Anda di halaman 1dari 3

Ditinjau dari segi jasmaniah, perbedaan antara manusia dan hewan adalah gradual, tidak

fundamental

Ditinjau dari segi rohaniah, perbedaan antara manusia dan hewan adalah prinsip dan asasi.

Keistimewaan rohaniah manusia dibandingkan dengan hewan terlihat dalam kenyataan bahwa
manusia adalah makhluk yang berpikir, berpolitik, memiliki kebebasan atau kemerdekaan memilih,
sadar diri, memiliki norma, dan sering bertanya. Secara tegas, manusia memiliki kebudayaan.

Manusia adalah hewan yang berpikir. Sebagaimana logika atau filsafat berpikir Aristoteles, Wilian E.
Hocking.

Berbeda dengan hewan, manusia itu concerned (menaruh minat yang sangat) mengenai asal mula
dan akhirnya, serta mengenai maksud dan tukuannya mengenai makna dan hakikat kenyataan.
Manusia membedakan antara keindahan dan kejelekan, antaa kebajikan dan keburukan, antara
lebih baik dan lebih buruk.

Manusia adalah makhluk berpikir, berpikir adalah bertanya. Bertanya adalah mencari jawaban.
Mencari jawaban adalah mencari kebenaran; mencari jawaban tentang sesuatu artinya mencari
kebenaran tentang sesuatu itu. Jadi, pada akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran.

Perbedaan manusia dari hewan adalah bahwa manusia mempunyai pemikiran kreatif untuk
mengelola dunianya, untuk menjadikannya lebih berarti.

Arti kehidupan bagi manusia berbeda dengan hewan. Kehidupan hewan lebih kurang spontan,
bangun setelah tidur, mencari makan, berjima, tidur lagi, dan sebagainya sampai waktunya dia mati.
Berbeda dengan manusia. Manusia harus hidup dengan pola yang berbeda, menciptakan sesuatu,
mengelola lingkungannya, mempersiapkan masa depan dunia, dan mengendalikan masyarakat.

Yang membedakan manusia dengan spesies lain dibumi ini bukan terletak pada kemampuan
manusia untuk merasa, untuk mencintai dan dicintai, bukan juga nilai-nilai moral dan etika
manusia, apalagi karena ide-ide kreatif manusia dan kebutuhan manusia untuk berkelompok
sebagai mahluk sosial.

Di alam sekitar dan kehidupan sehari-hari banyak sekali contoh bahwa manusia kalah dengan
binatang.

Pertama, manusia makhluk paling sempurna. Selain fisik, manusia memiliki keunggulan akal.
Manusia memiliki akal kreatif, inovatif dan konstruktif sedang binatang tidak. Binatang tidak
dapat menggunakan otaknya untuk berfikir atau belajar dan menangkap kebenaran laiknya
manusia.

Kedua, manusia harus belajar. Allah menganugerahkan hati dan akal untuk belajar. Dengan
belajar manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta mengambil hikmah dalam
berbagai peristiwa kehidupan. Manusialah yang harus menuntut ilmu untuk melaksanakan
berbagai tugas kehidupan. Malalui proses belajar, manusia dapat memajukan kehidupannya,
dari primitive menuju kehidupan beradab dan berbudaya.

Ketiga, manusia adalah Abdullah. Tugas utama manusia adalah untuk mengabdi atau menjadi
hamba-Nya dengan penuh tunduk dan taat sepenuhnya. Inilah kehendak Allah ketika
menciptakan jin dan manusia. Ibadah adalah tugas utama manusia. Baik, ibadah hablun
minallah maupun ibadah hablun manannas. Kepada-Nya seorang hamba berikrar,”Iyyaka
na’budu wa iyyaka nasta’in!”

Keempat, manusia adalah khalifah. Khalifah artinya wakil Allah di bumi. Khafifah juga
berarti pemimpin. Tugas sebagai khafifah adalah tugas berat namun mulia. Sebagai khafifah,
manusia mengemban amanah memakmurkan bumi, menciptakan perdamaian, ketrentraman,
dan kesejahteraan hidup. Sebagai khafifah, Allah menciptakan manusia setara. Hanya
ketakwaan yang membedakan dari lainnya.

