Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PROSES TELAAH JURNAL HASIL PENELITIAN CASE CONTROL


(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Askeb
Kegawatdaruratan dan Deteksi Dini Maternal Neonatal)
Dosen Pembimbing :
Sinar Pertiwi, SST, MH

Disusun oleh :
Ai Siska Rosmiati (P20624519002)
Alvya Nurainuni Pratiwi (P20624519003)
Astrini Hermawati (P20624519004)
Della Kameilin Matsura (P20624519007)
Rahayu Nida Mardiah (P20624519025)
Rossadah Nur Fadillah (P20624519031)
Syifa Haidar Rahmani (P20624519034)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas limpahan nikmat sehatNya, baik itu berupa sehat fisik maupun
akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan
sebagai tugas dari mata kuliah Kuliah Evidence Base Midwifery yang berjudul ”
PROSES TELAAH JURNAL HASIL PENELITIAN CASE CONTROL” ini
dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kesempurnaan laporan
ini,terutama kepada Dosen Pembimbing mata kuliah yang telah membimbing
kami dalam pembelajaran dan diskusi.kami berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi diri pribadi kami dan para pembaca.Kami menyadari bahwa
hanya Allah-lah yang memiliki kesempurnaan, sehingga tentu masih banyak lagi
rahasia-Nya yang belum tergali dan belum kita ketahui,.oleh karenanya kami
senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian, sehingga
mampu menjalin sinergi yang pada akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa
lebih disempurnakan lagi dimasa yang akan datang.

