Anda di halaman 1dari 4

KOLESISTITIS

CHAIRINI FIKRY-1907101030113
Fakultas kedokteran ▪ RSUDZA ▪ 2020

Defenisi
Kolesistitis Akut adalah radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut
dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demarn.
Hingga kini patogenesis penyakit yang cukup sering dijumpai ini masih belum jelas.

Epidemiologi
Walaupun belum ada data epidemiologis penduduk, insidens kolesistitis dan batu empedu
(kolelitiasis) di negara kita relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara barat.
Etiologi
Faktor Yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu,
infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu
kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu,
sedangkan sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus).
Bagaimana stasis di duktus sistikus dapat menyebabkan kolesistitis akut, masih belum jelas.
Diperkirakan banyak faktor yang berpengaruh, seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol,
lisolesitin dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti Oleh
reaksi inflamasi dan supurasi.
Kolesistitis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan mendapat nutrisi
secara parenteral, pada sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu di saluran empedu atau
merupakan salah satu komplikasi penyakit Iain seperti demam tifoid dan diabetes melitus.

Gambaran Klinis
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah kanan
atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke
pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya
keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai dengan
gangren atau perforasi kandung empedu.
Pada kepustakaan barat sering dilaporkan bahwa pasien kolesistitis akut umumnya
perempuan, gemuk dan berusia di atas 40 tahun, tetapi menurut Lesmana LA, dkk, hal ini sering tidak
sesuai untuk pasien-pasien di negara kita.
Diagnosis
Pada pemeriksaan fisis teraba masa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda
peritonitis lokal (tanda Murphy). Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin
mg/dl). Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra
hepatik.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis serta kemungkinan peninggian
serum transaminase dan fosfatase alkali. Apabila keluhan nyeri bertambah hebat disertai suhu tinggi
dan menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan terjadi empiema dan perforasi kandung empedu
perlu dipertimbangkan.

Pemeriksaan Penunjang

 Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesisititis akut. Hanya pada 15%
pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang (radiopak) Oleh karena
mengandung kalsium cukup banyak. Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran
kandung empedu bila ada obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis
akut.

 Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan sangat bermanfaat
untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran
empedu ekstra hepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90-9596.

 Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HİDA atau 99n Tc6 İminodiacetic
acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini tidak mudah, Terlihatnya
gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu pada pemeriksaan
kolesistografi oral atau scintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut.

 Pemeriksaan CT scan abdomen kurang sensitif dan mahal tapi mampu memperlihatkan adanya
abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.

Diagnosis banding untuk nyeri perut kanan ataş yang tiba-tiba perlu dipikirkan seperti
penjalaran nyeri saraf spinal, kelainan organ di bawah diafragma seperti apendiks yang retrosekal,
sumbatan usus, perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut dan infark miokard.
Tatalaksana
Pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, obat
penghilang rasa nyeri seperti petidir, dan antispasmodik. Pemberian antibiotik pada fase awal sangat

kolesistitis Page 2
penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis, dan septisemia. Golongan ampisilin,
sefalosporin dan metronidazol cukup memadaİ untuk mematikan kuman-kuman yang umum terdapat
pada kolesistitis akut seperti E.coli, Strep.faecalis dan Klebsiella.

Saat kapan dilaksanakan tindakan kolesistektomi masih diperdebatkaan, apakah sebaiknya


dilakukan secepatnya (3 hari) atau ditunggu 6-8 minggu setelah terapi konservatif dan keadaan
umum pasien lebih baik. Sebanyak 5096 kasus akan membaik tanpa tindakan bedah. Ahli bedah
yang pro operasi dini menyatakan, timbulnya gangren dan komplikasi kegagalan terapi konservatif
dapat dihindarkan, lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih singkat dan biaya dapat ditekan.
Sementara yang tidak setuju menyatakan, operasi dini akan menyebabkan penyebaran infeksi ke
rongga peritoneum dan teknik operasi lebih sulit karena proses infiamasi akut di sekitar duktus akan
mengaburkan anatomi. Sejak diperkenalkan tindakan bedah kolesistektomi laparoskopik di Indonesia
pada awal 1991, hingga saat ini sudah sering dilakukan di pusat-pusat bedah digestif. Di luar negeri
tindakan ini hampir mencapai angka 9096 dari seluruh kolesistektomi.

Konversi ke tindakan kolesistektomi konvensional menurut İbrahim A dkk, sebesar 1,996


kasus, terbanyak oleh karena sukar dalam mengenali duktus sistikus yang disebabkan perlengketan
luas (27%), perdarahan dan keganasan kandung empedu. Komplikasi yang sering dijumpai pada
tindakan ini yaİtu trauma şaluran empedu (7%), perdarahan dan kebocoran empedu. Menurut
kebanyakan ahli bedah tindakan kolesistektomi laparoskopik ini sekalipun invasif mempunyai
kelebihan seperti mengurangi rasa nyeri pasca operasi, menurunkan angka kematian, memperpendek
lama perawatan di rumah sakit dan mempercepat aktifitas pasien.

Komplikasi
Kolesistitis yang tidak ditangani berpotensi memicu komplikasi serius, yaitu:
 Jaringan kantong empedu mati dan membusuk
 Kantong empedu pecah
 Infeksi rongga perut akibat pecahnya kantong empedu (peritonitis)
 Penumpukan nanah (abses) di dalam kantung empedu
Pencegahan
Kolesistitis sulit dicegah, terutama kolesistitis akut. Namun, risiko terjadinya kolesistitis bisa
dikurangi dengan beberapa cara di bawah ini:
 Mengonsumsi makanan yang rendah lemak, misalnya buah-buahan atau sayuran
 Menjaga berat badan ideal dengan disiplin berolahraga dan menerapkan pola makan yang sehat
 Menurunkan berat badan secara bertahap
Prognosis
Penyembuhan spontan didapatkan pada 8596 kasus, sekalipun kandung empedu menjadi
tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidakjarang menjadi kolesistitis rekuren,
Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi gangren, empiema dan perforasi
kolesistitis Page 3
kandung empedu, fisitel, abses hati atau peritonitis umum. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian
antibiotik yang adekuat pada awal serangan, Tindakan bedah akut pada pasien usia tua (»75 th)
mempunyai prognosis yang jelek di şamping kemungkinan banyak timbul komplikasi pasca bedah.

kolesistitis Page 4

Anda mungkin juga menyukai