Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH DISCOVERY LEARNING

MODUL KMB 2

GROWTH HORMONE

Makalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan tugas pada mata kuliah KMB

Dosen Pengampu : Ernawati, SKp, Mkep, SpKMB

Disusun Oleh:

Nansya Handayani (11181040000001)


Venna Yaasmiin Aadilah (11181040000004)
Zahra Fadhila (11181040000008)
Leli Khodijah (11181040000011)
Amanda Salsabiil Pangesti (11181040000014)
Sukatmi Wati (11181040000017)
Nurul Azmi Azlina Apandi (11181040000020)
Vivi Putri Andaresta (11181040000024)
Idah Faridah (11181040000027)
Fathiyatin Nurwatsiqah (11181040000032)
Dewi Andini Saptaningrum (11181040000035)
Nisrina Mardhiani (11181040000039)
Zuraida Husna Nasution (11181040000042)
Fitriana Dwi Widyaningsih (11181040000046)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

APRIL/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai tepat pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dalam penyususnan makalah ini sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca.


Terlepas dari itu kami memahami makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik.

Semoga Allah SWT. memberikan balasan dan menjadikan amal saleh aamiin.

21 April 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB 1...............................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB 2...............................................................................................................................................3
2.1 Pengertian........................................................................................................................3
2.2 Etiologi.............................................................................................................................4
2.3 Klasifikasi........................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................................4
2.5 Gejala Klinis....................................................................................................................5
2.6 Faktor Penyebab.............................................................................................................6
2.7 Dampak............................................................................................................................6
2.8 Komplikasi.....................................................................................................................10
2.9 Penatalaksanaan............................................................................................................11
2.10 Pengobatan....................................................................................................................13
2.11 Asuhan Keperawatan....................................................................................................15
BAB 3.............................................................................................................................................15
3.1 Simpulan........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Segala sesuatu diciptakan sesuai dengan ukuran dan kebutuhannya. Begitu juga
dengan hewan dan tumbuhan yang diciptakan begitu sempurnanya. Dalam tubuh terdapat
mekanisme pengaturan yang dirancang sedemikian rupa, sehingga proses metabolisme
dapat berjalan dengan baik. Makhluk hidup membutuhkan berbagai zat sesuai kadarnya.
Untuk mengontrol konsentrasi zat-zat yang dibutuhkan tubuh, tubuh mempunyai suatu zat
kimia yang disebut hormon.

Makhluk hidup mengalami penambahan tinggi, penambahan besar diameter.


Begitu juga manusia memiliki pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang baru lahir tent
berbeda dengan orang dewasa. Seiring waktu pertumbuhannya, bukan hanya ukran tubuh
saja yang menjadi lebih besar namun hal-hal lain juga menjadi semakin matang. Tidak
seperti makhluk hidup lainnya, pada manusia perkembangan bukan hanya menyangkut
masalah kemampuan berkembang biak namun juga banyak aspek lainnya.

Hormon pertumbuhan manusia atau biasa disebut dengan GH (Growth Hormon)


yang berperan sangat besar dalam pertumbuhan dan pembentukan tubuh. Growth Hormon
berperan meningkatkan ukuran dan volume dari otak, rambut, otot, dan organ-organ dalam
tubuh. GH bertanggung jawab atas pertumbuhan manusia sejak dari kecil sampai dia
tumbuh besar. Hormon ini harus memiliki batasan yang pas agar tidak berlebihan maupun
kekurangan. Masa pertumbuhan yang paling baik bagi tulang adalah saat pubertas masa
remaja, jika terjadi kelainan pada pertumbuhan tulang maka bisa menyebabkan orang
menjadi tinggi ataupun pendek

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan GH?
2. Bagaimana etiologi dari kelainan pada GH?
3. Apa saja klasifikasi dari kelainan pada GH?
4. Bagaimana patofisiologi kelainan pada GH?
5. Apa saja gejala klinis dari kelainan pada GH?

1
6. Dampak apa yang akan terjadi karena kelainan pada GH?
7. Komplikasi apa saja yang akan terajadi karena kelainan pada GH?
8. Apa saja penatalaksanaan untuk kelainan pada GH?
9. Bagaimana cara pengobatan untuk kelainan pada GH ?
10. Apa asuhan keperawatan yang dapat dilakukan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian
2. Untuk mengetahui etiologi
3. Untuk mengetahui klasifikasi
4. Untuk mengetahui patofisiologi
5. Untuk mengetahui gejala klinis
6. Untuk mengetahui dampak
7. Untuk mengetahui komplikasi
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan
9. Untuk mengetahui cara mencegah
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Defisiensi GH dapat disebabkan oleh defek hipofisis (ketiadaan GH) atau sekunder
karena disfungsi hipotalamus (ketiadaan GHRH). Hiposekresi GH pada anak adalah salah
satu penyebab dwarfisme. Gambaran utama adalah tubuh pendek karena pertumbuhan
tulang yang terhambat. Karakteristik yang relatif kurang tampak adalah otot yang kurang
berkembang (berkurangnya sintesis protein otot) dan lemak subkutis yang berlebihan
(mobilisasi lemak yang kurang). Selain itu, pertumbuhan dapat terhambat karena jaringan
tidak berespons secara normal terhadap GH. Salah satu contoh adalah dwarfisme Laron,
yang ditandai oleh kelainan reseptor GH yang tidak peka terhadap hormon. Gejala
penyakit ini mirip dengan gejala defisiensi GH berat meskipun kadar GH darah sebenarnya
tinggi. Pada beberapa kasus, kadar GH adekuat dan responsivitas sel sasaran normal, tetapi
tidak ada IGF-1, seperti pada kasus orang pigmi Afrika.

Terjadinya defisiensi GH pada masa dewasa setelah pertumbuhan selesai


menimbulkan gejala yang relatif sedikit. Orang dewasa dengan defisiensi GH cenderung
mengalami pengurangan massa dan kekuatan otot (protein otot lebih sedikit) serta
penurunan densitas tulang (aktivitas osteoblas berkurang selama remodeling tulang).
Selain itu, karena GH esensial untuk mempertahankan massa dan kinerja otot jantung pada
masa dewasa, defisiensi GH pada orang dewasa dapat menyebabkan peningkatan risiko
gagal jantung.

Hipersekresi GH paling sering disebabkan oleh tumor sel penghasil GH di hipofisis


anterior. Gejala bergantung pada usia pasien ketika kelainan sekresi tersebut dimulai. Jika
produksi berlebihan GH tersebut terjadi pada masa anak sebelum lempeng epifisis
menutup, gambaran utamanya adalah pertambahan tinggi yang pesat tanpa distorsi
proporsi tubuh. Karenanya penyakit ini dinamai gigantisme. Jika tidak diterapi dengan
mengangkat tumor atau dengan obat yang menghambat efek GH, pasien dapat mencapai
tinggi delapan kaki atau lebih. Semua jaringan lunak ikut tumbuh sehingga proporsi tubuh
masih normal.