Tasikamalaya, Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Case Control
B. Tahapan-tahapan Case Control
C. Penentuan Ratio Odds
D. Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control
E. Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control
F. Telaah Jurnal Case Control
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian adalah setiap usaha untuk mencari pengetahuan (ilmiah)
baru menurut prosedur yang sistematis dan terkontrol melalui data empiris
(pengalaman), yang artinya dapat beberapa kali diuji dengan hasil yang
sama. Penelitian sangat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi kesejahteraan
masyrakat dan kemajuan bangsa.
Penelitian kasus case-control study atau yang disebut juga sebagai
casecomparison study, case-compeer study, case-referent study, atau
retrospective study, merupakan penelitian epidemiologis analitik
observasional yang mmenelaah hubungan antara efek (penyakit atau
kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor-faktor resiko tertentu. Desain
penelitian kasus-kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran
faktor resiko dalam kejadian penyakit (cause-effect relationship), seperti
hubungan anatara kejadian kanker serviks dengan perilaku seksual,
hubungan anatara tuberkolosis pada anak dengan vaksinasi BCG, atau
hubungan anatara status gizi Byi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB
suntik pada ibu.
Penelitian case control berhubungan erat dengan penelitian
prvelensi atau cross sectional. Namun demikian, karena orang-orang yang
dilibatkan umumnya lebih sedikit dan lebih mudah dikumpulkan, maka
penelitian case control lebih sering dilaksanakan. Di antara penelitian-
penelitian analitik, biasanya penelitian case control menjai pendekatan
pertama untuk menentukan apakah suatu ciri perorangan atau faktor
lingkungan tertentu mempunyai kaitan dengan terjadinya penyakit.
Dalam hal kekuatan hubungan sebab akibat, studi kasus-kontrol
ada dibawah desian ekperimental dan studi kohort, namun lebih kuat
daripada studi cross-sectional, karena pada studi kasus-kontrol terdapat
dimensi waktu, sedangkan studi cross-sectional tidak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu case control?
2. Apa saja tahapan-tahapan case conrtrol?
3. Bagaimana cara penentuan ratio odds?
4. Apa saja kelebihan rancangan penelitian case control?
5. Apa saja kekurangan rancangan penelitian case control?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu case control?
2. Untuk mengetahui apa saja tahapan-tahapan case control?
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penentuan ratio odds?
4. Apa saja kelebihan rancangan penelitian case control?
5. Apa saja kekurangan rancangan penelitian case control?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Case Control
Penelitian case control merupakan penelitian jenis analitik
observasional yang dilakukan dengan cara membandingkan antara kelompok
kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Hal tersebut
bergerak dari akibat ( penyakit ) ke sebab ( paparan ). Ciri-ciri dari penelitian
case control adalah pemilihan subyek yang didasarkan pada penyakit yang
diderita, kemudian lakukan pengamatan yaitu subyek mempunyai riwayat
terpapar faktor penelitian atau tidak.
Penelitian case control dapat digunakan untuk mencari hubungan
seberapa jauh faktor resiko mempengaruhi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya adalah hubungan antara intensitas atau jangka waktu penyemprotan
nyamuk demam berdarah ( Fooging ) dengan seberapa banyak warga yang
terjangkit penyakit DBD.
Penelitian Case Control adalah suatu penelitian analitik yang
menyangkut bagaimana factor risiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan “retrospective”. Case Control dapat dipergunakan untuk mencari
hubungan seberapa jauh factor risiko mempengaruhi terjadinya penyakit mis:
hubungan antara kanker serviks dengan perilaku seksual, hubungan antara
tuberculosis anak dengan vaksinasi BCG atau hubungan antara status gizi
bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu.
Desain Case control sering dipergunakan para peneliti karena
dibandingkan dengan kohort, ia lebih murah, lebih cepat memberikan hasil
dan tidak memerlukan sampel yang besar. Bahkan untuk penyakit yang
jarang, case control merupakan satu-satunya penelitian yang mungkin
dilaksanakan untuk mengindentifikasi factor resiko.Misalnya, kita ingin
menentukan apakah pemberian esterogen pada ibu pada periode sekitar
konsepsi mempertinggi risiko terjadinya kelainan jantung bawaan. Dengan
mengetahui bahwa insiden penyakit jantung bawaan pada BBL dari ibu yang
tidak mendapat esterogen adalah 8 per 1000. Pada studi kohort diperlukan
±4000 ibu tepajan dan 4000 ibu tidak terpajan factor risiko untuk dapat
mendeteksi potensi peninggian risiko sebanyak 2xsedangkan dengan Case
Control hanya diperlukan 188 kasus dan 188 kontrol.Bila yang diteliti adalah
kelainan jantung yang khusus, misalnya malformasi konotrunkus yang
kekerapannya hanya 2 per 1000 maka untuk penelitian kohort diperlukan
15.700 ibu terpajan dan 15.700 ibu tidak terpajan esterogensedangkan untuk
Case Control tetap hanya diperlukan 188 kasus dan 188 kontrol.
B. Tahapan penelitian Case Control
Tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai
Setiap penelitian diawali dengan penetapan pertanyaan penelitian
kemudian disususn hipotesis yang akan diuji validitasnya.
Misalnya pertanyaannya adalah :
Apakah terdapat hubungan antara konsumsi jamu peluntur pada
kehamilan muda dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi
yang dilahirkan ?
Hipotesis yang ingin diuji adalah:
Pajanan terhadap jamu peluntur lebih sering terjadi pada ibu yang
anaknya menderita penyakit jantung bawaan PJB disbanding pada ibu
yang anaknya tidak menderita PJB.
2. Mendeskiripsikan variable penelitian: faktor risiko, efek
Intensitas pajanan faktor resiko dapat dinilai dengan cara mengukur
dosis,frekuensi atau lamanya pajanan. Ukuran pajanan terhadap faktor
resiko yang berhubungan dengan frekuensi dapat besifat :
a. Dikotom, yaitu apabila hanya terdapat 2 kategori, misalnya pernah
minum jamu peluntur atau tidak.
b. Polikotom, pajanan diukur pada lebih dari 2 tingkat, misalnya tidak
pernah, kadang-kadang,atau sering terpajan.
c. Kontiniu, pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya
umur dalam tahun, paritas, berat lahir.
Ukuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa :
a. Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan
apakah pajanan itu berlangsung terus menerus.
b. Saat mendapat pajanan pertama
c. Bilakah terjadi pajanan terakhir
Diantara pelbagai ukuran tersebut, yang paling sering digunakan
adalah variable independen ( faktor resiko) berskala nominal dikotom (ya
atau tidak) dan variable dependen (efek, penyakit) berskala nominal
dikotom (ya atau tidak ) pula.
Untuk masalah kesehatan, trutama kesehatan reproduksi, apakah
pajanan terjadi sebelum, selama, atau sesuadah keadaan tertentu sangatlah
penting.Misalnya, pemakaian kontrasepsi oral oleh perempuan yang belum
pernah mengalami kehamilan sampai cukup bulan dapat meningkatkan
risiko terjadinya kanker payudara.Kita juga tahu oajanan beberapa obat
atau bahan aktif tertentu selama kehamilan muda mungkin berkaitan
dengan kejadian kelainan bawaan pada janin.
Dalama mencari informasi tentang pajanan suatu faktor risiko yang
diteliti maka perlu diupayakan sumber informasi yang akurat.Informasi
tersebut dapat diperoleh antara lain :
a. Catatan medis rumash sakit, laboratorium patologi anatomi
b. Data dari catatan kantor wilayah kesehatan
c. Kontak dengan subyek penelitian, baik secara langsung, telepon, atau
surat.
Cara apapun yang digunakan, prinsip utamanya adalah pada
kelompok kasus dan control ditanyakan hal-hal yang sama dengan cara
yang sama pula, dan pewawancara sedapat mungkin tidak mengetahui
apakah subyek termasuk dalam kelompok kasus atau kelompok control.
Pengambilan data dari catatan medis sebaiknya juga secara buta atau
tersamar, untu mencegah peneliti mencari data lebih teliti pada kasus
maupun pada control.Perlu pla diketahui bahwa informasi mengenai
pemakaina kontrasepsi hormonal lebih lengkap dicatat pada perempuan
yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan dengan pada
perempuan yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan dengan
pada perempuan yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan
dengan pada perempuan yang berobat untuk fraktur tulang. Apabila
informasi rekam medis kurang lengkap maka data perlu dilengkapi dengan
cara menghubungi subyek (dengan tatap muka langsung, hubungan
telepon, surat atau cara berkomunikasi yang lain).
Karena efek/ outcome merupakan hal yang sentral, maka diagnosis
atau penentuan efek harus mendapat perhatian utama. Untuk penyakit atau
kelainan dasar t=yang diagnosisnya mudah, misalnya anensefali,
penentuan subyek yang telah mengalami atau tidak mengalami efek sukar.
Namun pada banyak penyakir lain sering sulit diperoleh criteria klinis
yang obyektif untuk diagnosis yang tepat, sehingga diperlukan cara
diagnosis dengan pemeriksaan patologi-anatomik, dan lain-lain. Meskipun
demikian kadang diagnosis masih sulit terutama pada penyakit yang
manifestasinyabergantung pada stadiumnya.Misalnya artitis rheumatoid
dapat mempunyai manifestasi klinis dan hasil laboratorium yang
bervariasi, sehingga perlu dijelaskan lebih dahulu criteria diagnosis mana
yang dipergunakan untuk memasukkan seseorang menjadi kasus. Untuk
beberapa penyakit tertentu telah tersedia criteria baku untuk diagnosis,
namun tidak jarang criteria diagnosis yang telah baku pun perlu
dimodifikasi agar sesuai dengan pertanyaan penelitian
3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus,kontrol), dan cara
untuk pemilihan subyek penelitian.
Kasus
Cara yang terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil
secara acak subyek dari populasi yang menderita efek. Namun dalam
praktik hal ini hampir tidak mungkin dilaksanakan, karena penelitian
kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang, yang
diagnosisnya biasanya ditegakkan dirumah sakit.Mereka ini dengan
sendirinya bukan subyek yang representatif karena tidak menggambarkan
kasus dalam masyarakat.Pasien yang tidak datang ke rumah
sakit.Beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam
pemilihan kasus untuk studi kasus-kontrol agar sampel yang
dipergunakan mendekati keadaan dalam populasi.
Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru+lama)
