Anda di halaman 1dari 36

DIET PADA ANAK DENGAN

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN


APRINIA DIAN NURHAYATI. S.Gz., M.Si
Aprinia Dian Nurhayati, S.Gz., M.Si
RIWAYAT PENDIDIKAN

BEASISWA KONSULTAN GIZI

PENGALAMAN RISET
• Potensi Penggunaan Metode In Vitro dalam Memperkirakan Pemeringkatan Indeks Glikemik In Vivo (2018) – Diterbitkan di Indonesian Journal of Human
Nutrition Vol.6 No.2
• Kadar Proksimat dan pGi (predicted glycemic index) beras hitam Cempo Ireng, Jowo Melik dan Toraja (2015) – Prosiding Journal of Nutrition and Health
Korea (2021)
• Uplift Indigenous Rujak Manis Potency to Lower Colorectal Cancer Incidence through Osmotic Dehydration Technology (2013)
Overview

Anak berada dalam fase


01 pertumbuhan

Adanya kemungkinan
02 malnutrisi → stunting
(irreversible)

Penanganan dan
03 Pencegahan
GAMBARAN
PJB DI INDONESIA
GAMBARAN PJB DI INDONESIA
PJB berkisar 6-10 kejadian per 1000 kelahiran
atau rata-rata 8 per 1000 kelahiran hidup.
PJB menjadi salah satu penyebab kematian
paling sering pada pasien anak (salah satunya
akibat malnutrisi pada PJB)

Bernstein D. Epidemiology and genetic basis of congenital heart disease. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson
HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: saunders; 2011. h.1549-610
Angka Kematian Bayi

GBD 2017 Congenital Heart Disease Collaborator. Global, regional, and national burden of congenital heart disease, 1990–2017: a systematic analysis for the
Global Burden of Disease Study 2017. Lancet Child Adolesc Health 2020; 4: 185–200.
Proporsi PJB pada Angka kematian bayi

GBD 2017 Congenital Heart Disease Collaborator. Global, regional, and national burden of congenital heart disease, 1990–2017: a systematic analysis for the
Global Burden of Disease Study 2017. Lancet Child Adolesc Health 2020; 4: 185–200.
TANTANGAN PJB
TERKAIT GIZI

Ketika lahir, BB dan PB anak PJB tergolong


normal atau mendekati normal
60-70% anak PJB yg dirawat di RS
mengalami gagal tumbuh
Di RSCM : 51,1% kurang gizi dg 22,3% gizi
buruk
Angka malnutrisi dan gagal tumbuh pada
anak dengan PJB → tinggi
Da Silva VM, de Oliveira Lopes MV, de Araujo TL. Growth and nutritional status of children with congenital heart disease. J Cardiovasc Nurs. 2007;22(5):390-6.
Sjarif DR, Anggiawan SL, Putra ST, Djer MM. Anthropometric profiles of children with congenital heart disease. Med J Indones. 2011; 20:40-5.
MALNUTRISI

Gagal tumbuh → kurangnya penambahan BB (bahkan


terkadang BB justru menurun) kemudian diikuti oleh
penambahan TB yang tidak sesuai pula → STUNTING
(stunting bersifat irreversible)
PENYEBAB MALNUTRISI PADA PJB
PENYEBAB MALNUTRISI PADA ANAK PJB
1. KEKURANGAN ASUPAN ENERGI
Penyebab utama malnutrisi
▪ Hipoksia kronis memicu sesak dan peningkatan frekuensi
nafas selama proses makan → anak mudah Lelah →
kemampuan makan terganggu → jumlah makanan yg
dikonsumsi kurang, minum putus-putus
▪ Adanya pembatasan cairan → asupan kalori terbatas
▪ Hepatomegali → kapasitas lambung menurun → cepat
merasa kenyang

Rodica T. Nutritional Approach of Pediatric Patients Diagnosed with Congenital Heart