Jika hipersekresi GH terjadi setelah masa remaja ketika lempeng epifisis telah
tertutup, tubuh tidak lagi dapat bertambah tinggi. Namun, di bawah pengaruh kelebihan

3
GH, tulang menjadi lebih tebal dan jaringan lunak, khususnya jaringan ikat dan kulit,
berproliferasi. Pola pertumbuhan yang tidak seimbang ini menimbulkan keadaan cacat
yang dikenal sebagai akromegali (akro artinya "ekstremitas"; megali artinya "besar").
Penebalan tulang paling nyata di ekstremitas dan wajah. Wajah yang terus bertambah kasar
sehingga hampir menyerupai kera terjadi karena rahang dan tulang pipi menjadi menonjol
akibat penebalan tulang wajah dan kulit. Tangan dan kaki membesar, dan jari tangan dan
kaki sangat menebal.

2.2 Etiologi Kelainan Growth Hormone

1. Dwarfism (cebol)
Kekurangan hormon pertumbuhan ini akan mempengaruhi pertumbuhan tulang
dan ototserta mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan mineral yang
bermanifestasi menjadi cebol.Ada dua sebab kekurangan hormon pertumbuhan
yaitu :
 Kekurangan hormon pertumbuhan yang congenital (bawaan) yaitu karena
produksinyamemang kurang atau karena reseptor dalam sel yang kurang atau
tidak sensitive terhadapragsangan hormon. Biasanya gejala mulai tampak sejak
bayi hingga puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur tubuhnya selalu
lebih kecil darianak yang lain. Misalnya karena agenesis hipofisisatau defek
/mutasi dari gen tertentu yangmenyebabkan kurangnya kadar hormon
sepertisindroma laron dan fenomena pada suku pygmi di Afrika.
 Kekurangan hormon pertumbuhan yang didapat.Biasanya gejala baru muncul
pada penghujung masakanak-kanak atau pada masa pubertas, jadi saat
kecilsama dengan yang lain, namun kemudian tampak terhentinya
pertumbuhan sehingga menjadilebih pendek dari yang lain. Kadang juga
disertai gejala-gejala lain akibat kurangnya hormon-hormon lain yang juga
diproduksi hipofisis. Penyebab paling sering adalah tumor pada hypothalamus
kelenjar hipofisis seperti kraniofaringioma, glioma, histioma atau
germinoma.Iradiasi kronis juga dapat mengurangi produksi hormone.
2. Akromegali
Biasanya pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan kebanyakan
diakibatkan adanyatumor hipofisa jinak (adenoma).

4
3. Gigantisme
 Carney Complex

Carney complex adalah penyakit yang disebut penyakit akibat


genetik.Penyakit Crney complex diakibatkan karena tumbuhnya sel tumor jika
pad kelenjarendokria, jaringan ikat serta munculnya bintik berwarana keruh dan
gelap pada permukaankulit, hal ini bisa diakibatkan oleh genetik (keturunan).

 Multiple endocrine neoplasia

Yaitu tumbuhnya sel tumor dengan subur pada kelenjarpankreas atau


hipofisis, kelenjar paratiroid yang termasuk kelaianan yang diturunkanakiubat
genetik.

 Neurofibromatosis

Yaitu menyebarnya sel tumor dan tumbuhnya sel tumor lai pada
sistemsaraf yang juga akibat kelainan yang diturunkan akibat genetik.

2.3 Klasifikasi

1. Defisiensi Growth Hormone


Growth Hormone atau GH merupakan bahan yang sangat esensial bagi
pertumbuhan akhir seseorang akan tetapi selain GH ada hormon-hormon lain yang
mempengaruhi pertumbuhan seperti hormon tiroid, insulin, dan hormon seks juga
berperan sekunder dalam dalam mendorong pertumbuhan. Laju pertumbuhan
tidaklah kontinu demikian juga faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan
tidaklah sama selama periode pertumbuhan.
Anak memperlihatkan dua periode pertumbuhan pesat, yaitu lonjakan
pertumbuhan pasca lahir selama 2 tahun pertama dan lonjakan pertumbuhan
pubertas. Efek GH dalam mendorong pertumbuhan jaringan lunak dan
pertumbuhan tulang. Saat jaringan peka terhadap efek pendorong pertumbuhan,
GH merangsang jaringan lunak dan tulang. Efek GH dalam mendorong
pertumbuhan tulang adalah dengan mendorong pertumbuhan ketebalan panjang
tulang dan dan merangsang aktivitas osteoblas dan poliferasi tulang rawan epifisis
sehingga terbentuk ruang untuk pembentukan tulang lebih banyak selama lempeng

5
epifisis masih berupa tulang rawan, tetapi pada akhir masa remaja di bawah
pengaruh hormon seks lempeng ini akan mengalami penulangan sempurna
sehingga tulang tidak bisa memanjang lagi. Hormon pertumbuhan adalah protein
yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari ataupun Master dan sangat penting untuk
pertumbuhan normal. Kekurangan hormon pertumbuhan terjadi ketika hormon ini
tidak ada diproduksi dalam jumlah tidak memadai. Jika hormon hipofisis lainnya
kurang kondisi ini disebut hypopituitarism ketika hormon yang hilang anak
memiliki panhypopituarism
2. Hipotiroid
Defisiensi hormon tiroid diketahui sejak lama dapat menurunkan kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan skeletal, bila timbul pada atau sebelum kelahiran
akan menyebabkan retardasi mental. Bentuk tersembunyi hipotiroidisme kongenital
atau didapat pada anak-anak yang lebih besar dapat menyebabkan terjadinya
kegagalan pertumbuhan di masa kehidupan yang lebih lanjut, Karakteristik
hipotiroidisme adalah penurunan kecepatan pertumbuhan dan postur pendek,
retardasi umur tulang dan peninggian rasio US LS terhadap umur kronologik,
pasien apatis dan melempem dan menderita konstipasi, brakikardi, kulit dan rambut
menjadi kasar, suara serak dan keterlambatan pubertas. intelegensia tidak
terpengaruh pada hipotiroidisme yang timbul belakangan tapi apati dan letargi
membuatnya tampak sebaliknya.
3. Constitutional Growth delay
Anak-anak dengan keterlambatan pertumbuhan konstitusional (CGD)
penyebab paling umum dari perawakan pendek dan keterlambatan pubertas,
biasanya memiliki pertumbuhan linier terbelakang dalam 3 tahun pertama
kehidupan. Dalam varian pertumbuhan normal, kecepatan pertumbuhan linier dan
berat badan mulai melambat sejak usia 3-6 bulan, sehingga menyebabkan
menurunnya persimpangan persentil pertumbuhan, yang sering berlanjut sampai
usia 2-3th pada saat itu, pertumbuhan berlanjut pada tingkat normal, dan anak-anak
ini tumbuh baik di sepanjang bawah persentil pertumbuhan atau dibawah kurva tapi
pararel untuk itu untuk sisa tahun sebelum pubertas.
Pada saat yang diharapkan pubertas, tinggi anak-anak dengan keterlambatan
pertumbuhan konstitusional mulai menyimpang jauh dari kurva pertumbuhan
karena keterlambatan dalam timbulnya percepatan pertumbuhan pubertas. Catch up
growth, pubertas, dan percepatan pertumbuhan pubertas terjadi kemudian daripada

