Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH INDIVIDU MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

(Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Sosio Antropologi Kesehatan)

Dosen Pembimbing : Siti Saadah Mardiyah, SST, MPH

Disusun Oleh :

1. Alvya Nurainuni (P20625419003)


2. Maylavayzha (P20624519015)
3. Rahayu Nida Mardiah (P20624519025)
4. Rosadah (P20624519031)
5. Tati Ambarwati (P20624519035)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Individu Masyarakat dan Kebudayaan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pembimbing
Ibu Siti Saadah Mardiyah, SST, MPH pada Mata Kuliah Sosio Antropologi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Siti Saadah Mardiyah,
SST, MPH selaku Dosen Mata Kuliah Sosio Antropologi Kesehatan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 24 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1. Latar Belakang.............................................................................................1

2. Rumusan Masalah........................................................................................2

3. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

1. Individu Sebagai Makhluk Sosial................................................................3

2. Masyarakat.................................................................................................11

3. Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan.........................................................18

BAB III PENUTUP..............................................................................................21

1. Kesimpulan................................................................................................21

2. Saran..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia adalah bagian dari suatu ekosistem yang harus diperhatikan
eksistensinya. Manusia harus menciptakan lingkungan budayanya menjadi
enak dan nyaman. Orang yang dapat menjaga keadaan lingkungan tersebut,
dalam tradisi spiritual Jawa sering dinamakan mampu berbuat hamemayu
hayuning bawana (Suwardi Endraswara, 2003:134). Indonesia merupakan
salah satu Negara di Dunia yang memiliki berbagai suku bangsa, yang
menyebabkan Indonesia menjadi Negara yang multikultur. Masyarakat yang
ada di Indonesia tidak asing lagi dengan kata kebudayaan karena semua
masyarakat di Indonesia memiliki kebudayaan. Masing-masing daerah
mempunyai kebudayaan yang berbeda karena suatu kebudayaan diperoleh
melalui proses yang dilakukan individuindividu sebagai hasil dari interaksi
antar individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok sehingga kebudayaan ini bersifat sama atau dimiliki bersama.
Kebudayaan mengatur hidup kita setiap saat. Mulai dari kita lahir sampai
kita mati, disadari atau tidak, ada tekanan terus menerus pada diri kita untuk
mengikuti tipe-tipe kelakuan tertentu yang telah diciptakan orang lain untuk
kita. Kebudayaan juga merupakan perangkat teknik untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang dihadapi dan dengan orang lain (Parsudi Suparlan,
1984: 83-84). Kebudayaan itu merupakan warisan dari leluhur sehingga
historis masing-masing daerah berbeda satu sama lainnya. Terkadang makna
kebudayaan diartikan sangat sempit karena mereka hanya mengetahui bahwa
kebudayaan itu hanya sebatas kesenian dalam bentuk tarian ataupun benda-
benda seni hasil kerajinan masyarakat. Melihat dari pengertian kebudayaan
sendiri adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 2009: 144). Hal tersebut berarti bahwa seluruh tindakan
manusia dari jaman dahulu hingga sekarang, baik yang nyata maupun tidak
nyata adalah wujud dari kebudayaan.
Kebudayaan yang sangat beragam, berbeda satu dengan yang lain
membuat suatu daerah memiliki identitas budaya sendiri. Identitas budaya itu
termasuk dalam kearifan lokal yang ada di daerah-daerah masing-masing.
Kearifan lokal merupakan warisan budaya yang harus dipelihara dan
dikembangkan sehingga tercipta budaya yang lebihbaik tanpa meninggalkan
budaya dahulu. Kearifan lokal tersebut juga memuat tradisitradisi yang
dilakukan dan dikembangkan oleh masyarakat. Tradisi itu merupakanwarisan
dari leluhur yang diturunkan secara turun menurun kepada generasinya yang
di dalamnya terkandung nilai-nilai yang dianggap baik sehingga masyarakat
dapat menjalankan dan melestarikan kebudayaan tersebut.
Kebudayaan sebenarnya secara khusus dan secara teliti dipelajari oleh
antropologi budaya. akan tetapi seorang yang memperdalam tentang sosiologi
sehingga memusatkan perhatiannya terhadap masyarakat, tidak dapat
menyampingkan kebudayaan dengan begitu saja.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Individu Sebagai Makhluk Sosial?
b. Apa pengertian Masyarakat?
c. Bagaimana Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan?

