Anda di halaman 1dari 62

Case Report

Clerkship RSUD Sidoarjo


Kelompok B
(Anggi A, Naura R, Resha A) 1
02/15/2021
ILMU PENYAKIT DALAM

Gastropati Diabetik + DM Tipe II +


Hiperglikemi + AKI dd ADKD

02/15/2021 2
IDENTITAS PASIEN
■ Nama : Ny. J
■ Jenis Kelamin : Perempuan
■ Tanggal Lahir : 2 Januari 1975
■ Usia : 44 Tahun
■ Alamat : Sumorame RT 2 RW 12
■ Agama : Islam
■ Tanggal Masuk Rawat Inap :14 Juni 2019 Pukul 09.27 WIB

02/15/2021 3
KELUHAN UTAMA

Muntah sejak kemarin


hari ini sudah ≥ 7x

02/15/2021 4
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan muntah – muntah sejak kemarin,
saat ini muntah ≥ 7x, setiap minum dan makan muntah, pusing +,
lemas +, nyeri perut +

Riwayat Penyakit Dahulu : DM tidak terkontrol


Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
Riwayat Penggunaan Obat : tidak ada
Riwayat Alergi : tidak ada

02/15/2021 5
PEMERIKSAAN FISIK
■ Keadaan Umum : Lemah
■ Kesadaran : Compos Mentis
■ Suhu : 36oC
■ Tensi : 120/70 mmHg
■ RR : 20x/menit
■ Nadi : 92x/menit
■ Berat Badan : tidak ada data
■ Tinggi Badan : tidak ada data

02/15/2021 6
STATUS GENERALIS
Kepala/Leher : a/i/c/d = -/-/-/-
Thorax : cor S1 S2 TR
pulmo ves +/+
ronkhi -/-
Wheezing -/-
Abdomen : Bising usus +
meteorismus –
distansi –
+ +
Akral :
+ +
02/15/2021 7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Metode Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC Flowcymetri 27.03 [ 4.50 – 11.50] 10^3/uL
RBC   4.2 [ 4.2 – 6.1 ] 10^6/uL
HGB   11.6 [ 12.3 – 15.3 ] g/dL
HCT Cell Counter 34.9 [ 37.0 – 52.0 ] %
PLT Cell Counter 315 [ 149 – 409 ] 10^3/uL

Tanggal : 14 Juli 2019 Pukul 14.32 WIB


MCV Cell Counter 82.7 [ 79.0 – 99.0 ] fl
MCH Cell Counter 27.5 [ 27.0 – 31.0 ] pg
MCHC Cell Counter 33.2 [ 33.0 – 37.0 ] g/dL
RDW-SD   39.9 [ 35.0 – 47.0 ] fl
RDW-CV   13.4 [ 11.5 – 14.5 ] %
PDW   14.0 [ 9.0 – 17.0 ] fl
NEUT %   93.7 [ 50.0 – 70.0 ] %
LYMPH %   3.0 [ 25.0 – 40.0 ] %
MONO %   3.2 [ 2.0 – 8.0 ] %
EO   0.00   10^3/uL
BASO   0.03   10^3/uL
MONO   0.87   10^3/uL
NEUT   25.3 [ 2.0 – 7.7 ] 10^3/uL
LYMPH   0.8 [ 0.8 – 4.0 ] 10^3/uL
Gula Darah Sewaktu Hexokinase 687 [ <= 140 ] mg/dL
BUN Kinetik UV 28.4 [ 6.0 – 23.0 ] mg/dL
Creatinin Jaffe 2.4 [ 0.5 – 0.9 ] mg/dL
Natrium ISE 128 [ 146 – 157 ] mmol/I
02/15/2021 8
INTERPRETASI PEMERIKSAAN PENUNJANG
 WBC :
Peningkatan leukosit mengindikasikan adanya infeksi. Adanya infeksi juga didukung oleh peningkatan nadi dan
respiratory rate (RR) meskipun peningkatan RR tidak terlalu tinggi. Adanya infeksi harus memenuhi dua diantara kondisi
berikut : 1. Peningkatan suhu, 2. Peningkatan leukosit (WBC), 3. Peningkatan RR, 4. Peningkatan nadi.
 HGB
Mengindikasikan anemia. Penurunan Hb selalu diikuti dengan penurunan hematokrit dan RBC (red blood cell, sel darah
merah), tetapi belum tentu diikuti dengan abnormalitas nilai MCV, MCH dan MCHC. Pada kasus di atas anemia terjadi
karena pasien mengalami ADKD. Salah satu hormon yang penting pada proses eritropoiesis di sumsum tulang adalah
eritropoeitin yang diproduksi oleh kelenjar adrenal pada ginjal. ADKD mengakibatkan gangguan kelenjar adrenal
sehingga terjadi penurunan produksi eritropoetin.
 HCT
Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan
banyak darah dan hipertiroid. Penurunan Hct sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
 NEUT%
Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan oleh infeksi bakteri dan parasit, gangguan metabolit,
perdarahan dan gangguan myeloproliferatif
 LYMPH%
Limfopenia dapat terjadi pada penyakit Hodgkin, luka bakar dan trauma.

