Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TINGKATAN DAN RESPON FISIOLOGIS UNTUK


MEMUDAHKAN ADAPTASI
DAN
ASUMSI DASAR MODEL ADAPTASI MENURUT ROY
(Dosen Pembimbing : Ernik Rustiana., S.ST., M.Keb)

Disusunoleh:

1. Dian Retnosari ( 03 )
2. LintangKurniaDewi ( 07 )
3. Liza ElistiaWahyu Agustin ( 08 )
4. RahmaAyu Susana ( 15 )
5. YuniKhofifahKurniawati ( 20 )

PROGAM STUDY DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS


TULUNGAGUNG
Jl. Raya Tulungagung-Blitar Km 4 Sumbergempoltelp. (0355)331080
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayahdan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
lancar tanpa halangan suatu apapun. Makalah ini terdiri dari materi kuliah tentang “Tingkatan
dan Respon Fisiologis untuk Memudahkan Adaptasi dan Asumsi Dasar Model Adaptasi
Menurut Roy”. Tugas ini dibuat agar dapat menambah pengetahuan dalam ilmu bagi
penyusun dan mahasiswi lainnya.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya mapun dari segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki tugas ini.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua khususnya para mahasiswi. Akhirnya penyusun
mengharapkan semoga dari tugas ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungagung, September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Cover

Kata Pengantar........................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang.............................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................
C. Tujuan..........................................................................................

BAB II Pembahasan

A. Tingkat dan Respon Fisiologis untuk Memudahkan Adaptasi...


B. Asumsi Dasar Model Adaptasi Mennurut Roy...........................

BAB III Penutup

A. Kesimpulan..................................................................................

Daftar Pustaka........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai Makhluk biopsikososial dan spiritual atau disebut juga
sebagai makhluk yang utuh atau keseluruhan didalamnya terdapat unsur
biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Sebagai makluk biologi manusia terdiri dari susunan sistem organ tubuh yang
digunakan untuk mempertahankan hidupnya, mulai dari proses kelahiran,
perkembangan dan proses kematian. Sebagai makhluk psikologi manusia
mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai manifestasi dari
kejiwaan, mempunyai daya pikir dan kecerdasan. Sebagai makhluk sosial
manusia perlu hidup bersama orang lain, saling kerja sama untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah dipengaruhi kehidupan, serta dituntut
untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang ada. Sebagai
makhluk spiritual manusia mempunyai keyakinan, mengakui adanya Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki pandangan hidup, doronngan hidup yang sejalan,
dengan sifat religius yang dianutnya.Setiap manusia berinteraksi dengan yang
lain.Setiap manusia memiliki peran dalam masyarakat.Setiap manusia
berkomunikasi terhadap orang lain.Manusia sebagai sistem social,Setiap
individu memiliki kekuatan dan wewenang dalam pengambilan
keputusan di lingkungannya; keluarga, masyarakat, dan tempat kerja.
Manusia ditinjau sebagai sistem terbuka yang terdiri dari berbagai sub
sistemyang saling berhubungan secara terintegrasi untuk menjadi satu
total sistem.Terdiri dari beberapa komponen : Komponen Biologik adalah
anatomi tubuh. Komponen Psikologik adalah kejiwaan.Komponen Sosial
adalah lingkungan. Komponen Kultural adalah nilai budaya. Komponen
Spiritual adalah kepercayaan agama
Adaptasi adalah proses perubahan yang menyertai individu
dalam berespon terhadap perubahan lingkungan mempengaruhi
integritas atau keutuhan. Lingkungan : seluruh kondisi keadaan
sekitar yang mempengaruhi perkembangan organisme atau kelompok
organisme. Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh
Suster Callista Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep
individu dan proses adaptasi seperti diuraikan dibawah ini.