3. Tujuan
a. Mengetahui apa pengertian Individu Sebagai Makhluk Sosial.
b. Mengetahui apa pengertian Masyarakat.
c. Mengetahui bagaimana Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Individu Sebagai Makhluk Sosia


A. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in
salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided
artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan.
Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti
yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai
untuk menyatakan suatu kesatuan.Individualit’as manusia tampak pada
keinginan untuk selalu tumbuh berkembang sebagai sosok pribadi
yang khas atau berbeda dengan lain. Manusia secara perseorangan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan
rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang
dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi
maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu
ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya,
atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak
ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata
masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah
perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor
keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu
memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga
memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan
dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah
lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial,
merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan
interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota
keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan
kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda
yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan
(fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan di
bebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan
hidup dengan sesama manusia. Seringkali pula terdapat konflik dalam
diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan
dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga
masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah
lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya.
Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai
individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan
konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah
dapat menemukan kepribadiannya atau dengan kata lain proses
aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah
kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi
pribadi. Proses dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya
didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan
dihambat oleh kelompok sekitarnya.
B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Dimulai sejak lahir, menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk
sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang
berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat
yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan
kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia
juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di
tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak
mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain,
manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara,
dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
1. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang
lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-
tengah manusia.

Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah


adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan
makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia
satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor
personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal
yakni:

1. Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana


manusia berinteraksi satu sama lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada
dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan
memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan
membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral
untuk membentuk kondisi seperti semula.
3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan
interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar
terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

C. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial


a. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil
dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki
kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala
kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut
meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect, self-
narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan
persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-
potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola
tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka.
Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal
pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku
bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan
potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan
karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia
mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu
makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna,.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui
tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahakan belasan
tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan
manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan
memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi
yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu
potensi yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan.
Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan
segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula
manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya
dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat
meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.
b. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Didalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam
kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi
dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini
menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan
manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan
hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam
hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung
konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun
negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari
nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang
diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus
rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama
Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia
memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak
hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai
perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain
dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia
memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan
berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut
hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan
bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki
sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan
mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh
manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat
menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak
dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang
sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil
penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi
penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti
bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi
kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.

D. Perkumpulan (Asosiasi)
Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan manusia yang dibentuk
secara sadar untuk tujuan-tujuan khusus. Terbentuknya perkumpulan
dilandasi oleh kesamaan minat, tujuan, kepentingan, pendidikan,
keahlian profesi, atau agama. Perkumpulan merupakan suatu
organisasi buatan yang bersifat formal, dengan jumlah anggota relatif
terbatas, memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, hubungan antar
anggota tidak bersifat pribadi, memiliki anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga.
Bentuk-bentuk perkumpulan dalam masyarakat adalah :
1. Berdasarkan sifat hubungan anggotanya, terbentuk kelompok
sekunder (secondary group). Kelompok sekunder adalah suatu
perkumpulan yang terdiri dari banyak orang dengan bentuk
hubungan tidak bersifat pribadi dan bersifat sementara.
Contohnya: negara, bangsa dan suku.
2. Berdasarkan sifat organisasi, terbentuk organisasi formal
(formal group) yaitu kesatuan manusia yang tergabung dalam
sebuah organisasi yang memiliki peraturan tegas yang sengaja
diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antar
sesama. Contohnya: perkumpulan mahasiswa, perkumpulan
organisasi massa, instansi pemerintah, dan sebagainya.
3. Berdasarkan pola hubungan yang diciptakan para anggotanya,
terbentuk kelompok patembayan (gesellschaft). Kelompok
patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok,
biasanya untuk jangka waktu pendek, dan terdapat dalam
hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik (kontrak).
Misalnya: ikatan karyawan dan majikan dalam organisasi suatu
pabrik.
4. Berdasarkan prinsip guna/fungsinya, terdapat perkumpulan
atas dasar ekonomi. Contohnya: perkumpulan pedagang,
koperasi, suatu perseroan suatu perusahaan dan sebagainya.
5. Berdasarkan keperluan, terdapat banyak perkumpulan
contohnya seperti perkumpulan untuk memajukan pendidikan
maka dibentuk yayasan pendidikan, suatu perkumpulan
pemberantasan buta huruf. Perkumpulan untuk memajukan
ilmu pengetahuan atau organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Himpunan
Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (HISPI), Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI), dan sebagainya.
6. Berdasarkan aktivitas keagamaan, terdapat banyak
perkumpulan, contohnya seperti organisasi penyiar agama,
kelompok pengajian, organisasi gereja, gerakan kebatinan, dan
sebagainya.
7. Berdasarkan aktivitas politik, terdapat banyak perkumpulan,
contohnya seperti Parpol, kelompok kepentingan/penekan, dan
sebagainya.
8. Berdasarkan kepentingan memajukan olah raga, terdapat
banyak perkumpulan, contohnya: PSSI (Persatuan Sepak Bola
Seluruh Indonesia), PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh
Indonesia).
E. Kolektif atau cillectivity
Kolektif biasanya didasarkan atas ciri-ciri yang mencolok, baik
fisik, maupun ciri-ciri kebudayaannya.
F. Kelompok
Kelompok adalah kesatuan sosial yang memiliki ciri-ciri: sistem
organisasi yang merupakan pengelompokkan individu pada masa-masa
tertentu dan berulang-ulang, memiliki unsur pimpinan dan memiliki
aturan-aturan tertentu.
a. Kelompok Sosial
1. Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok sosial (social group) adalah
himpunan/kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama,
terdapat hubungan timbal balik, saling memengaruhi
sehingga timbul suatu kesadaran untuk saling menolong di
antara mereka.
Kesatuan manusia yang hidup bersama disebut
kelompok sosial harus memenuhi kriteria :
 Adanya kesadaran setiap kelompok bahwa dirinya
merupakan bagian dari kelompok tersebut.
 Terdapat hubungan timbal balik (interaksi) antar
anggota kelompok.
 Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku
tertentu.Memiliki suatu sistem dan proses tertentu.