02/15/2021 9
 NEUT
Shift of the right atau peningkatan segment (sel dewasa) terjadi pada penyakit hati, anemia
megalobastik karena kekurangan B12 dan asam folat, hemolisis, kerusakan jaringan, operasi,
obat (kortikosteroid)
 Gula Darah Sewaktu
Konsentrasi glukosa dalam serum sewaktu > 140 mg/dL, perlu dicurigai adanya diabetes
mellitus
 BUN dan Creatinin
Kedua parameter ini merupakan indikator spesifik fungsi ginjal. Karena berat badan tidak
diketahui maka untuk menghitung estimasi klirens kreatinin dapat digunakan rumus Jellife atau
MDRD. Pada pasien di atas klirens kreatinin yang didapatkan setelah menggunakan rumus
MDRD adalah 22,85 mL/min. Jadi masuk golongan ADKD stage IV..
 Natrium
Natrium rendah dapat mengakibatkan dehidrasi apabila tidak segera diatasi. Hiponatremi dapat
terjadi pada hipovolemia, euvolemia dan hipervolemia. Pada kasus ini, hipervolemia biasa terjadi
pada ADKD karena penurunan produksi urin akibat penurunan renal blood flow (RBF).

02/15/2021 10
DIAGNOSIS KERJA
Gastropati Diabetik + DM Tipe II + Hiperglikemi + AKI dd
ADKD

DIAGNOSIS PRIMER
Gastropati Diabetik

02/15/2021 11
TERAPI
■ Infus RL 14 tpm
■ Injeksi Santagesik 3x1
■ Injeksi Omeprazol 2x40mg
■ Injeksi Ondancetron 3x8mg
■ Injeksi Ceftriaxone 2x1
■ Injeksi NR 3x8 unit sc

02/15/2021 12
FOLLOW UP TANGGAL 15 JULI 2019
SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT THERAPY PLANNING

• Mual +  KU : lemah  Gastropati  Infus RL 14 tpm  Observasi


• Muntah + ≥ 5x  Kesadaran : CM Diabetik  Inj Santagesik
• Nafsu makan ↓  HR : 110x/menit  DM Tipe II 3x1
• Lemas +  RR : 18x/menit  Hiperglikemi  Inj Omeprazol
• Nyeri perut +  Temp : 36,3ᵒC  AKI dd ADKD 2x40mg
• Pusing +  K/L : dbn  Inj Ondancetron
 Thorax : dbn 3x8mg
 Abdomen : dbn  Inj Ceftriaxone
 Eks : dbn 2x1 (hari ke 2)
 Inj Novorapid
3x8 unit sc
 P.O Sucralfat
Syrup 3x15ml

02/15/2021 13
FOLLOW UP TANGGAL 16 JULI 2019
SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESMENT THERAPY PLANNING
 Mual +  KU : lemah  Gastropati  Infus RL 14 tpm  GDP
 Muntah +  Kesadaran : CM Diabetik  Inj Santagesik  GD2JPP
 Lemas +  HR : 90x/menit  DM Tipe II 3x1  Observasi
 Nafsu makan  TD : 120/80  Hiperglikemi  Inj Omeprazol
menurun mmHg  AKI dd ADKD 2x40mg
 Nyeri Perut +  RR : 20x/menit  Inj Ondancetron
 Pusing +  Temp : 36ᵒC 3x8mg
 K/L : dbn  Inj Ceftriaxone
 Thorax : dbn 2x1 (hari ke 3)
 Abdomen : dbn  Inj Novorapid
 Eks : dbn 3x8 unit sc
 Lab : GDA 382  P.O Sucralfat
mg/dL Syrup 3x15ml

