Disusunoleh:
1. Dian Retnosari ( 03 )
2. LintangKurniaDewi ( 07 )
3. Liza ElistiaWahyu Agustin ( 08 )
4. RahmaAyu Susana ( 15 )
5. YuniKhofifahKurniawati ( 20 )
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayahdan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
lancar tanpa halangan suatu apapun. Makalah ini terdiri dari materi kuliah tentang “Tingkatan
dan Respon Fisiologis untuk Memudahkan Adaptasi dan Asumsi Dasar Model Adaptasi
Menurut Roy”. Tugas ini dibuat agar dapat menambah pengetahuan dalam ilmu bagi
penyusun dan mahasiswi lainnya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya mapun dari segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki tugas ini.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua khususnya para mahasiswi. Akhirnya penyusun
mengharapkan semoga dari tugas ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar........................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
BAB II Pembahasan
A. Kesimpulan..................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai Makhluk biopsikososial dan spiritual atau disebut juga
sebagai makhluk yang utuh atau keseluruhan didalamnya terdapat unsur
biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Sebagai makluk biologi manusia terdiri dari susunan sistem organ tubuh yang
digunakan untuk mempertahankan hidupnya, mulai dari proses kelahiran,
perkembangan dan proses kematian. Sebagai makhluk psikologi manusia
mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai manifestasi dari
kejiwaan, mempunyai daya pikir dan kecerdasan. Sebagai makhluk sosial
manusia perlu hidup bersama orang lain, saling kerja sama untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah dipengaruhi kehidupan, serta dituntut
untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang ada. Sebagai
makhluk spiritual manusia mempunyai keyakinan, mengakui adanya Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki pandangan hidup, doronngan hidup yang sejalan,
dengan sifat religius yang dianutnya.Setiap manusia berinteraksi dengan yang
lain.Setiap manusia memiliki peran dalam masyarakat.Setiap manusia
berkomunikasi terhadap orang lain.Manusia sebagai sistem social,Setiap
individu memiliki kekuatan dan wewenang dalam pengambilan
keputusan di lingkungannya; keluarga, masyarakat, dan tempat kerja.
Manusia ditinjau sebagai sistem terbuka yang terdiri dari berbagai sub
sistemyang saling berhubungan secara terintegrasi untuk menjadi satu
total sistem.Terdiri dari beberapa komponen : Komponen Biologik adalah
anatomi tubuh. Komponen Psikologik adalah kejiwaan.Komponen Sosial
adalah lingkungan. Komponen Kultural adalah nilai budaya. Komponen
Spiritual adalah kepercayaan agama
Adaptasi adalah proses perubahan yang menyertai individu
dalam berespon terhadap perubahan lingkungan mempengaruhi
integritas atau keutuhan. Lingkungan : seluruh kondisi keadaan
sekitar yang mempengaruhi perkembangan organisme atau kelompok
organisme. Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh
Suster Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep
individu dan proses adaptasi seperti diuraikan dibawah ini.
Rumusan Masalah
a. Tingkat dan respon fisiologis untuk memudahkan adaptasi :
1. Respon takut
2. Respon inflamasi
3. Respon stress
4. Respon sensori
b. Asumsi dasar model adaptasi menurut Roy?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkatan respon fisiologis untuk memudahkan
adaptasi.
2. Untuk mengetahui asumsi dasar model adaptasi menurut Roy.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tingkat dan Respon Fisiologis untuk Memudahkan Adaptasi
a. Respon Takut
Rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui ,
eksternal, jelas atau bukan bersifat konflik. Emosi ketakutan tentunya akan
melibatkan reaksi fisiologis yang menyertai seperti : kecepatan denyut
jantung dan tekanan darah akan meningkat, berkeringat, mulut terasa
kering, nafas cepat dan tidak teratur, kadar gula di dalam darah meningkat,
gemetar, motilitas gastrointestinal berkurang. Reaksi-reaksi fisiologis
sedemikian ini digerakkan oleh beberapa area sistem pusat syaraf otonom
dan sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian otak yang sangat berperan
dalam pembentukan tingkah laku emosi (marah, takut, dorongan seksual).