6
rata-rata normalnya, sehingga perawakan dewasa normal dan perkembangan
seksual. meskipun demikian keterlambatan pertumbuhan konstitusional adalah
varian dari pertumbuhan normal dari pada gangguan/kelainan, keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan seksual dapat menyebabkan kesulitan psikologis,
penjamin pengobatan untuk beberapa individu. Studi menunjukkan bahwa pasien
yang dirujuk sebagian besar memberi kesan bahwa perawakan pendek normal
berlangsung.

2.4 Patofisiologi

Tumor hipofisis anterior akan menimbulkan efek massa terhadap struktur sekitarnya.
Gejala klinis yang sering ditemukan adalah sakit kepala dan gangguan penglihatan.
Pembesaran ukuran tumor akan menyebabkan timbulnya keluhan sakit kepala, dan
penekanan pada kiasma optikum akan menyebabkan gangguan penglihatan dan
penyempitan lapang pandang. Selain itu, penekanan pada daerah otak lainnya juga dapat
menimbulkan kejang, hemiparesis, dan gangguan kepribadian. Pada akromegali dapat
terjadi hipersekresi maupun penekanan sekresi hormon yang dihasilkan oleh hipofisis
anterior. Hiperprolaktinemia dijumpai ada 30% kasus sebagai akibat dari penekanan
tangkai atau histopatologi tumor tipe campuran. Selain itu, dapat terjadi hipopituitari
akibat penekanan massa hipofisis yang normal oleh massa tumor. Hipersekresi hormon
petumbuhan dapat menimbulkan berbagai macam perubahan metabolik dan sistemik,
seperti pembengkakan jaringan lunak akibat peningkatan deposisi glikosaminoglikan serta
retensi cairan dan natrium oleh ginjal, pertumbuhan tulang yang berlebihan, misalnya pada
tulang wajah dan ekstremitas, kelemahan tendon dan ligamen sendi, penebalan jaringan
kartilago sendi dan jaringan fibrosa periartikular, osteoartritis, serta peningkatan aktivitas
kelenjar keringat dan sebasea. Hormon pertumbuhan yang berlebihan akan menyebabkan
gangguan organ dalam dan metabolik. Pembesaran organ dalam (organomegali) seringkali
ditemukan. Pada jantung terjadi hipertrofi kedua ventrikel. Retensi cairan dan natrium
akan menyebabkan peningkatan volume plasma dan berperanan dalam terjadinya
hipertensi pada pasien akromegali. Selain itu, efek kontra hormon pertumbuhan terhadap
kerja insulin di jaringan hati maupun perifer dapat menyebabkan toleransi glukosa
terganggu (15%), gangguan glukosa darah puasa (19%), dan diabetes melitus (20%). Efek
tersebut diperkirakan terjadi melalui peningkatan produksi dan ambilan asam lemak bebas.
Resistensi insulin terjadi akibat peningkatan massa jaringan lemak, penurunan lean body

7
mass, serta gangguan aktivitas fisik. Gangguan kerja enzim trigliserida lipase dan
lipoprotein lipase di hati akan menyebabkan hipertrigliseridemia. Perubahan juga dapat
terjadi pada saluran napas atas, seperti pembesaran sinus paranasal dan penebalan pita
suara. Selain itu, lidah dapat membesar dan massa jaringan lunak di daerah saluran napas
atas bertambah, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan tidur (sleep apnoe). Pada
pasien akromegali juga dapat terjadi hiperkalsiuria, hiperkalsemia, dan nefrolitiasis, yang
disebabkan oleh stimulasi enzim l α-hidroksilase, sehingga meningkatkan kadar vitamin D,
yang akan meningkatkan absorbsi kalsium. Pada jaringan saraf dapat terjadi neuropati
motorik dan sensorik. Neuropati yang terjadi diperburuk oleh kondisi hiperglikemia yang
sering ditemukan pada pasien akromegali. Edema pada sinovium sendi pergelangan tangan
dan pertumbuhan tendon dapat menyebabkan sindrom terowongan karpal (carpal tunnel
syndrome).

2.5 Gejala Klinis

1. Pada anak, defisiensi GH menyebabkan tubuh pendek yang proporsional


( dibawah persentil ketigauntuk usia mereka ). anak yang bersangkutan
mengalami penurunan massa otot dan peningkatan simpanan lemak subkutan.
Secara mental mereka biasanya cerdas.
2. tubuh pendek yang berbeda dari yang diperkirakan berdasarkan pola keluarga
dapat diamati apabila terjadi penurunan potensi pertumbuhan
3. keterlambatan awitan pubertas dapat menyertai defisiensi GH terutama apabila
abnormalitas pada gonadotropin terjadi secara bersamaan.
4. defisiensi GH awitan-dewasa dapat menyebabkan perubahan nonspesifik fungsi,
termasuk perubahan kesehatan fisik dan mental, fungsi jantung, parameter
metabolik.
5. individu dewasa yang mengalami defisiensi GH dapat mengalami tingkat energi
dan libido rendah.
Anak dengan kekurangan hormon pertumbuhan berperawakan kecil, dengan wajah
dan tubuh gemuk. Laju pertumbuhan dari semua bagian tubuh lambat, sehingga proporsi
anak tetap normal. Intelegensi anak normal. Jika tinggi badan anak telah di plot pada
grafik pertumbuhan, maka akan tampak berbeda dan jauh-jauh dari kurva pertumbuhan
anak normal. Jika kegagalan pertumbuhan telah hadir untuk waktu yang lama, anak
mungkin jauh lebih pendek daripada anak-anak lain pada usia yang sama. Inilah sebabnya

8
mengapa pengukuran tinggi dan berat badan di plot pada grafik pertumbuhan begitu
penting. Lebih cepat kelainan pertumbuhan terdeteksi dan diobati, semakin besar
kesempatan anak untuk mempertahankan tinggi normal masa kanak-kanak dan
merealisasikan pertumbuhan maksimal anak

2.7 Dampak

1. Dwarfism (cebol)

Yaitu gangguanpertumbuhan akibat gangguan pada fungsihormon pertumbuhan /


growth hormone.

a. Gejala

Berupa badan pendek, gemuk, muka dan suaraimatur (tampak seperti anak kecil),
pematangantulang yang terlambat, lipolisis (proses pemecahan lemak tubuh) yang
berkurang, peningkatankolesterol total / LDL, dan hipoglikemia. Biasanya intelengensia /
IQ tetap normal kecuali seringterkena serangan hipoglikemia berat yang berulang.

b. Pengobatan

Terapi untuk cebol akibat kekurangan hormon pertumbuhan dapat berupa


pemberian hormonpertumbuhan dari luar terutama pada produksi yang berkurang atau
tumor pada hipofisis setelahtumor diatasi terlebih dahulu. Sedangkan pada reseptor yang
kurang atau resisten terhadap hormonbelum ada terapi yang dapat dilakukan.