Disease. 2013. Acta Medica Marisiensis. 59(2):121-125. DOI: 10.2478/amma-2013-0029.
PENYEBAB MALNUTRISI PADA ANAK PJB
2. MALABSORBSI
Berkurangnya aliran darah ke dan dari
sirkulasi splanchnic → malabsorbsi →
meski anak makan cukup untuk usianya
tetapi mungkin tidak akan cukup untuk
mencapai BB normal (*perlu penelitian lebih lanjut)
Pada anak dg gagal jantung kanan →
edema dinding dan mukosa usus →
gangguan gerakan usus, malabsorbsi
Rodica T. Nutritional Approach of Pediatric Patients Diagnosed with Congenital Heart
Disease. 2013. Acta Medica Marisiensis. 59(2):121-125. DOI: 10.2478/amma-2013-0029.
PENYEBAB MALNUTRISI PADA ANAK PJB
3. PENINGKATAN TEE
▪ Anak dengan gagal tumbuh karena ventricular
septal defects mengalami peningkatan TEE
sebesar 40%.
Anak dg VSD ketika beraktivitas akan
menggunakan energi lebih tinggi 2,5x lipat
dibandingkan anak normal
▪ Penurunan asupan kalori dan pengeluaran energi
yg banyak → turunnya energi untuk menyimpan
lemak → persentase lean body mass meningkat
→ laju metabolisme basal meningkat

Rodica T. Nutritional Approach of Pediatric Patients Diagnosed with Congenital Heart


Disease. 2013. Acta Medica Marisiensis. 59(2):121-125. DOI: 10.2478/amma-2013-0029.
PENYEBAB MALNUTRISI PADA ANAK PJB
4. JENIS KELAINAN JANTUNG
• PJB sianotik → malnutrisi kronis →
berpengaruh pada bb dan tb →
stunting (diduga terkait oksigenasi
jaringan yg tidak optimal)
• PJB Asianotik → malnutrisi akut →
berpengaruh pada bb → wasting
PENYEBAB MALNUTRISI PADA ANAK PJB

5. KELAINAN GENETIK LAIN


Turner syndrome, trisomy 21, 13, 18,
Williams syndrome, Noonan syndrome, Di
George syndrome → gangguan asupan
kalori, penyerapan saluran cerna,
metabolisme dan pengeluaran energi →
mempengaruhi laju pertumbuhan
Kohr LM, Braudis NJ. Growth and nutrition. Dalam: Anderson RH, Baker EJ, Penny D, Redington AN, Rigby ML, Wernovsky G, penyunting. Pediatric cardiology. Edisi ke-3.
Philadelphia: Churchill Livingstone; 2010. h.1285-98
Hagau N, Culcitchi C. Nutritional support in children with congenital heart disease. Nutr Ther Metab. 2010; 28:172-84
Cape Town Metropole Paediatric Interest Group. Nutrition in congenital heart disease. Dalam: Cape Town metropole paediatric working group, penyunting. Clinical Guidelines CHD.
Cape Town: Christian Bernard Memorial Hospital; 2009.h.1-35
• Malnutrisi pada anak PJB →
meningkatkan risiko morbiditas dan
mortalitas
• Apabila anak PJB paska operasi →
memperpanjang lama rawat inap dan
lama waktu penyembuhan
DIET PADA
ANAK DENGAN
PENYAKIT
JANTUNG
BAWAAN
SYARAT DIET ANAK PJB
• Energi tinggi : Energi dibutuhkan untuk tumbuh kejar Usia-tinggi RDA
0-6 bln 120 kkal/kg/hari
Energi 120-160 kkal/kg BB aktual/hari
7-12 bln 110 kkal/kg/hari
BBI berdasarkan TB aktual dikalikan kebutuhan energi 1-3 th 100 kkal/kg/hari
sesuai AKG sesuai usia-tinggi 4-6 th 90 kkal/kg/hari
7-9 th 80 kkal/kg/hari
10-12 th Lk: 60-70, Pr:50-60
12-18 th Lk:50-60, Pr: 40-50

Asosiasi Dietesien Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Proses asuhan
gizi terstandar. Dalam: Nasar SS, Djoko S, Hartati SB, Budiwiarti YE, penyunting. Penuntun diet anak. Edisi
ketiga. Jakarta; Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014. h.43-53
SYARAT DIET ANAK PJB
• Protein tinggi : Protein dibutuhkan untuk pembentukan otot (otot jantung),
mencegah katabolisme protein, mempertahankan komposisi tubuh
10-15% dari kebutuhan energi atau 3-4 g / kg BB/hari
Jika ada gagal jantung maka protein diberikan rendah (1-2 g/kg BB/hari)
• Lemak 35%-50% dari kebutuhan energi dan sebaiknya mengandung MCT (medium
chain trygliceride) → MCT bisa langsung diserap di usus halus
• Karbohidrat 35-55% dari kalori
• Cairan disesuaikan dengan derajat kelainan jantung, terapi diuretic, dan intoleransi
→ artinya kebutuhannya bersifat individual
SYARAT DIET ANAK PJB
• Natrium disarankan tidak lebih dari 1 mEq/100 kkal, pada bayi +2
mEq/kgBB/hari untuk mencegah hyponatremia dan gangguan
pertumbuhan.
Pada bayi dengan PJB berat dan gagal jantung kronik diberikan
formula rendah Na, dan pada anak yang lebih besar diberikan diet
makanan biasa yang rendah garam
• Kalium diperlukan penambahan apabila mendapat pengobatan
diuretik → untuk menjaga keseimbangan Kalium dan mencegah
hipokalemia
• Multivitamin diberikan sesuai AKG
• Serat sesuai kebutuhan untuk memudahkan defekasi
Tips