Sistem limbik terdiri dari amigdala, septum, hipotalamus, talamus,
hipokampus (Masters dkk, 1992).
b. Respon Inflamasi
Inflamasi merupakan sebuah reaksi yang kompleks dari sistem imun
tubuh pada jaringan vaskuler yang menyebabkan akumulasi dan aktivasi
leukosit serta protein plasma yang terjadi pada saat infeksi, keracunan
maupun kerusakan sel. Inflamasi pada dasarnya merupakan sebuah
mekanisme pertahanan terhadap infeksi dan perbaikan jaringan tetapi
terjadinya inflamasi secara terus-menerus (kronis) juga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dan bertanggung jawab pada
mekanisme beberapa penyakit (Abbas dkk., 2010).
Terjadinya proses inflamasi diinisiasi oleh perubahan di dalam
pembuluh darah yang meningkatkan rekrutmen leukosit dan perpindahan
cairan serta protein plasma di dalam jaringan. Proses tersebut merupakan
langkah pertama untuk menghancurkan benda asing dan mikroorganisme
serta membersihkan jaringan yang rusak. Tubuh mengerahkan elemen-
elemen sistem imun ke tempat benda asing dan mikroorganisme yang
masuk tubuh atau jaringan yang rusak tersebut. (Judarwanto 2012).
Mekanisme Inflamasi
Inflamasi dibagi dalam 3 fase, yaitu inflamasi akut (respon awal
terhadap cidera jaringan), respon imun (pengaktifan sejumlah sel yang
mampu menimbulkan kekebalan untuk merespon organisme asing), dan
inflamasi kronis (Katzung, 2004). Proses inflamasi akut dan inflamasi
kronis ini melibatkan sel leukosit polimorfonuklear sedangkan sel
leukosit mononuklear lebih berperan pada proses inflamasi imunologis
(Sedwick & Willoughby, 1994).
Secara umum, dalam proses inflamasi ada tiga hal penting yang
terjadi yaitu :
1. Peningkatan pasokan darah ke tempat benda asing, mikroorganisme
atau jaringan yang rusak.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler yang ditimbulkan oleh pengerutan
sel endotel yang memungkinkan pergerakan molekul yang lebih
besar seperti antibodi.
3. Fagosit bergerak keluar pembuluh darah menuju menuju ke tempat
benda asing, mikroorganisme atau jaringan yang rusak. Leukosit
terutama fagosit PMN (polymorphonuclear neutrophilic) dan
monosit dikerahkan dari sirkulasi ke tempat benda asing,
mikroorganisme atau jaringan yang rusak. (Hamor,1989)
c. Respon Stress
Respons fisiologis
1. Interpretasi Stimuli Otak
Dalam respons stress, implus aferen akan ditangkap oleh organ
pengindra (mata, telinga, hidung, kulit). Dan pengindera internal
(baroreseptor, kemoreseptor) ke pusat saraf otak. Stres mngkin
diterima oleh berbagai pusat yang berbeda mulai dari korteks sampai
batang otak yang pada gilirannya akan menyampaikan informasi
tersebut ke hipotalamus. Respon terhadap persepsi stres tersebut
diintegrasikan di dalam hipotalamus, yang akan mengembalikan ke
keadaan homeostatasis.
Derajat dan durasi respon sangat bervariasi. Stres mayor akan
membangkitkan baik respon simpatis maupun pintuitari adrenal
(Smeltzer and Bare, 2009).
2. Respons Simpati-Adrenal-Medular
Tabel 2.1 Respons Simpati-Adrenal-Medular
Efek Tujuan Mekanisme
Peningkatan Frekuensi Perfusi yang lebih baik Peningkatan curah
Jantung Peningkatan pada organ vital jantung akibat
Tekanan Darah peningkatan
kontraktilitas
miokardium dan
frekuensi jantung.