2. Akromegali

Akromegali merupakan pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon


pertumbuhan yangberlebihan.

a. Gejala

Pada sebagian besar kasus, pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan


mulai terjadipada usia 30-50 tahun, lama setelah ujung piringantulang menutup. Karena itu
tulang mengalamikelainan bentuk, bukan memanjang. Berikut inibeberapa gejala yang
ditunjukkan pada penderitaakromegali:

1. Tangan dan kaki membengkak, gambarantulang wajah menjadi kasar


sehingga penderitamemerlukan sarung tangan, cincin, topi, dansepatuyang

9
lebih besar. Perubahan ini terjadisecara perlahan tanpa disadari
penderitanyaselama bertahun-tahun
2. Rambut tubuh makin kasar dan menebal
3. Kulit bertambah gelap
4. Keringat berlebih dan bau badan tidak sedap akibat membesarnya kelenjar
keringat dansebasea di dalam kulit
5. Tulang rahang tumbuh berlebihan sehingga menyebabkan rahang menonjol
6. Lidah berkerut-kerut dan membesar
7. Suara menjadi serak dan dalam
8. Dada seperti tong akibat tulang rusuk yang menebal
9. Jantung membesar dan mengalami gangguan fungsi

b. Pengobatan

Tumor harus diangkat atau dihancurkan dengan pembedahan atau terapi


penyinaran untukmenghentikan dan mengurangi produksi hormon pertumbuhan berlebih.
Terapi penyinaran tidakterlalu menyebabkan trauma dan biasanya tidak mempengaruhi
pembentukan hormon hipofisalainnya. Suntikan okreotid bisa membantu menghalangi
pembentukan hormon pertumbuhan. Obatlainnya yang juga membantu adalah
bromokriptin.

3. Gigantisme

Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan hormon pertumbuhan


dimanaukuran tubuhnya melampaui atau melebihi diatas rata rata manusia normal. Kondisi
inidisebabkan karena didalam tubuhnya terdapat hormon pertumbuhan yang
jumlahnyadiluar batas kewajaran (berlebihan). Seseorang yang tubuhnya terserang efek
gigantisme tinggi tubuhnya dapat mencapai 2,25 sampai 2,40 meter , ini diakibatkan
karenapenyebaran lempeng epifisis pertumbuhan didalam tulang dalam keadaan tertutup.
Sayangnya penyakit ini tidak mudah dikenali gejalanyaa karena orang yang mengalaami
penyakit langka inipaad awalnya untuk beberapa tahun kedepan usianya, tetap terlihat
normal dan memiliki fasepertumbuhan anak yang wajar.

a. Gejala/Ciri ciri umum jika seseorang yang terkena gigantisme, antara lain:
1. Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat sehingga tinggi tubuhnya berjalan
abnormal

10
2. Ketika masa pubertas tiba alat kelamin tidak bisa berkembang dabn tumbuh
secara abnormal
3. Pertumbuhan linear yang terlalu agresif atau aktif
4. Perubahan kulit wajah yang kasar dan tebal
5. Tulang rawan pada pita suara dapat semakin melebar dan tebal dan
mengakibatkan suarasemakin tidak jelas dan serak berat
6. Bentuk kaki dan lengan yang semakin hari semakin membesar atau
membengkak
7. Pertumbuhan kepala lebih cepat membesar melebihi kecepatan tumbuhnya
linier.
8. Ketajaman mata berkurang
9. Memiliki prilaku yang aneh dan tidak lazim misalnya melakukan hal hal yang
mirip sepertianak penderita autisme
10. Ketika masa pubertas pertumbuhan tubuhnya semakin melengkung
11. Ukuran tunggi tubuh bisa mencapai lebih dari 8 kaki
12. Tulang rahang lebih menonjol dan cenderung berbentuk asimetris
(prognatisme)
13. Kelenjar keringat dalam jaringan kulit melebar dan membesar sehingga
kadar keringat danbau badan yang keluar sangat tajam
14. Kondisi jantung semakin membesar seiring bertambahnya usia sehingga
beresiko terserang gagal jantung mendadak
15. Jari-jari tangan membesar yang semakin hari semakinmembengkak hingga
cincin tidak dapat dipakai lagi
16. Jari-jari kaki memanjang dan membesar hingga selalu sering ganti ukuran
sepatu
17. Gigi tidak beraturan dan bentuk bibir menjadi asimetris ketikaditutup
18. Muka cenderung berminyak dan rentan ditumbuhi jerawat dansulit untuk
disembuhkan dengan cepat
19. Mudah jatuh sakit dan mudah terserang kelelahan karena dayatahan tubuh
yang mudah menurun
20. kondisi permukaan lidah yang kasar dan memiliki lipatan lipatan yang
memicu sulitnya untuk berbicara dengan bahasa yang benar
21. Sistem pernapasanmengalami kesulitan bernafas dengan normal ketika tidur

11
Keluhan kesehatan lain (Komplikasi) yang menyertai penderita gigantisme:

 Mengalami hiperglikemi

Yaitu meningkatnya hormon pertumbuhan yang berlebih sehinggamengurangi kadar


glukosa diseluruh tubuh. tubuh pada penderita gigantisme cenderungbermasalah pada
kadar gulanya yang selalu berubah-ubah.