02/15/2021 14
Gastropati Diabetik
Sumber Pustaka Kasus Pasien
1. Mual + +
2. Muntah + +
3. Nafsu makan menurun + +
S
4. Lemas + +
5. Nyeri perut + +
6. Pusing - +
1. WBC ↑ + +
2. Hb ↓ + +
3. HCT ↓ + +
4. NEUT% ↑ + +
5. LYMPH% ↓ + +
O
6. NEUT ↑ + +
7. GDA ↑ + +
8. BUN ↑ + +
9. Natrium ↓ + +
10. Kreatinin ↑ + +

02/15/2021 15
DM Tipe II
Sumber Pustaka Kasus Pasien
1. Mual + +
2. Muntah + +
3. Nafsu makan menurun + +
S
4. Lemas + +
5. Nyeri perut - +
6. Pusing + +
1. WBC ↑ + +
2. Hb ↓ - +
3. HCT ↓ - +
4. NEUT% ↑ - +
5. LYMPH% ↓ - +
O
6. NEUT ↑ - +
7. GDA ↑ + +
8. BUN ↑ + +
9. Natrium ↓ + +
10. Kreatinin ↑ + +

02/15/2021 16
Hiperglikemi
Sumber Pustaka Kasus Pasien
1. Mual + +
2. Muntah + +
3. Nafsu makan menurun + +
S
4. Lemas + +
5. Nyeri perut + +
6. Pusing + +
1. WBC ↑ + +
2. Hb ↓ - +
3. HCT ↓ - +
4. NEUT% ↑ - +
5. LYMPH% ↓ - +
O
6. NEUT ↑ - +
7. GDA ↑ + +
8. BUN ↑ + +
9. Natrium ↓ + +
10. Kreatinin ↑ + +

02/15/2021 17
AKI dd ADKD
Sumber Pustaka Kasus Pasien
1. Mual + +
2. Muntah + +
3. Nafsu makan menurun + +
S
4. Lemas + +
5. Nyeri perut + +
6. Pusing - +
1. WBC ↑ + +
2. Hb ↓ + +
3. HCT ↓ + +
4. NEUT% ↑ + +
5. LYMPH% ↓ + +
O
6. NEUT ↑ + +
7. GDA ↑ + +
8. BUN ↑ + +
9. Natrium ↓ + +
10. Kreatinin ↑ + +

02/15/2021 18
LANDASAN
TEORI

02/15/2021 19
GASTROPATI
DIABETIK

02/15/2021 20
DEFINISI
Gastropati Diabetik adalah gangguan pada otot lambung yang menyebabkan gerakan
lambung untuk mendorong makanan ke usus menjadi lebih lambat. Gastropati Diabetik
ditandai dengan gejala berupa mual, muntah, dan mudah merasa kenyang.

02/15/2021 21
EPIDEMIOLOGI
Suatu studi menunjukkan bahwa diabetes mellitus merupakan penyebab kedua
tersering dari Gastropati Diabetik (24%) setelah isiopatik (33%), sedang penyakit tersering
lainnya adalah paska operasi lambung (19%). Pada IDDM, uji scintigraphy oleh Chang dkk
terhadap 70 penderita menunjukkan 27,5% mengalami keterlambatan pengosongan liquid
dan 58,6% mengalami keterlambatan pengosongan solid. Pada NIDDM yang baru
terdiagnosa, Festa dkk menemukan adanya keterlambatan pengosongan lambung semisolid
pada 36,6% dari 30 penderita . Pada kasus IDDM degan neuropati, Keshavarzian dkk
secara scintigraphy menemukan keterlambatan pengosongan solid pada 27% kasus, sedang
laporan dari Rumah Sakit Sutomo Surabaya mengatakan bahwa pemeriksaan dengan solid
radiopaque marker terhadap penderita IDDM dengan neuropati autonom menunjukkan 52%
kasusmengalami gangguan pengosongan lambung.
02/15/2021 22
ETIOLOGI
Keterlambatan pengosongan lambung sementara
Postoperative ileus
Acute viral gastroenteritis
Hyperglycemia
Hyperkalemia
Hypothyroidism
Obat-obatan morphine,anticholinergics,levodopa,β-adrenergic agonisis, nicotine

Stress : Labyrinthine stimulation, cold pain

02/15/2021 23
ETIOLOGI
Statis Lambung Kronik
Idiopathic (non ulcer atau functional dyspepsia)
Diabetes mellitus
Postsurgical : post vagotomygastroesophageal reflux disease
Tumor-associated (carcinoma lung, pancreas)
Anorexia nervosa
Progressive systemic selerosis
Chronic idiopathic intestinal pseudo-obstruction
Amyloidosis Myotania Dystrophica Dermatomyositis
Automatic degeneration
Brain stem tumor Spinal cord injury Post-irradiation Porphyria