Rumusan Masalah
a. Tingkat dan respon fisiologis untuk memudahkan adaptasi :
1. Respon takut
2. Respon inflamasi
3. Respon stress
4. Respon sensori
b. Asumsi dasar model adaptasi menurut Roy?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkatan respon fisiologis untuk memudahkan
adaptasi.
2. Untuk mengetahui asumsi dasar model adaptasi menurut Roy.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tingkat dan Respon Fisiologis untuk Memudahkan Adaptasi

a. Respon Takut
Rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui ,
eksternal, jelas atau bukan bersifat konflik. Emosi ketakutan tentunya akan
melibatkan reaksi fisiologis yang menyertai seperti : kecepatan denyut
jantung dan tekanan darah akan meningkat, berkeringat, mulut terasa
kering, nafas cepat dan tidak teratur, kadar gula di dalam darah meningkat,
gemetar, motilitas gastrointestinal berkurang. Reaksi-reaksi fisiologis
sedemikian ini digerakkan oleh beberapa area sistem pusat syaraf otonom
dan sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian otak yang sangat berperan
dalam pembentukan tingkah laku emosi (marah, takut, dorongan seksual).
Sistem limbik terdiri dari amigdala, septum, hipotalamus, talamus,
hipokampus (Masters dkk, 1992).

Saat mengalami kekhawatiran yang hebat dan berkepanjangan


atau merasa ketakutan menghadapi suatu situasi, maka sistem limbik
akan digerakkan. Emosi takut akan menimbulkan reaksi behavioral untuk
bersembunyi, berlari atau bersiap-siap untuk melawan. Respon melawan
atau lari berarti tubuh perlu menyiapkan diri secara otomatis, sehingga
akan terjadi perubahan fisiologis yang diperlukan untuk lari atau
melawan. Respon berlari atau melawan memiliki mekanisme fisiologis
yang sama. Penggerak respon ini akan diprogram oleh labus frontalis
yang menggerakkan dan menyusun respon-respon ke hipotalamus
(Huffman dkk., 1991). Hipotalamus (ada di otak) akan menstimulasi
(memerintah) kelenjar adrenal (letaknya di atas ginjal) untuk melepas
adrenalin atau lebih tepatnya epineprin ke dalam aliran darah . epineprin
akan mengakibatkan denyut jantung meningkat, napas dangkal dan
glukosa dalam darah meningkat. Selanjutnya glukosa akan didistribusi ke
bagian tubuh yang akan memerlukan energi ekstra. Berkaitan dengan
menghadapi emosi takut, hormon ACTH (Adreno Corticotrophic
Hormon) dilepas. Hormon ini akan mengaktifkan kelenjar adrenal, yang
selanjutnya akan melepaskan kortikoid ke dalam darah. Kortikoid akan
membawa pesan untuk disampaikan ke kelenjar yang lain maupun ke
organ tubuh lainnya.
Apabila keadaan takut dan kekhawatiran ini berlanjut, dengan
sendirinya respon akan berlanjut juga. Akibatnya timbul ketegangan otot
pada punggung bagian bawah, bahu, leher dan sering diikuti dengan sakit
kepala karena ketegangan. Keadaan ini dapat dipakai sebagai indikator,
bahwa orang tersebut mengalami stress. Jika stressor ini bertahan, maka
tubuh akan melawan terus secara aktif dan giat. Hal ini akan
mengeluarkan hormon ACTH, dan apabila stress berlangsung lama akan
menguras bahan gizi adn vitamin (sebagai sumber daya tahan tubuh) yang
akhirnya tubuh akan menjadi kosongdan kehabisan tenaga. Akibatnya
tubuh rentan terhadap dari berbagai penyakit.

b. Respon Inflamasi
Inflamasi merupakan sebuah reaksi yang kompleks dari sistem imun
tubuh pada jaringan vaskuler yang menyebabkan akumulasi dan aktivasi
leukosit serta protein plasma yang terjadi pada saat infeksi, keracunan
maupun kerusakan sel. Inflamasi pada dasarnya merupakan sebuah
mekanisme pertahanan terhadap infeksi dan perbaikan jaringan tetapi
terjadinya inflamasi secara terus-menerus (kronis) juga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dan bertanggung jawab pada
mekanisme beberapa penyakit (Abbas dkk., 2010).
Terjadinya proses inflamasi diinisiasi oleh perubahan di dalam
pembuluh darah yang meningkatkan rekrutmen leukosit dan perpindahan
cairan serta protein plasma di dalam jaringan. Proses tersebut merupakan
langkah pertama untuk menghancurkan benda asing dan mikroorganisme
serta membersihkan jaringan yang rusak. Tubuh mengerahkan elemen-
elemen sistem imun ke tempat benda asing dan mikroorganisme yang
masuk tubuh atau jaringan yang rusak tersebut. (Judarwanto 2012).
Mekanisme Inflamasi
Inflamasi dibagi dalam 3 fase, yaitu inflamasi akut (respon awal
terhadap cidera jaringan), respon imun (pengaktifan sejumlah sel yang
mampu menimbulkan kekebalan untuk merespon organisme asing), dan
inflamasi kronis (Katzung, 2004). Proses inflamasi akut dan inflamasi
kronis ini melibatkan sel leukosit polimorfonuklear sedangkan sel
leukosit mononuklear lebih berperan pada proses inflamasi imunologis
(Sedwick & Willoughby, 1994).