 Menderita Panhipopihitarisme

Jika kondisi yang terserang gigantisme tidak segera mendapatperawatan intensif


maka sel tumor yang ada dikelenjar hipofisis yang akan terus berkembangdan merusak
seluruh jaringan kelenjar itu sendiri seiring bertambahnya usia.

b. Pengobatan

Jika dengan menggunakan obat obatan khusus sesuai dengan resep dokter, diantaranya:

1. Jenis obat Agonis dopamin yang mencakup Cabergolinen, Quinagolide dan


jenis Bromo kriptin.namun ada efek sampingnya setelah mengkonsumsi
obat obatan ini biasnya seseorang akandapat mengalami Perut merasa mual
mual, terserang sakit kepal sebelah. nafsu makan menjadihilang dan muntah
muntah
2. Jenis suntikan yang didalamnya terdiri dari obat peluruh tumor Analog
Somatostatin yangmencakup Octreotide dan jenis lanreotide. jenis obat ini
dapat menyebabkan kulit pasienmengalaami ruam merah, gatal, pedih atau
iritasi, mengalami kram perut, perut yang melilitdan mengalami diare
ringan
3. Obat jenis Agonis dopamin dan Analog Somatostatin yang diberikan pada
penderita gigantismedapat mengurangi kadar hormon pertumbuhan bahkan
bisa mencapai 2,5 mcg perliternya.Kondisi ini dapat mencegah munculnya
keluhan penyakit lain, memberi peluang pasien untukhidup lebih nyaman,
normal dan terhindar dari kasus kematian cepat akibat komplikasi

12
2.8 Komplikasi

Meskipun beberapa pasien mengalami efek samping dari terapi hormon


pertumbuhan, komplikasi berikut telah diakui:

1. Metabolisme karbohidrat

Hormon pertumbuhan memiliki efek anti insulin dan metabolisme karbohidrat telah
dipantau dalam banyak studi klinis terapi hormon pertumbuhan. Dalam sebuah tinjauan
database besar berisi lebih dari 35.000 pasien dengan hormon pertumbuhan dan lebih dari
75.000 pasien dengan pemaparan bertahaun menunjukan tidak ada insiden lebih dari
diabetes tipe 1 dari yang diharapkan pada populasi umum dari anak sesuai usia.

2. Homeostatis cairan

Hormon pertumbuhan mempengaruhi homeostatis cairian, yang dapat menyebabkan


edema dan hingga sindrom carpal tunnel. Masalah-masalah ini lebih sering terjadi pada
orang dewasa yang menerima hormon pertumbuhaan. Ketika kejadian ini menjadi cukup
serius untuk memerlukan tindakan, terapi hormon pertumbuhan dihentikan.

3. Leukemia

Beberapa database di seluruh dunia telah diperiksa dalam menanggapi laporan


sporadis leukemia pada pasien yang menjalani terapi hormon pertumbuhan . ketika
pengecualian pasien dengan faktor resiko lain (misalnya: riwayat leukemia, radiasi,
kemoterapi) dikecualikan, tidak ada peningkatan risiko leukemia dibuktikan. Tidak ada
bukti yang menunjukan hubungan antara terapi hormon pertumbuhan dan leukimia pada
anak-anak yang sehat.

4. Masalah tulang dan sendi

Anak-anak yang menerima terapi hormon pertumbuhan lebih rentan terhadap


Slipped capital Femoral Epiphysi (SCFE). Namun anak-anak dengan defisiensi hormon
pertumbuhan, hipotiroidisme, penyakit ginjal atau tampaknya memiliki peningkatan risiko
untuk SCFE, bahkan tanpa terapi hormon pertumbuhan.

5. Benign intracranial hypertension

13
Hubungan yang jelas antara hipertensi intrakranial dan terapi hormon pertumbuhan
diamamti. Risiko komplikasi ini meningkat pada anak yang menerima hormon
pertumbuhan untuk insufisiensi ginjal kronis. Dalam kebanyakan kasus, hormon
pertumbuhan menyelesaikan keluhan hipertensi intrakranial, hormon pertumbuhan
kemudian bisa ulang lagi dengan dosis rendah dan perlahan-lahan dititrasi kembali ke
dosis biasa.

2.9 Penatalaksanaan

Pasien Akromegali memiliki angka mortalitas dan morbiditas dua hingga empat
kali lebih tinggi dibandingkan populasi normal. Tata laksana yang adekuat dapat
menurunkan angka mortalitas tersebut. Tujuan tata laksana pasien akromegali adalah
mengendalikan pertumbuhan massa tumor, menghambat sekresi hormon pertumbuhan, dan
normalisasi kadar IGF-I. Terdapat tiga modalitas terapi yang dapat dilakukan pada kasus
akromegali, yaitu pembedahan, medikamentosa dan radioterapi. Masing-masing modalitas
memiliki keuntungan dan kelemahan, tetapi kombinasi berbagai modalitas yang ada
diharapkan dapat menghasilkan tata laksanayang optimal.

a. Pembedahan

Tindakan pembedahan diharapkan dapat mengangkat seluruh massa tumor sehingga


kendali terhadap sekresi hormon perturnbuhan dapat tercapai. Tindakan ini menjadi pilihan
pada pasien dengan keluhan yang timbul akibat kompresi tumor. Ukuran tumor sebelum
pembedahan mempengaruhi angka keberhasilan terapi. Pada pasien dengan mikroadenoma
(ukuran tumorfaktor lain yang menentukan keberhasilan tindakan operasi adalah
pengalaman dokter bedah dan kadar hormon sebelum operasi. Teknik pembedahan yang
kini dikerjakan di Indonesia adalah transfenoid per endoskopi. Teknik tersebut memiliki
keunggulan dalam visualisasi lapangan operasi serta angka kesakitan yang lebih rendah
dibandingkan teknik per mikroskopik. Tidak semua kasus akromegali dapat diatasi hanya
dengan pembedahan. Pada keadaan ini dapat dipilih terapi alternatif pilihan yaitu
pembedahan debulking dengan terapi medikamentosa atau radioterapi pascapembedahan.
Tata laksana medikamentosa juga dapat menjadi pilihan pertama pada kasus tersebut.

b. Medikamentosa

14
Terapi medikamentosa pada akromegali terdiri atas tiga golongan, yakni agonis
dopamin, analog somatostatin, dan antagonis reseptor hormon pertumbuhan. A. Dopamin
agonis (DA) Dopamin agonis terdiri atas bromokriptin dan cabergoline. Monoterapi
dengan cabergoline memiliki efikasi antara l0-35% dalam menormalisasi kadar IGF-I.
Pada serial 64 pasien dengan akromegali yang ditatalaksana dengan cabergoline selama 3
sampai 40 bulan dengan dosis 1,0-1,75 mg/minggu menurunkan kadar GH dan IGF-I pada
40% pasien. Pasien yang menolak tindakan operasi dan pemberian obat injeksi dapat
menggunakan obat golongan ini, mengingat dopamin agonis merupakan satu-satunya
golongan obat dalam tata laksana akromegali yang dapat dikonsumsi secara oral.

c. Analog somatostatin (SSA)