02/15/2021 24
PATOFISIOLOGI

02/15/2021 25
GEJALA
Gejala Gastropati Diabetik muncul akibat lambatnya lambung dalam mengosongkan
makanan. Keluhan yang sering muncul sebagai gejala Gastropati Diabetik adalah:
1. Cepat merasa kenyang saat makan.
2. Masih merasa kenyang meskipun sudah lama dari jam makan sebelumnya.
3. Perut kembung dan terasa begah.
4. Mual dan muntah. Terkadang memuntahkan makanan yang belum tercerna.
5. Nyeri ulu hati atau terasa panas di daerah dada.
6. Nyeri perut
7. Nafsu makan berkurang.
8. Penurunan berat badan.

02/15/2021 26
DIAGNOSA
■ Adanya Gastropati Diabetik diabetika patut dicurigai pada penderita diabetes yang
mengalami gejala-gejala saluran cerna atas seperti misalnya mual, muntah dan cepat
kenyang, juga pada penderita diabetes yang tanpa gejala namun didapati keadaan seperti
sulitnya mencapai kendali gula darah yang baik.

■ Harus diingat bahwa tidak ada gejala yang khas untuk Gastropati Diabetik sehingga
perlu dilakukan ekslusi dari kelainan-kelainan lain seperti ulkus peptic, esophagitis
maupun lesi-lesi lainnya dengan menggunkan test-test diagnostikrutin seperti endoskopi
maupun radiology

02/15/2021 27
DIAGNOSA
■ Dalam mendiagnosa Gastropati Diabetik diabetika perlu disingkirkan keadaan - keadaan
lain yang dapat meyebabkan Gastropati Diabetik,obat-obatan yang mempengaruhi
motilitas lambung harus dihentikan 12 – 24 jam sebelum test antara lain narkotik,
benzodiazepin, β adrenergic agonist, calcium channel blocker, levodopa, obat-obat dengan
aktifitas anti cholinergic, rokok, obat-obat prokinetik, antasid β blocker dan lain-lain

■ Sejumlah metode saat ini tersedia untuk pemeriksaan motilitas lambung, yang dapat
dikelompokkan dalam 3 kategotri : pengukuran pengosongan lambung ( semtigraphy,
radiology, uji nafas radioisotop dan USG), pengukuran tekanan intra luminal (manometry)
dan perekaman aktivitas elektrik lambung (electrogastrographty)

02/15/2021 28
FAKTOR RESIKO
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang lebih mudah mengalami Gastropati Diabetik, yaitu:
1. Diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang tidak terkontrol.
2. Komplikasi dari beberapa jenis operasi pada lambung.
3. Amiloidosis.
4. Scleroderma.
5. Penyakit Parkinson.
6. Penyakit infeksi, seperti cacar air dan infeksi virus Epstein-Barr.
7. Anoreksia nervosa.
8. Radang lambung.
9. Penyakit distrofi otot.
10. Hipotiroidisme.
11. Efek samping obat-obatan, seperti pereda nyeri golongan opioid dan beberapa antidepresan.
12. Efek samping radioterapi yang dilakukan pada bagian perut.
02/15/2021 29
KOMPLIKASI
Apabila Gastropati Diabetik tidak ditangani, komplikasi yang dapat timbul adalah:
1. Sulit mengontrol kadar gula darah, terutama pada penderita diabetes.
2. Penyakit refluks asam lambung atau gastro esophageal reflux disease (GERD).
3. Penyumbatan lambung akibat makanan yang mengendap dan memadat.
4. Dehidrasi.
5. Malnutrisi.
6. Batu empedu.

02/15/2021 30
PENATALAKSANAAN
Untuk meredakan gejala Gastropati Diabetik, dokter akan memberikan sejumlah obat-
obatan berikut:
1. Metoclopramide atau domperidone, untuk memicu kontraksi otot lambung dan
mempercepat pengosongan lambung.
2. Obat antiemetik, seperti ondansetron, untuk mencegah muntah.
3. Obat pereda nyeri untuk meredakan sakit perut akibat Gastropati Diabetik.

02/15/2021 31
DAFTAR PUSTAKA
1. Liu, N. & Abell, T. (2017). Gastropati Diabetik Updates on Pathogenesis and
Management. Gut Liver, 11(5), pp. 579–589. 
2. NIH (2019). National Institute of Diabetes, Digestive and Kidney Diseases. Gastropati
Diabetik.
3. Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Gastropati Diabetik.  