Secara umum, dalam proses inflamasi ada tiga hal penting yang
terjadi yaitu :
1. Peningkatan pasokan darah ke tempat benda asing, mikroorganisme
atau jaringan yang rusak.
2. Peningkatan permeabilitas kapiler yang ditimbulkan oleh pengerutan
sel endotel yang memungkinkan pergerakan molekul yang lebih
besar seperti antibodi.
3. Fagosit bergerak keluar pembuluh darah menuju menuju ke tempat
benda asing, mikroorganisme atau jaringan yang rusak. Leukosit
terutama fagosit PMN (polymorphonuclear neutrophilic) dan
monosit dikerahkan dari sirkulasi ke tempat benda asing,
mikroorganisme atau jaringan yang rusak. (Hamor,1989)

Terjadinya respon inflamasi ditandai oleh adanya dilatasi pada


pembuluh darah serta pengeluaran leukosit dan cairan pada daerah
inflamasi. Respon tersebut dapat dilihat dengan munculnya gejala-gejala
seperti kemerahan (erythema) yang terjadi akibat dilatasi pembuluh
darah, pembengkakan (edema) karena masuknya cairan ke dalam jaringan
lunak serta pengerasan jaringan akibat pengumpulan cairan dan sel-sel
(Ward, 1993).

c. Respon Stress

Stress merupakan pengalaman individu yang disembunyikan melalui


suatu rangsangan atau stressor. Stressor merupakan dorongan yang
mengganggu yang ada di dalam berbagai sistem (Newman dan Fawcett,
2000). Menurut Lazarus (2007), stress diartikan sebagai sebuah bentuk
penghargaan atau persepsi dari stressor. Penghargaan (apraisal) adalah
bagaimana individu menginterprestasikan dampak dari stressor pada diri
mereka, apa yang terjadi dan apa yang dapat mereka lakukan pada hal
tersebut.

Respons fisiologis
1. Interpretasi Stimuli Otak
Dalam respons stress, implus aferen akan ditangkap oleh organ
pengindra (mata, telinga, hidung, kulit). Dan pengindera internal
(baroreseptor, kemoreseptor) ke pusat saraf otak. Stres mngkin
diterima oleh berbagai pusat yang berbeda mulai dari korteks sampai
batang otak yang pada gilirannya akan menyampaikan informasi
tersebut ke hipotalamus. Respon terhadap persepsi stres tersebut
diintegrasikan di dalam hipotalamus, yang akan mengembalikan ke
keadaan homeostatasis.
Derajat dan durasi respon sangat bervariasi. Stres mayor akan
membangkitkan baik respon simpatis maupun pintuitari adrenal
(Smeltzer and Bare, 2009).

2. Respons Simpati-Adrenal-Medular
Tabel 2.1 Respons Simpati-Adrenal-Medular
Efek Tujuan Mekanisme
Peningkatan Frekuensi Perfusi yang lebih baik Peningkatan curah
Jantung Peningkatan pada organ vital jantung akibat
Tekanan Darah peningkatan
kontraktilitas
miokardium dan
frekuensi jantung.
Peningkatan arus balik
vena (vasokonstriksi
perifer)
Glukosa darah Meningkatkan Pemecahan glikogen
meningkat kesediaan energi hepar dan otot juga
peningkatan terhadap
trigleserida jaringan
adiposa
Peningkatan dilatasi Keadaan waspada Ekstitasi otot,
metal Dilatasi Pupil peningkatan jumlah
Meningkatkan darah yang dialirkan
Peningkatan tegangan kesadaran ke otot viseral
otot skletal Persiapan terhadap abdominal
aktivitas, kelelahan
berkurang
Peningkatan ventilasi Provisi oksigen untuk Vasokonstriksi
Peningkatan energi pembuluh darah
koagulabilitas darah Pencegahan hemoragic
dalam peristiwa trauma
Sumber : (Smeltzer and Bare, 2009)

d. Respon sensori
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun
luar tubuh. Stimulus tersebut masuk kedalam tubuh melalui organ sensori
(pancaindera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang untuk
belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.

