Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Individu Masyarakat dan Kebudayaan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pembimbing
Ibu Siti Saadah Mardiyah, SST, MPH pada Mata Kuliah Sosio Antropologi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Siti Saadah Mardiyah,
SST, MPH selaku Dosen Mata Kuliah Sosio Antropologi Kesehatan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1. Latar Belakang.............................................................................................1
2. Rumusan Masalah........................................................................................2
3. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2. Masyarakat.................................................................................................11
1. Kesimpulan................................................................................................21
2. Saran..........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia adalah bagian dari suatu ekosistem yang harus diperhatikan
eksistensinya. Manusia harus menciptakan lingkungan budayanya menjadi
enak dan nyaman. Orang yang dapat menjaga keadaan lingkungan tersebut,
dalam tradisi spiritual Jawa sering dinamakan mampu berbuat hamemayu
hayuning bawana (Suwardi Endraswara, 2003:134). Indonesia merupakan
salah satu Negara di Dunia yang memiliki berbagai suku bangsa, yang
menyebabkan Indonesia menjadi Negara yang multikultur. Masyarakat yang
ada di Indonesia tidak asing lagi dengan kata kebudayaan karena semua
masyarakat di Indonesia memiliki kebudayaan. Masing-masing daerah
mempunyai kebudayaan yang berbeda karena suatu kebudayaan diperoleh
melalui proses yang dilakukan individuindividu sebagai hasil dari interaksi
antar individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok sehingga kebudayaan ini bersifat sama atau dimiliki bersama.
Kebudayaan mengatur hidup kita setiap saat. Mulai dari kita lahir sampai
kita mati, disadari atau tidak, ada tekanan terus menerus pada diri kita untuk
mengikuti tipe-tipe kelakuan tertentu yang telah diciptakan orang lain untuk
kita. Kebudayaan juga merupakan perangkat teknik untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang dihadapi dan dengan orang lain (Parsudi Suparlan,
1984: 83-84). Kebudayaan itu merupakan warisan dari leluhur sehingga
historis masing-masing daerah berbeda satu sama lainnya. Terkadang makna
kebudayaan diartikan sangat sempit karena mereka hanya mengetahui bahwa
kebudayaan itu hanya sebatas kesenian dalam bentuk tarian ataupun benda-
benda seni hasil kerajinan masyarakat. Melihat dari pengertian kebudayaan
sendiri adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 2009: 144). Hal tersebut berarti bahwa seluruh tindakan
manusia dari jaman dahulu hingga sekarang, baik yang nyata maupun tidak
nyata adalah wujud dari kebudayaan.
Kebudayaan yang sangat beragam, berbeda satu dengan yang lain
membuat suatu daerah memiliki identitas budaya sendiri. Identitas budaya itu
termasuk dalam kearifan lokal yang ada di daerah-daerah masing-masing.
Kearifan lokal merupakan warisan budaya yang harus dipelihara dan
dikembangkan sehingga tercipta budaya yang lebihbaik tanpa meninggalkan
budaya dahulu. Kearifan lokal tersebut juga memuat tradisitradisi yang
dilakukan dan dikembangkan oleh masyarakat. Tradisi itu merupakanwarisan
dari leluhur yang diturunkan secara turun menurun kepada generasinya yang
di dalamnya terkandung nilai-nilai yang dianggap baik sehingga masyarakat
dapat menjalankan dan melestarikan kebudayaan tersebut.
Kebudayaan sebenarnya secara khusus dan secara teliti dipelajari oleh
antropologi budaya. akan tetapi seorang yang memperdalam tentang sosiologi
sehingga memusatkan perhatiannya terhadap masyarakat, tidak dapat
menyampingkan kebudayaan dengan begitu saja.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Individu Sebagai Makhluk Sosial?
b. Apa pengertian Masyarakat?
c. Bagaimana Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan?
3. Tujuan
a. Mengetahui apa pengertian Individu Sebagai Makhluk Sosial.
b. Mengetahui apa pengertian Masyarakat.
c. Mengetahui bagaimana Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Perkumpulan (Asosiasi)
Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan manusia yang dibentuk
secara sadar untuk tujuan-tujuan khusus. Terbentuknya perkumpulan
dilandasi oleh kesamaan minat, tujuan, kepentingan, pendidikan,
keahlian profesi, atau agama. Perkumpulan merupakan suatu
organisasi buatan yang bersifat formal, dengan jumlah anggota relatif
terbatas, memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, hubungan antar
anggota tidak bersifat pribadi, memiliki anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga.
Bentuk-bentuk perkumpulan dalam masyarakat adalah :
1. Berdasarkan sifat hubungan anggotanya, terbentuk kelompok
sekunder (secondary group). Kelompok sekunder adalah suatu
perkumpulan yang terdiri dari banyak orang dengan bentuk
hubungan tidak bersifat pribadi dan bersifat sementara.