Dalam pemilihan kasus sebaiknya kita memilih kasus insidens
(kasus baru).Kalau kita mengambil kasus prevalens (kasus lama dan baru)
maka untuk penyakit yang masa sakitnya singkat atau mortalitasnya
sangat tinggi, kelompok kasus tidak menggambarkan kedaan dalam
populasi (bias Neyman). Misalnya, pada penelitian kasus-kontrol untuk
mencari faktor-faktor risiko penyakit jantung bawaan, apabila
dipergunakan kasus prevalens, maka hal ini tidak menggambarkan
keadaan sebenarnya, mengingat sebagian pasien penyakit jantung bawaan
mempunyai angka kematian tertinggi pada periode neonates atau masa
bayi. Dengan demikian pasien yang telah meninggal tersebut tidak
terwakili dalam penelitian.
Tempat pengumpulan kasus
Bila di autu daerah terdapat registry kesehatan masyarakat yang
baik dan lengkap, maka pengambilan kasus sebaiknya dari sumber di
masyarakat (population based), karena kasus yang ingin diteliti tercatat
dengan baik. Sayangnya di Indonesia belum ada daerah yang benar benar
mempunyai registrasi yang baik, sehingga terpaksa diambil kasus dari
pasien yang berobat ke rumah sakit ( hospital based). Hal ini
menyebabkan terjadinya bias yang cukup penting (bias Berkson), karena
karakteristik pasien yang berobat ke rumah sakit mungkin berbeda dengan
karakteristik pasien yang tidak berobat ke rumah sakit.
Saat diagnosis
Untuk penyakit yang perlu pertolongan segera (misalnya patah
tulang) maka saat ditegakkannya diagnosis boleh diakatakan sama dengan
mula timbulnya penyakit (onset). Tetapi banyak penyakit yang mula
timbulnya perlahan dan sulit dipastikan denga tepat (contohnya keganasan
atau pelbagai jenis penyakit kronik).Dalam keadaan ini maka pada saat
mengidentifikasikan faktor resiko perlu diyakinkan bahwa pajanan faktor
yang diteliti terjadi sebelum terjadinya efek, dan bukan terjadi setelah
timbulnya efek atau penyakit yang dipelajari.
Contoh :
Ingin diketahui hubungan diet dengan kejadian kanker
kolon.Pertanyaan harus ditujukan terhadap diet sebelum timbul gejala,
sebab mungkin saja subyek telah mengubah dietnya oleh karena
terdapatnya gejala penyakit.Penelitian terhadap penyakit yang timbulnya
manifestasi memerlukan waktu lama, misalnya sklerosis multiple, perlu
perhatian ekstra untuk menentukan saat gejala pertama timbul.Bila gejala
sudah lama terjadi, sebaiknya kasus jangan dipakai, sebab sulit
dihindarkan kemungkinan terjadinya pajanan setelah timbul penyakit.
Kontrol
Pemilihan control member masalah yang lebih besar daripada
pemilihan kasus, oleh karena control semata mata ditentukan oleh peneliti,
sehingga sangat terancam bias. Perlu ditekankan bahwa control harus
berasal dari populasi yang sama dengan kasus, agar risiko yang diteliti.
Bila peneliti ingin mengetahui apakah kanker payudara berhubungan
dengan penggunaal pil KB, maka criteria inklusi untuk control adalah
subyek yang memiliki peluang untuk minum pil KB yaitu wanita yang
menikah, dalam usia subur (wanita yang tidak menikah atau belum
mempunyai anak tidak minum pil kontrasepsi).
Ada bebrapa cara untuk memilih control yang baik :
a. Memilih kasus dan control dari populasi yang sama :
Misalnya kasus adalah semua pasien dalam populasi tertentu
sedangkan control diambil secara acak dari populasi sisanya. Dapat
juga kasus dan control diperoleh dari populasi yang telah ditentukan
sebelumnya yang biasanya lebih kecil (misalnya dari studi kohort).
b. Matching. Cara kedua untuk mendapatkan control yang baik ialah
dengan cara melakukan matching , yaitu memilih control dengan
karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua variable yang
mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variable yang diteliti.
Bila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai variable yang
mungkin berperan terhadap kejadian penyakit (keculai yang sedang
diteliti) dapt dismakan, sehingga dapat diperoleh asosiasi yang lebih
kuat antara variable yang sedang diteliti dengan penyakit. Teknik ini
mempunyai keuntungan kain, yakni jumlah subyek yang diperlukan
lebih sedikit. Namun jangan terjadi overmatching, yaitu matching
pada variable yang nilai resiko relative terlalu rendah. Apabila terlalu
dalam mencari subyek kelompok control. Di lain sisi harus pula
dihindarkan undermatching yakni tidak dilakukan penyertaan terhadap
varibel-variabel yang potensial menjadi peransu (confounder) penting.
c. Cara lainnya adalah dengan memilih lebih dari satu kelompok kontrol.
Karena sukar mencari kelompok control yang benar-benar sebanding
maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok control. Milanya bila
kelompok kasus diambil dari rumah sakit, maka satu control diambil
dari pasien lain di rumah sakit yang sama, dan control lainnya berasal
dari daerah tempat tinggal kasus. Apabila ratio odds yang didapatkan
dengan menggunakan 2 kelompok control tersebut tidak banyak
berbeda, hal tersebut akan memperkuat asosiasi yang ditemukan.
Apabila ratio odds antara kasus dengan masing-masing control sangat
berbeda, berarti salah satu atau kedua hasil tersebut tidak sahih, dengan
kata lain terdapat bias, dan perlu diteliti letak bias tersebut.
Contoh :
Suatu penelitian kasus-kontrol ingin mencar hubungan antara
penyakir AIDS pada pria dengan homoseksualitas. Sebagai kasus