Secara fisiologis, system saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi
dari organsaraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan
mengintegrasikan informasi menjadi respon yang bermakna. Proses sensorik
diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan
adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu
memperhatikan input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan
input tersebut (interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap
dimana otak memutuskan untuk memperhatikan atau mengabaikan input
ini.Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan
terhadap input sensorik tadi (WilliamsondanAnzalone,1996)

Komponen kemampuan sensori:

1. Penglihatan

Disebut juga indera penglihatan. Fungsinya menyampaikan semua informasi


visual tentang benda dan menusia. Sebagai bayi yang baru lahir, bayi dapat
melihat benda benda dalam waktu delapan sampai sepuluh
inci(20sampai25cm) dari wajahnya. Pandangan pertama bayi biasanya
wajahnya atau pengasuh utamanya. Meskipun warna lain tetap kabur selama
beberapa minggu pertama kehidupan,putih,hitam,dan merah mudah
dibedakan saat bayit umbuh.

2. Pendengaran

Disebut juga indera pendengaran, terletak ditelinga bagian dalam. Fungsinya


meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara system auditor
dengan perkembangan bahasa. Apabila system auditory mengalami
gangguan,makaperkembangan bahasanya juga akan terganggu.Sistim
pendengaran bekerjasama dengan sistim penglihatan akan mengenali suara
yang di dengar dan menghubungkan dengan apa yang dilihat, sehingga
terbentuklah visual auditory perseption.Pendengaran juga berarti bahasa. Suara
yang didengar dapat diartikan bahwa ada benda pecah atau ada orang berjalan.
Anak belajar berbicara tidak melalui instruksi dari orangtuanya tetapi dariapa
yang dilihat dan juga melalui aktivitas yang didengar.

3. Pengecap

Meskipun dua hal yang berbeda seperti rasa dan bau yang eratkaitannya.
Bau,misalnya,memutar kebagaimana item rasanya karena selera mengakui
hanya empat kategori:manis,asin,asam dan pahit. Ketika system penciuman
adalah dirangsang berlebihan, bayi Anda mungkin menunjukkan
ketidaktertarikan untuk makanan. Rasa fungsional selama trimester ketiga
dengan selera mulai mengembangkan hanya delapan minggu setelah
pembuahan. Bayi yang baru lahir bereaksi terhadap pahit,asam dan manis
selera,dan mengembangkan reaksi terhadap selera asin berusia sekitar 4 bulan.
Selama kehamilan, janin bisa merasakan perbedaan dalam cairan ketuban yang
dapat bervariasi dengan diet ibu. Janin dapat mengembangkan rasa yang
diinginkan berdasarkan cairan ketuban dan perkembangan janin. Bayi Anda
lahir dengan selera yang lebih manis dibandingkan jenis lainnya, yang berarti
ia akan lebih suka rasa manis.ASI atau buah-buahan untuk hal-hal lain. Selera
pertama muncul sekitar bulan kedua atau ketiga tahap perkembangan bayi,
bersama dengan beberapa persepsi rasa awal. Rasa ini akan menjadi lebih
halus disekitar trimester ketiga Anda. Banyak keputusan seleranya nanti akan
dipengaruhi oleh rasa dia mengalami dalam diet prenatal Anda.Jika Anda
memilih untuk menyusui,bayi Anda akan mengenali dan dihibur oleh mereka
rasa dalam ASI Anda. Meskipun bayi muda biasanya hanya mengkonsumsi
ASI atau susu formula, bayi yang lebih tua bisa bereksperimen dengan
makanan tekstur yang berbeda dan rasa. Mengekspos bayiAnda dengan
makanan yang bervariasi dapat membuatnya lebih mudah menerima berbagai
ketika dia menjadi tua.