Peningkatan arus balik
vena (vasokonstriksi
perifer)
Glukosa darah Meningkatkan Pemecahan glikogen
meningkat kesediaan energi hepar dan otot juga
peningkatan terhadap
trigleserida jaringan
adiposa
Peningkatan dilatasi Keadaan waspada Ekstitasi otot,
metal Dilatasi Pupil peningkatan jumlah
Meningkatkan darah yang dialirkan
Peningkatan tegangan kesadaran ke otot viseral
otot skletal Persiapan terhadap abdominal
aktivitas, kelelahan
berkurang
Peningkatan ventilasi Provisi oksigen untuk Vasokonstriksi
Peningkatan energi pembuluh darah
koagulabilitas darah Pencegahan hemoragic
dalam peristiwa trauma
Sumber : (Smeltzer and Bare, 2009)
d. Respon sensori
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Stimulus tersebut masuk kedalam tubuh melalui organ sensori
(pancaindera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang untuk
belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, system saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi
dari organsaraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan
mengintegrasikan informasi menjadi respon yang bermakna. Proses sensorik
diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan
adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu
memperhatikan input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan
input tersebut (interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap
dimana otak memutuskan untuk memperhatikan atau mengabaikan input
ini.Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan
terhadap input sensorik tadi (WilliamsondanAnzalone,1996)
1. Penglihatan
2. Pendengaran
3. Pengecap
Meskipun dua hal yang berbeda seperti rasa dan bau yang eratkaitannya.
Bau,misalnya,memutar kebagaimana item rasanya karena selera mengakui
hanya empat kategori:manis,asin,asam dan pahit. Ketika system penciuman
adalah dirangsang berlebihan, bayi Anda mungkin menunjukkan
ketidaktertarikan untuk makanan. Rasa fungsional selama trimester ketiga
dengan selera mulai mengembangkan hanya delapan minggu setelah
pembuahan. Bayi yang baru lahir bereaksi terhadap pahit,asam dan manis
selera,dan mengembangkan reaksi terhadap selera asin berusia sekitar 4 bulan.
Selama kehamilan, janin bisa merasakan perbedaan dalam cairan ketuban yang
dapat bervariasi dengan diet ibu. Janin dapat mengembangkan rasa yang
diinginkan berdasarkan cairan ketuban dan perkembangan janin. Bayi Anda
lahir dengan selera yang lebih manis dibandingkan jenis lainnya, yang berarti
ia akan lebih suka rasa manis.ASI atau buah-buahan untuk hal-hal lain. Selera
pertama muncul sekitar bulan kedua atau ketiga tahap perkembangan bayi,
bersama dengan beberapa persepsi rasa awal. Rasa ini akan menjadi lebih
halus disekitar trimester ketiga Anda. Banyak keputusan seleranya nanti akan
dipengaruhi oleh rasa dia mengalami dalam diet prenatal Anda.Jika Anda
memilih untuk menyusui,bayi Anda akan mengenali dan dihibur oleh mereka
rasa dalam ASI Anda. Meskipun bayi muda biasanya hanya mengkonsumsi
ASI atau susu formula, bayi yang lebih tua bisa bereksperimen dengan
makanan tekstur yang berbeda dan rasa. Mengekspos bayiAnda dengan
makanan yang bervariasi dapat membuatnya lebih mudah menerima berbagai
ketika dia menjadi tua.
4. Pembau
Bayi akan bisa mencium bau disekitar Minggu 28, dan bakatnya akan
membaik pada trimester ketiga. Menyadari bau adalah caralain dia bisa
memahami dunia disekelilingnya, sebelum dan sesudah kelahiran. Seorang
manusia akan bergantung pada rasa bau lebih selama bayi ketimbang pada
waktu usia lain dalam hidupnya. Bayi baru lahir bisa mengenali bau ibunya dan
aroma ASInya. Sementara indera penciuman sangat saat lahir, terus
berkembang selama masa kanak-kanak. Pada sekitar usia 5, anak dapat mulai
mengidentifikasi makanan dan barang-barang lainnya berdasarkan bau.
6. Merokok
7. Tingkatkebisingan
Pemaparan yang konstan pada tingkat kebisingan yang tinggi ( misalnya pada
lokasi pekerjaan konstruksi ) dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.
8. Intubasiendotrakea
Kehilangan kemampuan bicara sementara akibat pemasukan selang
endotrakea melalui mulut atau hidung kedalam trakea.
9. Sentuhan
10. Propriosepsi
11.Keseimbangan/balance(Vestibular)
12.Kinestesis
http://currentnursing.com/nursing_theory/application_Roy%27s_adaptation_m
odel.htm
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28493/%20Chapter%20ll.pdf?sequen
ce=3
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/20913/6.BAB%20ll.pdf?sequence=6
&isAllowed=y
https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/13396/9606