Adanya faktor pengikat yang dimiliki anggota-anggota


kelompok, seperti persamaan nasib, kepentingan tujuan, ideologi
politik dan lain- lain.

2. Jenis-Jenis Kelompok Sosial


Jenis-jenis kelompok sosial dalam masyarakat
dapat dikelompokkan menjadi :
a. Berdasarkan Identifikasi Diri, dikenal adanya in group
dan out group. In group adalah kelompok sosial yang
dijadikan tempat oleh individu untuk mengidentifikasi
dirinya. In group sering dikaitkan dengan istilah “kami
atau kita” dan pada umumnya didasarkan pada faktor
simpati dan perasaan dekat dengan anggota
kelompoknya. “Kami anggota kelompoknya”.
Sedangkan Out group adalah kelompok sosial yang
oleh individu diartikan sebagai lawan in group-nya.
Out group sering dihubungkan dengan
istilah”mereka”. Sikap out group ditandai oleh suatu
sikap antipati.
b. Berdasarkan hubungan kedekatan anggota,
teridentifikasi adanya kelompok primer (primary
group). Menurut Charles Horton Cooley kelompok
primer/primary group adalah kelompok sosial yang
paling sederhana, anggotanya saling mengenal, serta
terdapat kerjasama yang erat dan bersifat pribadi,
interaksi sosial berlangsung secara tatap muka (face to
face), Contohnya: keluarga, kelompok bermain,
klik/clique.
c. Berdasarkan hubungan familistik (sifat kekeluargaan),
dikenal adanya paguyuban (Gemeinschaft). Ferdinand
Tonnies mengataakan bahwa paguyuban (gemeinscaft)
adalah bentuk kehidupan hubungan batin yang murni
terikat oleh hubungan batin yang kekal berdasarkan
rasa cinta dan rasa persatuan batin. Contohnya:
kelompok kekerabatan, rukun tetangga/RT.
d. Berdasarkan sifat organisasi, terdapat informal group.
Informal group adalah kelompok yang tidak memiliki
struktur/organisasi tertentu, kelompok-kelompok
tersebut biasanya terbentuk berdasarkan pertemuan
yang berulangkali. Contohnya: kelompok arisan,
kelompok belajar, klik/clique.
e. Berdasarkan keanggotaan, terdapat adanya kelompok
membership group dan reference group. Kelompok
membership adalah kelompok yang para anggotanya
tercatat secara fisik sebagai anggota. Contohnya:
peserta asuransi nasabah bank, anggota OSIS, anggota
PGRI. Sedangkan kelompok reference/kelompok
rujukan atau acuan adalah kelompok sosial yang
dijadikan rujukan/acuan oleh individu-individu yang
tidak tercatat dalam anggota kelompok tersebut untuk
membentuk kepribadiannya dalam berperilaku.
Contohnya; seseorang yang gagal menjadi mahasiswa
UI tetapi ia tetap bertingkah laku seperti mahasiswa
UI.
2. Masyarakat
A. Unsur Dasar Masyarakat
Unsur-unsur Masyarakat terdiri dari :
1. Kesatuan-kesatuan sosial (social units)
Kesatuan kesatuan sosial ini terdiri dari:
a. Orang banyak atau Crowd
Crowd adalah pengelompokkan orang banyak pada suatu
tempat tertentu. Ciri-ciri crowd adalah terjadi karena adanya
pusat perhatian yang sama. Interaksi antara individu sudah ada,
yang tampak berupa komentar-komentar, tanya jawab sekitar
objek yang menjadi pusat perhatian. Crowd biasanya berjalan
dalam waktu yang tidak lama. perasaan sebagai satu kesatuan
telah ada walaupun hanya bersifat sementara dan akan hilang
pada saat kerumunan itu bubar.
b. Golongan atau Social Kategory
Golongan adalah kelompok-kelompok dalam masyarakat
yang didasarkan atas ciri-ciri umum. Baik ciri umum yang
objektif, maupun ciri umu yang tidak objektif, yaitu stereotipe
dari individu-individu anggota kelompok. Antara laion :
 Golongan Sosial Pitirim A
Sorokin menggunakan istilah pelapisan sosial yaitu
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-
kelas secara bertingkat/hierarkhis. Perwujudannya
dikenal dengan adanya kelas sosial tinggi (upper class)
contohnya: pejabat, penguasa, dan pengusaha; kelas
sosial menengah (midle class) contohnya: dosen,
pegawai negeri, pengusaha kecil dan menengah; kelas
sosial rendah (lower class) contohnya: buruh, petani,
dan pedagang kecil.Timbulnya Golongan Sosial
 Timbulnya golongan sosial
Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi
dengan sendirinya sebagai hasil proses pertumbuhan
masyarakat. Faktor penyebabnya antara lain:
kemampuan/kepandaian, umur, jenis kelamin, sifat
keaslian, keanggotaan masyarakat dan lain-lain. Faktor
penentu dari setiap masyarakat berbeda-beda, misalnya
pada masyarakat berburu faktor penentunya adalah
kepandaian berburu.
3. Dasar-Dasar Pembentukan Golongan Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, kriteria yang dipergunakan sebagai ukuran