diambil semua pasien dengan diagnosis AIDS dirumah sakit A. untuk
kelompok control pertama dipilih secara acak dari pasien dengan
penyakit lain yang dirawat di rumah sakit tersebut dan tidak menderita
AIDS (diperoleh rasio odds sebesar 6,3), sedangkan kelompok control
kedua dipilih secara acak dari pria sehat yang tinggal berdekatan
dengan tiap pasien dalam kelompok kasus (diperoleh rasio odds 9,0).
Walaupun pada kelompok control pertama lebih banyak penyakit lain
dibandingkan pada control kedua, ternyata pada kedua kelompok
control praktik homoseksualitas jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan kelompok kasus, sehingga rasio odds pada kedua kelompok
control hampir sama. Hal ini jelas memperkuat simpulan terdapatnya
hubungan antara homoseksualitas dengan terjadinya AIDS.
4. Menetapkan besar sampel
Jumlah subyek yang perlu diteliti untuk memperlihatkan adanya
hubungan antara faktor risiko dengan penyakit perlu ditentukan sebelum
penelitian dimulai. Pada dasarnya untuk penelitian kasus control jumlah
subyek yang diteliti bergantung pada :
a. Beberapa frekuensi pajanan faktor risiko pada suatu populasi; ini
penting terutama apabila control diambil dari populasi. Apabila
densitas pajanan risiko terlalu kecil atau terlalu besar, mungkin
pajanan resiko pada kasus dan control hampir sama sehingga
diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).
c. Derajat kemaknaan (α ) dan kekuatan (power= 1- β) yang dipilih.
d. Biasa dipilih α = 5%, β = 10% atau 20% (power = 90% atau 80%)
e. Rasio antara jumlah kasus control. Bila dipilih control lebih banyak,
maka jumlah kasus dapt dikurangi. Bila jumlah control diambil c kali
jumlah kasus, maka jumlah kasus dapt dikurangi dari n menjadi
(c+1)n/2c.
f. Apakah pemilihan control dilakukan dengan matching atau tidak.
Diatas telah disebut bahwa dengan melakukan matching maka jumlah
subyek yang diperlukan untuk diteliti menjadi lebih sedikit.
5. Melakukan Pengukuran
Pengukuran variable efek dan faktor risiko merupakan hal yang
dentral pada studi kasus-kontrol.Penentuan efek harus sudah
didefenisikan denganjelas dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor
risiko atau pajanan yang terjadi pada waktu lampau juga sering
menimbulkan kesulitan. Kadang tersedia data objektif, missal rekam
medis kumpulan preparat hasil pemeriksaan patologi-anatomik, hasil
laboratorium, atau pelbagai henis hasil pencitraan.Namun lebih sering
penentuan pajanan pada masa lalu dilakukan semata-mata dengan
anamnesis atau wawancara dengan responden, jadi hanya dengan
mengandalkan daya ingat responden yang mungkin dipengaruhi oleh
statusnya (mengalami outcome atau tidak).
6. Menganalisis hasil penelitian
Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat hanya bersifat sederhana
yaitu penentuan ratio odds, sampai pada yang kompleks yakni dengan
analisis multivariate pada studi kasus control dengan lebih dari satu faktor
resiko. Ini ditentukan oleh apa yang ingin diteliti bagaimana cara memilih
control (matched atau tidak), dan terdapatnya variable yang menggangu
ataupun yang tidak.
C. Penentuan ratio odds
1. Studi kasus-kontrol tanpa ‘matching’
Ratio odds (RO) pada studi kasus-kontrol dapat diartikan sama
dengan resiko relative (RR) pada studi kohort. Pada penelitian kohort
dimulai dengan pol=pulasi yang terpajan (a+b) dan populasi yang tidak
terpajan (c+d) . Dengan perjalanan waktu maka dengan sendirinya akan
timbul efek pada populasi yang terpajan (a) dan pada populasi yang tidak
terpajan (d). kemudian dapat dihitung kejadian efek pada populasi terpajan
(a/[a+b]) dan efek pada populasi yang tidak terpajan (c/{c=d]) sehingga
dapat dihitung resiko relative yaitu :
(insidenpadakelompokdenganfaktorrisiko ) a/( a−b)
RR= =
(insidenpadakelompoktanpafaktorrisiko) c /( c+ d)
Pada penelitian kasus-kontrol dimulai dengan mengambil kelompok
kasus (a+c) dan kelompok control (b+d). oleh karena kasus adalah subyek
yang sudah sakit dan control adalah mereka yang tidak sakit maka tidak
dapat dihitung insidens penyakit baik pada kasus maupun control. Yang
dapat dinilai adalah berapa sering terdapat pajanan pada kasus
dibandingkan pada control.Hal inilah yang menjadi alat analisis pada studi
kasus-kontrol, yang disebut ratio odds (RO).
oddspadakelompokkasus
RO=
oddspad akelompokkontrol
( proporsikasusdenganrisiko) ( proporsikontroldenganrisiko)
RO= :
( proporsikasusdenganrisiko ) ( proporsikontroldenganrisiko)
a
:c /(a−c)
( a−c ) a/c
¿ = =ad /bc
b b/d
:d /(b +d)
b+ d
2. Studi kasus-kontrol dengan ‘matching’
Pada studi kasus control dengan matching individual, harus dilakukan
analisis dengan menjadikan kasus dan control sebagai pasangan-pasangan.
Jadi, bila misalnya terdapat 50 kasus yang masing masing berpasangan
dengan tiap subyek dari 50 kontrol, maka kita lakukan pengelompokan
menjadi 50 pasangan sebagai berikut. Hasil pengamatan studi kasus-
kontrol biasanya disusun dalam table 2 x 2 dengan keterangan sebagai
berikut :
Sel a : kasus dan control mengalami pajanan
Sel b : kasus mengalami pajanan, control tidak
Sel c : kasus tidak mengalami pajanan, control mengalami
Sel d : kasus dan control tidak mengalami pajanan
Kontrol
Risiko + Risiko -
KASUS Risiko + A b
S Risiko - C d