Contohnya: negara, bangsa dan suku.
2. Berdasarkan sifat organisasi, terbentuk organisasi formal
(formal group) yaitu kesatuan manusia yang tergabung dalam
sebuah organisasi yang memiliki peraturan tegas yang sengaja
diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antar
sesama. Contohnya: perkumpulan mahasiswa, perkumpulan
organisasi massa, instansi pemerintah, dan sebagainya.
3. Berdasarkan pola hubungan yang diciptakan para anggotanya,
terbentuk kelompok patembayan (gesellschaft). Kelompok
patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok,
biasanya untuk jangka waktu pendek, dan terdapat dalam
hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik (kontrak).
Misalnya: ikatan karyawan dan majikan dalam organisasi suatu
pabrik.
4. Berdasarkan prinsip guna/fungsinya, terdapat perkumpulan
atas dasar ekonomi. Contohnya: perkumpulan pedagang,
koperasi, suatu perseroan suatu perusahaan dan sebagainya.
5. Berdasarkan keperluan, terdapat banyak perkumpulan
contohnya seperti perkumpulan untuk memajukan pendidikan
maka dibentuk yayasan pendidikan, suatu perkumpulan
pemberantasan buta huruf. Perkumpulan untuk memajukan
ilmu pengetahuan atau organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Himpunan
Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (HISPI), Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI), dan sebagainya.
6. Berdasarkan aktivitas keagamaan, terdapat banyak
perkumpulan, contohnya seperti organisasi penyiar agama,
kelompok pengajian, organisasi gereja, gerakan kebatinan, dan
sebagainya.
7. Berdasarkan aktivitas politik, terdapat banyak perkumpulan,
contohnya seperti Parpol, kelompok kepentingan/penekan, dan
sebagainya.
8. Berdasarkan kepentingan memajukan olah raga, terdapat
banyak perkumpulan, contohnya: PSSI (Persatuan Sepak Bola
Seluruh Indonesia), PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia).
E. Kolektif atau cillectivity
Kolektif biasanya didasarkan atas ciri-ciri yang mencolok, baik
fisik, maupun ciri-ciri kebudayaannya.
F. Kelompok
Kelompok adalah kesatuan sosial yang memiliki ciri-ciri: sistem
organisasi yang merupakan pengelompokkan individu pada masa-masa
tertentu dan berulang-ulang, memiliki unsur pimpinan dan memiliki
aturan-aturan tertentu.
a. Kelompok Sosial
1. Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok sosial (social group) adalah
himpunan/kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama,
terdapat hubungan timbal balik, saling memengaruhi
sehingga timbul suatu kesadaran untuk saling menolong di
antara mereka.
Kesatuan manusia yang hidup bersama disebut
kelompok sosial harus memenuhi kriteria :
Adanya kesadaran setiap kelompok bahwa dirinya
merupakan bagian dari kelompok tersebut.
Terdapat hubungan timbal balik (interaksi) antar
anggota kelompok.
Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku
tertentu.Memiliki suatu sistem dan proses tertentu.
a. Ukuran Kekayaan
b. Unsur kekuasaan atau wewenang
c. Ukuran Ilmu Pengetahuan
d. Unsur kehormatan (keturunan)
e. Karakteristik Golongan Sosial
B. Perilaku
Perilaku sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001,
hlm. 859) yaitu “Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan”. Tanggapan atau reaksi individu bisa menjadi pola-
pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan
pengukuhan (Reinforcemen) dengan mengkondisikan stimulus
(Conditioning) dalam lingkungan (Environmentalistik). Perilaku tidak
semuanya dapat diamati secara objektif atau secara indrawi oleh mata,
akan tetapi perilaku juga bisa diamati dari perilaku yang tidak
senyatannya atau bukan dari indrawi penglihatan saja (Covert
Behaviour).
Sedangkan menurut pendapat Haricahyono (1989, hlm.73)
membagi perilaku itu menjadi 2 bagian diantarannya.
Perilaku manusia terdiri dari perilaku-perilaku yang tampak oleh
mata (Over Behaviour, seperti bekerja menangis dan sebagainnya) dan
perilaku perilaku yang tidak tampak oleh mata (Covert Behaviour,
seperti berfikir, perasaan emosi, kebutuhan, kebahagiaan, sikap, dan
sebagainnya). Menurut Allport (dalam Gunawan 2001, hlm 19)
manyatakan bahwa “Tingkah laku merupakan organisasi dinamis dari
system psikofisik seseorang yang menentukannya dalam mengadakan
penyesuaian terhadap lingkungan yang khas”. Sedangkan menurut
Walgito (2004, hlm. 15) mengatakan “Perilaku manusia tidak lepas
dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu
berada”. Lebih lanjut perilaku menurut Walgito (2004, hlm. 12),
“Perilaku manusia dapat dibedakan antara perilaku refleksif dan
perilaku non refleksif. Perilaku refleksif merupakan perilaku yang
terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai
organisme tersebut, sedangkan perilaku non refleksif adalah perilaku
yang diatur oleh pusat kesadaran atau otak”.