4. Pembau

Bayi akan bisa mencium bau disekitar Minggu 28, dan bakatnya akan
membaik pada trimester ketiga. Menyadari bau adalah caralain dia bisa
memahami dunia disekelilingnya, sebelum dan sesudah kelahiran. Seorang
manusia akan bergantung pada rasa bau lebih selama bayi ketimbang pada
waktu usia lain dalam hidupnya. Bayi baru lahir bisa mengenali bau ibunya dan
aroma ASInya. Sementara indera penciuman sangat saat lahir, terus
berkembang selama masa kanak-kanak. Pada sekitar usia 5, anak dapat mulai
mengidentifikasi makanan dan barang-barang lainnya berdasarkan bau.

5. Rasa Sakit atau penyakit yang ada sebelumnya

Penyakit vascular perifer dapat menyebabkan penurunan sensasi pada


ektremitas dan kerusakan kognisi. Diabetes kronik dapat mengarah pada
penurunan pengelihatan, kebutaan atau neuro patiperifer. Stroke sering
menimbulkan kehilangan kemampuan bicara. Beberapa kerusakan neurologi
dapat merusak fungsi motorik dan penerimaan sensori

6. Merokok

Pengunaan tembakau yang kronik dapat menyebab kanatropi ujung-ujung saraf


pengecap, mengurangi persepsi rasa.

7. Tingkatkebisingan

Pemaparan yang konstan pada tingkat kebisingan yang tinggi ( misalnya pada
lokasi pekerjaan konstruksi ) dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.

8. Intubasiendotrakea
Kehilangan kemampuan bicara sementara akibat pemasukan selang
endotrakea melalui mulut atau hidung kedalam trakea.
9. Sentuhan

Rasa sentuhan terutama dikembangkan pada saat lahir. Sentuhan mengacup


ada berbagai sensasi yang dirasakan melalui kulit. Ini termasuk suhu,rasa sakit
dan tekanan. Bayi yang baru lahir merasakan sensasi rasa sakit,dan panas dan
dingin melalui saraf-saraf dikulit mereka. Tidak mengherankan, mulut dan
tangan bayi yang paling sensitive terhadap rasa sentuh.

10. Propriosepsi

Proprioseptif merupakan sensasi yang berasal dari dalam tubuh manusia,


yaitu terdapat pada sendi, otot, liga mendan reseptor yang berhubungandengan
tulang. Input proprioseptif ini menyampaikan informasi ke otak tentang kapan
dan bagaimana otot berkontraksi (contracting) atau meregang (stretching),
sertabagaimana sendi dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending),
ditarik (beingpull) atau ditekan (compressed). Melalui informasi ini, individu
dapat mengetahui dan mengenal bagian tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh
tersebut bergerak.Bila berjalan didalam papan keseimbangan stimulus internal
akan menempatkan kaki-kakinya, sehingga tidak akan mengalami kesulitan
pada waktu meniti balok keseimbangan dan tubuhnya tidak terjatuh.

11.Keseimbangan/balance(Vestibular)

Sistem vestibular disebut juga “businesscenter”, karena semua system


sensorik berkaitan dengan system ini. Sistem vestibular ini terletak pada
labyrinth didalam telinga bagian tengah. Fungsinya meneruskan informasi
mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat mempengaruhi gerakan
kepala dalam hubungannya dengan gravitasi dan gerakan cepat atau lambat,
gerakan bolamata (okulomotor), tingkat kewaspadaan dan emosi.

12.Kinestesis

Kinestesis seringkali dinyatakan sebagai perasaan otot ataupun perasaan


motorik,bahkan cukup popular juga dengan sebutan indera keenam
(thesixthsense), karena dikenal dengan indera tambahan dari lima indera yang
dikenal saat ini. Meskipun kemampuan ini kerap kali diabaikan sebagai salah
satu indera dasar manusia, kinestesis penting sebagai umpan balik dan selalu
memberikan informasi sensori kepada system syaraf pusat mengenai hal–hal
yang terkait dengan karakteristik gerakan, seperti:arah, posisi dalam ruang,
kecepatan, dan aktivasi otot (Magill,2001:75). Indera kinestetik berbeda
dengan kelima indera yang telah disebut terlebih dahulu, perasaan kinestetik
tergantung pada stimulus internal. Ujung syaraf yang disebut gelondong
(spindles) atau proprioseptor yang terletak didalam otot, tendon dan ligament,
nampaknya merupakan alat pengkoordinasi gerakan tubuh. Adapun reseptor
labyrinthine yang terletak didalam telinga adalah pengukur keseimbangan
tubuh. Kemampuan koordinasi dan keseimbangan, keduanya merupakan
elemen penting indera knestetis.

