“FARMAKODINAMIKA”
Dosen : Elly Wardani M.Farm., Apt
JAKARTA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Farmakologi tentang
“FARMAKODINAMIK” dengan baik.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini
dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini di masa akan datang dan penyusun berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan..........................................................................................................1
BAB II ISI
3.1 Kesimpulan...................................................................................................10
3.1 Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum
efek dan respon yang terjadi.
2. Antagonism Non-Kompetatif
Antagonis ini adalah suatu keadaan ketika obat antagonis memblokade suatu
tempat tertentu dari rangkaian kejadian yang diperlukan untuk menghasilkan respon
suatu agonis. (departemen farmakologi, 2008)
Hambatan efek agonis oleh antagonis nonkompetitif tidak dapat diatasi dengan
meningkatkan kadar agonis. Akibatnya, efek maksimal yang dicapai akan
berkurang, tetapi afinitas agonis terhadap reseptornya tidak berubah.
2.5 CONTOH PERISTIWA ANTAGONISME
Menurut mekanisme terjadinya, antagonisme dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. antagonisme kimiawi
antagonisme yang terjadi pada 2 senyawa yang mengalami reaksi kimia pada suatu
larutan atau media sehingga mengakibatkan efek obat berkurang.
Contoh : tetrasiklin mengikat secara kelat logam-logam bervalensi 2 dan 3 (Ca, Mg,
Al) → efek obat berkurang
b. antagonisme farmakokinetik
antagonisme ini terjadi jika suatu senyawa secara efektif menurunkan konsentrasi
obat dalam bentuk aktifnya pada sisi aktif reseptor.
agonis dan antagonis berikatan ada waktu yang bersamaan, pada daerah selain
reseptor.
Contoh: aksi papaverin terhada histamine ada reseptor histamine-1 otot polos
trakea.
2.6 AGONIS
Agonis merupakan Interaksi obat dengan reseptor yang dapat berinteraksi dan
menghasilkan suatu stimulus yang kemudian menghasilkan respon fisiologi. Agonis
mempunyai harga α = 1 karena mampu berikatan dengan reseptor dan menghasilkan efek
secara maksimum. Dalam menghasilkan respon fisiologi berlangsung melalui 2 cara :
a. Agonisme langsung,,
Dalam agonisme langsung intinya dalam menghasilkan efek atau respon fisiologi,
obat berikatan dengan reseptor yang kemudian mengakibatkan perubahan kondisi yang
kemudian menghasilkan perubahan di dalam sel yang kemudian menghasilkan respon
fisiologi.
b. Agonisme Tidak langsung,,
Dalam agonisme tidak langsung ini diperantarai oleh senyawa Endogen tertentu.
Senyawa endogen merupakan suatu senyawa yang berasal dari dalam tubuh dan
mempunyai fungsi normal tertentu dalam tubuh, sebagai contoh Neurotransmitter.
2.7 SINERGISME
Interaksi farmakodinamik yang paling umum terjadi adalah sinergisme antara dua
obat yang bekerja pada sistem, organ, sel, enzim yang sama dengan efek farmakologi
yang sama. Semua obat yang mempunyai fungsi depresi pada susunan saraf pusat-
sebagai contoh, etanol, antihistamin, benzodiazepin (diazepam, lorazepam, prazepam,
estazolam, bromazepam, alprazolam), fenotiazin (klorpromazina, tioridazina,
flufenazina, perfenazina, proklorperazina, trifluoperazina), metildopa, klonidina- dapat
meningkatkan efek sedasi.
2.8 MEKANISME SINERGISME
2.8.1 Sinergisme pada tempat yang sama
interkasi di mana efek dua obat yang bekerja pada tempat yang sama saling
memperkuat. Walaupun banyak contoh interaksi yang merugikan dengan mekanisme
ini tetapi banyak pula interaksi yang menguntungkan secara terapetik.
2.8.2 Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau hampir sama.
Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun tempat kerja
ata reseptornya berlainan, kalau diberikan bersamaan akan memberikan efek yang
saling memperkuat.
1. Teori Klasik
Ehrlich (1907) memperkenalkan istilah reseptor dan membuat konsep sederhana tentang
interaksi antara obat-reseptor, dimana obat tidak akan dapat menimbulkan efek tanpa
mengikat reseptor. Interaksi yang terjadi antara struktur dalam tubuh (sisi reseptor)
dengan molekul asing yang sesuai (obat) yang saling mengisi akan menimbulkan suatu
respon biologis.
2. Teori Pendudukan
Dikemukakan oleh Clark pada tahun 1926. Teori ini memperkirakan satu molekul
obat akan menempati satu sisi reseptor. Obat harus diberikan dalam jumlah 5
berlebih agar tetap efektif selama proses pembentukan kompleks. Besar efek
biologis yang terjadi sesuai dengan jumlah reseptor spesifik yang diduduki molekul
obat yang juga sebanding dengan banyak kompleks obat-reseptor yang terbentuk.
Setiap struktur molekul obat harus mengandung bagian yang secara bebas dapat
menunjang afinitas interaksi obat dengan reseptor dan mempunyai efisiensi untuk
menimbulkan respon biologis akibat kompleks obat – resptor. Jadi respon biologis
merupakan fungsi dari jumlah kompleks obat-reseptor. Respon biologis yang terjadi
dapat merupakan rangsangan aktivitas (efek agonis) dan pengurangan aktivitas (efek
antagonis).
3. Teori Kecepatan
Croxatto dan Huidobro (1956), memberikan postulat bahwa obat hanya efisien pada
saat berinteraksi dengan reseptor. Kemudian teori ini dijelaskan oleh Paton (1961)
yang mengemukakan bahwa efek biologis setara dengan kecepatan ikatan obat-
reseptor dan bukan dari jumlah reseptor yang diduduki oleh obat. Pada teori ini, tipe
kerja obat ditentukan oleh kecepatan penggabungan (asosisasi) dan peruraian
(disosiasi) komplek obat-reseptor dan bukan dari pembentukan komplek obat-
reseptor yang stabil. Senyawa dikatakan agonis jika kecepatan asosiasi (sifat
mengikat reseptor) dan adisosiasi besar. Senyawa dikatakan antagonis jika
kecepatan asosiasi sangat besar sedangkan disosiasinya kecil. Dan senyawa agonis
parsial
adalah jika kecepatan asosiasi dan disosiasinya tidak maksimal.
A. Teori Reseptor
Dua agonis obat menempel pada tempat reseptor. Agonis obat yang tepat masuk
merupakan agonis kuat dan semakin aktif secara biologis daripada agonis lemah.
Sumber: (Kee,1996).
Hampir semua obat, agonis dan antagonis, kurang mempunyai efek spesifik dan
selektif. Sebuah reseptor yang terdapat di tempat-tempat yang berbeda dalam tubuh
menghasilkan bermacam-macam respons fisiologis, tergantung di mana reseptor itu
berada. Reseptor-reseptor kolinergik terdapat di kandung kemih, jantung pembuluh
darah, paru-paru dan mata. Sebuah obat yang merangsang atau menghamat reseptor-
reseptor kolinergik akan bekerja pada semua letak anatomis. Obat-obat yang bekerja
pada berbagai tempat seperti itu diaanggap sebagai nonspesifik atau memiliki
nonspesifitas. Betamekol (urecholine) dapat diresepkan untuk retensi urin pascabedah
untuk meningkatkan kontraksi kandung kemih. Karena betanekol memengaruhi
reseptor kolonergik, maka tempat kolinergik lain ikut terpengaruh; denyut jantung
menurun, tekanan darah menurun, sekresi asam lambung meningkat, bronkiolus
menyempit dan pupil mata mengecil. Efek- efek lain ini mungkin diinginkan mungkin
juga tidak, dan mungkin berbahaya atau mungkin juga tidak berbahayabagi pasien.
Obat-obat yang menimbulkan berbagai respon yang nonspesifik(Priyanto,2010).
Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Setiawati dkk. Pengantar Farmakologi dalam farmakologi dan terapi edisi 4. Jakarta.
Gaya Baru:1995