dijadikan bekal oleh mahasiswa kebidanan
ketika praktik dilapangan kerja.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah penulisan makalah :
a. Apa definisi keterampilan mendengar aktif?
b. Apa saja jenis – jenis pertanyaan yang mendukung keterampilan
berkomunikasi?
c. Bagaimana bertanya yang efektif?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah :
a. Untuk dapat mengetahui definisi keterampilan mendengar aktif.
b. Untuk dapat menelaah jenis – jenis pertanyaan yang mendukung
keterampilan berkomunikasi.
c. Untuk dapat mengetahui bagaimana bertanya yang efektif dalam
berkomunikasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mendengar Aktif 


Mendengaraktif (active listening) adalah mendengarkan lebih dari
sekedar pasif, tetapi mendengarkan sambil berpikir dan mengevaluasi apa
yang dikatakan.
Mendengar aktif berasal dari teori Carl Rogers “terapi-berpusat-orang”.
Pada metode mendengarkan ini seseorang mendengarkan seseorang dan
kemudian menanggapinya dengan menggunakan teknik seperti parafrase di
mana pendengar menyatakan kembali apa yang telah dikatakan untuk
menunjukkan empati, menunjukkan bahwa dia mendengarkan dan memahami
apa yang dibicarakan, dan memberikan umpan balik/merefleksikan isi ucapan
dan perasaan klien.

Tujuan mendengarkan dan bertanya adalah:


1. Mendorong klien untuk berbicara.
2. Menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap klien.
3. Memberi arahan percakapan terhadap klien.
4. Meningkatkan kesadaran konselor terhadap perasaan klien.
5. Untuk memperoleh informasi.
6. Memberi suatu arahan percakapan terhadap klien.
Terdapat empat bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai
dengan situasi yang dihadapi :
a. Mendengar pasif (diam)
Mendengar pasif dilakukan bilamana klien sedang menceritakan
masalahnya, berbicara tanpa henti, mengebu –gebu dengan ekspresi
perasaan kesal atau sedih. Seain itu bila berhenti sejenak konselor dapat
mendengar pasif untuk memberi kesempatan menenangkan diri.

3
b. Memberi tanda perhatian verbal dan noverbal
Memberi tanda perhatian verbal atau nonverbal bila dilakukan bidan
selaku konselor dengan mengatakan yaa, lalu,oh begitu, terus,.. atau
sesekali menganguk. Tindakan ini juga bisa dilakukan sewaktu klien
berbicara panjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.
c. Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi
Mengajukan peranyaan dilakukan bila konselor ingin mendalami apa
yang diucapkan atau atau diceritakan klien.
d. Mendengar  aktif
Yaitu adanya feedback (umpan ballik) yang diberikan atau mereflesikan
isi ucapan ayau perasaan klien. Refleksi isi adalah menyatakan kembali
ucapan klien dengan menggunakan kata – kata lain, memberi masukan
kepada klien dari keluhan yang disampaikan klien.
Adapun refleksi perasaan berkaitan denganpengungkapan perasaan klien
yang teramati oleh konselor dari intonasi suara, raut wajah, dan bahasa
tubuh klien maupun dari hal – hal yang tersirat dari kata – kata klien.
Menjadi pendengar aktif bagi konselor sangat penting karena :
1) Menunjukkan kepedulian
2) Merangsang dan memberanikan klien bereaksi secara spontan terhadap
konselor,
3) Menimbulkan situasi yang mengajarkan,
4) Klien membutuhkan gagasan - gagasan baru
Untuk mencapai tujuan dari komunikasi perlu saling memahami dan saling
mendengarkan. Dalam komunikasi terapeutik bidan perlu mempelajari
keterampilan mendengar aktif.
Untuk menjadi pendengar yang baik konselor harus memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Mampu berhubungan dengan orang diluar kalangannya.
2) Mempunyai cara- cara untuk membantu klien.
3) Memperlakukan klien untuk menimbulkan respon yang bermakna.
4) Bertanggung jawab bersama klien dalam konseling 

4
2.2 Tips mendengar aktif
1. Menerima klien apa adanya.
2. Mendengar apa yang dikatakan klien dengan sepenuh hati.
3. Mendengar pasif dengan memberi waktu klien untuk berpikir, bertanya,
dan berbicara.
4. Gunakan kata-kata yang mendorong klien untuk tetap berbicara, seperti:
”lalu?”, ”maksudnya?”.
5. Menghindari gerakan yang mengganggu jalinan komunikasi.
6. Ajukan pertanyaan yang sama dengan berbagai cara apabila klien belum
paham.
7. Melakukan pengulangan (refleksi) agar ada pemahaman.

2.3 Jenis – jenis Pertanyaan


Bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan strategis
dalam proses komunikasi baik dalam memulai, selama proses atau ataupun
dalam mengakhiri.
a. Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup bermanfaat untuk mengumpulkan informasi yang
faktual (biasanya dilakukan pada awal-awal percakapan), yang
menghasilkan jawaban singkat ( ya atau tidak). Pertanyaan tertutup
menciptakan keadaan tidak nyaman saat berkomunikasi dan dalam proses
pengambilan keputusan, karena bidan mengontrol jalannya percakapan
dan klien hanya akan memberikan informasi sebatas pertanyaan yang
diajukan.
Contoh : untuk menanyakan biodata klien, riwayat kesehatan
“ apakah ibu bekerja? ”
“ apakah ibu pernah mengalami keguguran sebelumnya? ”
b. Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberi kebebasan
menjawab dan memungkinkan adanya berbagai macam jawaban.