Rasio adds pada studi kasus control dengan matching ini dihitung dengan
mengabaikan sel a karena baik kasusmaupun control terpajan, dan sel d,
karena baik kasus maupun control tidak terpajan.
Rasio adds dihitung dengan formula :
b
RO−
c
RO, walaupun tidak sama dengan risiko relative akan tetapi dapat dipakai
sebagai indicator adanya kemungkinan hubungan sebab akibat antara
faktor risiko dan efek. Nilai RO dianggap mendekati risiko relative
apabila:
a. Insiden penyakit yang diteliti kecil, biasanya dianggap tidak lebih dari
20% populasi terpajan.
b. Kelompok control merupakan kelompok representative dari populasi
dalam hal peluangnya untuk terpajan faktor risiko
c. Kelompok kasus harus representative
Interprestasi nilai RO dengan interval kepercayaannya sama dengan
interperestasi pada penelitian cross-sectional, yakni RO yang > 1
menunjukkan bahwa faktor risiko, bila RO = 1 atau mencakup angka 1
berarti bukan faktor risiko, dan bila kurang dari 1 berarti merupakan faktor
yang melindungi atau protektif.
3. Contoh Studi Kasus-Kontrol Tanpa ‘Matching’
Masalah . Apakah abortus berhubungan dengan risiko kejadian plasenta
previa pada kehamilan berikutnya ?
Hipotesis. Studi kasus-kontrol, hospital based
Kasus.Wanita melahirkan di RSCM dari 1 Januari 1996 sampai dengan 31
Desember 1999 secara bedah ceasar atas indikasi plasenta previa totalis
yang dibuktikan dengan USG dan klinis pendarahan antepartum.
Kontrol. Wanita yang melahirkan dalam kurun waktu yang sama tanpa
plasenta previa dan dipilih secara acak.
Faktor risiko yang ingin diteliti.Riwayat terdapatnya abortus sebelum
persalinan sekarang.
Pengumpulan data.Dengan wawancara dan pengisian kuesioner
diperoleh data dari 68 kasus dan 68 kontrol.
Analisis data.Meskipun RO lebih dari 1, namun karena interval
kepercayaannya mencakup angka 1, maka simpulannya adalah abortus
tidak mempunyai hubungan dengan terjadinya plasenta previa pada
kehamilan kemudian, atau diperlukan lebih banyak kasus untuk
membuktikannya.
Plasenta previa