Tokoh lain pun yaitu Skinner (dalam Anggriani, 2005, hlm 4)
mengemukakan bahwa perilaku dibagi menjadi 2 bagian yaitu,
Perilaku dibedakan menjadi perilaku yang alami (Innate Behaviour)
dan perilaku operan (Operant Behaviour). Perilaku yang alami adalah
perilaku yang dibawa sejak lahir, yang berupa repleks dan insting,
sedangkan perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui
proses belajar. Perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk,
dipelajari dan dapat dikendalikan, oleh karena itu dapat berubah
melalui proses belajar.
Maka dari itu setiap individu mempunyai perilaku yang bisa kita
amati secara indra penglihatan maupun tidak secara nyata, dan perilaku
bisa berubah melalui proses belajar selama individu berinteraksi
dengan orang lain dalam hidupnya. Untuk contoh dari perilaku alami
dan perilaku operan. Perilaku alami contohnya orang akan
mengedipkan mata saat matannya terkena debu, sedangkan perilaku
operan contohnya wanita akan terus berdandan ketika dia mendapat
pujian dari orang lain bahwa dia cantik.
C. Perilaku Sosial
Pada dasarnya setiap individu akan menampilkan perilakunya
masing-masing dan tentu akan berbeda jika kita melihat individu lain
dalam berperilaku dimasyarakat. Perilaku yang dibawa oleh setiap
individu akan saling mempengaruhi perilaku orang lain akibat dari
respon yang ia terima. Perilaku ini akan muncul saat salah satu
individu berinteraksi dengan orang lain.
Setiap individu ketika berinteraksi dengan orang lain atau
masyarakat tentunya akan memunculkan suatu perilaku yang dapat
dipahami, karena mempunyai makna dari perilaku tersebut secara
sosial. Hal ini juga diungkapkan menurut Ahmadi (dalam Nina 2012,
hlm. 10) yaitu “Psikologi Sosial merupakan kajian mengenai perilaku
antar pribadi manusia. Objek yang dibahas secara garis besar dalam
psikologi sosial adalah manusia dan perilaku sosialnya atau gejala-
gejala sosial”. Tokoh lain pun juga memberikan pendapatnya menurut
David (dalam Nina 2012, hlm. 12) bahwa:
Psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk
memahami perilaku sosial, mengenai:
a. Bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial;
b. Bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita;
c. agaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial.
a. Sederhana.
b. Mudah curiga.
c. Menjunjung tinggi norma-norma yang ada
didaeranya.
d. Mempunyai sifat kekeluargaan.
e. Lugas atau berbicara apa adanya.
f. Tertutup dalam hal keuangan mereka.
g. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap
masyarakat kota.
h. Menghargai orang lain.
i. Demokratis dan religious.
j. Jika berjanji, akan selalu diingat .
PENUTUP
1. Kesimpulan
Masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami
suatu wilayah dan mempunyai hubungan yang erat serta perasaan yang
sama terhadap adat kebiasaan yang ada dan menunjukkan adanya
kekeluargaan, seperti gotong royong dan tolong-menolong. Masyarakat
pedesaan mencari mata pencaharian dengan cara bertani di sawah atau di
ladang, di desa belum mengenal teknologi canggih yang telah ada dizaman
modern. Sedangkan masyarakat perkotaan merupakan suatu himpunan
penduduk yang bertempat tinggal di dalam pusat kegiatan ekonomi,
pemerintahan kesenian, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Masyarakat
kota mencari mata pencahariannya rata-rata menggunakan tekhnologi
yang canggih, seperti menggunakan tenaga mesin, komputer dan lain-lain.
2. Saran
Masyarakat pedesaan merupakan wilayah yang masih agraris dan
lingkungannya yang masih alamiyah, oleh karena itu sebaiknya kealamian
lingkungan tersebut harus tetap terjaga sebab lingkungan yang masih
alami memiliki udara yang sejuk. Selain itu, masyarakat desa juga
memiliki rasa persaudaraan yang erat, sebaiknya penduduk desa selalu
menjaga kerukunan bersama. Masyarakat kota yang modern dengan
berbagai alat tekhnologi yang canggih, alangkah baiknya jika
memanfaatkan alat-alat tersebut dengan baik tanpa ada penyalahgunaan.
Seperti penyalah gunaan pada internet, sehingga banyak terjadi suatu
kejadian yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Sujatmiko, 2014. Aksara Sinergi Media Cetakan I, halaman 114. Kamus
IPS : Surakarta