Kelima, manusia adalah makhluk labil. Selain, memiliki akal, manusia memiliki nafsu.
Dengan akal manusia bisa melakukan perbuatan terpuji dan mulia. Tetapi dengan nafsu,
manusia bisa berbuat anarki, merusak dan merugikan kehidupan. Dengan hidayah manusia
bisa berbuat mulia. Tanpa hidayah, manusia hanya jadi budak nafsu. Alqur’an menyebut ada
yang menjadikan nafsu sebagai Tuhannya.

Keenam, manusia dicipta untuk hidup di dua alam: dunia dan akherat. Di dunia manusia akan
hidup sebentar. Dunia adalah lading amal. Akherat lebih kekal dan lebih baik. Bila baik amal
dunianya, insya Allah baik akheratnya, Syurgalah tempatnya. Bila buruk dunianya, buruk
pulalah akhirnya. Nerakalah ganjarannya.

Ketujuh, amal manusia dihitung. Perbuatan binatang tidak dihitung. Sekecil apa pun kebaikan
manusia, Allah akan memberikan pahala. Demikian pula sekecil apa pun keburukannya,
Allah akan memberikan sanksi. Takl satupun yang dirugikan. Allah Maha Adil, Maha
Pengasih, lagi Maha Penyayang.

Kedelapan, manusia harus bekerja. Allah menganugrahkan organ sempurna agar manusia
bekerja dan berkarya. Dengan bekerja manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup dan
memenuhi kewajiban social dengan penuh tanggung jawab. Bekerja adalah salah satu pintu
kemuliaan manusia.

Kesembilan, manusia makhluk beragama. Dengan agama manusia menemukan dan mengabdi
kepada Tuhan dengan benar. Dengan agama hidip manusia menjadi bermakna. Dengan
agama, manusia yakin kepada Nabi dan Rasul-Nya, serta adanya Hari Akhir. Tentu hanya
Islam agama yang dapat menjelaskan dan meyakinkan itu semua. Islam agama yang sesuai
dengan fitrah manusia.

Kesepuluh, manusia makhluk berbudaya. Manusia adalah makhluk kreatif, inovatif dan
konstruktif yang mampu membangun pereradaban. Sejarah mencatat peradaban manusia
sebagai kerya gemilang. Peradaban adalah mozaik budaya manusia yang dibangun berkat
kecerdasan manusia. Jadi, sungguh berbeda memang manusia dengan binatang. Meskipun
demikian, Al-Qur’an menyebutkan tidak sedikit manusia bergaya seperti binatang, bahkan
lebih buruk lagi dari itu. Mereka tidak dapat membangun sepuluh keunggulan yang mampu
diraih oleh setiap manusia.
(Sumber: Lazismu Edisi 15, Pebruari 2009).
Dari pemaparan di atas, maka kita dapat menyimpulkan ada perbedaan tingkatan antara tumbuhan,
binatang dan manusia. Perbedaan tingkat kehidupan ini didasarkan pada tingkat pergerakan dan
interioritas. Dengan dua parameter tersebut, kita tahu bahwa tumbuhan ada pada tingkat yang
paling bawah karena mereka mempunyai keterbatasan pergerakan (penyerapan makanan,
pertumbuhan, dan reproduksi) dan keterbatasan interioritas yang menghasilkan buah yang
akibat/efeknya tidak sepenuhnya berada di dalam (immanent). Binatang mempunyai tingkat
pergerakan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman, karena binatang mempunyai semua yang
dipunyai oleh tanaman ditambah dengan pengetahuan perasa (sense knowledge), yang
memungkinkan binatang mempunyai insting untuk menghindari yang buruk dan mendapatkan yang
baik. Hal ini ditambahkan dengan kemampuan binatang untuk dapat merasakan sehingga dapat
mengingat sesuatu yang disimpannya di dalam ingatannya, atau menghasilkan efek yang tetap
tinggal di dalam (immanent), walaupun tidak dapat merefleksikannya.

Anda mungkin juga menyukai