02/15/2021 32
DM TIPE II

02/15/2021 33
DEFINISI
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai
oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin)

02/15/2021 34
PATOFISIOLOGI

02/15/2021 35
GEJALA

Gejala DM klasik : Gejala kronis :


■ Polifagia ■ Badan lemah
■ Polidipsia ■ Kesemutan
■ Poliuria ■ Mata kabur
■ BB naik ■ Mialgia
■ Mual muntah ■ Artralgia

02/15/2021 36
DIAGNOSA
Kriteria diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa ( modifikasi kriteria diagnosis DM WHO
1985)
1. Diagnosis DM apabila :
■ Gejala khas DM
■ Salah satu ; GDP >120 mg/dl; 2J PP>; 200 mg/dl; atau glukosa darah random >200
mg/dl
2. Diagnosis DM apabila :
■ Tidak terdapat gejala khas DM, tetapi
■ Terdapat 2 hasil dari GDP> 120 mg/dl 2 J PP> 200 mg/dl
3. Diagnosis gangguan toleransi glukosa (GTG)
■ GDP < 120 mg/dl dan 2 j pp antara 140-200 mg/dl

02/15/2021 37
FAKTOR RESIKO

■ Obesitas Menurut American Diabetes Association (ADA)


DM berkaitan dengan beberapa faktor risiko yang
■ Hipertensi tidak dapat diubah :

■ Riwayat keluarga DM ■ Riwayat keluarga dengan DM (first degree


relative)
■ Dislipidemia ■ Umur >45 thn
■ Umur ■ Riwayat melahirkan bayi dgn BBL >4000
gram atau pernah menderita DM gestasional
■ Faktor genetik riwayat lahir BBLR

■ Alkohol dan rokok Yang dapat diubah :


Obesitas berdasarkan IMT >25kg/m2 atau lingkar
perut ♀ >80 cm , ♂ >90 cm

02/15/2021 38
KOMPLIKASI

Komplikasi akut : Komplikasi kronis :


■ Hipoglikemia (<50 mg/dl) ■ Komplikasi makrovaskuler
■ Hiperglikemia , apabila kadar gula ■ Komplikasi mikrovaskuler
darag meningkat secra tiba tiba

02/15/2021 39
PENATALAKSANAAN

Langkah – langkah penatalaksanaan Obat antihiperglikemia oral :


khusus :
Pemacu sekresi insulin
■ Edukasi
■ sulfonilurea
■ Terapi nutrisi medis
■ Glinid
■ Jasmani
Peningkat sensitivitas terhadap insulin
■ Metformin
■ Tiazolidindion

02/15/2021 40
DAFTAR PUSTAKA
1. Ibrahim ZS.Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pasien diabates melitus tipe 2
Di RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2012 [skripsi]. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran;
2012.
2. PB PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta;
2011.
3. Teixeria L. Regular physical exercise training assists in preventing type 2 diabetes development: focus on
its antioxidant and anti-inflammantory properties. Biomed Central Cardiovascular Diabetology.2011;
10(2);1-15.
4. Yaturu, S. Obesity and type 2 diabetes. Journal of Diabetes Mellitus. 2011; 1(4);10-6.

02/15/2021 41
HIPERGLIKEMI

02/15/2021 42
DEFINISI
■ Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah lebih dari normal ( > 200
mg/dl dan glukosa darah puasa > 126 mg/dl )

02/15/2021 43
ETIOLOGI
■ Kekurangan insulin merupakan penyebab utama
■ Faktor imunologi ; pada penderita hiperglikemi terutama pada DM terdapat suatu
respon autoimun
■ Faktor predisposisi herediter, obesitas

02/15/2021 44
PATOFISIOLOGI

02/15/2021 45
GEJALA
■ Polifagi, polidipsi, poliuri
■ Kelainan kulit, gatal-gatal,kulit kering
■ Rasa kesemutan

02/15/2021 46
KOMPLIKASI
■ Ketoasidosis diabetik
■ Hipoglikemia
■ Asidosis laktat

02/15/2021 47
PENATALAKSANAAN

02/15/2021 48
DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association (ADA). 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes
Care 33(1)
2. American Diabetes Association. (2014). Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care,
37(1), 581-590.
3. Barski, L., Kezerle, L., Zeller, L., Zektser, M., & Jotkowitz, A. (2013). New approaches to the use of
insulin in patients with diabetic ketoacidosis. European Journal of Internal Medicine 24(3): 213–216. doi:
10.1016/j.ejim.2013.01.01
4. Bajwa, S. S., Baruah, M. P., Kalra, S., & Kapoor, M. C. (2014). Guidelines on inpatient management of
hyperglycemia diperoleh dari http://www.apiindia.org/medicine_ update_2013/chap35.pdf

02/15/2021 49
AKI DD ADKD

02/15/2021 50
DEFINISI
■  
Acute Kidney Injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam hingga 6 minggu) laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal untuk
mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau
azotemia (peningkatan konsentrasi BUN).

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney
Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal kronis (ACKD) sebagai suatu
kerusakan ginjal dimana nilai dari GFR nya kurang dari 60 mL/min/1.73 selama tiga bulan atau
lebih. ADKD (Akut Diabetik Kidney Disease) adalah kondisi ACKD pada pasien dengan Diabetes
Mellitus.

02/15/2021 51
EPIDEMIOLOGI
Riskesdas 2013 mengumpulkan data responden yang didiagnosis dokter menderita penyakit gagal ginjal
kronis, juga beberapa faktor risiko penyakit ginjal yaitu hipertensi, diabetes melitus dan obesitas.

Hasil Riskesdas 2013, populasi umur ≥ 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Angka ini
lebih rendah dibandingkan prevalensi ADKD di negara-negara lain, juga hasil penelitian Perhimpunan
Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2006, yang mendapatkan prevalensi ADKD sebesar 12,5%. Hal ini
karena Riskesdas 2013 hanya menangkap data orang yang terdiagnosis ADKD sedangkan sebagian besar PGK
di Indonesia baru terdiagnosis pada tahap lanjut dan akhir.

Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan prevalensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, dengan
peningkatan tajam pada kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan kelompok umur 25-34 tahun. Prevalensi
pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat
perdesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh (0,3%), dan kuintil
indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah masing-masing 0,3%. Sedangkan provinsi dengan
prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara
masing-masing 0,4 %.
02/15/2021 52
ETIOLOGI
Menurut Arora (2012) penyebab adalah sebagai berikut : 

 Diabetes Mellitus 

 Hipertensi

 Penyakit glomerular (primer atau sekunder)

 Penyakit tunulointerstisial

 Obstruksi saluran kemih

02/15/2021 53
PATOFISIOLOGI

02/15/2021 54
GEJALA
1. Peningkatan nilai Gula Darah

2. Berkurangnya produksi urine.

3. Tingginya tekanan darah.

4. Penumpukan cairan dalam tubuh (edema), yang dapat menyebabkan


pembengkakan pada tungkai atau kaki.

5. Mual dan muntah.

6. Mudah lelah

02/15/2021 55
STADIUM ADKD

02/15/2021 56
DIAGNOSA

02/15/2021 57
FAKTOR RESIKO
 Hipertensi
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi
pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 25,8%. Sedangkan yang
berdasarkan wawancara telah terdiagnosis hipertensi oleh dokter hanya 9,4%.
 Diabetes
Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi penderita diabetes di Indonesia adalah sebesar
5,7%, dan hanya 26,3% yang telah terdiagnosis.
 Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko kuat terjadinya penyakit ginjal. Obesitas meningkatkan
risiko dari faktor risiko utama dari ADKD seperti hipertensi dan diabetes. Pada obesitas,
ginjal juga harus bekerja lebih keras menyaring darah lebih dari normal untuk memenuhi
kebutuhan metabolik akibat peningkatan berat badan. Peningkatan fungsi ini dapat
merusak ginjal dan meningkatkan risiko terjadinya ADKD dalam jangka panjang.

02/15/2021 58
KOMPLIKASI
1. Kelebihan volume intravaskuler

2. Hiponatremia

3. Hiperkalemia

4. Asidosis metabolic

5. Hiperfosfatemia

6. Hipokalsemia

02/15/2021 59
PENATALAKSANAAN

02/15/2021 60
DAFTAR PUSTAKA

1. M. Wilson Lorraine, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. 6th


edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2012.p867-889.

2. Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO). KDIGO Clinical Practice


Guideline for Acute Kidney Injury. Kidney International Supplements 2012. Vol.2. 19-
36

3. Arora, Pradeep. 2012. Chronic Kidney Disease. Diakses dari


http://emedicine.medscape.com/ article/238798 pada tanggal 16 Juli 2019

02/15/2021 61
TERIMA
KASIH
02/15/2021 62

Anda mungkin juga menyukai