5
Pertanyaan terbuka akan dapat memfasilitasi klien untuk dapat
berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi.
Cara ini efektif untuk menggali informasi yang lebih lengkap dari klien,
Juga perlu digunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan
perhatian.
Contoh: Untuk mengetahui kepercayaan, pengetahuan dan perasaan
klien.
” Bagaimana dukungan suami dan keluarga ibu dengan kehamilan ini? ”
c. Pertanyaan Mendalam
Pertanyaan mendalam digunakan untuk menanggapi pernyataan yang
disampaikan oleh klien.
Contoh: “ ibu tadi mengatakan bahwa kehamilan ini sangat menyulitkan,
bisa ibu ceritakan labih lanjut?”
d. Pertanyaan Mengarahkan (bersifat sugestif)
Jenis pertanyaan ini sangat tidak tepat untuk digunakan dalam melakukan
komunikasi dengan klien, bahkan sebaiknya dihindari.
Contoh: “ pasti ibu tidak akan melupakan anjuran yang telah saya
sebutkan barusan  kan? ”

2.4 Bertanya Efektif


Keterampilan bertanya dapat dikembangkan dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1) Perhatikan suasana konseling klien.
2) Kuasai materi yang berkaitan dengan pertanyaan.
3) Ajukan pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak keluar
dari topik.
4) Segera beri respon/ umpan balik terhadap jawaban pertanyaan yang
diajukan dengan sikap yang baik dan empati.
Bertanya dengan efektif kepada klien sangat penting, karena:
a. Dapat menilai kebutuhan klien.

6
b. Dapat menilai pemahaman dan pengalaman klien berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan, serta lingkup yang lain. Sehingga dapat
mempermudah dalam memberikan solusi atau dalam pemecahan
masalah.
c. Dapat menghemat waktu klien dan bidan.
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar Bidan bisa bertanya
secara efektif :
1) Gunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan
keakraban. Jangan terlalu cepat/lambat atau terlalu keras/ lemah. Karena
suara yang terlalu lemah dan lambat akan susah didengar dan sering
membuat ngantuk karena seolah- olah kita dibuai oleh suara seperti itu.
Begitu pula suara yang terlalu keras akan membuat telinga sakit dan
mengurangi konsentrasi untuk mendengar.
2) Gunakan kata- kata yang difahami klien, karena bahsa- bahasa ilmiah
yang tidak dipahami klien tidak akan bisa terjadi atau bahkan
menyebabkan salah arti. Ini sering terjadi pada bidan- bidan diawal
pekerjaannya. Istilah- istilah kebidanan sering digunakan untuk
berkomunikasi dengan klien yang tidak memahami istilah tersebut.
3) Ajukan pertanyaan satu persatu. Jangan mengajukan beberapa pertanyaan
sekaligus. Karena ini tidak efektif kadang klien hanya ingat pertanyaan
yang terakhir saja sehingga kita harus mengulang- ulang lagi. Sehingga
ajukan pertanyaan satu persatu agar bisa terjawab sesuai apa yang kita
butuhkan.
4) Tunggu jawaban dengan penuh minat, jangan memotong. Biarkan klien
menyelesaikan kalimatnya karena pemotongan ditengah kalimat bisa
menimbulkan salah persepsi.
5) Gunakan kata- kata yang mendorong klien untuk tetap bicara. Dengan
demikian klien merasa diperhatikan dan lebih semangat untuk
mengungkapkan pembicaraannya.
6) Bila harus menanyakan hal yang sangat pribadi, jelaskan mengapa hal itu
harus ditanya. Kadang- kadang klien malu untuk mengungkapkan dan

7
menutupi hal- hal tersebut. Dengan penjelasan bahwa hal itu untuk tujuan
penyembuhan dll maka klien akan mengungkapkan secara sukarela dan
terbuka.
7) Hindari penggunaan kata tanya “ mengapa “ karena kemungkinan kita
dapat merasa disahkan. 

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari uraian pembahasan makalah diatas, dapat disimpulkan :
a. Mendengarkan yang aktif yaitu adanya feedback (umpan ballik) yang
diberikan atau mereflesikan isi ucapan ayau perasaan klien. Refleksi isi
adalah menyatakan kembali ucapan klien dengan menggunakan kata –
kata lain, memberi masukan kepada klien dari keluhan yang disampaikan
klien.
b. Mendengarkan dapat menghasilkan beberapa keuntungan:
1. Menumbuhkan hubungan saling percaya dan membuat seorang
konselie merasa dia dihargai.
2. Membuat seorang konselor lebih mengenal konselienya terutama
pada saat konselie/klien mencoba mengungkapkan persaan atau
masalahnya.
3. Konselie/klien belajar untuk lebih mengenal dirinya.

3.2 Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini, masih dirasa sangat
kurang sempurna. Oleh karenanya, harapan kami adanya kritik dan saran dari
pembaca yang sangat bersifat membangun dalam pembuatan kami
selanjutnya.

                        

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Zan pieter, H. 2012. Pengantar komunikasi & konseling dalam praktik kebidanan.


Jakarta : Kencana prenada media group.
http://rinidwiyanarosa.blogspot.com/2013/04/ketrampilan-observasi.html
http://www.kebidanan.net/tag/makalah-keterampilan-observasi/

11

Anda mungkin juga menyukai