dalam menggolongkan masyarakat ke dalam golongan sosial/pelapisan sosial
adalah :

a. Ukuran Kekayaan
b. Unsur kekuasaan atau wewenang
c. Ukuran Ilmu Pengetahuan
d. Unsur kehormatan (keturunan)
e. Karakteristik Golongan Sosial

Beberapa karakteristik golongan sosial/pelapisan sosial yang terjadi di


dalam suatu masyarakat adalah:
a. Adanya perbedaan status dan peranan
b. Adanya pola interaksi yang berbeda
c. Adanya distribusi hak dan kewajiban
d. Adanya penggolongan yang melibatkan kelompok
e. Adanya prestise dan penghargaan
f. Adanya penggoongan yang bersifat universal
4. Pembagian Golongan dalam Masyarakat
Berdasarkan karakteristik golongan sosial di atas, maka terdapat
beberapa pembagian golongan sosial sebagai berikut :
a. Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Pertanian (Agraris), di
dasarkan pada hak dan pola kepemilikan tanah, terbagi menjadi:
 Golongan Atas : para pemilik tanah pertanian dan pekarang untuk
rumah tinggal (penduduk inti).
 Golongan Menengah: para pemilik tanah pekarangan dan rumah
tapi tidak memiliki tanah pertanian (kuli gendul).
 Golongan Bawah : orang yang tidak memiliki rumah atau
pekarangan (inding ngisor).
b. Sistem Golongan Sosial pada Masyarakat Feodal, di dasarkan pada
hubungan kekerabatan dengan raja/kepala pemerintahan, terbagi
menjadi, Golongan Atas : kaum kerabat raja atau bangsawan Golongan
Menegah : rakyat biasa (kawula).
c. Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Industri, meliputi:
Golongan teratas terdiri para pengusaha besar atau pemilik modal,
direktur, komisaris. Golongan menengah atau madya terdiri dari tenaga
ahli dan karyawan. Golongan bawah seperti buruh kasar, pekerja
setengah terampil, pekerja sektor informal (pembantu).
5. Sifat Sistem Penggolongan Sosial
Klasifikasi dari sifat sistem penggolongan sosial, meliputi :
a. Sistem lapisan tertutup: sistem yang tidak memungkinkan
seseorang pindah ke golongan/lapisan sosial lain.
b. Sistem lapisan terbuka: sistem yang memungkinkan seseorang
pindah / naik ke golongan sosial atasnya.
c. Sistem campuran: sistem kombinasi antara terbuka dan
tertutup.
6. Fungsi Golongan Sosial
Golongan sosial memiliki fungsi-fungsi berikut ini:
a. Distribusi hak istimewa yang obyektif seperti penghasilan, kekayaan.
b. Sistem pertanggaan pada strata/tingkat yang diciptakan masyarakat
menyangkut prestise dan penghargaan.
c. Penentu simbol status/kedudukan seperti cara berpakaian, tingkah
laku.
d. Alat solidaritas di antara individu/kelompok yang menduduki sistem
sosial yang sama dalam masyarakat.
7. Pengertian Kategori Sosial
Menurut Koentjaraningrat, kategori sosial adalah kesatuan
manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri-ciri obyektif yang
dikenakan pada manusia-manusia tersebut. Dalam kategori sosial tidak
terikat oleh unsur adat istiadat, sistem norma, sistem nilai tertentu, tidak
memiliki identitas, tidak memiliki lokasi, tidak mempunyai organisasi,
dan tidak memiliki pemimpin.