RIWAYAT ya Tidak jumlah


ABORSI Ya 12 9 21
Tidak 56 59 115
Jumlah 68 68 136

Ratio adds = (12x59) / (9x56)=1,4


Internal kepercayaan 95%=0,5 ; 3,6

4. Bias Dalam Studi Kasus Kontrol


Bias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil
penelitian tidak sesuai dengan kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol
terdapat tiga kelompok bias yang dapat mempengaruhi hasil, yaitu :
a. Bias seleksi
b. Bias informasi
c. Bias perancu (confounding bias)
Sackett* mencatat beberapa hal yang dapat menyebabkan bias, di
antaranya adalah :
a. Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding
factors) mungkin terlupa oleh subyek penelitian atau tidak tercatat
dalam catatan medik kasus (recall bias)
b. Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab
penyakitnya lebih sering melaporkan faktor risiko dibandingkan
dengan subyek yang tidak terkena efek (kontrol)
c. Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu
agen menyebabkan penyakit ataukah terdapatnya penyakit
menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen
d. Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif
seringkali sangat sukar
D. Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control
1. Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya,
cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang.
2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
3. Biaya yang diperlukan relative murah.
4. Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit.
5. Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan berbagai factor resiko
sekaligus dalam satu penelitian.
E. Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control
1. Data mengenai pajanan terhadap faktor resiko diperoleh dengan
mengandalakan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden ini
menyebabkan terjadinya recall bias, karena responden yang mengalami
efek cenderung lebin=h mengingat pajanan terhadap faktor resiko dari
pada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini
rekam medis yang seringkali dipakai sebagai sumber data juga tidak
begitu akurat.
2. Validasi mengenai informasi kadang kadang sukar diperoleh.
3. Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneliti maka sukar untuk
meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut benar sebanding dalam
pelbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya.
4. Tidak dapat memberikan incidence rates.
5. Tidak dapat diapakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen,
hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.

F. Telaah Jurnal Case Control


STUDI KASUS KONTROL : PENGARUH FAKTOR PERILAKU
LAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL TERHADAP KEMATIAN IBU DI
EMPAT KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ekowati Retnaningsih
PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan MDGs (Millenium Depelopment Goals) terdiri dari
8 hal yaitu: 1) pengurangan kemiskinan dan kelaparan, 2) peningkatan pendidikan
dasar yang universal, 3) keadilan gender dan pemberdayaan perempuan, 4)
peningkatan kesehatan ibu, 5) penurunan kematian anak 6) pemberantasan TB,
malaria dan HIV/AIDS, 7) keserasian lingkungan yang berkelanjutan, dan 8)
kemitraan global dalam pembangunan.
Memperhatikan tujuan MDGs tampak jelas bahwa peningkatan kesehatan
ibu telah menjadi salah satu komitmen negara di dunia. Salah satu indikator untuk
menggambarkan tingkat kesehatan ibu disuatu wilayah adalah Angka Kematian
Ibu (AKI). Data SDKI 2002/2003 menunjukan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI)
Indonesia tahun 2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. AKI Sumatera
Selatan tahun 2003 jauh dari angka nasional, yaitu sebesar 472 per 100.000
kelahiran hidup, yang turun menjadi 467 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2004. Keadaan tersebut jauh di bawah target Indonesia sehat 2010 dan Sumatera
Selatan Sehat 2008, yang mentargetkan penurunan AKI menjadi 175 per 100.000
kelahiran hidup.
METODE PENELIAN
 Pendekatan kuantitatif case control
 Populasi : ibu yang hidup dan ibu meninggal dengan kelahiran hidup
di 4 kabupaten (Musi Banyu Asin, Muara Enim, Ogan Ilir dan Palembang)
di Sumatera Selatan.
 Sampel : pengambilan sampel untuk kelompok kasus
dilaksanakan secara random menggunakan kerangka sampel data
kematian ibu yang tercatat di Dinas Kesehatan 4 kabupaten/kota terpilih.
Jumlah ibu yang meninggal pada tahun 2007 di 4 kabupaten/kota tersebut
adalah 54 orang. Pemilihan kelompok kontrol (ibu yang selamat)
dilakukan dengan cara kumulatif sampling berpasangan. Kontrol diambil
dari tetangga kasus yang memiliki status sosial dan ekonomi hampir sama
yaitu dilihat dari kondisi rumah dan isinya serta pekerjaan suami. Jumlah
sampel minimal adalah n1=n2= 37 orang, sehingga total sampel minimal
74 orang.

sampel
(78 Responden)

kelompok kasus kelompok kontrol


26 orang ibu 52 orang ibu yang
meninggal selamat

 Perolehan Data : dilakukan dengan wawancara menggunakan


kuesioner oleh tim peneliti dan enumerator yang telah dilatih.
 Analisa Data : dilakukan secara bivarat untuk menghitung Odd
Rasio. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2008.
HASIL
1. Karakteristik Ibu, hasil penelitian ini menunjukan bahwa distribusi
frekuensi status reproduksi ibu sebagai determinan antara penyebab
kematian ibu pada kelompok kasus (almarhumah) adalah : 30,8% kasus
pada kehamilan terakhir berumur < 18 tahun atau > 34 tahun; 69,2% kasus
mempunyai tingkat pendidikan ≤ SLTP; 53,8% kasus dengan jumlah
kehamilan > 3 kali; 61,5% kasus dengan jumlah persalinan > 2 kali.
2. Perilaku Pemeriksaan Kehamilan, kelompok ibu hamil yang tidak pernah
memeriksakan kehamilan atau hanya periksa < 4 kali mempunyai odd
rasio maka untuk memilih penolong persalinan bukan tenaga kesehatan 7,5
kali kelompok ibu hamil yang periksa kehamilan ≥ 4 kali.
3. Perilaku Penolong Persalinan, pada kelompok kasus sebagai penolong
persalinan terdiri dari dukun, keluarga, sendiri, bidan dan dokter. Penolong
persalinan pada kelompok kontrol adalah dukun, perawat, bidan, dokter
dan dokter spesialis. Tampak bahwa 13,6% ibu hamil pada kelompok
kasus ditolong persalinannya oleh keluarga, bahkan terdapat 4,5% ditolong
diri sendiri. Selanjutnya persalinan dikelompokkan menjadi 2 kategori
yaitu persalinan ditolong oleh tenaga non-kesehatan dan kelompok
ditolong oleh tenaga kesehatan. Pada kelompok kasus sebagian besar
responden memilih tenaga persalinan tenaga kesehatan, yaitu 54,5%,
namun lebih kecil dari kelompok kontrol yaitu 84,6% penolong persalinan
tenaga kesehatan. Odd rasio perilaku memilih penolong persalinan bukan
tenaga kesehatan terhadap kematian ibu 4,5 (95% CI: 1,4-14,1).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian case control merupakan penelitian jenis analitik
observasional yang dilakukan dengan cara membandingkan antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya.
Hal tersebut bergerak dari akibat ( penyakit ) ke sebab ( paparan ).
Ciri-ciri dari penelitian case control adalah pemilihan subyek yang
didasarkan pada penyakit yang diderita, kemudian lakukan
pengamatan yaitu subyek mempunyai riwayat terpapar faktor
penelitian atau tidak.
Penelitian Case Control adalah suatu penelitian analitik yang
menyangkut bagaimana factor risiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan “retrospective”. Case Control dapat dipergunakan untuk
mencari hubungan seberapa jauh factor risiko mempengaruhi
terjadinya penyakit
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penuls mengharapkan kritik
dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas
DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) , Prof. Dr. Dr. Sofyan Ismael,
Sp.A (K).(2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta .CV
Sagung Seto.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo.(2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan.Jakarta.Rieneka Cipta.
Retnaningsih.E.(2009). Studi Kasus Kontrol : Pengaruh Faktor Periaku Layanan
Kesehatan Ibu Hamil Terhadap Kematian Ibu Di Empat Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Barat.Bul.Penelit.Kesehatan. Vol 37. No.2:67-78

Anda mungkin juga menyukai