• Pilih bahan makanan yang padat kalori


• Makan porsi kecil dan sering
• Apabila ada indikasi medis → formula medis khusus
• ASI+HMF
Cerdas Memilih
Bahan Makanan
Jika Ibu diminta membuat menu untuk anak, bahan
makanan sumber karbohidrat manakah yang akan Ibu
pilih?
a. Beras Merah
b. Beras Putih
c. Kentang
d. Jagung
Memilih bahan makanan
Perhatikan kandungan gizi masing-masing (per 100 g)
Energi Karbohidrat Protein Serat
(kkal) (g) (g) (g)
Nasi putih 180 39,8 3,0 0,2
Nasi merah 149 32,5 2,8 0,3
Kentang 62 13,5 2,1 0,5
Jagung 142 30,3 5,0 0,8
Setelah melihat kandungan gizinya, jadi manakah yang akan ibu pilih?
Pilihlah bahan makanan tinggi kalori dengan protein dan karbohidrat yang lebih tinggi
dari bahan lain pula sehingga diharapkan menjadi menu tinggi kalori.
Porsi makanan
Pilih bahan makanan yang dalam porsi kecil namun padat kalori
Misal, kebutuhan kalori anak sehari adalah 600 kkal
(makan siang 30% dari kebutuhan → makan siang butuh 180 kkal).

Bahan Energi Karbohidrat Protein Serat • Jika ibu memberi kentang, maka
makanan (kkal) per (g) (g) (g) 180 : 62 x 100 setara 300 gram
100 g kentang
Nasi putih 180 39,8 3,0 0,2 (setara 3 buah kentang ukuran
sedang) untuk memenuhi
Nasi merah 149 32,5 2,8 0,3 kebutuhannya
Kentang 62 13,5 2,1 0,5 • Jika memilih nasi putih maka butuh
Jagung 142 30,3 5,0 0,8 100 gram nasi (1 centong)
3 buah
Tips

Jadi apakah saya tidak boleh menggunakan kentang?


Tentu saja boleh, justru variasi menu dengan berbagai bahan makanan
akan membantu meningkatkan kemauan anak untuk makan

Tips
• Siasati dengan perpaduan menggunakan bahan lain yang padat gizi
• Pilih pengolahan yang paling kecil kemungkinannya untuk
kehilangan zat gizi (Tumis, Kukus, Rebus, Panggang, Poaching,
Baking, Roasting, Blansing)
MONITORING

1. Pastikan kalori dan protein cukup → kenaikan berat badan


2. Pastikan pemberian cairan cukup / tidak berlebihan → Hindari pemberian
cairan yang berlebihan pada keadaan yang memerlukan pembatasan cairan
3. Pantau kebutuhan dan asupan natrium
4. Pantau elektrolit
5. Pantau antropometri → status gizi
PEMANTAUAN
STATUS GIZI
PEMANTAUAN STATUS GIZI

Memantau status gizi


– Pengukuran antropometri : BB (berat badan), PB
(Panjang badan), TB, LK (lingkar kepala), LLA
(lingkar lengan atas), ketebalan lipatan kulit
– Plot pada grafik KMS
GRAFIK BB/U

PLOT/GAMBARKAN HASIL
PENGUKURAN PADA GRAFIK KMS

PERHATIKAN TREN GRAFIK (BUKAN


HANYA 1 TITIK PENGUKURAN)
Grafik BB menurut Umur
Jika kita ingin tahu anak kita gemuk, normal atau kurus, maka grafik yang kita cek adalah
grafik BB menurut umur
Jika kita ingin tahu anak tergolong sangat pendek, pendek, normal, atau tinggi maka yang kita
cek adalah grafik panjang badan menurut umur
Medoff-Cooper B, Irving Sh. Innovative strategies for feeding and nutrition in infants with congenitally malformed hearts.
Cardiology in the Young. 2009;19(suppl. 2):90-95
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai