Anda di halaman 1dari 37

OBAT YANG AMAN PADA

KEHAMILAN DAN LAKTASI


Nurmawati Fatimah,dr.,M.Si
Farmakokinetik obat pada kehamilan

• Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi


• Faktor yang mempengaruhi transfer obat ke
fetus
• Keamanan obat pada kehamilan (Kategori
FDA)
• Penggunaan obat pada laktasi
Absorpsi

• - Motilitas sal. Intestinal menurun


• - Waktu pengosongan lambung dan intestinal
• memanjang Cmax menurun , Tmax
memanjang
• - Waktu transit intestinal memanjang AUC
meningkat Bioavailabilitas juga meningkat
• - Keasaman lambung ( pH lambung )
Distribusi

• - Vol. plasma , total body water Vd obat


• Cmax sehingga dibutuhkan dosis yang >
besar untuk obat yang water soluble
(aminoglikosida)
Konsentrasi plasma albumin  protein binding
fraksi obat bebas , klirens obat konsentrasi
total dan yang bebas (fenitoin, fenobarbital)
Metabolisme

- Klirens obat dihati ditentukan :


• Ikatan protein
• Aktivitas enzim hati
• Kecepatan aliran darah ke hati
- Estrogen, progesteron  mempengaruhi
• metabolisme hati :
• • Aktivitas CYP3A4, CYP2D6 metabolisme
• obat spt fenitoin
• • Aktivitas CYP1A2, Xantin Oksidase, N-acetyl
• tranferase  eliminasi hepatik obat spt
• teofilin dan kafein
• Hepatic blood flow
Eliminasi

• GFR , renal blood flow


Ekskresi obat di renal (β-laktam, digoxin,
enoxaparin)
memerlukan penyesuaian dosis untuk
mempertahankan konsentrasi terapeutik
Faktor yang mempengaruhi transfer obat melalui
plasenta dan efek obat terhadap fetus

- Sifat fisikokimia obat


- Kecepatan obat melewati plasenta dan jumlah
obat yang sampai ke fetus
- Lamanya paparan obat
- Karakteristik distribusi obat pada berbagai
jaringan fetus
- Tahapan perkembangan plasenta dan fetus
ketika terpapar obat
Transfer obat dari maternal ke fetus : Difusi.
Dipengaruhi oleh :

• Kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi


obat
• Ukuran/berat molekul (BM) obat
• Transporter plasenta
• Ikatan protein
• Metabolisme obat oleh plasenta dan fetus
Kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi
obat
- nonionized, lipofilik cepat dan mudah lewat
- Ionized, sedikit larut lemak sulit lewat
- Tiopental, lipofilik cepat melewati plasenta &
dapat menyebabkan sedasi/apnea pada bayi yg
baru lahir
- Suksinilkolin, derajat ionisasinya , lambat
• melewati plasenta, konsentrasi difetus sgt
rendah
• Berat molekul (BM) obat
250-500 mudah menembus plasenta
500-1000 lebih sulit
> 1000 sangat sulit

• Ikatan protein
- Ik. Protein tinggi menyebabkan obat sulit melewati
plasenta
- Ikatan protein yang tinggi dan BM obat besar spt
heparin, insulin tidak dapat melewati plasenta.
- Namun, obat yg sangat larut lemak, akan berdifusi
secara cepat, tdk dipengaruhi ik. Protein.
• • Transporter plasenta
- transporter P-glycoprotein: memompa
kembali sejumlah obat ke sirk.maternal,
misalnya obat kanker (vinblastine, doxorubicin),
protease inhibitor kadarnya rendah di fetus.
Metabolisme obat oleh plasenta dan fetus

• Ada 2 mek. Yang melindungi fetus dari obat yg ada


di sirkulasi ibu :
• 1. Plasenta : barier semipermeable, tempat
metabolisme beberapa obat yang lewat
• 2. Obat yg masuk ke sirk fetus melalui v.
umbilikalis 40-60% mengalir ke liver fetus,
sebagian besar dimetabolisme
Namun harus diperhatikan , hasil metabolit
beberapa obat mungkin saja > aktif dapat
mempengaruhi fetus
Penggunaan obat pada laktasi

• Hampir semua obat terdeteksi di ASI


• Konsentrasi obat yg sampai ke ASI biasanya
Ʃ total diterima bayi/hari < dosis terapi
- Tetrasiklin : 70% di ASI  risiko pewarnaan gigi
permanen pada bayi
- Isoniazid : konsentrasinya di ASI = sirk maternal
defisiensi piridoksin pada bayi jika ibunya tidak
diberikan suplemen piridoksin.
- Barbiturat dosis hipnotik yg diminum Ibu letargi,
sedasi, refleks menghisap yg lemah pd bayi
• Konsentrasi Alkohol, nikotin, kopi di ASI
• Konsentrasi Litium di ASI = disirk. Maternal
Oleh karena itu :
- Sebaiknya obat diminum 30-60 menit sesudah menyusui dan 3-4 jam sebelum
menyusui berikutnya.
- Jika konsentrasi diplasma bayi mencapai 50%
nilai risk:benefit ratio (tetap ASI atau
alternatif susu formula)
- Jika Ibu harus menggunakan obat yang tidak aman, maka menyusui dapat
dihentikan sementara.
Kondisi dimana menyusui sebaiknya dihindari atau
dihentikan sementara selama pemberian obat

• Pada kemoterapi kanker


• Sedang terapi citotoxic atau radioaktif
(radioiodin supresi tiroid bayi)
• Agen imunomudulating utk penyakit kolagen :
Lupus eritematosus, setelah transplantasi
organ
Beberapa obat yang dapat mempengaruhi
produksi ASI

• Pil kontrasepsi kombinasi oral, bromokriptin,


diuretik tiazid, cabergolin, ergotamin.
• selama kehamilan dan menyusui, seorang ibu
dapat mengalami berbagai keluhan atau
gangguan kesehatan yang membutuhkan
obat.
• Pemahaman mengenai keamanan
penggunaan obat pada ibu hamil dan
menyusui belum dimengerti dengan baik di
masyarakat, dalam kalangan tenaga kesehatan
sendiri belum dapat memaksimalkan
pemahaman penggunaan obat bagi ibu hamil
dan menyusui.
• Penggunaan dan penggolongan keamanan
obat pada ibu hamil dan menyusui masih
mengarah pada panduan FDA (Food and Drug
Administration) Amerika Serikat.
Berikut kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada ibu
hamil dari FDA (Food Drug Administration)

Kategori A
Aman untuk janin seperti vitamin C asam folat, vit B6, parasetamol, zinc,
dan sebagainya.
Kategori B
Cukup aman untuk janin seperti amoksisilin, ampisilin, azitromisin,
bisakodil, cefadroksil, cefepim, cefixim, cefotaxim, ceftriaxon, cetirizin,
klopidogrel, eritromisin, ibuprofen, insulinlansoprazol, loratadin, me
penem, metformin, metildopa, metronidazol, dan sebagainya.

• A
• trimester pertama: hiperemesis gravidarum
• ht2 pemberian ? .....
Kategori C
Dapat beresiko, digunakan jika perlu.
Obat dianjurkan hanya jika manfaat yang diperoleh oleh ibu atau janin melebihi
resiko yang mungkin timbul pada janin.
Contohnya albendazol, allopurinol, aspirin, amitriptilin, kalsitriol, kalsium laktat,
kloramfe nikol, ciprofloksasin, klonidin, kotrimoksazol, codein + parasetamol
dektrometorfan, digoksin, enalapril, efedrin, flukonazol dan sebagainya.

chloram t3 kehamilan gk boleh


org hamil asam urat tinggi :
1. analgesik antiinflam: sampek gejala nyeri reda baru kasik allopurinol
jgn beri codein: kasik dextrometofan
Kategori D
Ada bukti positif dari resiko,
digunakan jika darurat.
Pengunaan obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang
mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang
lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan.
Contohnya alprazolam, amikasin, amiodaron,
carbamazepin, klordiaz epoksid, diazepam, kanamisin,
fenitoin, asam valproat, dan sebagainya.
Kategori X
Kontraindikasi dan sangat berbahaya bagi janin,
contohnya (amlodipi atorvastatin), atorvastatin, (kafein +
ergotamin), (desogestrel + etinil es tradiol), ergometrin,
estradol, miso prostol, oksitosin, simvastatin, warfarin.

obat gol c dan harus diperhatkan utk ibu hamil


kalok bsa jgb diberikan
• Efikasi, kemanjuran (benefit) vs resiko (risk)
adalah pertimbangan utama menggunakan
obat khususnya untuk A dan B, untuk obat
yang masuk kategori C dan D dianjurkan untuk
benar-benar melalui pertimbangan dokter
dengan mempertimbangkan manfaat,
• keselamatan jiwa yang lebih besar dibandingkan
resikonya, untuk obat kategori X tidak boleh digunakan
pada masa kehamilan.
• Selama kehamilan terjadi perubahan-­perubahan fisiologi
yang mempengaruhi farmakokinetika obat. Perubahan
fisiologi tersebut misalnya perubahan volume cairan
tubuh yang dapat menyebabkan penurunan kadar puncak
obat-obat di serum, terutama obat-obat yang terdistribusi
di air dan obat dengan volume distribusi yang rendah.
Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan
pengenceran albumin serum (hipoalbuminemia)
yang menyebabkan penurunan ikatan obat-
albumin sehingga obat bebas banyak
terakumulasi dalam darah dan berpotensi
meningkatkan efek yang merugikan.
Berikut beberapa obat yang dapat digunakan pada masa
kehamilan :

Pereda Nyeri dan Demam:


Obat parasetamol termasuk obat yang aman mengatasi nyeri atau demam, untuk sakit
kepala, lain dengan mengkonsumsi parasetamol juga bisa diatasi dengan kompres dingin
dan beristirahat. Untuk demam, bisa dibantu mengatasinya dengan kompres air hangat.
Batuk Pilek : Obat batuk pilek yang banyak dijual bebas biasanya berupa kombinasi
sebaiknya dihindari pada saat hamil.

selain paracet: ibu profen asam mefenamat


jgb beri aspirin

obat batuk kandungan codein jangan


• Dekongestan adalah obat yang berfungsi mengatasi hidung
tersumbat seperti phenylephrine dan pseudoe fedrin. Pada saat
hamil harus dihindari penggunaan dekongestan oral (minum).
• Ibu hamil yang membutuhkan dekongestan sebaiknya disarankan
menggunakan semprot (spray). Obat dekongestan semprot lebih
aman karena mekanisme kerja secara lokal di area hidung, dosis
rendah serta paparan obat dengan tubuh lebih singkat, seperti
penggunaan tetes hidung saline.

• decongestan: mk, baca!


• harus dihindari penggunaan dekongestan oral (minum). Ibu
hamil yang membutuhkan dekongestan sebaiknya disarankan
menggunakan semprot (spray). Obat dekongestan semprot
lebih aman karena mekanisme kerja secara lokal di area
hidung, dosis rendah serta paparan obat dengan tubuh lebih
singkat, seperti penggunaan tetes hidung saline.
Obat batuk pada ibu hamil pili pertama adalah
dektrometorphan (untuk mengatasi batuk kering), un tuk
batuk berdahak bisa menggunakan asetilsistein. Hindari
sediaan obat batuk yang mengandung alkohol. Selain obat,
bisa mengkonsumsi air lemon, maupun air madu.
• Sembelit dan Diare: Bisa menggunakan obat laksatif atau
metilselulosa.
Sementara untuk diare, bisa menggunakan obat loperamid.
Untuk menggantikan cairan elektrolit tubuh yang hilang
bisa diganti dengan oralit. Sembelit juga bisa diatasi dengan
konsumsi makanan tinggi serat dan cukup cairan. Olahraga
ringan, seperti berenang atau jalan kaki, dapat membantu
mengatasi sembelit karena dapat meningkatkan sirkulasi
yang dapat merangsang sistem pencernaan.
• Alergi: Bagi ibu hamil yang mengalami alergi bisa
menggunakan obat cetirizin yang aman bagi ibu hamil.
Masa Menyusui

• menggunakan obat-obatan yang dapat


memberikan efek yang tidak dikehendaki pada
bayi . Pada umumnya, hampir semua obat
yang diminum dapat terdeteksi dalam ASI,
namun dengan konsentrasi yang umumnya
rendah. Konsentrasi obat dalam darah ibu
merupakan faktor utama yang berperan dalam
proses transfer obat ke ASI.
• Kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-3
jam sesudah ibu meminum obat. Hal ini
mungkin dapat membantu
mempertimbangkan untuk tidak memberikan
ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui
tetap harus meminum obat yang potensial
berbahaya terhadap bayinya maka untuk
sementara ASI tidak diberikan.
• ASI dapat diberikan kembali setelah dapat
dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat
diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh
obat.
• Kategori penggunaan obat bagi ibu menyusui :
• L1: Paling aman, contohnya parasetamol, ibuprofen,
loratadin
• L2: Aman, contohnya cetirizin, dimenhidrinat,
guaiafenesin.
• L3: Cukup aman,contohnya pseudoefedrin, lorazepam,
aspirin
• L4: Kemungkinan berbahaya, contohnya kloramfenikol,
sibutramin
• L5: Kontraindikasi, contohnya amiodaron
!!!
• cermat dan selektif dalam memilih obat.
• Sebaiknya seminimal mungkin mengkonsumsi
obat saat hamil, kecuali adanya riwayat penyakit
kronis yang mengharuskan minum obat dengan
adanya pertimbangan manfaat/resiko.
• Jika terpaksa membeli obat yang di jual bebas,
pilihlah obat yang mencantumkan keterangan
aman untuk ibu hamil
• dosis minimal dan dikonsumsi dalam waktu yang
sesingkat mungkin.
• Aturlah waktu meminum obat, misalnya setelah
menyusui, Hal ini untuk memperkecil resiko
masuknya pengaruh obat dalam ASI yang dikonsumsi
bayi.
• Perhatikan gejala-gejala yang tampak, apakah bayi
jadi rewel, timbul ruam atau bercak merah/biru,
sakit, kejang perut/kholik, atau ada peru bahan pada
pola tidur dan makannya.

Anda mungkin juga menyukai