B. Perilaku
Perilaku sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001,
hlm. 859) yaitu “Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan”. Tanggapan atau reaksi individu bisa menjadi pola-
pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan
pengukuhan (Reinforcemen) dengan mengkondisikan stimulus
(Conditioning) dalam lingkungan (Environmentalistik). Perilaku tidak
semuanya dapat diamati secara objektif atau secara indrawi oleh mata,
akan tetapi perilaku juga bisa diamati dari perilaku yang tidak
senyatannya atau bukan dari indrawi penglihatan saja (Covert
Behaviour).
Sedangkan menurut pendapat Haricahyono (1989, hlm.73)
membagi perilaku itu menjadi 2 bagian diantarannya.
Perilaku manusia terdiri dari perilaku-perilaku yang tampak oleh
mata (Over Behaviour, seperti bekerja menangis dan sebagainnya) dan
perilaku perilaku yang tidak tampak oleh mata (Covert Behaviour,
seperti berfikir, perasaan emosi, kebutuhan, kebahagiaan, sikap, dan
sebagainnya). Menurut Allport (dalam Gunawan 2001, hlm 19)
manyatakan bahwa “Tingkah laku merupakan organisasi dinamis dari
system psikofisik seseorang yang menentukannya dalam mengadakan
penyesuaian terhadap lingkungan yang khas”. Sedangkan menurut
Walgito (2004, hlm. 15) mengatakan “Perilaku manusia tidak lepas
dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu itu
berada”. Lebih lanjut perilaku menurut Walgito (2004, hlm. 12),
“Perilaku manusia dapat dibedakan antara perilaku refleksif dan
perilaku non refleksif. Perilaku refleksif merupakan perilaku yang
terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai
organisme tersebut, sedangkan perilaku non refleksif adalah perilaku
yang diatur oleh pusat kesadaran atau otak”.
Tokoh lain pun yaitu Skinner (dalam Anggriani, 2005, hlm 4)
mengemukakan bahwa perilaku dibagi menjadi 2 bagian yaitu,
Perilaku dibedakan menjadi perilaku yang alami (Innate Behaviour)
dan perilaku operan (Operant Behaviour). Perilaku yang alami adalah
perilaku yang dibawa sejak lahir, yang berupa repleks dan insting,
sedangkan perilaku operan adalah perilaku yang dibentuk melalui
proses belajar. Perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk,
dipelajari dan dapat dikendalikan, oleh karena itu dapat berubah
melalui proses belajar.
Maka dari itu setiap individu mempunyai perilaku yang bisa kita
amati secara indra penglihatan maupun tidak secara nyata, dan perilaku
bisa berubah melalui proses belajar selama individu berinteraksi
dengan orang lain dalam hidupnya. Untuk contoh dari perilaku alami
dan perilaku operan. Perilaku alami contohnya orang akan
mengedipkan mata saat matannya terkena debu, sedangkan perilaku
operan contohnya wanita akan terus berdandan ketika dia mendapat
pujian dari orang lain bahwa dia cantik.

C. Perilaku Sosial
Pada dasarnya setiap individu akan menampilkan perilakunya
masing-masing dan tentu akan berbeda jika kita melihat individu lain
dalam berperilaku dimasyarakat. Perilaku yang dibawa oleh setiap
individu akan saling mempengaruhi perilaku orang lain akibat dari
respon yang ia terima. Perilaku ini akan muncul saat salah satu
individu berinteraksi dengan orang lain.
Setiap individu ketika berinteraksi dengan orang lain atau
masyarakat tentunya akan memunculkan suatu perilaku yang dapat
dipahami, karena mempunyai makna dari perilaku tersebut secara
sosial. Hal ini juga diungkapkan menurut Ahmadi (dalam Nina 2012,
hlm. 10) yaitu “Psikologi Sosial merupakan kajian mengenai perilaku
antar pribadi manusia. Objek yang dibahas secara garis besar dalam
psikologi sosial adalah manusia dan perilaku sosialnya atau gejala-
gejala sosial”. Tokoh lain pun juga memberikan pendapatnya menurut
David (dalam Nina 2012, hlm. 12) bahwa:
Psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk
memahami perilaku sosial, mengenai:
a. Bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi sosial;
b. Bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita;
c. agaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial.