B. Asumsi Dasar Model Adaptasi Menurut Roy


Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970
dengan asumsi dasar model teori ini adalah :
1. Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif
maupun negatif.Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh
tiga komponen yaitu ; penyebabutama terjadinya perubahan, terjadinya
perubahan dan pengalaman beradaptasi.
2. Individu selalu berada dalam rentang sehat – sakit, yang
berhubungan erat dengankeefektifan koping yang dilakukan untuk
memelihara kemampuan adaptasi.

Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas


tubuh akan menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu
tersebut berespon melalui upaya atau perilaku tertentu. Setiap manusia
selalu berusaha menanggulangi perubahan statuskesehatan dan perawat
harus merespon untuk membantu manusia beradaptasi terhadapperubahan
ini.
Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya;
a. Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang
dan akanmempunyai pengaruh kuat terhadap seorang individu.
b. Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik
internalmaupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat
dilakukan observasi,diukur secara subyektif.
c. Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang
ada atausesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukardilakukan observasi.
Proses adaptasi yang dikemukakan Roy:
a. Mekanisme koping.
Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertamamekanisme
koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia
tersebut,yang ditentukan secara genetik atau secara umum dipandang
sebagai proses yangotomatis pada tubuh. Kedua yaitu mekanisme koping
yang didapat dimana copingtersebut diperoleh melalui pengembangan atau
pengalaman yang dipelajarinya
b. Regulator subsistem.
Merupakan proses koping yang menyertakan subsistem tubuhyaitu saraf,
proses kimiawi, dan sistem endokrin.
c. Cognator subsistem.
Proses koping seseorang yang menyertakan empat
sistempengetahuan dan emosi: pengolahan persepsi dan informasi,
pembelajaran,pertimbangan, dan emosi.
Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak
terhadap responadaptasi diantaranya, sbb:
a. Fungsi Fisiologis
Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah oksigenasi, nutrisi,
eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan
elektrolit, fungsineurologis dan endokrin.
b. Konsep diri
Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial
dalamberhubungan dengan orang lain.
c. Fungsi peran
Proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan denganorang lain.
d. Interdependen
Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,cinta
yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat
individumaupun kelompok.
Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:
a. Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat
mencapai tujuanatau keseimbangan sistem tubuh manusia.
b. Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol dari
terminologikeseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat
mencapai tujuan yang akandiraih.
Respon tersebut selain menjadi hasil dari proses adaptasi selanjutnya
akan juga menjadi umpan balik terhadap stimuli adaptasi.
Skema Model Adaptasi Roy

Proses keperawatan menggambarkan pandangan Roy tentang manusia


sebagai sistem adaptif. Menurut Roy ada 6 (enam) tahap identifikasi
dalam proses keperawatan yaitu: pengkajian perilaku, pengkajian stimulus,
penentuan diagnosa keperawatan, penentuan tujuan, intervensi, dan evaluasi.

http://currentnursing.com/nursing_theory/application_Roy%27s_adaptation_m
odel.htm
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia sebagai Makhluk biopsikososial dan spiritual atau disebut juga


sebagai makhluk yang utuh atau keseluruhan didalamnya terdapat unsur
biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Manusia sebagai system terdiri atas system adaptif
,personal,interpersonal, dan social.
Sebagai system adaptif manusia mengalami proses perubahan individu
dalam respon terhadap perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi
integritas keutuhan. Dalam memudahkan proses adaptaso manusia meiliki
tingkatan dan respon sebagai berikut Respon takut, Respon inflamasi, Respon
stress,dan Respon sensori.
Menurut Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan
integritas tubuh akan menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan
individu tersebut berespon melalui upaya atau perilaku tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28493/%20Chapter%20ll.pdf?sequen
ce=3

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/20913/6.BAB%20ll.pdf?sequence=6
&isAllowed=y

https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/13396/9606

Anda mungkin juga menyukai