Analog somatostatin bekerja menyerupai hormon somatostatin yaitu menghambat


sekresi hormon pertumbuhan. Obat golongan ini memiliki efektivitas sekitar 70% dalam
menormalisasi kadar IGF-I dan hormon pertumbuhan. Efektivitasnya yang tinggi
menjadikan obat golongan analog somatostatin sebagai pilihan pertama dalam terapi
medikamentosa. Studi yang menilai efektivitas obat golongan ini memperlihatkan bahwa
normalisasi IGF-I tercapai pada 51% subjek setelah pernberian analog somatostatin kerja
panjang selama 36 bulan. Pada 32% subjek penelitian terjadi reduksi IGF-1 sekitar lebih
dari 50%. Selain menormalisasi kadar IGF-I, terapi analog somatostatin juga dapat
mengecilkan ukuran tumor (80%), perbaikan fungsi jantung, tekanan darah, serta profil
lipid. Kendala utama yang dihadapi hingga saat ini adalah mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan. Terdapat dua preparat SSA kerja panjang yang efektif : intramuscular
ocreotide long acting release (LAR), dan deep sc lanreotide depot/autogel yang diberikan
setiap bulan. Lanreotide depot/autogel dapat disuntikkan sendiri atau oleh orang lain.
Dosis awal ocreotide LAR yang disetujui adalah 20 mg/bulan dengan titrasi dosis setiap 3-
6 bulan turun hingga 10 mg atau naik hingga 40 mg/bulan. Lanreotide autogel/depot dosis
awalnya yang disetujui 90 mg/bulan dosis dititrasi turun hingga 60 mg/bulan atau naik
hingga 120 mg/bulan. Ocerotide sc yang kerja cepat juga tersedia yang diberikan secara
injeksi subkutan beberapa kali dalam sehari.

d. Antagonis reseptor hormon pertumbuhan (GH Receptor Antagonist)

Antagonis reseptor hormon pertumbuhan merupakan kelas baru dalam terapi


medikamentosa akromegali. Pegvisomant merupakan rekombinan analog hormon
pertumbuhan manusia yang bekerja sebagai selektif antagonis reseptor GH. Obat golongan

15
ini direkomendasikan pada kasus akromegali yang tidak dapat dikontrol dengan terapi
pembedahan, pemberian agonis dopamin, maupun analog somatostatin. Antagonis reseptor
hormon pertumbuhan dapat menormalisasi kadar IGF-I pada 90% pasien. Sebuah studi
yang menilai efektivitas serta keamanan terapi obat golongan ini sebagai monoterapi atau
kombinasi dengan analog somatostatin memperlihatkan efektivitas masing-masing sebesar
56% dan 62% dalam menormalisasi kadar IGF- I. Pegvisomant diberi secara subkutan
dengan dosis 10, 15, atau 20 mg/hari. Pada uji pivotal, normalisasi IGF-I bersifat dose
dependent dan dapat dicapai pada pasien yang mendapat dosis hingga 40 mg/hari ( Akin F,
2011).
Pada kasus perawakan pendek varian normal Familial Short Stature (FSS) dan
Constitutional Delay of Growth and Puberty (CDGP) tidak memerlukan terapi khusus.
Terapi utamanya ádalah edukasi dan reassurance. Sehingga pada kasus CDGP pun
sebenarnya tidak diperlukan terapi karena prognosisnya yang baik (dengan taksiran tinggi
akhir normal sesuai potensi genetik). Pemberitahuan kepada orang tua perihal prognosis
yang baik sudah cukup, namun kadangkala pada anak terjadi depresi sehingga perlu
intervensi. Intervensi yang dilakukan adalah terapi hormonal yaitu testosteron yang dapat
berupa terapi oral (oxandrolone 5 mg/hari) atau testosterone depot intramuskular (50-100
mg/bulan) (Tjahjono dkk, 2017).

2.10 Pengobatan

 Akromegali

Jenis pengobatan untuk akromegali bergantung pada gejala yang dialami pasien.
Biasanya pengobatan dilakukan untuk:

 Mengurangi produksi hormon pertumbuhan ke level yang normal

 Menghilangan tekanan di sekitar tumor pituitari yang tumbuh

 Mengobati kekurangan hormon

 Meringankan gejala akromegali

 Menjaga fungsi normal dari kelenjar pituitari

16
Banyak orang dengan akromegali memiliki tumor pituitari yang membutuhkan
operasi untuk menghilangkannya. Obat atau radioterapi terkadang lebih dibutuhkan
dibandingkan operasi.

 Operasi

Operasi efektif untuk sebagian banyak individu dan dapat mengobati akromegali
sepenuhnya. Namun, terkadang tumor terlalu besar untuk dihilangkan seluruhnya, dan
membutuhkan operasi lain atau perawatan lain dengan obat atau radioterapi

 Obat

Jika level GH masih tinggi setelah dioperasi, atau tidak memungkinkan untuk
dilakukan operasi, maka pasien akan diberikan obat resep. Ada tiga tipe berbeda dari obat
untuk akromegali, yaitu suntikan bulanan dari octreotide, lanreotide atau pasireotide yang
berfungsi untuk memperlambat pengeluaran GH, dan terkadang dapat mengecilkan ukuran
tumor. Suntikan harian pegvisomant yang berfungsi untuk menghambat efek dari GH dan
meringankan gejala secara signifikan, atau tablet cabergoline untuk menghentikan
produksi GH juga menjadi pilihan. Namun, obat-obatan jenis ini hanya bekerja pada
sebagian kecil penderita.

 Radioterapi

Jika operasi tidak memungkinkan, yaitu ketika tidak semua tumor dapat diangkat
pengobatan tidak berhasil, maka pasien akan disarankan untuk menjalani radioterapi.
Radioterapi dapat mengurangi level hormon pertumbuhan, tetapi tidak akan memberikan
efek dalam beberapa tahun dan pasien tetap memerlukan obat untuk sementara
(Rsudbuleleng, 2017).

 Dwarfisme
a. Terapi
 Perawakan pendek: hormon pertumbuhan diberikan dengan dosis 0.05
mg/kgBB/hari atau 0,35 mg/kgBB/minggu, injeksi subkutan setiap hari.
Maksimal dosis 0,07 mg/kgBB/hari tergantung dari respons terapi.
 Penambahan oksandrolone 0.03-0.05 mg/kgBB/hari (maksimal dosis 2.5
mg) dapat diberikan bila terapi hormon pertumbuhan dimulai pada usia 8-10

17
tahun dan anak sangat pendek. Oksandrolone dapat diberikan sampai usia
tulang 14 tahun. Pemberian oksandrolone dapat menambah tinggi dewasa
penderita sampai 2,3-4,6 cm.
 Induksi pubertas: terapi sulih hormon dengan pemberian estradiol dosis
rendah dimulai sesudah usia 12 tahun. Dosis awal dapat dimulai dengan
0,05-0,07 mcg dan dapat meningkat bertahap sampai 0,08- 0,12 mcg/kgBB
untuk memaksimalkan perkembangan payudara. Siklik progesteron
ditambahkan paling tidak 2 tahun setelah terapi estrogen atau saat menars.
 Perawakan pendek dan kegagalan ovarium merupakan faktor risiko
terjadinya osteoporosis, sehingga diperlukan suplementasi kalsium (800-
1000 mg) dan vitamin D (minimal 400 IU) setiap hari, sesuai dengan
rekomendasi harian. Penderita juga perlu melakukan aktifitas fisik untuk
menghindari obesitas dan osteoporosis dengan terpajan matahari minimal
30 menit per hari.
b. Monitoring
 Laju pertumbuhan harus dipantau setiap 6 bulan. Terapi tidak berespon bila
laju pertumbuhan ≤2 cm dalam 6 bulan atau ≤4 cm dalam setahun.
 Efek samping jarang dilaporkan, tetapi beberapa melaporkan adanya risiko
diabetes melitus, sleep of capital femoral epiphysis (SCFE), idiopathic
intracranial hypertension, edema, limfedema, atau skoliosis.
 Pemantauan gula darah, profil lipid, dan fungsi tiroid, IGF-1 dilakukan
setiap tahun dan bone mineral density (BMD) pada masa pubertas
 Terapi hormon pertumbuhan bisa diberikan sampai usia tulang (bone age)
14 tahun atau tidak responsif.
 Hasil akhir tinggi badan tanpa terapi adalah 140.8±5 cm, dengan terapi
tunggal hormon pertumbuhan adalah 147,9±7,2 cm, dan dengan terapi
hormon pertumbuhan-estrogen adalah 149.3± 6.6 cm.
 Terapi estrogen mempengaruhi efek psikologis dan perilaku (Tjahjono dkk,
2017).

2.11 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

18
1) Pengkajian Gigantisme
1. Anamnesa
Identitas pasien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Keluhan utama pasien dengan gigantisme adalah pertumbuhan organ
tubuh yang berlebih serta postur tubuh yang tinggi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya gigantisme, apa yang dirasakan klien,
dan apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi sakit nya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat tumor hipofisis atau penyakit lain yang berkaitan
dengan gigantisme.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ada anggota keluarga pasien yang mengalami gigantisme.
6. Riwayat psikososial
Berhubungan dengan perasaan dan emosi yang dialami pasien
mengenai sakitnya dan tanggapan keluarga tentang penyakitnya.
7. Pemeriksaan fisik
B1 (sistem pernafasan)
B2 (sistem kardiovaskuler)
Nadi menurun (n = 60-100 x/menit), hipertensi, hipertrofi jantung
B3 (sistem persyarafan)
Sakit kepala, gangguan penglihatan
B4 (sistem perkemihan)
B5 (sistem pencernaan)
Anoreksia, disfagia
B6 (sistem muskuloskeletal)
Lemah, lipatan kulit kasar, kulit tebal, turgor jelek.
8. Pemeriksaan diagnostik
9. Pemeriksaan fisik tinggi tumbuh tumbuh abnormal
10. CT Scan dan MRI kelenjar hipofisis
11. Pemeriksaan kadar GH.

19
2) Pengkajian Akromegali
1. Anamnesa
Identitas pada klien yang harus diketahui di antaranya nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Pada akromegali umumnya memperlihatkan adanya pembesaran tangan
dan kaki.
3. Riwayat masuk
Pasien datang dengan keluhan pertumbuhan tubuh yang abnormal serta
pembesaran yang abnormal pada wajah, kaki dan tangan. Pada
akromegali lain mengeluhkan tulang mengalami kelainan bentuk,
gambaran tulang wajah kasar, tangan dan kakinya membengkak.
4. Pemeriksaan fisik
B1 (sistem pernafasan) : Tidak terjadi perubahan pola nafas, bunyi nafas
normal, gangguan napas biasanya terjadi akibat adanya proses
pembesaran tumor hipofisis
B2 (sistem kardiovaskuler) : Hipertrofi jantung
B3 (sistem persyarafan) : Nyeri kepala bitemporal, gangguan penglihatan
disertai hemi-anopsia bitemporal
B4 (sistem perkemihan) : Penurunan libido, impotensi, infertilitas, nyeri
senggama pada wanita, batu ginjal
B5 (sistem pencernaan) : Pembesaran hati dan kelenjar ludah
B6 (sistem muskuloskeletal) : Pasien cepat lelah, otot proksimal lemah,
turgor kulit buruk, kulit mengeluarkan keringat berlebih, nyeri sendi.
5. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan kadar IGF-1
Kadar prolaktin serum : ACTH, GH
Foto tengkorak
CT scan otak
Tes supresi dengan Dexamethason
Tes toleransi glukosa
3) Pengkajian Dwarfisme
1. Anamnesa

20
Identitas terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku
bangsa, nomor registrasi.
2. Riwayat kesehatan Keluhan utama
a. Keluhan utama meliputi : pertumbuhan lambat, ukuran otot dan
tulang kecil, tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada
rambut pubis, tidak ada rambut axilla, payudara tidak tumbuh, penis
tidak tumbuh, tidak mendapat haid, infertilitas, impotensi, libido
menurun, nyeri senggama pada wanita.
b. Riwayat penyakit sekarang : tidak bertambahnya ukuran tinggi
tubuh dan seks sekunder yang tidak berkembang.
c. Riwayat penyakit dahulu : seperti adanya faktor resiko potensi
penyakit yang lain, seperti tumor, kanker, osteoporosis dan lain-lain.
d. Riwayat trauma kepala : Adakah penyakit atau trauma pada kepala
yang pernah diderita pasien serta riwayat adanya terkena radiasi.
e. Sejak kapan keluhan dirasakan : Dampak defisiensi GH mulai
tampak pada masa balita sedangkan defisiensi gonadotropin nyata
pada masa remaja.
f. Riwayat keluarga : Tinggi badan kedua orang tuanya, usia pubertas
kedua orang tuanya, riwayat keluarga dengan perawakan pendek,
riwayat keluarga dengan kelambatan pertumbuhan dan pubertas,
riwayat keluarga dengan endokrinopati atau penyakit sistemik yang
mempengaruhi pertumbuhan.
g. Riwayat anak : Kapan mulai terjadi kelambatan pertumbuhan,
pengaruh psikologi terhadap perawatan pendeknya.
h. Riwayat perinatal : Komplikasi kehamilan dan kelahiran berat
badan lahir.
i. Riwayat konsumsi obat-obatan : Mengonsumsi obat-obatan dari
dokter atau suplemen makanan.
j. Riwayat pertumbuhan : Kenaikan BB umur 1 sampai 3 tahun
berkisar antara 1,5 - 2,5 KG (rata-rata 2 KG), TB 6-10 cm (rata-rata
8 cm per tahun), kenaikan lingkar kepala : 12 cm di tahun pertama
dan 2 cm di tahun kedua dan seterusnya, tumbuh gigi 8 buah,
tambahan Gigi susu geraham pertama dan gigi taring seluruhnya

21
berjumlah 14 sampai 16 buah, erupsi gigi : geraham pertama
menusuk gigi taring.
3. Pemeriksaan fisik, Inspeksi : amati bentuk ukuran tubuh, ukuran berat
dan tinggi badan, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan
rambut aksila dan pubis, dan pada kelamin pria amati pertumbuhan
rambut di wajah (jenggot dan kumis). Palpasi : kulit pada wanita biasa
yang kering dan kasar
2. Diagnosis keperawatan
1. Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur/bentuk tubuh, transisi
perkembangan
2. Gangguan tumbuh kembang b/d efek ketidakmampuan fisik
3. Gangguan komunikasi verbal b/d muskuloskeletal
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3. Intervensi dan luaran
1. Gangguan citra tubuh
Intervensi : promosi citra tubuh, promosi koping
Luaran : Citra tubuh meningkat
Melihat Bagian tubuh membaik
Verbalisasi perasaan negatif
Verbalisasi kekawatiran pada penolakan orang lain menurun
Verbalisasi perubahan gaya hidup menurun
Menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun
Fokus pada bagian tubuh menurun
Respon non verbal pada perubahan tubuh membaik
Hubungan sosial membaik
2. Gangguan tumbuh kembang
Intervensi : perawatan perkembangan, promosi perkembangan anak dan remaja
Luaran : status perkembangan membaik
Keterampilan atau perilaku sesuai usia meningkatkan
kemampuan melakukan perawatan diri meningkat
3. Gangguan komunikasi verbal
Intervensi : promosi komunikasi defisit bicara
Luaran : komunikasi verbal meningkat
Kemampuan berbicara meningkat
22
Kemampuan mendengar meningkat
Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh meningkat
Kontak mata meningkat
Pemahaman komunikasi membaik
4. Intoleransi aktivitas
Intervensi : manajemen energi, terapi aktivitas
Luaran : toleransi aktivitas meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Kemudahan melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
Keluhan lelah menurun
Dispnea saat beraktivitas menurun
Dispnea setelah aktivitas menurun

5. Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme

Intervensi : manajemen nutrisi, promosi berat badan

Luaran : status nutrisi membaik

Porsi makan yang meningkat

Berat badan membaik

Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat

Indeks massa tubuh(IMT) membaik

Frekuensi makan membaik

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Hormon yang berperan dalam pertumbuhan adalah growth hormon, hormon ini
mempunyai peran dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Growth hormon ini
penting untuk pertumbuhan tulang dan menambah tinggi badan, jika terjadi hipersekresi
pada growth hormon maka akan mengakibatkan pertumbuhan pada tulang mengalami
kelainan seperti pertumbuhan tinggi badan yang sangat signifikan.

24
DAFTAR PUSTAKA
Akin F, Yerlikaya E. 2011. Acromegaly and Gigantism. Pamukkale University Faculty Of
Medicine Division of Endocrinology and Metabolism. Turkey: Constitutional Delay
of Growth and Puberty.
RSUDBuleleng. 2017. Akromegali. diakses dari
http://rsud.bulelengkab.go.id/artikel/akromegali-50 pada tanggal 21 April 2020
pukull 21.39 WIB
Tjahjono dkk. 2017. Perawakan Pendek Pada Anak dan Remaja Di Indonesia. Surabaya:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

Notes:

1. Penyaji :
Venna Yaasmiin Aadilah (11181040000004)
Zahra Fadhila (11181040000008)
Dewi Andini Saptaningrum (11181040000035)
Fitriana Dwi Widyaningsih (11181040000046)
2. 1. Ayu Risalatul (PSIK A)
Gangguan sekresi GH Hiper. Akromegali dan gefantisme penyakit bawaan atau bukan?
Penjawab:

 Vivi Putri Andaresta (11181040000024)

Baik akromegali maupun gigantisme adalah kondisi yang sangat langka. Sebagian
besar penderitanya mengalami hal ini bukan karena faktor keturunan.

Kondisi yang terjadi adalah tumor di kelenjar pituitari menyebabkan hormon pertumbuhan
manusia terus-menerus terstimulasi siang dan malam. Konsekuensinya, ada kelebihan
hormon pertumbuhan hingga penampilan fisik menjadi tidak normal.

 Dewi Andini Saptaningrum (11181040000035)

Kekurangan hormon pertumbuhan yang congenital (bawaan) yaitu karena


produksinyamemang kurang atau karena reseptor dalam sel yang kurang atau tidak
sensitive terhadapragsangan hormon. Biasanya gejala mulai tampak sejak bayi hingga
puncaknya pada dewasa, jadi dari kecil postur tubuhnya selalu lebih kecil darianak yang

25
lain. Misalnya karena agenesis hipofisisatau defek /mutasi dari gen tertentu
yangmenyebabkan kurangnya kadar hormon sepertisindroma laron dan fenomena pada
suku pygmi di Afrika.

 Nurmala (PSIK B)

Jadi, 90% etiologi gigantisme tuh disebakan sama hipersekresi GH, nah pemicu
hipersekresi GH tuh karena ada adenoma(tumor) jinak. Tumornya sendiri disebabkan sama
fakto-faktor genetik contohnya Carney complex sama multipe endrocrine neoplasia type 1

2.Luthfiana (PSIK A)

GH bisa ngatasin cedera buat kebugaran jasmani benar atau tidak? Kalau benar apakah
ada bahayanya atau tidak?

1. Nansya Handayani (11181040000001)

Hormon pertumbuhan manusia dalam bentuk sintesis dapat mengatasi cedera, salah
satunya patah tulang. Karena hormon tersebut bertanggung jawab untuk mengatur
mineral dan metabolisme serta penyembuhan patah tulang. Pemberian HGH telah
terbukti dapat mempercepat regenerasi tulang dan merangsang metabolisme tulang.
HGH juga memiliki peran penting dalam mempercepat penyembuhan tulang.
Hormon pertumbuhan manusia dalam bentuk sintesis memiliki efek samping, seperti
nyeri otot, ketidaknyamanan sendi, sakit kepala, dan terjadi pembengkakan pada tangan
dan kaki. Menggunakan HGH juga dapat membuat kulit menjadi tebal, kasar, dan
berbulu. Penggunaan HGH berlebih juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan
penyakit jantung.

Hormon ini merangsang sintesis protein (perkembangan dan tonus


otot), kekuatan tulang, tendon, ligamen, dan kartilago. Selain itu hormon GH juga
menurunkan penggunaan glukosa dan meningkatkan penggunaan lemak sebagai bahan
bakar selama melakukan aktivitas fisik termasuk olahraga. Bila melakukan aktivitas
fisik lama, hormon pertumbuhan akan mampu mengurangi lemak tubuh tanpa
menurunkan kadar glukosa dalam darah. Pengeluaran GH dari hipofise dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan waktu latihan erobik tetapi harus intensif antara lain
dengan pelatihan interval.

26

Anda mungkin juga menyukai