Adapun pengertian psikologi sosial menurut pandangan


Baron dan Byrne (dalam Sarwono, 2012, hlm. 12) bahwa
“Psikologi sosial adalah bidang ilmu yang mencari pemahaman
tentang asal mula dan penyebab terjadinnya pikiran serta perilaku
individu dalam situasi-situasi sosial. Definisi ini menekankan pada
pentingnya pemahaman terhadap asal mula dan peneyebab
terjadinya perilaku dan pikiran”. Artinya bahwa segala yang
dilakukan oleh individu dalam keadaan dia berinteraksi,
mengerjakan kegiatan sosial secara bersama-sama dengan orang
lain, maka yang harus kita pahami adalah apa yang menyebabkan
pikiran dan perilaku seorang individu tersebut mau ikut terlibat
dalam situasi atau keadaan sosial.

Setiap individupun harus mampu menyesuaikan diri untuk


dapat bekerja sama dengan orang lain, seperti yang diungkapkan
oleh Hurlock (1978, hlm. 287) bahwa “Perilaku sosial adalah
keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang
lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya”.

Masih menurut Hurlock (1995, hlm. 262) perilaku sosial


adalah “Aktifitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain
atau sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain yang
sesuai dengan tuntunan social”.

Sedangkan menurut Ahmadi (2001, hlm. 166) menyatakan


bahwa “Perilaku yang menunjukan atau memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-
norma yang berlaku dalam individu berada”.

Perilaku sosial akan terbentuk dari adannya suatu interaksi


dan lingkungan yang mempengaruhi bagi perilaku seseorang
seperti yang diungkapkan oleh Lewin (dalam Helmi, 1999, hlm.7)
mengemukakan bahwa:

Formulasi mengenai perilaku dengan bentuk B = F (E – O)


dengan pengertian B = behavior, F = function, E = environment,
dan O = organism, formulasi tersebut mengandung pengertian
bahwa perilaku (behavior) merupakan fungsi atau tergantung
kepada lingkungan (environment) dan individu (organism) yang
saling berinteraksi.

Berdasarkan deskripsi diatas maka suatu perilaku sosial


remaja yang duduk dibangku SMP dan SMA dapat terbentuk jika
lingkungan keluarga dan sekolah serta masyarakatnya mendukung
dan memfasilitasi lingkungan dengan baik maka perilaku remaja
pun akan menyesuaikan dengan lingkungan yang baik pula.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial merupakan


tindakan timbal balik atau saling mempemgaruhi atas respon yang
diterima oleh individu itu sendiri. Perilaku sosial dapat ditunjukan
dengan perasaan, sikap keyakinan, dan tindakan atau rasa hormat
terhadap orang lain. Perilaku sosial adalah suatu sikap relatif
dalam merespon orang lain terhadap dirinya dengan berbagai cara
yang berbeda-beda.

D. Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan


1. Masyarakat Perkotaan
Menurut para ahli, With “kota adalah suatu pemilihan yang
cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang
heterogen kedudukan sosialnya”. Max Weber “Kota menurutnya,
apabila penghuni setempat dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya dipasar local’. Dwigth Sanderson “kota
ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community.
Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat
kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada
masyarakat kota yaitu; kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa orang kota
pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia
perorangan atau individu.
Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk
disatukan, sebab perbedaan kepentingan paham politik, perbedaan
agama dan sebagainya. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya
dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi –
interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan
dari pada factor pribadi. pembagian kerja di antra warga-warga
kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga
lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa, interaksi
yang terjadi lebih banyak berdasarkan pada factor kepentingan
daripaa factor pribadi pembagian waktu yang lebih teliti dan
sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota,
sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Masyarakat perkotaan biasa nya lebih cepat menyerap
trend yang sedang booming atau biasa disebut “gaul”. Tetapi
terkadang masyarakat perkotaan tidak memilih trend yang baik,
jadi jika sedang booming langsung menyerapnya tanpa
memikirkan baik atau tidak nya. Maka nya kadang jika melihat
masyarakat kota yang seperti itu terlihat aneh bahkan lucu.
Ciri – Ciri Sosial Masyarakat Perkotaan. Beberapa ciri
sosial kehidupan masyarakat kota, antara lain:
a. Pelapisan Sosial Ekonomi
Perbedaan status sosial-ekonomi maupun kultural dapat
menimbulkan sifat “individualisme”. Sifat kegotongroyongan
yang murni sudah sangat jarang dapat dijumpai di kota.
Pergaulan tatap muka secara langsung dan dalam ukuran
waktu yang lama sudah jarang terjadi, karena komunikasi
lewat telepon sudah menjadi alat penghubung yang bukan lagi
merupakan suatu kemewahan. Selain itu karena tingkat
pendidikan warga kota sudah cukup tinggi, maka segala
persoalan diusahakan diselesaikan secara perorangan atau
pribadi, tanpa meminta pertimbangan keluarga lain.
Perbedaan tingkat pendidikan dan status sosial dapat
menimbulkan suatu keadaan yang heterogen. Heterogenitas
tersebut dapat berlanjut dan memacu adanya persaingan,
lebih-lebih jika penduduk di kota semakin bertambah banyak
dan dengan adanya sekolah-sekolah yang beraneka ragam
terjadilah berbagai spesialisasi di bidang keterampilan
ataupun di bidang jenis mata pencaharian.
b. Individualisme
Perbedaan status sosial-ekonomi maupun kultural dapat
menimbulkan sifat “individualisme”. Sifat kegotongroyongan
yang murni sudah sangat jarang dapat dijumpai di kota.
Pergaulan tatap muka secara langsung dan dalam ukuran
waktu yang lama sudah jarang terjadi, karena komunikasi
lewat telepon sudah menjadi alat penghubung yang bukan lagi
merupakan suatu kemewahan. Selain itu karena tingkat
pendidikan warga kota sudah cukup tinggi, maka segala
persoalan diusahakan diselesaikan secara perorangan atau
pribadi, tanpa meminta pertimbangan keluarga lain.
Kesibukan masing-masing warga kota dalam tempo yang
cukup tinggi dapat mengurangi perhatiannya kepada
sesamanya. Apabila ini berlebihan maka mereka mampu akan
mempunyai sifat acuh tak acuh atau kurang mempunyai
toleransi sosial. Di kota masalah ini dapat diatasi dengan
adanya lembaga atau yayasan yang berkecimpung dalam
bidang kemasyarakatan.
c. Jarak Sosial
Kepadatan penduduk di kota-kota memang pada umumnya
dapat dikatakan cukup tinggi. Biasanya sudah melebihi
10.000 orang/km2. Jadi, secara fisik di jalan, di pasar, di toko,
di bioskop dan di tempat yang lain warga kota berdekatan
tetapi dari segi sosial berjauhan, karena perbedaan kebutuhan
dan kepentingan.
Kepentingan dan situasi kondisi kehidupan kota
mempunyai pengaruh terhadap sistem penilaian yang berbeda
mengenai gejala-gejala yang timbul di kota. Penilaian dapat
didasarkan pada latar belakang ekonomi, pendidikan dan
filsafat. Perubahan dan variasi dapat terjadi, karena tidak ada
kota yang sama persis struktur dan keadaannya.
1. Pengertian Masyarakat Pedesaan ( tradisional )
Pengertian masyarakat pedesaan menurut para ahli,
Sutardjo Kartodikusuma “desa adalah suatu kesatuan
hokum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan tersendiri”. Bintaro “Desa merupakan
perwujudan atau kesatuan geografi, social, politik dan
kultur yang terdapat di tempat itu ( suatu daerah ), dalam
hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan
daerah lain”. Paul H.Landis “Desa adalah penduduknya
kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal
mengenal antara ribuan jiwa.
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang
kesukaan terhadp kebiasaan.
c. Cara berusaha ( ekonomi ) adalah agraris yang
paling umum yang sangat dipengaruhi alam
seperti: iklim, keadaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat
sambilan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia masyarakat desa


adalah masyarakat yg penduduknya mempunyai mata
pencaharian utama dalam sektor bercocok tanam,
perikanan, peternakan, atau gabungan dari kesemuanya itu,
dan yg sistem budaya dan system sosialnya mendukung
mata pencaharian itu. Sedangkan dalam kamus sosiologi
kata tradisional adalah berasal dari bahasa inggris yaitu
“tradition” yang artinya adat istiadat atau kepercayaan
yang turun temurun dipelihara.
Ciri-ciri masyarakat desa antara lain sebagai berikutt:

a. Sistem kehidupan umumnya bersifat kelompok


dengan dasar kekelurgaan (paguyuban).
b. Masyarakat bersifat homogeny seperti dalam hal mata
pencahariaan, agama dan adat istiadat.
c. Diantara warga desa mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan erat bila dibandingkan dengan
masyarakat lain di luar batas wilayahnya.
d. Mata pencahariaan utama para penduduk biasanya
bertani.
e. Faktor geografis sangat berpengaruh terhadapa corak
kehidupan masyarakat.
f. Jarak antara tempat bekerja tidak terlalu jauh dari
tempat tinggal.
g. Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat
Perkotaan
h. Kehidupaan masyarakat desa berbeda dengan
masyarakat kota. Perbedaan yang paling mendasar
adalah keadaan lingkungan, yang mengakibatkan
dampak terhadap personalitas dan segi-segi
kehidupan. Kesan masyarakat kota terhadap
masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir
dan bertindak, serta mudah tertipu dsb. Kesan seperti
ini karena masyarakat kota hanya menilai sepintas
saja, tidak tahu, dan kurang banyak pengalaman.

Berikut karakteristik masyarakat desa, yang terkait


dengan etika dan budaya mereka bersifat umum, antara
lain :

a. Sederhana.
b. Mudah curiga.
c. Menjunjung tinggi norma-norma yang ada
didaeranya.
d. Mempunyai sifat kekeluargaan.
e. Lugas atau berbicara apa adanya.
f. Tertutup dalam hal keuangan mereka.
g. Perasaan tidak ada percaya diri terhadap
masyarakat kota.
h. Menghargai orang lain.
i. Demokratis dan religious.
j. Jika berjanji, akan selalu diingat .

Untuk memahami masyarakat pedesaan dan


perkotaan tidak mendefinisikan secara universal dan
obyektif. Tetapi harus berpatokan pada ciri-ciri
masyarakat. Ciri-ciri itu ialah adanya sejumlah orang,
tingal dalam suatu daerah tertentu, ikatan atas dasar
unsur-unsur sebelumnya, rasa solidaritas, sadar akan
adanya interdepensi, adanya norma-norma dan
kebudayaan. Masyarakat pedesaan ditentukan oleh
bentuk fisik dan sosialnya, seperti ada kolektifitas,
petani iduvidu, tuan tanah, buruh tani, nelayan dan
sebagainya.

Masyarakat pedesaan maupun masyarakat


perkotaan masing-masing dapat diperlakukan sebagai
sistem jaringan hubungan yang kekal dan penting,
serta dapat pula dibedakan masyarakat yang
bersangkutan dengan masyarakat lain. Jadi perbedaan
atau ciri-ciri kedua masyarakat tersebut dapat
ditelusuri dalam hal lingkungan umumnya dan
orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas,
kepadatan penduduk, homogenitas-heterogenotas,
perbedaan sosisal, mobilitas sosial, interaksi sosial,
pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran
kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau sistem
lainnya.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami
suatu wilayah dan mempunyai hubungan yang erat serta perasaan yang
sama terhadap adat kebiasaan yang ada dan menunjukkan adanya
kekeluargaan, seperti gotong royong dan tolong-menolong. Masyarakat
pedesaan mencari mata pencaharian dengan cara bertani di sawah atau di
ladang, di desa belum mengenal teknologi canggih yang telah ada dizaman
modern. Sedangkan masyarakat perkotaan merupakan suatu himpunan
penduduk yang bertempat tinggal di dalam pusat kegiatan ekonomi,
pemerintahan kesenian, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Masyarakat
kota mencari mata pencahariannya rata-rata menggunakan tekhnologi
yang canggih, seperti menggunakan tenaga mesin, komputer dan lain-lain.

2. Saran
Masyarakat pedesaan merupakan wilayah yang masih agraris dan
lingkungannya yang masih alamiyah, oleh karena itu sebaiknya kealamian
lingkungan tersebut harus tetap terjaga sebab lingkungan yang masih
alami memiliki udara yang sejuk. Selain itu, masyarakat desa juga
memiliki rasa persaudaraan yang erat, sebaiknya penduduk desa selalu
menjaga kerukunan bersama. Masyarakat kota yang modern dengan
berbagai alat tekhnologi yang canggih, alangkah baiknya jika
memanfaatkan alat-alat tersebut dengan baik tanpa ada penyalahgunaan.
Seperti penyalah gunaan pada internet, sehingga banyak terjadi suatu
kejadian yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Eko Sujatmiko, 2014. Aksara Sinergi Media Cetakan I, halaman 114. Kamus
IPS : Surakarta

Jamaludin, Adon Nasrullah, 2015. Sosiologi Perkotaan, Pustaka Setia : Bandung.

Jamaludin, Adon Nasrullah, 2015. Sosiologi Perdesaan, Pustaka Setia : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai